Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN JIWA II

ANALISA JURNAL PERILAKU KEKERASAN

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Heppi sasmita, M.kep

DISUSUN OLEH

Lina

191012114201011

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESMAS

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


ANALISA JURNAL PERILAKU KEKERASAN

NO ANALISA JURNAL 1 JURNAL 2 JURNAL 3


JURNAL
1. Judul jurnal Faktor Risiko Remaja Efek dialectical behavior Asuhan keperawatan
Menjadi Pelaku therapy bagi pasien dengan jiwa pada pasien dengan
Kekerasan perilaku kekerasan dan resiko perilaku
resiko buhun diri kekerasan

2. Nama - Munqidz - Nur oktavia hidayati - Anggit Madhani


penulis Zahrawaani Aviorizki badori - Irna Kartina
- Nani Nurhaeni - Alifia zalfa
- Contantius augusto
- Gina saufika
- Kaira ashfiya salafi
- Mitsni mardhiyatul
- Siti noor sya’fa
- Sherliina rizqi fauziah
3. Latar Kekerasan yang Bunuh diri merupakan Kesehatan jiwa saat ini
belakang dilakukan remaja tindakan melukai diri sendiri menjadi prioritas
merupakan masalah dengan sengaja untuk masalah kesehatan
kesehatan masyarakat mengakhiri Hidupnya. Orang global bagi setiap
yang serius. Perilaku yang mengalami gangguan negara, World Healt
kekerasan merupakan jiwa memiliki resiko lebih Organization (WHO)
suatu kondisi atau tinggi dalam percobaan memperkirakan masalah
keadaan yang melakukan bunuh diri karena gangguan jiwa dengan
menunjukkan klien lebih sering berperilaku resiko perilaku
perilaku individu impulsif dan agresif pada kekerasan ditemukan
yang melakukan orang lain dan dirinya tidak kurang dari 450
penyerangan terhadap sendiri. DBT (Dialectical juta penderita. Perilaku
orang lain atau suatu Behavior Therapy) kekerasan merupakan
bentuk perilaku yang merupakan salah satu status rentang emosi dan
ditujukan kepada intervensi yang digunakan ungkapan kemarahan
orang lain untuk dalam membantu klien yang dimanifestasikan
mempertahankan dengan permasalahan dalam bentuk fisik.
kekuasaan atau kejiwaan sehingga terhindar Salah satu teknik yang
kontrol. Anak dan dari pola pikir dan kebiasaan akan dilakukan untuk
remaja yang negatif yang beresiko seperti mengontrol perilaku
mengalami self-harming, hingga kekerasan adalah
penganiayaan atau percobaan bunuh diri. DBT relaksasi otot progresif.
pengalaman traumatis ini berfokus pada penyadaran
secara terus menerus diri klien untuk menerima
cenderung akan dirinya apa adanya, dan
menjadi pelaku meningkatkan motivasi dari
kejahatan pada saat diri klien untuk merubah
dewasa, tetapi perlu kebiasaan negatifnya (Mind,
diteliti lebih lanjut 2017). DBT memiliki empat
faktor faktor yang langkah utama dalam
menyebabkan remaja implementasi kepada klien,
menjadi pelaku yaitu : mengamankan klien
kekerasan. Perawat dari kebiasaan negatif yang
merupakan tenaga beresiko, memfokuskan
kesehatan yang harus pikiran klien untuk berfokus
terlibat dalam upaya pada kehidupan sekarang,
pencegahan primer dari pada mencemaskan apa
dalam mencegah yang terjadi di masa lalu dan
perilaku kekerasan yang akan terjadi pada masa
yang dilakukan depan, mengontrol emosi
remaja. negatif klien dengan latihan
meningkatkan toleransi
distres, distraksi dari
keinginan melakukan
kebiasaan negatif, dan
meningkatkan hubungan
interpersonal, melatih
kebiasaan positif baru dan
pemusatan klien kembali ke
usaha mencapai tujuan, serta
berusaha peningkatan
kualitas hidup klien
4. Tujuan Tujuan penelitian ini Tujuan dari studi literatur ini Tujuan ini Untuk
adalah untuk untuk mengetahui bagaimana mengetahui gambaran
menelaah faktor pengaruh Dialectical pelaksanakan asuhan
faktor yang Behavior Therapy bagi keperawatan jiwa pada
menyebabkan remaja pasien dengan perilaku pasien resiko perilaku
menjadi pelaku kekerasan dan resiko bunuh kekerasan.
kekerasaan. diri.

