Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Konseling

A. Mempersiapkan konseli: engage, inform, dan encourage

Tugas pertama dalam attending adalah persiapan untuk penghampiran. Persiapan dalam
attending meliputi mempersiapkan helpee, mempersiapkan konteks (suasana) dan
mempersiapkan helper. Jika helpee tidak dipersiapkan untuk membuat suatu kontak, mereka
tidak akan muncul. Jika konteks (suasana) bantuan tidak dipersiapkan untuk menerima
kehadiran helpee, maka helpee tidak akan kembali. Tahap untuk memperispakan helpee ia
adalah dengan cara Mempersiapkan helpee meliputi usaha mengikat mereka (engage),
memberitahu (inform) mereka tentang kebersediaan kita dan menganjurkan/mendorong
(encourage) mereka untuk menggunakan bantuan kita.

Memberitahukan (inform) helpee menekankan pada kegiatan mengkomunikasikan data-data,


seperti siapa yang akan mereka temui (who), kapan dan dimana pertemuan tersebut (where-
when), bagaimana untuk sampai kesana (who), apa tujuan umum dari kontak yang akan
dilakukan (what for), dan menekankan pertanyaan pada helpe untuk menjadi terlibat dengan
pertanyaan “mengapa saya harus terlibat?” serta “mengapa anda mau terlibat dengan saya?”

B. Mempersiapkan konteks: ruangan, perabot dan dekorasi yang sesuai untuk


melakukan proses konseling

Mempersiapkan konteks (suasana konseling) meliputi kegiatan menyusun perabot dan


dekorasi serta mengatur ruangan kantor atau ruang pertemuan. Menyusun perabot
menekankan pada usaha memfasilitasi komunikasi yang terbuka melalui duduk di kursi,
berhadapan satu sama lain tanpa meja, rak, atau penghalang lain antara mereka. Jika ada
beberapa orang helpee, maka kursi dapat ditempatkan secara melingkar untuk memfasilitasi
komunikasi yang menarik dan penuh perhatian (atentif) antara satu sama lain. latar pemberian
bantuan perlu diatur dalam gaya yang rapi dan tersusun. Yaitu cara dimana kita
mengkomunikasikan bahwa kita berada di puncak hubungan dan kita siap untuk
memfokuskan diri pada masalah helpee.

Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan
teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses pelayanan bimbingan
dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi
para peserta didik/ konseli yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa nyaman, dan segi
lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan pelayanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai
dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Khusus ruangan konseling
individual harus merupakan ruangan yang memberi rasa aman, nyaman dan menjamin
kerahasiaan konseli (Alesha, 2017).

Pedoman Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang
mengacu kepada Permendikbud tahun 2014 no.111.Secara garis besar sarana dan prasarana
bimbingan dan konseling terbagi menjadi empat bagian yaitu, ruang bimbingan dan
konseling, instrumen pengumpul data, kelengkapan penunjang teknis, dokumen
program.Ruang bimbingan dan konseling terdiri dari Ruang kerja sekaligus ruang konseling
individual, Ruang tamu, Ruang bimbingan dan konseling kelompok, Ruang data.Instrumen
pengumpul data terdiri dari instrument pengumpul data tes, intrumen pengumpul data non tes
dan alat penyimpan data.

C. Mempersiapkan diri: catatan formal, data, informasi, kesan, tujuan konseling,


relaksasi tubuh, dan relaksasi pikiran.

Sangat penting bagi BK/Konselor untuk mempersiapkan dirinya untuk membantu konseli,
sebagaimana kita mempersiapkan helpee dan konteks. Kita akan meninjau kembali apa yang
kita ketahui tentang pemberian bantuan menekankan pada pemikiran tentang apa yang kita
ketahui tentang helpee dari seluruh interaksi sebelumnya. Informasi ini dapat mencakup
catatan formal, pemasukan data dan catatatan mengenai kesan-kesan formal.

Proses pengumpulan data adalah perolehan data tentang peserta didik yang mencakup semua
komponen. Tujuan dari pengumpulan data dalam layanan BK adalah untuk mendapatkan
pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, serta lebih mendalam dari masing-masing peserta
didik, dan membantu untuk mendapatkan pemahaman akan diri sendiri. Sebuah layanan
pengumpulan data yang berkualitas harus terintegrasi, kontinu dan berkesinambungan serta
bermanfaat.

Proses merelaksasikan diri berarti menekankan pada relaksasi pikiran dan tubuh kita setelah
interaksi pemberian bantuan yang actual. Beberapa helper merelaksasikan pikiran mereka
dengan memikirkan hal-hal menyenangkan, mengarungi pengalaman-pengalaman atau
dengan merelaksasikan tubuh juga otot-otot lain.
Beech dkk, (dalam Nursalim dalam Khusumawati dan Christiana, 2014) berpendapat bahwa
relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku. Dimana terapi tingkah laku adalah
penerapan aneka ragam tekhnik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang
belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada
pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Dan Relaksasi yang
merupakan salah satu teknik dalam terapi perilaku yang dapat digunakan individu untuk
menciptakan mekanisme batin dalam diri individu dengan membentuk kepribadian yang baik,
menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat ketidakberdayaan individu dalam
mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah individu mengontrol diri,
menyelamatkan jiwa, dan memberikan kesehatan bagi tubuh individu.

REFERENSI

Alesha, T. (2017). Contoh Desain Ruang BK yang Memenuhi Persyaratan. [Online]. Diakses
pada: http://bimbingankonseling.web.id/.
Hafina, A. (TT). Materi Keterampilan Attending (Menghampiri). [Online]. Diakses pada:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196
007041986012-ANNE_HAFINA/Bahan_latihan_attendingx.pdf.
Intishar, F., Chanum, I., & Badrujaman, A. (2015). Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana
Bimbingan dan Konseling (Survei terhadap Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta
Barat). Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(1).
Khusumawati, Z. E. & Christiana, E. (2014). Penerapan Kombinasi antara Teknik Relaksasi
dan Self-Instruction untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI IPA 2
SMA Negeri 22 Surabaya. Jurnal BK UNESA, 5(1), 1-10.
Lubis, N. L. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik: Edisi
Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.
Mulawarman (2017). Buku Ajar Pengantar Keterampilan Dasar Konseling bagi Konselor
Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 Nomor 111 Pasal 6 ayat 4 dan 5.

Anda mungkin juga menyukai