Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KESEPIAN

INTERVENSI TRAUMA DAN KRISIS

Oleh :

Maharani

010109a078

PROGRAM STUDI ILMUKEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

JL. GEDONGSONGO, CANDIREJO-UNGARAN

TAHUN AJARAN 2012


A. Pengertian Kesepian

Kata dasar “kesepian” adalah sepi, pengertian sepi adalah suatu keadaan situasi yang
terasa begitu hampa/kosong bagi indera penglihatan atau pendengaran dan tidak memberikan
kepuasan apapun. Sepi merupakan kata sifat sedangkan kesepian adalah kata benda. Dalam
bahasa inggris sepi adalah lone, kesepian adalah loneliness. Bila “kesepian” adalah kata
benda, maka artinya “kesepian” dapat berperan sebagai objek ataupun subjek, dengan kata
lain “kesepian” dapat diderita oleh subjeknya, ataupun menderitakan objeknya. Siapakah
subjek/ objek sang kesepian. Sudah tentu, semua psiko atau jiwa makhluk yang mengaku
sebagai makhluk sosial. Jadi kesimpulannya definisi kesepian adalah suatu keadaan jiwa yang
merasa hampa/kosong, dan tidak mendapatkan kepuasan dalam hubungan sosialnya.

Kesepian merupakan kondisi yang tidak menyenangkan, dan berdasarkan pengalaman


berhubungan dengan tidak mencukupinya kebutuhan akan bentuk hubungan yang akrab atau
intimasi (Sullivan dalam perlman & Peplau, 1982). Sermat (dalam Peplau & Perlman, 1982)
berpendapat bahwa kesepian merupakan hasil dari interpretasi dan evaluasi individu terhadap
hubungan sosial yang dianggap tidak memuaskan. Orang akan merasa kesepian bila intensitas
hubungan social yang diharapkannya tidak sesuai atau kurang dari apa yang merupakan
kenyataannya. Sedangkan Peplau dan Perlman (1982) mendifinisikan kesepian sebagai
pengalaman yang tidak menyenangkan, yang terjadi ketika hubungan social individu tidak
berjalan sesuai yang diharapkannya. Young (dalam Perlman & Peplau, 1982) menyatakan
bahwa kesepian merupakan respon individu atas ketidakhadiran yang dirasa sangat penting
dari social reinforcement.

Perasaan kesepian adalah sebuah fenomena universal yang dapat terjadi pada setiap
individu dalam ras manapun, usia berapapun, dan sepanjang kehidupan sejarah manusia.
Orang-orang kota yang hidupnya dikelilingi segala fasilitas ternyata ditemukan memiliki rasa
kesepian ini. Pada masyarakat urban (perkotaan) yang impersonal lebih mudah ditemukan
sebuah kondisi perasaan sepi atau sendiri, dimana individu menemui individu lain tidak
sebagai dirinya sendiri, melainkan sebagai bentukan dari tugas-tugas atau kewajiban dalam
masyarakat saja.

Di tengah sebuah perkembangan dalam teknologi komunikasi yang sedemikian maju,


yang memungkinkan berbagai jenis orang dari berbagai daerah di penjuru dunia untuk saling
berkomunikasi, berbagi jasa, informasi maupun data melalui teknologi canggih misalnya,
ternyata ditemukan orang-orang yang merasa sedih karena “sendiri”. Lebih parahnya lagi,
para ahli menyebutkan bahwa kondisi ini merupakan kondisi awal dari terjadinya bentuk-
bentuk gangguan jiwa yang lebih berat seperti depresi, stress, agresi, bunuh diri bahkan dapat
memicu ke dalam berbagai bentuk kecanduan (cth: kecanduan narkoba, alkohol, internet,
judi, dll) yang awalnya dikarenakan individu ingin melarikan diri dari rasa kesepiannya
tersebut.

