Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Metallography merupakan ilmu yang mempelajari mikrostruktur logam dan


paduan logam dengan cara mengamati struktur dari bahan logam maupun paduan
logam tersebut dengan mikroskop serta hubungannya dengan sifat-sifat material
tersebut. Dalam bidang industri, khususnya pada bidang permesinan ilmu
Metallography sangatlah penting karena dapat terlihat sifat-sifat apa saja yang
terkandung dalam suatu material sehingga produsen dapat menyesuaikan sifat
material yang cocok untuk digunakan sebagai bahan utama alat ang akan mereka
buat.
Pada percobaan ini digunakan empat spesimen yaitu baja poros (etching), baja
cor kelabu (non-etching), baja cor kelabu (etching), dan baja cor nodular (etching).
Untuk langkah pertamanya, spesimen dipotong menggunakan alat las acetylene.
Dilanjutkan dengan memotongnya dengan wirecut dan gergaji mesin untuk
menghilangkan efek HAZ pada spesimen tersebut. Selanjutnya spesimen di grinding
dan dipoles untuk kemudian dietsa selama 3-5 detik. Lalu spesimen dicuci dengan air
aquades dan dilap hingga kering. Kemudian spesimen diamati pada mikroskop optis
dengan pembesaran hingga 400x untuk kemudian digambar dan dihitung komposisi
struktur mikro yang tampak.

Kata Kunci : Metallography, etsa, non-etsa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metallography merupakan ilmu yang mempelajari mikrostruktur logam
dan paduan logam dengan cara mengamati struktur dari bahan logam maupun
paduan logam tersebut dengan mikroskop serta hubungannya dengan sifat-sifat
material tersebut. Dalam bidang industri, khususnya pada bidang permesinan
ilmu Metallography sangatlah penting karena dapat terlihat sifat-sifat apa saja
yang terkandung dalam suatu material sehingga produsen dapat menyesuaikan
sifat material yang cocok untuk digunakan sebagai bahan utama alat ang akan
mereka buat.
Dari hasil pengamatan tersebut akan didapat struktur mikro suatu logam,
beserta fase strukturnya sehingga dapat diketahui sifat mekaniknyanya serta
klasifikasinya. Pengetahuan akan bahan dalam bidang industri sangat penting
untuk mengetahui kualitas dari bahan yang akan digunakan dalam industri.
Pada praktikum ini praktikan akan diperkenalkan bagaimana langkah-
langkah untuk mengetahui struktur mikro dari suatu material. Sehingga
nantinya akan dapat mengetahui hubungannya dengan sifat mekanik dan
klasifikasi logam. Sehingga dengan cara ini dapat diperoleh bahan dengan sifat-
sifat yang sesuai dengan tujuan guna memenuhi kebutuhan teknologi modern
yang semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum metallography adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana cara dan langkah-langkah untuk mengamati struktur mikro dari
suatu material?
2. Bagaimana perbandingan struktur mikro serta tampilan fisik material etsa
dan non-etsa?
3. Bagaimana pengaruh komposisi struktur mikro dan komposisi kimia
terhadap sifat mekanik dan klasifikasi material?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dalam praktikum metalllography adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara dan langkah-langkah untuk mengamati struktur mikro dari
suatu material
2. Mengetahui perbandingan struktur mikro serta tanpa tampilan fisik material
etsa dan non-etsa
3. Mengetahui pengaruh komposisi struktur mikro dan komposisi kimia
terhadap sifat mekanik dan klasifikasi material.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Semua praktikum dilakukan pada suhu kamar (270)
2. Spesimen yang digunakan baja poros (etching), besi cor kelabu (non-etching),
besi cor kelabu (etching), dan besi cor nodular (etching).

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan dalam praktikum ini meliputi :
BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum,
batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Dasar Teori berisi dasar teori dalam praktikum Metallography meliputi
Pengertian Metallography, Klasifikasi Baja, Diagram Kesetimbangan Fe-Fe3C, dan
Tahap-tahap Metallography.
BAB III Metodologi Percobaan berisi alat dan bahan, langkah-langkah, serta
flowchat percobaan.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan berisi analisa data dan pembahasan
yang menjelaskan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB V Kesimpulan dan Saran berisi kesimpulan dan saran yang menjelaskan
tentang kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dan saran dari
praktikan untuk praktikum demi adanya perbaikan kedepannya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Metallography
Metallography merupakan ilmu yang melihat dan menentukan kedudukan suatu
struktur pada suatu metal, paduan, dan material. Dalam metallography dikenal yang
pertama pengujian macro (macroscope test) ialah proses pengujian bahan yang
menggunakan mata terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam
permukaan bahan. Besaran magnifasi pengujian ini hingga 20 kali. Sedangkan yang
kedua adalah pengujian micro (microscope test) adalah pengujian terhadap bahan
logam yang bentuk kristal logamnya sangat kecil sehingga pengujiannya
menggunakan alat mikroskop optis yang memiliki skala magnifasi 50-1000 kali dan
mikroskop elektron dengan skala magnifasi 1.000.000 kali. Dari pengamatan
mikroskopis, kita dapat melihat ukuran granul, batas granul, dan distribusi dari tiap
fase yang penting dalam menentukan struktur suatu logam yang nantinya kita dapat
memprediksi perilaku logam tersebut apabila dikenai sejumlah perlakuan seperti
mekanik dan termal.

