JURNAL 1. Judul jurnal Faktor Risiko Remaja Efek dialectical behavior Asuhan keperawatan Menjadi Pelaku therapy bagi pasien dengan jiwa pada pasien dengan Kekerasan perilaku kekerasan dan resiko perilaku resiko buhun diri kekerasan
2. Nama - Munqidz - Nur oktavia hidayati - Anggit Madhani
penulis Zahrawaani Aviorizki badori - Irna Kartina - Nani Nurhaeni - Alifia zalfa - Contantius augusto - Gina saufika - Kaira ashfiya salafi - Mitsni mardhiyatul - Siti noor sya’fa - Sherliina rizqi fauziah 3. Latar Kekerasan yang Bunuh diri merupakan Kesehatan jiwa saat ini belakang dilakukan remaja tindakan melukai diri sendiri menjadi prioritas merupakan masalah dengan sengaja untuk masalah kesehatan kesehatan masyarakat mengakhiri Hidupnya. Orang global bagi setiap yang serius. Perilaku yang mengalami gangguan negara, World Healt kekerasan merupakan jiwa memiliki resiko lebih Organization (WHO) suatu kondisi atau tinggi dalam percobaan memperkirakan masalah keadaan yang melakukan bunuh diri karena gangguan jiwa dengan menunjukkan klien lebih sering berperilaku resiko perilaku perilaku individu impulsif dan agresif pada kekerasan ditemukan yang melakukan orang lain dan dirinya tidak kurang dari 450 penyerangan terhadap sendiri. DBT (Dialectical juta penderita. Perilaku orang lain atau suatu Behavior Therapy) kekerasan merupakan bentuk perilaku yang merupakan salah satu status rentang emosi dan ditujukan kepada intervensi yang digunakan ungkapan kemarahan orang lain untuk dalam membantu klien yang dimanifestasikan mempertahankan dengan permasalahan dalam bentuk fisik. kekuasaan atau kejiwaan sehingga terhindar Salah satu teknik yang kontrol. Anak dan dari pola pikir dan kebiasaan akan dilakukan untuk remaja yang negatif yang beresiko seperti mengontrol perilaku mengalami self-harming, hingga kekerasan adalah penganiayaan atau percobaan bunuh diri. DBT relaksasi otot progresif. pengalaman traumatis ini berfokus pada penyadaran secara terus menerus diri klien untuk menerima cenderung akan dirinya apa adanya, dan menjadi pelaku meningkatkan motivasi dari kejahatan pada saat diri klien untuk merubah dewasa, tetapi perlu kebiasaan negatifnya (Mind, diteliti lebih lanjut 2017). DBT memiliki empat faktor faktor yang langkah utama dalam menyebabkan remaja implementasi kepada klien, menjadi pelaku yaitu : mengamankan klien kekerasan. Perawat dari kebiasaan negatif yang merupakan tenaga beresiko, memfokuskan kesehatan yang harus pikiran klien untuk berfokus terlibat dalam upaya pada kehidupan sekarang, pencegahan primer dari pada mencemaskan apa dalam mencegah yang terjadi di masa lalu dan perilaku kekerasan yang akan terjadi pada masa yang dilakukan depan, mengontrol emosi remaja. negatif klien dengan latihan meningkatkan toleransi distres, distraksi dari keinginan melakukan kebiasaan negatif, dan meningkatkan hubungan interpersonal, melatih kebiasaan positif baru dan pemusatan klien kembali ke usaha mencapai tujuan, serta berusaha peningkatan kualitas hidup klien 4. Tujuan Tujuan penelitian ini Tujuan dari studi literatur ini Tujuan ini Untuk adalah untuk untuk mengetahui bagaimana mengetahui gambaran menelaah faktor pengaruh Dialectical pelaksanakan asuhan faktor yang Behavior Therapy bagi keperawatan jiwa pada menyebabkan remaja pasien dengan perilaku pasien resiko perilaku menjadi pelaku kekerasan dan resiko bunuh kekerasan. kekerasaan. diri.