B. Perbedaan dasar “Sendiri” dan “Kesepian”

Kesepian itu sendiri bukanlah sendirian. Inti perbedaannya terletak pada 2 unsur, yaitu
kuantitas dan kualitas hubungan dengan orang lain. “Sendiri, lebih melihat pada unsur
kuantitas atau jumlah interaksi dengan individu lain di sekitarnya. Tidak peduli bagaimana
kualitas hubungannya.Contoh: anda masuk ke sebuah toko yang terletak di dalam mall yang
ramai umatnya. Kebetulan toko itu tidak ada siapa-siapa selain anda. Keadaan seperti ini,
anda tidak bisa dikatakan sedang sendirian di mall karena di mall banyak orang dan mungkin
anda akan bertanya kepada salah satu orang dimana si penjaga toko. Tetapi anda dapat
dikatakan sedang sendirian di dalam toko karena anda tidak mendapat interaksi apapun di
dalam toko tersebut. Sedangkan “kesepian” sebaliknya, kesepian lebih melihat pada kualitas
hubungan, tidak peduli berapapun jumlah (baca:kuantitas) individu lain di sekitarnya. Contoh
: seperti yang sudah dialami banyak orang, ketika dia berada di keramaian (taman rekreasi
misalnya), dia tidak dapat menikmati ramainya suasana, lucunya anak-anak yang bermain,
sejuknya angin, indahnya bunga, karena yang ada di dalam hatinya bukanlah yang ada di
sekitarnya. Dia cuma bisa membayangkan dan berharap yang ada di dekatnya sekarang
adalah pacarnya, orang tua, teman, mantan, suami/istri, dll. Kuatnya perasaan hubungan
dengan orang lain yang saat itu tidak ada di sisinya membuatnya merasa kesepian, padahal
begitu banyak orang lain di sekitarnya. Banyak juga yang tidak merasa kesepian, padahal dia
sendirian. Kata-kata yang sering dia ucapkan seperti “Tuhan ada bersamaku”, “Dia tetap
hidup dalam hatiku”, “Walau jauh di mata, tapi dekat di hati”.

C. Kesepian Dilihat Dari Sudut Kesehatan

Dalam ilmu psikoterapi, hanya ada satu penyebab penyakit, yaitu gangguan dalam
pergaulan. Dan pergaulan telah dimulai sejak bayi dilahirkan. Lukman, Berger menjelaskan
bahwa menjadi tua merupakan beban bagi banyak orang, karena pertambahan umur disertai
dengan kehilangan banyak peranan. Sedangkan Ruddock (dalam Roles and Relationship)
berpendapat, bahwa hidup sosial merupakan aktivitas orang yang membutuhkan peranan,
dan mencari orang yang bersedia memainkan peranan yang komplementer (Anna A.,
M.Sidharta, dan M.A.W. Brouwer, 1980). Forum K. menjelaskan, bahwa penelitian di
Inggris mengungkapkan, usia paruh baya adalah usia yang paling sering merasa kesepian.
Lebih dari sekitar 75% orang dewasa merasa kesepian, dengan rata-rata usia 40 tahun an
adalah usia yang paling mengalami kesepian. Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam
Journal of Clinical Nursing meneliti sekitar 1300 orang dengan kisaran usia di atas 18
tahun di Australia, menemukan bahwa rasa kesepian sangat jarang dijumpai pada usia
remaja dan usia di atas 50 tahun. Hasil penelitian tersebut belum dapat dikatakan final,
karena tak semua orang menganggap kesendirian atau kesepian itu sebagai hal yang negatif,
bahkan ada beberapa orang yang memilih kesunyian sebagai bagian dari hidup mereka,
seperti yang diungkapkan DR. Athur Cassidy dari Belfast Institute. Survei tersebut
menemukan bahwa mereka yang memiliki keyakinan iman yang kuat cenderung lebih suka
hidup menyepi, tak peduli usia mereka. Dalam hal ini wanita yang menempati posisi paling
banyak untuk memilih hidup membaktikan diri pada keyakinan mereka, dan sangat jarang
sekali para wanita ini mengeluh dengan kesendirian mereka.

D. Kelompok Rentan Kesepian

Mereka yang rentan terkena kesepian adalah 2 kelompok yaitu kelompok Lanjut Usia dan
Remaja:

1. Lansia
Salah satu pukulan batin yang selalu dirasakan oleh setiap lansia di seluruh dunia adalah
meninggalnya kerabat, pasangan, teman, atau sahabat. Kehilangan orang tersayang sangat
memicu stress. Kebanyakan mungkin akan berkata “kau telah tiada, siapa lagi yang akan
menemani aku?”. Pikiran ini akan membuat lansia ingin mencari perhatian dari orang-
orang terdekat yang tersisa di sekitarnya. Anak, menantu, cucu, atau keponakan akan
melihat sikap kakek/neneknya yang berubah menjadi seperti balita dan jadi lebih sensitif.
Tapi apakah cara itu dapat membantunya untuk tidak merasa kesepian? Sayang sekali, itu
tidak bisa (jarang bisanya). Karena anak/menantu si lansia punya urusan bisnis sendiri,
cucu-cucu juga sibuk untuk mengembangkan bakat, belajar, maupun bermain. Lansia
juga mengalami kemunduran fungsi kesehatannya, sehingga lebih ketergantungan. Kalau
sudah begitu orang-orang terdekat juga pada menjauhi dan mungkin dititipkan saja ke
panti werdha atau panti jompo. Hal-hal demikian yang kebanyakan membuat para lansia
menderita kesepian.
2. Remaja
E. Faktor-Faktor Penyebab Kesepian