2.2 Diagram Kesetimbangan Fe-Fe3C


Hubungan antara karbon (C) di dalam baja ditampilkan dalam sebuah diagram
Fe-Fe3C. Diagram ini menampilkan hubungan antara temperatur dan kandungan
karbon (%C) selama pemanasan lambat. Dari diagram itu kita dapat memperoleh
beberapa informasi diantaranya :
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan
pendinginan lambat
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat
3. Temperatur cair masing-masing paduan
4. Batas kelarutan atau kesetimvangan dari unsur karbon fasa tertentu
5. Reaksi- reaksi metalurgis yang terjadi

Gambar 2.1 Diagram Kesetimbangan Fe-Fe3C


Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi. Sifat allotropi
besi sendiri ada 3 :
1. Delta iron (δ) mampu melarutkan karbon maks 0,1% di suhu 1493oC
2. Gamma iron (γ) mampu melarutkan karbon maks 2,14% di suhu 1147 oC
3. Alpha iron (α) mampu melarutkan karbon maks 0,025% di suhu 727 oC
Selain itu terdapat beberapa istilah pada diagram besi baja, yaitu :
1. Sementit (Fe-3C)
Gambar 2.2 Struktur Mikro Sementit
Cementite atau carbide dalam sistem paduan berbasis besi adalah inter-
metallic compund Fe3C yang keras (hard) dan getas (brittle). Cementite
sebenarnya dapat terurai menjadi bentuk yang lebih stabil yaitu Fe dan C
sehingga sering disebut sebagai fase metastabil. Namun, untuk keperluan
praktis, fase ini dapat dianggap sebagai fase stabil. Cementite sangat penting
perannya di dalam membentuk sifat-sifat mekanik akhir baja. Cementite dapat
berada di dalam sistem besi baja dalam berbagai bentuk seperti: bentuk bola
(sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite), atau partikel-
partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon dapat direkayasa
melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida,
dikenal sebagai lintasan Ferrite rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah parameter
penting yang dapat menjelaskan variasi sifat-sifat besi baja. Variasi sifat luluh
baja diketahui berbanding lurus dengan logaritmik lintasan ferrite rata-rata
2. Austenite (γ)
Gambar 2.3 Struktur mikro Austenite
Fase Austenite memiliki struktur atom FCC (Face Centered Cubic).
Dalam keadaan setimbang fase Austenite ditemukan pada temperatur tinggi.
Fase ini bersifat non magnetik dan ulet (ductile) pada temperatur tinggi.
Kelarutan atom karbon di dalam larutan padat Austenite lebih besar jika
dibandingkan dengan kelarutan atom karbon pada fase Ferrite. Secara geometri,
dapat dihitung perbandingan besarnya ruang intertisi di dalam fase Austenite
(atau kristal FCC) dan fase Ferrite (atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena transformasi fase pada saat
pendinginan Austenite yang berlangsung secara cepat. Selain pada temperatur
tinggi, Austenite pada sistem Ferrous dapat pula direkayasa agar stabil pada
temperatur ruang. Elemen-elemen seperti Mangan dan Nickel misalnya dapat
menurunkan laju transformasi dari gamma-austenite menjadi alpha-ferrite.
Dalam  jumlah tertentu elemen-elemen tersebut akan menyebabkan Austenite
stabil pada temperatur ruang.
3. Ledeburit

Gambar 2.4 Struktur Mikro Ledeburit


Ledeburit termasuk dalam Eutectic mixture (γ+Fe3C). Mengandung 4,3%
karbon dan terbentuk pada suhu 1130oC.
4. Ferrit(α)
Gambar 2.5 Struktur Mikro Ferrit
Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body
centered cubic). Ferrite dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada
temperatur ruang, yaitu alpha-ferrite atau pada temperatur tinggi, yaitu delta-
ferrite. Secara umum fase ini bersifat lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik
(magnetic) hingga temperatur tertentu, yaitu Tcurie. Kelarutan karbon di dalam
fase ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam fase
larutan padat lain di dalam baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur kamar,
batas kelarutan 0,008%. Memiliki tensile strength rendah dan keuletan tinggi.
Memiliki struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C.
5. Pearlite (Pt)

Gambar 2.6 Struktur Mikro Pearlite


Pearlite merupakan Eutectoid mixture (α+Fe3C) dan terjadi pada suhu
727oC. Mengandung 0,8% karbon.