5. Metode Metode penelitian Metode yang digunakan Metode penelitian ini
yang digunakan adalah melakukan tinjauan menggunakan adalah literature literatur dengan pencarian pendekatan studi kasus review yang diolah melalui database elektronik, teknik wawancara dan berdasarkan jurnal EBSCO dan Pubmed, setelah observasi. Subjek yang akademis yang sebelumnya merumuskan akan digunakan dalam dipublikasikan dari PICO. Kriteria inklusi yang studi kasus adalah satu tahun 2014 sampai digunakan adalah artikel orang pasien dengan 2019 mulai dari tahun 2015-2020, berjenis resiko perilaku kekesan Proquest, PubMed Clinical Trial, Research di Rumah Sakit Jiwa dan Google Scholar Artic, Randomized Daerah dr. Arif Controlled Trial, dan Zainudin Surakarta. diperoleh 6 artikel penelitian yang relevan
6. Hasil Hasil penelitian Hasil dari review yang Hasil daripenelitian
penelitian ditemukan bahwa dilakukan menunjukkan studi kasus ini setelah poin utama yang bahwa DBT (Dialectical dilakukan terapi menyebabkan remaja Behavior Therapy) dapat relaksasi otot progresif menjadi pelaku digunakan sebagai intervensi sebanyak 4 kali dalam 1 kekerasan adalah untuk menangani pasien sesi menunjukan pasien penyalahgunaan resiko bunuh diri dengan resiko perilaku narkoba dan alKohol, perilaku bunuh diri yang kekerasan mampu kesehatan mental, tinggi. mengotrol marah. hubungan keluarga yang tidak baik dan trauma akibat kekerasan sampai penelantaran remaja. 7. Kesimpulan Faktor-faktor yang Selama beberapa dekade, Evaluasi keperawatan, memicu timbulnya DBT (Dialectical Behavioral setelah dilakukan resiko seorang remaja Therapy) dinilai sebagai tindakan keperawatan melakukan kekerasan terapi paling efektif untuk pada Ny. S dengan antara lain karena, individu dengan perilaku relaksasi otot progresif berawal dari bunuh diri dan mencederai pada pasien dengan lingkungan keluarga diri sendiri. Studi literatur ini resiko perilaku khususnya orangtua memberikan gambaran kekerasan untuk yang sedang bahwa DBT (Dialectical mengontrol marah mengalami stres atau Behavioral Therapy) terbukti pasien resiko perilaku tekanan dari efektif kaitannya dalam kekerasan, didapatkan lingkungan atau mengatasi risiko dan/atau hasil evaluasi respon pekerjaan serta perilaku bunuh diri serta subjektif pasien harapan yang tidak mencederai diri pada pasien mengatakan bersedia tercapai, Hasil riset dewasa dengan risiko bunuh diajarkan relaksasi otot menemukan bahwa diri tinggi, pasien dengan progresif, Pasien ada keterkaitan antara BPD (Borderline Personality mengatakan sudah lebih penyalahgunaan obat, Disorder), dan pasien dengan tenang. Data objektif konsumsi alkohol dan HED (Heavy Episodic pasien tampak masalah dengan Drinking). kooperatif dan pasien orangtua tampak nyaman. mempengaruhi Assessment atau temperamen remaja penilaian resiko perilaku serta pengalaman kekerasan tidak tampak. pernah di tahan akan Perencanaan menimbulkan emosi untuk pasien anjurkan negatif pada remaja. untuk berlatih relaksasi Karena itu remaja otot progresif 4 kali 1 khususnya generasi sesi. Untuk diukur muda saat ini pengendalian marah Ny. khususnya di S membaik ada tanda – Indonesia sedang tanda sesudah tindakan gencar dilakukan relaksasi otot progresif pencegahan terhadap dari hasil pengukuran narkotika dan obat sebelum tindakan T obatan terlarang. (tidak) sebanyak 3 Secara penelitian nomor, K (kadang) bahan bahan seperti sebanyak 6 nomor, dan alcohol dan obat S (sering) sebanyak 8 obatan terlarang tidak nomor menjadi lebih hanya merusak secara baik setelah tindakan fisik tetapi juga relaksasi otot progresif mental remaja. dengan hasil T ( tidak) sebanyak 15 nomor, K ( kadang) sebanyak 2 nomor dan S (sering) tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa Ny. S dapat mengontrol marah pada resiko perilaku kekerasannya. Bagi masyarakat, memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai penanganan pasien dengan resiko perilaku kekerasan dan diharapkan masyarakat dapat mendukung kesembuhan pasien dengan resiko perilaku kekerasan