5. Metode Metode penelitian Metode yang digunakan Metode penelitian ini


yang digunakan adalah melakukan tinjauan menggunakan
adalah literature literatur dengan pencarian pendekatan studi kasus
review yang diolah melalui database elektronik, teknik wawancara dan
berdasarkan jurnal EBSCO dan Pubmed, setelah observasi. Subjek yang
akademis yang sebelumnya merumuskan akan digunakan dalam
dipublikasikan dari PICO. Kriteria inklusi yang studi kasus adalah satu
tahun 2014 sampai digunakan adalah artikel orang pasien dengan
2019 mulai dari tahun 2015-2020, berjenis resiko perilaku kekesan
Proquest, PubMed Clinical Trial, Research di Rumah Sakit Jiwa
dan Google Scholar Artic, Randomized Daerah dr. Arif
Controlled Trial, dan Zainudin Surakarta.
diperoleh 6 artikel penelitian
yang relevan

6. Hasil Hasil penelitian Hasil dari review yang Hasil daripenelitian


penelitian ditemukan bahwa dilakukan menunjukkan studi kasus ini setelah
poin utama yang bahwa DBT (Dialectical dilakukan terapi
menyebabkan remaja Behavior Therapy) dapat relaksasi otot progresif
menjadi pelaku digunakan sebagai intervensi sebanyak 4 kali dalam 1
kekerasan adalah untuk menangani pasien sesi menunjukan pasien
penyalahgunaan resiko bunuh diri dengan resiko perilaku
narkoba dan alKohol, perilaku bunuh diri yang kekerasan mampu
kesehatan mental, tinggi. mengotrol marah.
hubungan keluarga
yang tidak baik dan
trauma akibat
kekerasan sampai
penelantaran remaja.
7. Kesimpulan Faktor-faktor yang Selama beberapa dekade, Evaluasi keperawatan,
memicu timbulnya DBT (Dialectical Behavioral setelah dilakukan
resiko seorang remaja Therapy) dinilai sebagai tindakan keperawatan
melakukan kekerasan terapi paling efektif untuk pada Ny. S dengan
antara lain karena, individu dengan perilaku relaksasi otot progresif
berawal dari bunuh diri dan mencederai pada pasien dengan
lingkungan keluarga diri sendiri. Studi literatur ini resiko perilaku
khususnya orangtua memberikan gambaran kekerasan untuk
yang sedang bahwa DBT (Dialectical mengontrol marah
mengalami stres atau Behavioral Therapy) terbukti pasien resiko perilaku
tekanan dari efektif kaitannya dalam kekerasan, didapatkan
lingkungan atau mengatasi risiko dan/atau hasil evaluasi respon
pekerjaan serta perilaku bunuh diri serta subjektif pasien
harapan yang tidak mencederai diri pada pasien mengatakan bersedia
tercapai, Hasil riset dewasa dengan risiko bunuh diajarkan relaksasi otot
menemukan bahwa diri tinggi, pasien dengan progresif, Pasien
ada keterkaitan antara BPD (Borderline Personality mengatakan sudah lebih
penyalahgunaan obat, Disorder), dan pasien dengan tenang. Data objektif
konsumsi alkohol dan HED (Heavy Episodic pasien tampak
masalah dengan Drinking). kooperatif dan pasien
orangtua tampak nyaman.
mempengaruhi Assessment atau
temperamen remaja penilaian resiko perilaku
serta pengalaman kekerasan tidak tampak.
pernah di tahan akan Perencanaan
menimbulkan emosi untuk pasien anjurkan
negatif pada remaja. untuk berlatih relaksasi
Karena itu remaja otot progresif 4 kali 1
khususnya generasi sesi. Untuk diukur
muda saat ini pengendalian marah Ny.
khususnya di S membaik ada tanda –
Indonesia sedang tanda sesudah tindakan
gencar dilakukan relaksasi otot progresif
pencegahan terhadap dari hasil pengukuran
narkotika dan obat sebelum tindakan T
obatan terlarang. (tidak) sebanyak 3
Secara penelitian nomor, K (kadang)
bahan bahan seperti sebanyak 6 nomor, dan
alcohol dan obat S (sering) sebanyak 8
obatan terlarang tidak nomor menjadi lebih
hanya merusak secara baik setelah tindakan
fisik tetapi juga relaksasi otot progresif
mental remaja. dengan hasil T ( tidak)
sebanyak 15 nomor, K
( kadang) sebanyak 2
nomor dan S (sering)
tidak ada. Dapat
disimpulkan bahwa Ny.
S dapat mengontrol
marah pada resiko
perilaku kekerasannya.
Bagi masyarakat,
memberikan
pengetahuan bagi
masyarakat mengenai
penanganan pasien
dengan resiko perilaku
kekerasan dan
diharapkan masyarakat
dapat mendukung
kesembuhan pasien
dengan resiko perilaku
kekerasan

Anda mungkin juga menyukai