Menurut Middlebrook (1980), ada dua faktor penyebab dari kesepian, yaitu :

1. Faktor Psikologis
a. Existential Loneliness
Kesepian ini disebabkan oleh kenyataan adanya keterbatasan keberadaan manusia
yang disebabkan oleh terpisahnya seseorang dengan orang-orang lain, sehingga
tidaklah mungkin baginya untuk berbagi perasaan dan pengalamannya dengan orang
lain.
b. Pengalaman traumatis hilangnya orang-orang terdekat
Hilangnya seseorang yang sangat dekat dengan individu secara tiba-tiba tanpa bisa
dihindari seringkali dianggap sebagai penyebab kesepian.
c. Kurangnya dukungan dari orang lain
Kesepian dialami oleh mereka yang merasa tidak sesuai dengan lingkungannya.
Mereka yang mengalami kesepian manganggap diri mereka sebagai orang yang
diremehkan dan ditolak lingkungannya.
d. Adanya masalah krisis dalam diri seseorang dan kegagalan
Bila seseorang merasa harga dirinya terganggu, ia akan menghilangkan semangatnya
dan merasa kosong serta menghindar untuk mengadakan hubungan dengan
lingkungannya.
e. Kurangnya rasa percaya diri
Meskipun individu dapar melakukan hubungan sosial dengan baik, namun ia merasa
bahwa lingkungan disekitarnya kurang melibatkannya, sehingga menyebabkan
individu merasa kesepian, ia hanya dapat berhubungan sosial secara formalitas saja.
f. Kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan.
Orang-orang yang menjengkelkan, seperti pemarah, terlalu patuh dan tidak
mempunyai kemampuan bersosialisasi akan dihindari dari lingkungannya, sehingga
mereka merasa kesepian.
g. Ketakutan untuk menanggung resiko sosial
Individu ini takut terlalu dekat dengan orang lain, bercerita banyak, sehingga mereka
yang kesepian akan melihat kedekatan sosial sebagai sesuatu yang berbahaya dan
penuh resiko.

2. Faktor Sosiologis
a. Takut dikenal orang lain
Individu merasa takut dikenal oleh orang lain, sehingga hal tersebut menghilangkan
kesempatannya untuk berhubungan dekat dengan orang lain.
b. Nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan sosial
Nilai-nilai yang dianut masyarakat seperti privacy, kesuksesan dapat menyebabkan
seseorang merasa kesepian karena ia merasa terikat oleh nilai-nilai tersebut.
c. Kehidupan di rumah
Rutinitas di rumah seperti adanya jam makan, keributan di rumah dan kebiasan lainnya
juga akan menyebabkan seseorang merasa kesepian karena kejenuhan.
d. Perubahan pola-pola dalam keluarga
Kehadiran orang lain dalam keluarga akan menyebabkan terganggunya hubungan
dengan anggota keluarga lain.
e. Pindah tempat
Seringnya pindah dari satu tempat ke tempat yang lain menyebabkan seseorang tidak
dapat menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain.
f. Terlalu besarnya suatu organisasi
Terlalu banyak orang di sekeliling individu akan menambah perasaan terisolasi. Hal
ini akan membuat individu sulit untuk mengenal satu sama lain.
g. Desain arsitektur bangunan
Bentuk bangunan yang canggih juga berpengaruh terhadap interaksi sosial. Hal ini
mengingat bangunan-bangunan dapat menyebabkan masyarakat menjadi
individualistis di mana interaksi sosial menjadi terbatas.

