Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FETOMATERNAL

AMNIOSINTESIS

Disusun Oleh:

1. Desy Ariyanti P1337424420124


2. Eki Dwi Ariani P1337424420125
3. Mu'linatus Sa'adah P1337424420129
4. Rani Ragilia Sari P1337424420131
5. Nur Hidayatun Ni'mah P1337424420133
6. Muntarti P1337424420135
7. Avie Nusa Maharani Sulistya P1337424420136
8. Dwi Sulistiyaningrum P1337424420137
9. Mursinta Puspa P1337424420139
10. Tri Widawati P1337424420140
11. Susi Widhiastuti P1337424420143
12. Pujiwati P1337424420144
13. Rita Yuli Kartikasari P1337424420145

                                                                                      
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
DAN PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi reproduksi merupakan satu kesatuan dari teknik-teknik rekayasa sistem

reproduksi hewan yang dikembangkan melalui suatu proses penelitian dalam bidang

reproduksi hewan secara terus menerus dan berkesinambungan dengan hasil berupa alat,

metoda ataupun alat dan metoda yang dapat diaplikasikan dengan tujuan tertentu.

Terdapat banyak sekali teknologi reproduksi yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan

kegiatan usaha peternakan yang ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi.

Banyak kasus bayi kembar siam, bayi dengan usus terburai atau tanpa tempurung

kepala merupakan kasus kelainan bayi akibat tidak sempurnanya pembentukan organ

sewaktu janin masih dalam kandungan ibu. Faktornya sangat kompleks mulai dari

kekurangan gizi, kelainan genetik, faktor dari ibu maupun janin itu sendiri. Namun

kelainan-kelainan pada bayi biasanya terlambat untuk diketahui. Bahkan meski sudah

dilakukan pemeriksaan USG secara rutin, kelainan yang dialami janin masih saja ada

yang tidak terdeteksi. Kini sudah ada teknologi untuk mengetahui kelainan bayi sejak

dini bahkan ketika organ bayi belum terbentuk. Nama teknologi tersebut adalah

pemeriksaan prenatal diagnosis terintegrasi dimana nama pemeriksaannya di sebut

Amniocentesis atau pemeriksaan air ketuban untuk mengetahui kelainan kromosom pada

janin. Pemeriksaan tersebut bisa dilakukan pada umur kandungan 12-14 minggu dimana
pada waktu ini organ bayi bahkan belum terbentuk. Dengan pemeriksaan air ketuban ini,

para ibu bisa mengetahui lebih awal apakah janinnya mengalami kelainan atau tidak.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan amniosentesis?

2. Apakah tujuan dari melakukan amniosentesis?

3. Bagaimana prosedur melakukan anmiosentesis?

4. Apa sajakah kerugian ataupun resiko dari amniosentesis?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian amniosentesis.

2. Mengetahui tujuan dilakukannya amniosentesis.

3. Mengetahui prosedur amniosentesis.

4. Mengetahui kerugian dan resiko dari amniosentesis.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amniosentesis

Pengertian amniosentesis berasal dari bahasa yunani yaitu amnos dan kentesis.

Amnos berarti kantong amnion atau rahim, sedangkan kentesis berarti penusukan, jadi

arti harafiah amniosentesis adalah penusukan kantong amnion. Amniosentesis dapat

dikatakan sebagai sebuah prosedur kandungan dimana sejumlah cairan ketuban diaspirasi

dari dalam kantong amnion untuk keperluan analisa. Cairan amnion seorang ibu ternyata

memilki sel yang sama dengan janin yang sedang di kandungnya. Kehilangan kehamilan

normal akibat amniosentesis yaitu 1:100.

Pemeriksaan amniosentesis biasanya dilakukan sesudah kadar alphafeto-protein

diselidiki dalam darah ibu. Pemeriksaan fetoprotein-alfa (AFP) adalah suatu pemeriksaan

darah yang dilakukan pada calon ibu. Fetoprotein-alfa dibentuk didalam hati bayi dan

mengalir dalam jumlah sedikit kedalam aliran darah. Pengukuran jumlah fetoprotein-alfa

dalam darah akan membantu pemberi asuhan kesehatan memprakirakan masalah pada

bayi. Pemeriksaan biasanya dilakukan pada minggu ke-16 dan ke-20 masa kehamilan.

AFT dapat mendeteksi kelainan tabung saraf, kelainan hati atau ginjal yang berat,

sumbatan esophagus atau usus, sindrom Down, obstruksi saluran perkemihan, dan

imperfect osteogenesis (kerapuhan tulang bayi).


B. Tujuan Amniosentesis

Tujuan dilakukannya amniosentesis yaitu

1. Meringankan beban ibu dan bayi dari akibat kelebihan cairan pada masa hamil tua.

2. Mendeteksi kondisi janin yang ada dalam rahim ibu itu sehat atau cacat.

a. Memeriksa penyakit kuning janin pada kehamilan sedang yang disebabkan oleh

penyakit rhesus.

b. Memantau status bakal bayi, antara lain apakah sedang menderita suatu kelainan

bawaan atau genetik.

