1802 4490 1 SM
1802 4490 1 SM
ABSTRACT
Lemon Citrus (Citrus limon (L.) Burm f.) is one of the plants that has potential as a traditional medicine, and is
an excellent source of vitamin C and calcium. Lemon leaf lemon can help overcome cancer, heart and liver.
The purpose of this research is to characterize simplicia leaf and to know the chemical compound group
contained in leaf. Characterization of simplicia include macroscopic and microscopic examination,
determinations of loss on drying, determinations of water soluble extract, determination of ethanol soluble
concentration, determination of total ash content, and determination of acid ash in soluble. Phytochemical
screening includes the test for alkaloids, flavonoids, steroids/triterpenoids, tannins and saponins. The result
obtained from examination of lemon citrus leaf characteristic gave loss on drying 69,29%; total ash content
6,40%; acid insoluble ash 1,23%; ethanol soluble extract 17,73%; water soluble extract 24,79%. The result of
phytochemical screening showed that lemon leaf simplicia extract contains alkaloids, flavonoids,
steroids/triterpenoids and tannins.
7
KLOROFIL Vol. 2 No. 1, 2018: 7-13
8
KLOROFIL Vol. 2 No. 1, 2018: 7-13
tanaman serbuk simplisia daun dan kulit buah 105oC selama 30 menit dan telah ditara.
jeruk lemon. Simplisia diratakan dalam krus porselen dengan
menggoyangkan krus hingga merata.Masukkan
Penetapan Susut Pengeringan ke dalam oven, buka tutup krus, panaskan pada
Satu g simplisia ditimbang seksama dan temperatur 100oC sampai dengan 105oC,
dimasukkan ke dalam krus porselen bertutup timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu berat yang kostan (Depkes, 1989).
Penetapan Kadar Abu Total abu dihitung terhadap bahan yang dikeringkan
Sebanyak 3 g serbuk simplisia yang telah di udara. Jika cara ini arang tidak dapat
digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dihilangkan, ditambahkan air panas, saring
dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa
ditara, diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan kertas dan kertas saring dalam krus yang sama.
hingga arang habis, pijaran dilakukan pada suhu Dimasukkan filtrat ke dalam krus,
600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan diuapkan.Dipijarkan hingga bobot tetap,
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar ditimbang dan dihitung (Depkes, 1989).
Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam beratnya, lalu sisa dipanaskan, kemudian
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap.
abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung
selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir (Depkes, 1989).
atau kertas saring bebas abu yang telah diketahui
Penetapan Kadar Sari Larut Etanol sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam
Lima g serbuk simplisa dimaserasi dengan pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat,
100 ml etanol selama 24 jam seperti tertera pada 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal
monografi, menggunakan labu bersumbat (Depkes, 1989).
berat ekstrak x 5
Kadar sari larut etanol = X 100%
berat simplisia
Penetapan Kadar Sari Larut Air cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara)
Lima g serbuk simplisia dimaserasi dengan di atas penangas air hingga kering, sisa
100 ml kloroforom P (2,5 mL kloroforom dalam dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot
1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan tetap. Kadar dihitung dalam persen terhadap
labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes,
selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. 1989).
Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam
9
KLOROFIL Vol. 2 No. 1, 2018: 7-13
berat ekstrak x 5
Kadar sari larut air = X 100%
berat simplisia
Ekstraksi Serbuk Simplisia jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI,
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, 1995).
penyari yang digunakan adalah etanol atau
campuran etanol-air .Sepuluh bagian simplisia Pemeriksaan Saponin
dimasukkan ke dalam bejana maserasi Sampel uji ditimbang sebanyak 0,5 g dan
(maserator), ditambahkan 75 bagian cairan dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
penyari dan direndam selama 5 hari sambil ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan
sekali-sekali diaduk. Disaring, maseratnya kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik.
dicukupkan menjadi 100 bagian dengan Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil
melewatkan cairan penyari melalui ampas dan tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang
maseratnya.Kemudian didiamkan 2 hari. Cairan dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2N
jernih dienaptuangkan dan kemudian maserat menunjukkan adanya saponin (Depkes RI,
diuapkan hingga mencapai kekentalan yang 1995).
diinginkan (BPOM RI, 2013).