Sadler (dalam Kirana, 2005) menambahkan bahwa kesepian dapat disebabkan karena lima
hal, yaitu :

1. Interpersonal Problems
Hal ini disebabkan karena subjek kehilangan orang-orang terdekatnya atau
memutuskan hubungan dengan orang lain (berpisah atau bercerai).
2. Social Shock
Masalah-masalah sosial seringkali membawa dampak negatif, terutama pada
masyarakat perkotaan (urban society) seperti pengangguran.
3. Culture Shock
Setiap kebutuhan memiliki ciri-ciri khas masing-masing. Ketika individu pindah ke
tempat baru maka perbedaan budaya antara tempat asal dan tempat individu sekarang
dapat menimbulkan masalah-masalah lain, tidak terkecuali kesepian.
4. Cosmic Problems
Hal ini berkaitan dengan eksistensial manusia atas apa yang sesungguhnya diinginkan
dari kehidupan yang dijalaninya.
5. Psychological Problems
Masalah-masalah psikologis merupakan sebab potensial yang dapat menimbulkan
kesepian, terutama bila individu yang bersangkutan tidak mampu menyelesaikan
masalah terus-menerus larut dalam kesedihan.

F. Karakteristik Sosial penderita Kesepian


Bagi mereka yang merasa kesepian biasanya mereaka akan berkarakteristik sebagai
berikut:
1. Sangat pemalu. Sulit memperkenalkan diri, menikmati keramaian, partisipasi minim
pada kelompok.
2. Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
3. Kurang asertif.
4. Merasa dikontrol orang lain, sulit mengemukakan pendapat.
5. Melankolis, suka dengan yang berbau sedih dan sering terlihat murung.
6. Menghabiskan sedikit waktu dengan orang-orang yang dikenal, lebih senang berada
di tengah orang-orang yang tidak mereka kenal.
7. Anak-anak yang kesepian biasanya memiliki hubungan yang buruk dengan ibunya
G. Pola Interaksi

Ada beberapa peneliti yang mempelajari pola interaksi si kesepian. Mereka bilang bahwa
orang-orang yang kesepian biasanya “selffocussed” dan “nonresponsive”. Mereka lebih suka
fokus sama diri sendiri dan kurang mau tahu tentang apa yang dikemukakan orang lain.
Kemungkinan hal itu dikarenakan oleh tidak terpenuhinya perhatian dari orang lain. Oleh
karena itu, jika ada kesempatan bicara dengan orang lain, mereka akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan akan pengakuan, dengan cara memfokuskan topik pembahasan pada
diri sendiri dan kurang berminat dengan topik orang lain.

H. Bahaya Kesepian

Kesepian dapat memperpendek umur hal ini bukan merupakan mitos, karena sudah
dilakukan penelitian ilmiahnya. Berikut adalah kutipan dari buku “Depresi? NO WAY!”
(2009), hal 61-62, buah tangan Wahyu Bramastyo:

“Perasaan kesepian merupakan faktor risiko yang menghubungkan seseorang dengan


berbagai masalah kesehatan. Kesepian memicu perasaan tertekan dan depresi. Menurut James
J. Lynch seorang psikolog sekaligus scientific director di Psycho-physiological Clinic
University of Maryland Medical School, perasaan kesepian adalah kontributor terbesar
terhadap tingginya kematian penduduk di Amerika. Selain itu, kesepian juga menjadi
penyebab munculnya berbagai masalah kesehatan fisik dan kesehatan mental. Orang-orang
yang tidak merasa kesepian diduga memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap sehat atau
sembuh dari penyakit yang mereka derita dibandingkan dengan mereka yang merasa
kesepian. Jauh di dalam diri mereka yang mengikatkan diri dengan obat-obatan terlarang atau
alcohol sebenarnya ada perasaan kesepian. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh
California Department of Health Services, epidemiologist, Peggy Reynolds dan George A.
Kaplan meneliti 7000 orang dewasa sehat. Mereka menemukan bahwa para wanita yang
terisolasi dari kehidupan sosial memiliki kemungkinan lebih besar menderita kanker dan
meninggal karenanya.

Sementara itu, Dr. Caroline Thomas dan Dr. Karen Duszynski dari John Hopkins School
of Medicine melaporkan hasil penelitian mereka bahwa orang-orang yang melakukan bunuh
diri, dirawat di rumah sakit karena gangguan mental, atau mengembangkan tumor dan kanker
dalam tubuh mereka, diduga memiliki perasaan yang sama. Mereka secara signifikan
memiliki masalah besar dalam hubungan interpersonal dan mengalami kesepian dalam hidup
mereka. Mereka yang memiliki hubungan sosial yang buruk, merasa kesepian, dan sering
menekan emosi yang mereka rasakan, memiliki kemungkinan kanker 16 kali lebih besar.”