3. Amniosentesis yang dilakukan pada wanita hamil yang usianya diatas 35 tahun dan

dilakukan mendekati akhir kehamilan bertujuan menentukan apakah paru bayi sudah

matang atau belum.

4. Amniosentesis dapat menentukan jenis kelamin bayi. Namun demikian, pemeriksaan

ini tidak digunakan untuk tujuan tersebut, kecuali pada kasus dimana jenis kelamin

bayi dapat menyebabkan masalah, seperti hemophilia.

5. Mengetahui apakah bayi dari ibu yang mempunyai resus Rh- mempunyai masalah.

6. Indikasi amniosentesis yaitu gangguan metabolism, kelainan saluran saraf, penyakit

hemolisis, pemeriksaan karioptipe berdasarkan pada anamnesis keluarga, perorangan,

umur ibu, resiko tinggi, atau kelainan pada ultrasonik.


Syarat Dilakukan Amniosintesis

1. Usia kehamilan > 35 tahun.

2. Adanya riwayat keluarga kalainan lahir.

3. Orang tua mempunyai kelainan kromosom.

4. Dijumpai kelainan pada pemeriksaan USG.

C. Prosedur Amniosentesis

Amniosentesis biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan, sebab pada

usia kehamilan tersebut kedua lapisan membran janin (fetal membranes) telah

menyatu sempurna sehingga sampel cairan ketuban dapat dengan aman ditarik.

Jarang, amniosentesis dapat dilakukan pada minggu ke-11 kehamilan.

Amniosentesis kadang-kadang dilakukan di akhir kehamilan untuk menilai

apakah paru-paru bayi sudah cukup dewasa untuk bayi dapat bernapas sendiri,

sehingga dapat di lakukan persalinan. Tahapan Pemeriksaan Amniocintesis:

1. Ibu berbaring telentang.

2. Perut ibu dibersihkan.

3. Dokter menggunakan ultrasonografi untuk melihat bayi, dan untuk mencari area

yang aman dalam air ketuban. Ultrasonografi adalah gambar dari bayi yang

ditangkap dengan menggunakan gelombang suara. Dalam amniosentesis,

ultrasuara (ultrasonografi) digunakan untuk menentukan letak janin, dan sedikit

air ketuban dihisap untuk pemeriksaan. Dokter dapat mendiagnosis beberapa


penyakit dari bahan–bahan kimiawi dalam air ketuban itu sendiri, semetara

beberapa penyakit lainnya mungkin terlihat pada uji yang dilakukan pada sel

biakan dari sel janin yang ada dalam air ketuban tersebut. Analisisnya meliputi

pemeriksaan biokimiawi, untuk mendeteksi keberadaan enzim tertentu, dan

kariotipe, untuk menentukan apakah kromosom sel janin itu jumlah dan

penampakan mikroskopiknya normal.

Adapun prosedur dalam melakukan amnisentesis diantaranya :

 Dokter akan menggunakan perangkat ultrasound (USG) untuk memeriksa posisi bayi

dan plasenta di dalam rahim ibu, USG ini membantu menemukan tempat terbaik

untuk mengambil cairan ketuban tanpa merusak plasenta, tali pusat atau bayi.

 Karena prosedur ini merupakan prosedur yang invasif maka sebelum dilakukan

pengambilan cairan ketuban maka dilakukan tindakan antiseptik dahulu untuk

mempersiapkan amniosentesis tersebut, selanjutnya dilakukan bius lokal (obat

penghilang rasa sakit) untuk mengurangi rasa sakit yang timbul pada prosedur

pengambilan cairan ketuban.


 Selanjutnya dengan panduan USG, dokter akan menggunakan sebuah jarum suntik

untuk aspirasi cairan ketuban yang ditusukan melalui dinding perut kedalam kantung

ketuban yang berisi cairan ketuban, biasanya cairan ketuban berwarna kekuning-

kuningan.

 Setelah di lakukan aspirasi cairan ketuban, dokter akan memantau lagi kondisi janin

melalui USG untuk memantau detak jantung janin.

 Cairan ketuban yang di peroleh dari aspirasi tersebut sebaiknya jangan bercampur

dengan darah, jika bercampur dengan darah maka sebaiknya dilakukan prosedur

aspirasi ulang, selanjutnya akan di kirim ke laboratorium untuk di lakukan

pemeriksaan. Hasil amniosentesis pada umumnya tersedia dalam waktu 2-3 minggu.

 Cairan amnion yang diaspirasi tersebut mengandung sel-sel janin yang akan dikultur

atau diperiksa di laboratorium untuk mengetahi kemungkinan kelainan kromosom

maupun penyakit pada janin.

Ada dua jenis tes yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yaitu Rapid test dan

Full karyotype.