Pemeriksaan Tanin
Skrining Fitokimia Sampel uji ditimbang sebanyak 1 g,
Pemeriksaan Alkaloida dididihkan selama 3 menit dalam 100 ml air
Sampel uji ditimbang sebanyak 0,5 g suling lalu didinginkan dan disaring . larutan
kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N diambil 2 ml ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi
dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru
air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan
Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji adanya tannin (Depkes RI, 1995).
alkaloida, diambil 3 tabung reaksi, lalu
kedalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Masing- Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
masing tabung reaksi ditambahkan pereaksi Sebanyak 1 g sampel uji dimaserasi selama
yang berbeda. 2 jam dengan 20 ml n-heksan, lalu disaring.
1. Tabung reaksi 1: ditambahkan 2 tetes Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada
pereaksi Mayer sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi
2. Tabung reaksi 2: ditambahkan 2 tetes Liebermann-Burchad. Timbulnya warna biru
pereaksi Bouchardat
atau biru hijau menunjukkan adanya steroida,
3. Tabung reaksi 3: ditambahkan 2 tetes
pereaksi Dragendorff sedangkan warna merah, merah muda atau ungu
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau menunjukkan adanya triterpenoida (Harborne,
kekeruhan pada paling sedikit dua dari tiga 1987).
percobaan diatas (Depkes RI, 1995).
Pemeriksaan Antrakuinon
Pemeriksaan Flavonoida Sampel uji ditimbang sebanyak 0,2 g,
Sebanyak 10 g sampel uji ditambahkan 10 kemudian ditambahkan 10 ml benzen, dikocok
ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan lalu didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dan
disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml disaring, kocok lapisan benzen dengan 2 ml
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan NaOH 2N, didiamkan.Lapisan air berwarna
1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, merah dan lapisan benzen tidak berwarna
dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida menunjukkan adanya antrakuinon (Depkes RI,
positif jika terjadi warna merah atau kuning atau 1995).
10
KLOROFIL Vol. 2 No. 1, 2018: 7-13
Tabel 1. Hasil pemeriksaan makroskopik daun dan kulit buah jeruk lemon
No. Pemeriksaan Daun Jeruk Lemon
1. Rupa dan Bentuk Bentuk daun jorong, tepi daun menggulung, ujung dan pangkal daun
tumpul.
2. Ukuran Panjang 9,5 - 11,5 cm
Lebar 2,5 - 4,2 cm
3. Warna Hijau – Hijau Kecoklatan
4. Bau Bau Khas Jeruk Lemon
5. Uraian serbuk simplisia Serbuk simplisia daun jeruk lemon dicirikan dengan serbuk berwarna
hijau kecoklatan.
30,6214 – 30,5955
Susut Pengeringan = X 100% = 62,29%
30,5955
0,1920
Kadar Abu Total = X 100% = 6,40%
3,0014
0,0369
Kadar Abu Tidak Larut Asam = X 100% = 1,23%
3,0014
0,8865 x 5
Kadar sari larut etanol = X 100% = 17,73%
5,0005
11
KLOROFIL Vol. 2 No. 1, 2018: 7-13
0,2479 x 5
Kadar sari larut air = X 100% = 24,79%
5,0009
Hasil di atas menunjukkan bahwa simplisia sedangkan pada serbuk simplisia kulit buah
daun jeruk lemon mengandung senyawa jeruk lemon terjadi warna coklat kehitaman.
alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, tanin Hasil uji steroid/triterpen pada serbuk simplisia
dan minyak atsiri. Daun dan kulit buah jeruk daun jeruk lemon menimbulkan warna biru
lemon mengandung tannin dan minyak esensial hijau, ini menunjukkan bahwa daun jeruk lemon
(Sutraningsih, 2005). Hasil uji alkaloid serbuk mengandung senyawa steroid, sedangkan pada
simplisia daun jeruk lemon dengan pereaksi serbuk simplisia kulit buah jeruk lemon
Bouchardat memberikan endapan coklat jingga, menimbulkan warna merah muda, ini
dengan pereaksi Dragendorff memberikan menunjukkan bahwa kulit buah jeruk lemon
endapan coklat jingga dan pereaksi Mayer mengandung senyawa terpen. Hasil uji saponin
memberikan endapan putih kekuningan, pada serbuk simplisia daun dan kulit buah jeruk
sedangkan pada serbuk simplisia kulit buah lemon tidak menunjukkan adanya senyawa
jeruk lemon dengan pereaksi Bouchardat saponin dengan ditandai tidak terjadi busa.Hasil
memberikan endapan jingga, dengan pereaksi uji antrakuinon pada serbuk simplisia daun dan
Dragendorff memberikan endapan kuning kulit buah jeruk lemon tidak menunjukkan
jingga dan dengan pereaksi Mayer memberikan adanya senyawa antrakuinon ini ditandai dengan
endapan putih. Hasil uji flavonoid serbuk tidak terjadi warna merah pada lapisan air.
simplisia daun jeruk lemon terjadi warna jingga
pada lapisan amil alkohol, sedangkan pada KESIMPULAN
serbuk simplisia kulit buah jeruk lemon terjadi
warna kuning pada lapisan amil alkohol. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun
Hasil uji tanin pada serbuk simplisia daun jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) diperoleh
jeruk lemon terjadi warna hijau kehitaman, susut pengeringan 69,29%, kadar sari larut
12
KLOROFIL Vol. 2 No. 1, 2018: 7-13
etanol 17,73%, kadar sari larut air 24,79%, kadar Green, Clinton,. (2002). Export Development Of
abu total 6,40%, dan kadar abu tidak larut asam Essential Oils And Spices by Cambodia. C.L.
1,23%. Hasil skrining fitokimia dari daun jeruk Green Consultanty Services.
Harborne, J.B. (2013). Metode Fitokimia, Penetuan
lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) menunjukkan
Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi
adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman:
tanin dan steroid/triterpen. 69-70, 671.
Hanani, E. (2015). Analisis Fitokimia. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman:
9-11, 13, 86, 89, 123, 126, 157-158, 180, 184,
202, 205-206, 219, 235, 239, 249.
Badan POM RI. (2005). Standarisasi Ekstrak
Nuraini, D.N. (2011). Aneka Manfaat Kulit Buah
Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu Tahapan
dan Sayuran: Manfaat dan Cara Pemakaian.
Penting Dalam Pengembangan Obat Asli
Yogyakarta: Andi Offset.
Indonesia.Volume 6. Jakarta: Badan POM RI.
Halaman: 4. Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
Badan POM RI. (2013). Pedoman Teknologi Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata. Edisi Ke-VI. Bandung:
Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak.Volume 2.
Penerbit ITB. Halaman: 71, 191-195, 208-
Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia,
215.
Deputi Bidang Pengawas Obat Tradisional,
Rohman, A., dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia
Kosmetik Dan Produk Komplemen.
Farmasi Analisis. Cetakan Pertama.
Halaman: 7-8, 12-16.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman: 220,
Depkes Republik Indonesia. (1989). Materia
Medika Indonesia (Jilid V).Jakarta : Depkes 323, 465-469.
Sediaoetama, A.D. (2004). Ilmu Gizi: Untuk
Republik Indonesia.
Mahasiswa Dan Profesi, Jilid I. Jakarta: Penerbit
Depkes Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Dian Rakyat. Halaman: 131-134.
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Sutraningsih.(2005). Cantik Dengan Bahan Alami.
Halaman: 39,970, 1061, 1135, 1139, 1192.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Depkes Republik Indonesia. (2000). Parameter
Wasito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan
Standar Umum Pembuatan Ekstrak Tumbuhan
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman:
Obat. Jakarta: Depkes Republik Indonesia.
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya ix-1.
Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, World Health Organization.(1998). Quality
Control Methods for Medical Plant Materials.
2-3 September 2015.ISBN: 978-602-7998-92-
Switzerland: WHO. Hal.31-33.
6. Halaman: 176-177.
13