I. Cara Mengatasi Kesepian

Jika Anda merasa kesepian, Anda tidak sendirian. Keadaan ini dialami hampir semua
orang di dunia. Dari hasil penelitian, para ahli kini sudah menemukan penyebab rasa sepi ini
sehingga bisa memberikan beberapa cara sederhana dan logis untuk mengatasinya. “Orang-
orang yang merasa kesepian dan mempunyai masalah dalam membentuk hubungan akrab
dengan orang lain mempunyai rasa percaya diri yang rendah,” kata psikiater David D. Burns,
penulis buku Intimate Connections yang mengembangkan program mengatasi kesepian di
Presbyterian Medical Center, Philadelphia. “Mereka takut ditolak dan dicela sehingga
bersikap terlalu kritis terhadap diri sendiri. Ini disebabkan mereka mempunyai harapan yang
tak masuk akal untuk dirinya sendiri maupun orang lain”. Rasa percaya diri yang rendah ini
membuat seseorang malas keluar, bertemu dengan orang-orang dan menjalin persahabatan.
Tapi, sekali Anda belajar mencintai diri Anda sendiri, orang lain dengan sendirinya akan
mencintai Anda juga. Dan rasa kesepian akan hilang. Berikut ini, tip yang ditawarkan Dr.
Burns:

1. Ingatkan diri Anda tentang bakat dan ciri pembawaan Anda yang membuat Anda bangga
pada diri sendiri. Bayangkan diri Anda sebagai seseorang yang menarik dan diperlukan.
Orang-orang lain umumnya tertarik pada seseorang yang mempunyai pandangan positif.
2. Laksanakan kegiatan yang selama ini Anda dambakan. Apakah belajar dansa, atau
bermain musik, atau kursus bahasa asing, atau melakukan kegiatan sosial. Pandai dalam
suatu bidang akan membangkitkan rasa percaya diri.
3. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Anda pasti akan selalu
menemukan orang lain yang lebih langsing, lebih muda, lebih cerdas, atau lebih seksi.
Selain itu, untuk menjalin persahabatan lestari dan saling mengasihi, Anda tak perlu harus
cantik atau tampan atau kaya.
4. Bergabung dengan grup yang punya minat yang sama. Pelajari program yang ditawarkan
badan pendidikan untuk orang dewasa. Bisa juga bergabung dengan organisasi yang
bersifat keagamaan. Atau bergabung dengan grup teater dan sebagainya, yang terdapat di
dekat kediaman Anda.
5. Sibukkan diri dengan pekerjaan sukarela. Dengan kegiatan ini, Anda akan lebih
memikirkan apa yang bisa Anda berikan kepada orang lain, daripada memikirkan apa
yang bisa Anda dapatkan dari orang lain. Hal ini akan membuat Anda merasa senang
pada diri sendiri.
6. Lakukan sesuatu yang membuat Anda merasa istimewa. Manjakan diri Anda dengan
makanan lezat, tataan rumah / kamar yang menarik, atau kegiatan menyenangkan yang
lainnya. Temukan hal-hal yang bisa menyenangkan Anda.
7. Rias diri Anda agar berpenampilan menarik. Kenakan busana yang sedang ngetren yang
selama ini selalu Anda hindari. Perubahan citra Anda bisa mempengaruhi perasaan orang-
orang terhadap diri Anda.
8. Jangan terlalu kritis terhadap orang lain. Jika Anda mengharap bertemu dengan orang
yang sempurna, Anda akan menunggu selamanya.
9. Selalu tersenyum. Katakan, ‘halo’ pada orang tak dikenal di jalan. Jika hal ini membuat
Anda salah tingkah, coba mulai lakukan pada sesama jenis. Atau pada orang yang lebih
tua, atau anak-anak. Jika Anda sudah percaya diri, Anda akan menemukan, dapat
mendekati lawan jenis dengan lebih mudah.
10. Memberi pujian. Orang-orang haus pujian. Dan hampir semua pujian bisa
membangkitkan jawaban yang hangat.
11. Bicarakan tentang diri Anda, tujuan dan minat Anda. Jangan merasa pekerjaan dan
kepribadian Anda tidak menarik bagi orang lain. Pelajari sebanyak mungkin tentang
orang lain. Mereka akan merespon karena Anda tertarik kepada mereka.
12. Terakhir, bersikaplah lebih santai, terlalu serius bisa saja merupakan suatu cara untuk
menutupi rasa tidak percaya diri. Rileks, senyum, dan berpikir positif tentang diri Anda.
Anda akan menjadi lebih mudah berhubungan dengan orang-orang dan rasa kesepian pun
hilang.

Anda mungkin juga menyukai