Rapid test mencari kelainan pada kromosom tertentu (bagian dari sel-sel tubuh

yang membawa gen). Rapid test dapat mengidentifikasi sejumlah kondisi kromosom

yang menyebabkan kelainan fisik dan mental. Ini adalah:

o Down syndrome - yang disebabkan oleh kelainan kromosom ekstra 21

o Edward sindrom - disebabkan oleh kelainan kromosom ekstra 18

o Sindrom Patau - disebabkan oleh kelainan kromosom ekstra 13

Hasil tes cepat harus siap setelah tiga hari kerja. Tes ini hampir 100% akurat, tetapi hanya

tes untuk tiga kondisi di atas.


Full karyotype, Setiap sel dalam tubuh mengandung 23 pasang kromosom, full

karotype memeriksa semua ini. Sel-sel dalam sampel cairan ketuban yang tumbuh hingga

10 hari di laboratorium sebelum diperiksa di bawah mikroskop untuk memeriksa jumlah

kromosom dan tampilan pada kromosom. Hasil dari Full karotype biasanya akan siap

dalam dua atau tiga minggu.

Sekitar 1 dari setiap 100 tes, hasil mungkin tidak jelas, Ini bisa disebabkan oleh

darah ibu mengkontaminasi sampel cairan ketuban, yang mungkin telah mencegah sel-sel

dari tumbuh dengan benar.

Dari hasil pemeriksaan amniosintesis dapat diketahui

1. Kelainan kromosom : Down syndrome, Turner syndrome, Edward's syndrome dll

2. Kelainan genetik lain : Cystic fibrosis AR, Sickle cell disease AD, Tay-Sachs disease

AR, Thalasemia AD.

D. Kerugian dan Resiko Amniosentesis

Teknologi amniosentesis ini berpengaruh dahsyat bagi proses kelahiran manusia

dalam beberapa cara.

1. Teknik ini memungkinkan penyelamatan banyak fetus yang barangkali akan diaborsi

karena mereka tidak mengidap penyakit yang diduga sebelumnya.

2. Orang tua dapat memilih apakah akan mempertahankan kandungan fetus atau tidak

karena memiliki penyakit genetik.

3. Amniosentesis bisa digunakan untuk pemilihan jenis kelamin kala terdapat

kemungkinan penyakit genetik yang berhubungan dengan jenis kelamin atau kalau

ada kecenderungan pada jenis kelamin tertentu.


Resiko amniosentesis termasuk trauma terhadap janin, plasenta, infeksi,keguguran

atau kelahiran premature. Meskipun resikonya relative kecil, masih terdapat resiko yang

berkaitan dengan prosedur tindakan. Kematian janin akibat komplikasi diperkirakan

sekitar 0,3 sampai 3%.

Kerugian, amniosentesis biasanya dilakukan untuk evaluasi pralahir sekitar

minggu ke-16 masa kehamilan, membuat penghentian kehamilan lebih sulit untuk

dilakukan. Maka pemeriksaan dilakukan pada sekitar minggu ke-11 atau ke-12.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa amniosentesis dapat

dikatakan sebagai sebuah prosedur kandungan dimana sejumlah cairan ketuban

diaspirasi dari dalam kantong amnion untuk keperluan analisa.

Tujuan dilakukannya amniosentesis yaitu

1. Meringankan beban ibu dan bayi dari akibat kelebihan cairan pada masa hamil

tua.

2. Mendeteksi kondisi janin yang ada dalam rahim ibu itu sehat atau cacat.

3. Mengetahui maturnitas paru bayi.

4. Amniosentesis dapat menentukan jenis kelamin bayi.

Amniosentesis biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan, sebab pada

usia kehamilan tersebut kedua lapisan membran janin (fetal membranes) telah

menyatu sempurna sehingga sampel cairan ketuban dapat dengan aman ditarik.

Jarang, amniosentesis dapat dilakukan pada minggu ke-11 kehamilan.

Resiko amniosentesis termasuk trauma terhadap janin, plasenta,

infeksi,keguguran atau kelahiran premature. Meskipun resikonya relative kecil,

masih terdapat resiko yang berkaitan dengan prosedur tindakan. Kematian janin

akibat komplikasi diperkirakan sekitar 0,3 sampai 3%. Kerugian, amniosentesis

biasanya dilakukan untuk evaluasi pralahir sekitar minggu ke-16 masa kehamilan,
membuat penghentian kehamilan lebih sulit untuk dilakukan. Maka pemeriksaan

dilakukan pada sekitar minggu ke-11 atau ke-12.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A.dkk. 1999. Biology. Alih bahasa Rahayu Lestari, 2000, Biologi Jilid I.

Jakarta: Erlangga.

Chang, William. 2009. Bioetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Curtis, Glade B dan Judith Schuler. 1996. Your Pregnancy After 30. Alih bahasa: Yasmin Asih,

Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

James, Joyce.dkk. 2008. Prinsip – Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.

Rasman. 2009. Manajemen Laktasi yang Baik. Jakarta: Salemba.

Anda mungkin juga menyukai