2.3 Klasifikasi Baja


Baja adalah paduan dari besi dan karbon dimana persen berat karbon kurang
dari 2%. Berdasarkan komposisi kimianya, baja diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Baja Karbon Rendah
Baja jenis ini mempunyai kadar karbon sampai 0.3%, sangat luas
pemakaiannya. Strukturnya terdiri dari ferrite dan sedikit perlit, sehingga baja
ini kekuatannya relative rendah, lunak tetapi keuletannya tinggi, mudah
dibentuk. Baja ini tidak dapat dikeraskan dengan mudah.
2. Baja Karbon Menengah
Baja jenis ini mempunyai kadar karbon 0.3-0.7 %. Baja ini relative lebih
kuat dan keras, serta dapat dikeraskan, tetapi getas. Banyak digunakan untuk
konstruksi mesin yang memerluhkan kekuatan dan ketangguhan
3. Baja Karbon Tinggi
Baja jenis ini mempunyai kadar karbon lebih dari 0.7% mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang lebih, tapi mempunyai keuletan dan ketangguhan
yang rendah. Baja ini digunakan pada konstruksi mesin yang memerlukan
kekuatan lebih tinggi.
4. Baja Paduan
Baja paduan ini sudah ditambah unsur yang membuatnya lebih baik
daripada baja karbon. Dengan menambahkan satu atau beberapa unsur paduan
tertentu maka baja akan mempunyai kemampuan kekerasan yang baik.

2.4 Tahap-tahap Metallography


Dalam melakukan metallography terdapat tahap-tahap yang perlu diperhatikan
supaya tidak mempengaruhi hasil struktur mikro yang didapat, tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan Spesimen
Pertama adalah pengambilan sampel dari benda kerja. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah pengambilan spesimen dilakukan dengan hati-hati dan
menggunakan peralatan yang sesuai, agar tidak terjadi perubahan struktur mikro
pada spesimen akibat operasi pemotongan. Alat yang digunakan misalnya
gergaji atau wire cut. Ukuran dalam tahap ini juga harus diperhatikan, untuk
memudahkan langkah selanjutnya. Hendaknya ukuran diambil sesuai kebutuhan
dan ketersediaan benda kerja. Jika ukuran terlalu besar maka akan mengalami
kesulitan dipegang dalam proses grinding dan polishing. Jika ukuran terlalu
kecil umumnya dilakukan mounting dengan bakelite moulding.
Pada intinya Bakelite molding adalah proses mounting dengan
menggunakan bubuk resin yang didalamnya dimasukkan benda kerja, kemudian
diproses dan dipanaskan. Sehingga didapatkan mesin yang keras dan
didalamnya terdapat benda kerja yang akan diperlakukan metallography.
Bakelite moulding ini sangat diperlukan jika proses grinding dan polishing
menggunakan alat-alat otomatis.
2. Sampling
Memilih sample yang akan diamati di dalam mikroskop, untuk
mengetahui kerusakan/kegagalan.
3. Rough Grinding
Grinding pada prinsipnya menghaluskan permukaan sampai kehalusan
tertentu dengan memanfaatkan gesekan permukaan dengan permukaan
spesimen. Kertas gosok yang digunakan merupakan permukaan kasar yang
bervariasi.
4. Mounting
Proses mounting atau pembingkaian benda uji dilakukan pada benda uji
dengan ukuran yang kecil dan tipis, hal ini bertujuan untuk mempermudah
pemegangan benda uji ketika dilakukan tahap preparasi selanjutnya seperti
pengampelasan(polishing). Proses ini memiliki dua cara yaitu menggunakan
alat pembingkaian untuk bahan yang memerlukan panas dan penyalutan untuk
bahan yang tidak memerlukan panas hanya menggunakan cetakan saja.
5. Etching (Mengetsa/Etsa)
Etching dilakukan untuk mendapatkan permukaan yang dapat diamati
dengan mikroskop optis. Pada dasarnya mengetsa (etching) adalah proses korosi
yang dikendalikan sehingga menghasilkan kontur permukaan yang bervariasi
juga. Kondisi tersebut terjadi karena adanya variasi struktur metal, karena
variasi struktur adalah variasi potensial untuk terkorosi. Potensial tersebut akan
dibantu oleh lingkungan. Variasi laju korosi tersebut akan menghasilkan variasi
permukaan pada spesimen, misalnya batas butir terlihat adanya variasi orientasi,
fase akan terlihat karena adanya perbedaan fase-fase terkorosi.
Pada prinsipnya metode etching dibagi menjadi 2, yaitu secara kimia
(etching reagent) yang merupakan pelarutan fase dalam spesimen dipicu oleh
reaksi kimiawi. Secara kimia terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. Corrosion agent (hidrocloric, sulphuric, phrospore, acelin asice)
2. Modifier agent
3. Oxider (hydrogen peroxide, Fe3+ Cu2+) korosi harus dikontrol dengan
mengikat electron.
Metode selanjutnya adalah secara elektrolisis yang merupakan pemberian
potensial untuk mempercepat laju. Secara elektrolisis memanfaatkan prinsip
elektrokimia, dimana benda kerja dikorosi dengan menggunkan arus dari energy
listrik dimana spesimen adalah anoda. Selain kedua metode tersebut ada juga
metode potensiostatic dan anodizing.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Spesimen
Adapun spesimen yang digunakan dalam praktikum metallography adalah
sebagai berikut :
1. Baja poros (etching)
2. Besi cor kelabu (non-etching)
3. Besi cor kelabu (etching)
4. Besi cor nodular (etching)
3.1.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum metallography adalah
sebagai berikut :
1. Alat pemotong benda menjadi spesimen, contoh alat las acetylence, wirecut,
dan gergaji mesin
2. Mesin grinding dan polishing
3. Kertas gosok grid 80, 120, 240, 320, 600, 800, 1000, 1500, 2000
4. Kain halus (kain berludru)
5. Serbuk alumina
6. Cairan pengetsa
 Baja poros (Nital)
 Besi cor kelabu (Nital)
 Besi cor nodular (Nital)
7. Cairan aquades
8. Mikroskop optis dengan perbesaran 400x
3.2 Langkah-Langkah Percobaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam peraktikum metallography
adalah sebagai berikut :
1. Dipersiapkan alat untuk mengambil spesimen dari benda
2. Dipotong spesimen menggunakan alat las acetylence
3. Dipotong spesimen menggunakan wirecut untuk menghilangkan atau
memperkecil efek HAZ
4. Dipotong spesimen menggunakan gergaji mesin untuk menghilangkan HAZ
dari proses wirecut
5. Digrinding spesimen dengan menggunakan kertas gosok mulai dari grid 80
sampai 2000
6. Dipoles spesimen menggunakan kain beludru yang diberi serbuk alumina
7. Di etsa spesimen selama 3-5 detik lalu spesimen segera dicuci dengan air
aquades dan dilap hingga kering
8. Diletakkan spesimen pada mikroskop optis dan diatur pembesaran hingga
400x
9. Digambar struktur mikro yang terlihat pada mikroskop
10. Dihitung komposisi struktur mikro dari hasil pengamatan.
3.3 Flowchart

Mulai
Baja Poros (etching)

Besi cor kelabu (non-etching)

Besi cor kelabu (etching)

Besi cor nodular (etching)

Dipersiapkan alat untuk mengambil spesimen dari benda

Dipotong spesimen menggunakan alat las acetylene

Dipotong spesimen menggunakan wirecut

Dipotong spesimen menggunakan gergaji mesin


B

Digrinding spesimen mulai grid 80 sampai 2000

Dipoles spesimen menggunakan kain beludru yang diberi serbuk alumina

Dietsa spesimen selama 3-5 detik

A
B
A

S
S
e
e
l
l
e
e
s
s
Dicuci spesimen dan dikeringkan menggunakan lap
a
a
i
i
Diletakkan spesimen pada mikroskop optis yang sebelumnya diatur
pembesaran hingga 400x

Digambar struktur mikro yang terlihat

Dihitung komposisi stuktur mikro

NO
n=4 ?

YES

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

Hill,McGraw.1974.Introduction to Physical Metallurgy.New York : McGraw-


Hill BOOK COMPANY
Ir.Suherman,Wahid.1999.Ilmu Logam 2.Surabaya : Jurusan Teknik Mesin FTI –
ITS
Modul Praktikum Metalurgi 2 “Non Destructive Test” Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai