Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ANALISA GAS DARAH

Di Susun Oleh :

Falahuddin (G1C221083)

Enggartini ( G1C221072)

Yunita Alfiah (G1C221093)

Resky Falaq Sari Hafid (G1C221044)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality
Control (Qc)” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas individu yang digunakan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Kimia Klinik III. Makalah ini kami susun
berdasarkan konsep dan materi dari berbagai sumber.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Hj. Nurul
Qomariyah,S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan ilmu, arahan, dan bimbingan serta dukungan moral-moril
teman-
teman, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality Control (Qc)”
ini membahas mengenai apa itu Analisa Gas Darah, apa tujuan pemeriksaannya,
apa komponen-komponen evaluasi analisa gas darah, apa yang dimaksud
keseimbangan asam basa, apa saja gangguan dan penyebab gangguan
keseimbangan asam basa, kemudian indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dan
cara pemeriksaan analisa gas darah. Selain itu makalah ini juga membahas tentang
quality control BGA dan analisa gas darah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca pada
umumnya. Selanjutnya dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kata
sempurna, baik bentuk, tata susunan kalimat, maupun cara penulisannya. Oleh
karena itu diharapkan agar dapat memberikan kritik dan saran yang
bersifat
membangun agar isi dan makna makalah ini dapat mendekati tujuan dan sasaran
yang sebenarnya.
Semarang, Oktober 2015
Penuli
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality
Control (Qc)” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas individu yang digunakan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Kimia Klinik III. Makalah ini kami susun
berdasarkan konsep dan materi dari berbagai sumber.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Hj. Nurul
Qomariyah,S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan ilmu, arahan, dan bimbingan serta dukungan moral-moril
teman-
teman, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality Control (Qc)”
ini membahas mengenai apa itu Analisa Gas Darah, apa tujuan pemeriksaannya,
apa komponen-komponen evaluasi analisa gas darah, apa yang dimaksud
keseimbangan asam basa, apa saja gangguan dan penyebab gangguan
keseimbangan asam basa, kemudian indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dan
cara pemeriksaan analisa gas darah. Selain itu makalah ini juga membahas tentang
quality control BGA dan analisa gas darah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca pada
umumnya. Selanjutnya dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kata
sempurna, baik bentuk, tata susunan kalimat, maupun cara penulisannya. Oleh
karena itu diharapkan agar dapat memberikan kritik dan saran yang
bersifat
membangun agar isi dan makna makalah ini dapat mendekati tujuan dan sasaran
yang sebenarnya.
Semarang, Oktober 2015
Penuli
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality
Control (Qc)” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas individu yang digunakan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Kimia Klinik III. Makalah ini kami susun
berdasarkan konsep dan materi dari berbagai sumber.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Hj. Nurul
Qomariyah,S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan ilmu, arahan, dan bimbingan serta dukungan moral-moril
teman-
teman, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality Control (Qc)”
ini membahas mengenai apa itu Analisa Gas Darah, apa tujuan pemeriksaannya,
apa komponen-komponen evaluasi analisa gas darah, apa yang dimaksud
keseimbangan asam basa, apa saja gangguan dan penyebab gangguan
keseimbangan asam basa, kemudian indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dan
cara pemeriksaan analisa gas darah. Selain itu makalah ini juga membahas tentang
quality control BGA dan analisa gas darah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca pada
umumnya. Selanjutnya dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kata
sempurna, baik bentuk, tata susunan kalimat, maupun cara penulisannya. Oleh
karena itu diharapkan agar dapat memberikan kritik dan saran yang
bersifat
membangun agar isi dan makna makalah ini dapat mendekati tujuan dan sasaran
yang sebenarnya.
Semarang, Oktober 201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality
Control (Qc)” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas individu yang digunakan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Kimia Klinik III. Makalah ini kami susun
berdasarkan konsep dan materi dari berbagai sumber.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Hj. Nurul
Qomariyah,S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan ilmu, arahan, dan bimbingan serta dukungan moral-moril
teman-
teman, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality Control (Qc)”
ini membahas mengenai apa itu Analisa Gas Darah, apa tujuan pemeriksaannya,
apa komponen-komponen evaluasi analisa gas darah, apa yang dimaksud
keseimbangan asam basa, apa saja gangguan dan penyebab gangguan
keseimbangan asam basa, kemudian indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dan
cara pemeriksaan analisa gas darah. Selain itu makalah ini juga membahas tentang
quality control BGA dan analisa gas darah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca pada
umumnya. Selanjutnya dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kata
sempurna, baik bentuk, tata susunan kalimat, maupun cara penulisannya. Oleh
karena itu diharapkan agar dapat memberikan kritik dan saran yang
bersifat
membangun agar isi dan makna makalah ini dapat mendekati tujuan dan sasaran
yang sebenarnya.
Semarang, Oktober 201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “ ANALISA GAS DARAH”
dapat di selesaikan

Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok yang di gunakan unyuk


memenuhi tugas mata kuliah Teori Imunohistokimia. Makalah ini kami susun
berdasarkan konsep dan materi dari beberapa sumber.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada, Tulus Ariadi, SKM, M.Si


selaku Dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan ilmu, arahan,
dan bimbingan serta teman- teman, sehingga makalah ini dapat selesai tepat
waktunya.

Makalah yang bejudul Analisa Gas Darah, apa tujuan pemeriksaannya,


apa komponen- komponen evaluasi analisa gas darah, apa yang dimaksud
keseimbangan asam basa, kemudian indikasi dan kontaindikasi pemeriksaan
dan cara pemeriksaan analisa gas darah.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca pada


umumnya. Selanjudnya dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari
kata sempurna, baik bentuk, tata susunan kalimat, maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu diharapkan agar dapat memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar isi dan makna makalah ini dapat
mendekati tujuan dan sasaran yang sebenarnya

Semarang, 05 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………. I

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. II

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… III

BAB PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………………….2
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...3
3. Tujuan ………..……………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Defenisi Analisa Gas Darah………………………………………………... 6


2. Gangguan Asam Basah Sederhana……………………………………….. 7
3. Cara Kerja Alat……………………………………………………………….. 8
4. Langkah- langkah untuk menilai Gas Darah ……………………………… 9
5. Factor- factor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD ………………….. 10
6. Hal- hal yang perlu di perhatikan……………………………………………. 11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 13

Saran……………………………………………………………………………………. 14

DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas
dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat.
Analisa gas darah dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida
di dalam darah arteri dan mengukur pH-nya. Hasil dari pemeriksaan gas darah
sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien,
therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan
therapy misalnya penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan
untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang
diperoleh merefleksikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan. Pemahaman yang
mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki peran yang sama pentingnya
dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada pasien-pasien kritis.
Kelainan asama basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasienpasien
kritis. Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak dapat memberikan
gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan dengan metode Stewart dapat
menganalisa lebih tepat dibandingkan dengan metode sederhana untuk membantu
dokter dalam menyimpulkan outcome pasien.
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk
ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2.
Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat
mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada
umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara langsung berhubungan
dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes
kecairan jaringan antar sel.
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena
berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan
kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan
warnanya karena terjadinya pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan
diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat
dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca
analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel darah,
5

persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap


analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil. Tahap
pasca analitik: pencatatan hasil dan pelapora penyimpanan sampel, persiapan
kertas kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel,
interpretasi hasil. Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.
Analis gas darah  sering digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam –
basa spesifik pada tingkat kompensasi  yang telah terjadi.meskipun biasanya
pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arterial,jika sampel darah arteri
tidak dapat diperoleh suatu sampel vena  campuran dapat juga digunakan.
Di Indonesia hampir 50% penyakit  dalam dilakukan AGD (Analisa Gas
Darah) untuk mendapatkan data penunjang, pada tahun 2007 banyaknya penderita
demam berdarah menambah catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan  AGD
(Analisa Gas Darah).
Dari keadaan di atas sangat dibutuhkan peran analis dalam AGD yaitu
Observasi tempat penusukan dari pendarahan, hematom, atau pucat pada bagian
distal. Dengan meningkatnya catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD,
maka penulis tertarik untuk mengangkat “Analisa Gas Darah”.
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (Astrup) adalah  salah satu tindakan
pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang
berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph), jumlah oksigen, dan
karbondioksida dalam darah pasien.  Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam  sirkulasi darah dan
mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph,
HCO3, dan seturasi O2.
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA)
merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk
mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan
status asam-basa dalam darah arteri.
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan
untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD
mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan
basa).Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai : “Keseimbangan asam basa
dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah”.
6

I.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud Analisa Gas Darah
2. Apa itu analisis gas darah ?
3. Apa itu gangguan asam basa sederhana?
4. Bagaimana  langkah-langkah untuk menilai gas darah?
5. Apa  saja faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD?
6.  Apa saja  hal-hal yang perlu diperhatikan?

I. 3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui defenisi dari Analisa Gas Darah.
2. Untuk mengetahui tentang gangguan asam basa sederhana.
3. Untuk memahami langka-langkah untuk menilai gas darah.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam analisa gas darah.
5. Untuk mengetahui  hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisa
1.4 Manfaat
pengetahuan tentang analisa gas darah, pemeriksaannya
BAB III

PEMBAHASAN

II.1 Defenisi Analisa Gas Darah

Pemeriksaan Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui


darah arteri. Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi dalam mengkaji
dan memantau respirasi klien dan metabolism asam-basa, serta homeostatis
elektrolit. . Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut
dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari
darah arteri,jika sampel darah arteri tida dapat diperoleh suatu sampel vena
campuran dapat digunakan. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas
Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa
yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik.

AGD juga digunakan untuk mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah penting yang


harus diketahui dalam pemeriksaan gas darah arteri antara lain, pH, PCO2, HCO3-,
PO2, dan  SaO2 Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan
dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:  Keseimbangan asam basa dalam
tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.
Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,
brakhialis, atau femoralis.

Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan


penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa
hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita
harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung
pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3
faktor, yaitu :

1.  Mechanize Kimia Dara


2. Mekansime  pernafasan

7
15

3. Mekanisme ginjal .

Parameter Sampel Arteri Samplel Vena


Ph 7,7,35 - 7,45 7,32 – 7,38
PaCo2 35 – 45 mmHg 42 – 50  mmHg
PaO2 80 – 100 mmHg 40 - mmHg
Saturasi Oksigen 95 % -100% 75%
Kelebihan/ +/-2 +/-2
Kekurangan basa
HCO3 22- 26 mEq/L 23 – 27 mEq/L

Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri dan sample vena campuran

=  Analisa Gas Darah


1. Pengukuran pH Darah
pH adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen, dan juga
keasaman dan kebasaan darah. Akumulasi ion H+ menjadikan pH turun dan
terjadi asidemia (status asam dalam darah). Ion H+ turun berakibat pH
meningkat sehingga terjadi alkalemia (status alkali dalam darah). Kondisi
yang menjadikan asidemia dan alkalemia dipengaruhi banyak proses fisiologi:
a. Fungsi pernapasan
b. Fungsi ginjal
c. Oksigenasi jaringan
d. Sirkulasi
e. Mencerna substansi
f. Kehilangan elektrolit dari gastrointestinal (karena muntah atau diare).
2. Pengukuran Oksigen Darah
      Ada tiga cara mengukur O2 darah:
a. Kandungan O2 merupakan jumlah O2 yang terbawa oleh 100 ml darah
b. PO2 atau tekanan yang diciptakan oleh O2 yang terlarut dalam plasma
9

c. Saturasi oksigen hemoglobin yang merupakan pengukuran persentase O2


yang  dibawa Hb yang berhubungsn dengan jumlah total yang dapat
dibawa Hb. Mayoritas O2 dalam darah dibawa oleh Hb, dan jumlah sangat
sedikit dilarutkan dalam plasma. Persentase saturasi Hb dengan O2
memberikan perkiraan mendekati jumlah total O2 yang dibawa oleh darah.

- Petunjuk Pengambilan :

a. Tempat pengambilan darah arteri :


1.  Arteri Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s
test) merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk  fungsi
arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga
apabila
Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya
bila  terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri
diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan
bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan
10

5. kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar,


sehingga dapat terjadi percampuran antara darah   vena dan arteri.
6. Arteri tibialis posterior, dan Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih
ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup
untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko
emboli otak
Cara allen’s test:
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya,
lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari
dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s
positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s
negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan
yang lain.
Komplikasi
 Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
 Perdarahan
 Cidera syaraf
 Spasme arteri
a. Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
b. Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu tubuh
pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen catat jumlah O2
yang  digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis permintaan.

Tekhnik Pengambilan :
1. Bentangkan handuk pengalas.
2. Letakkan botol infus
3. Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan sendi melipat
kebelakang.
15

4. Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin hanya


membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam disposible,
kecuali yang ada didalam jarum.
11

5. Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.


6. Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7. Desinfeksi daerah tersebut
8. Desinfeksi kedua jari
9. Pegang disposible seperti memegang pensil.
10. Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah didesinfeksi
11.  Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45 0 mengarah ke jantung.
12. Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan diaspirasi.
13. Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14. Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama 5
menit.
15. Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.

Interpretasi Hasil AGD


Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
 pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau
alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
 PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah
menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2
dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan.
Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg
 PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme
normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi
menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi
gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi
keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg
 HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti
ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan
begitu pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal
mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang
normal. Kadar HCO3- normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l
15

 Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus
ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada
kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C 0. BE bernilai
12

 positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai


negatif menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2
sampai 2 mmol/l
 Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen.
Nilai normalnya adalah 95-98 %.
Dari komponen-komponen tersebut dapat disimpulkan menjadi empat
keadaan yang menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam darah yaitu:

Asidosis respiratorik
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan
kadar HCO3- juga tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis
tersebut. Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti
kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan, atau intoksikasi
obat. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah keadaan
hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan
ekskresi H+ dan retensi bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan
kembali ke tingkat yang normal.

Alkalosis respiratorik
Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH
meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada keadaan hiperventilasi, sehingga
banyak CO2 yang dilepaskan melalui ekspirasi. Penting bagi dokter untuk
menentukan penyebab hiperventilasi tersebut apakah akibat hipoksia arteri
atau kelainan paru-paru, dengan memeriksa PaO2. Penyebab hiperventilasi
lain diantaranya adalah nyeri hebat, cemas, dan iatrogenik akibat ventilator.
Kompensasi ginjal adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan K+
jika proses sudah kronik.

Alkalosis metabolik
Adalah keadaan pH yang meningkat dengan HCO3- yang meningkat
pula. Adanya peningkatan PCO2 menunjukkan terjadinya kompensasi dari
paru-paru. Penyebab yang paling sering adalah iatrogenik akibat pemberian
siuretik (terutama furosemid), hipokalemia, atau hipovolemia kronik dimana
15

ginjal mereabsorpsi sodium dan mengekskresikan H+, kehilangan asam


melalui GIT bagian atas, dan pemberian HCO3- atau prekursornya (laktat
atau asetat) secara berlebihan.
13

Persisten metabolik alkalosis biasanya berkaitan dengan gangguan


ginjal, karena biasanya ginjal dapat mengkompensasi kondisi alkalosis
metabolik.

II.2 Gangguan Asam Basa Sederhana


Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan
memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson
Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1
agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan
kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan
kemampuan paru untuk mengubah PaCO 2  (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri)
melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran
rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam
dan basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah
membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35
disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45  disebut alkalosis. Jika
gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO 2) maka
disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh
komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan
sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi
atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut
gangguan asam basa campuran. 

Keseimbangan Asam Basa


pH adalah derajat keasaman yang merupakan log negatif dari
konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ ini diatur dengan sangat ketat, karena
perubahan pada konsentrasinya akan mempengaruhi hampir semua proses
biokimia, termasuk struktur dan fungsi protein, dissosiasi dan pergerakan ion,
serta reaksi kimia obat. Berbeda dengan ion-ion lain, kadar ion H+ dijaga
dalam nanomolar (36-43 nmol/l ~ pH 7,35-7,45).
15

Sebagian besar asam yang masuk dalam tubuh berasal dari proses
respirasi, yaitu CO2 yang membentuk asam karbonat, sedangkan sisanya
berasal dari
14

metabolisme lemak dan protein. Mekanisme tubuh untuk menjaga pH


tetap dalam rentang normalnya diketahui melalui tiga mekanisme :
 Kontrol respirasi terhadap PaCO2 oleh pusat pernafasan yang mengatur
ventilasi alveolar. Semakin banyak ion H+ dalam darah, semakin banyak CO2
yang dibuang melalui paru-paru. Mekanisme ini cepat dan sangat efektif
untuk mengkompensasi kelebihan ion H+.
 Pengontrolan ginjal terhadap bikarbonat dan ekskresi asam-asam non-volatil.
Mekanisme ini relatif lebih lama (jam sampai hari) jika dibandingkan dengan
kontrol respirasi.
 Sistem buffer oleh bikarbonat, sulfat, dan hemoglobin yang meminimalkan
perubahan asam-basa akut.

Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


1. Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
2. Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi
penyebabnya
3. Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
4. Koreksi keadaan asidosis metabolik:
1. Pemberian Bicarbonat IV / oral
2. Terapi penyebab
3. Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan
mengobati penyebab gangguan Keseimbangan asam basa.

Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:


1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi
dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan
pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana
mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru
terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum
cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan
merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak
sakit kritis.
15

3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat


hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai
penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau
gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai
dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia,
penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas
normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan
intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--
7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan
kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2
dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik
dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat
serta pH lebih dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg
walau telah diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang
ada sehingga normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada
bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran
darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.
16

II.3 Cara Kerja Alat

Fungsi alat  Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar gas
dalam darah (arteri dan vena) yang dapat dilakukan dengan cepat dan teliti dalam
waktu 90 detik untuk satu sampel darah.
Standart operasional prosedur :

1. Nyalakan power ON
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara
tekan calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara
otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan
tekan status untuk mengetahui kondisi apakah PH, Pco2 dan Po2
kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Apabila
17

4. kondisinya UC (Un Caliblasi) lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate


kemudian enter
5. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah
siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap
sample akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample
bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara
otomatis selang akan masuk sendiri.
6. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID ,
HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102
(volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian
clear 2x.
7.  Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat
hasil akan keluar melalui printer.

Cara Kerja Alat


Sampel dimasukkan ke dalam instrumen analisis yang menggunakan
elektroda untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen (H +), yang akan diolah dengan
hasil sebagai pH, dan tekanan parsial oksigen [PO2] dan gas karbondioksida PO2.
Alat pengukur elektroda pH terdiri dari kaca khusus dengan membran selektif
permeabel untuk ion hidrogen.
Sebuah listrik potensial bereaksi di permukaan dalam dan luar dari membran
tergantung pada aktivitas log ion hidrogen dalam sampel. Sebuah elektroda
bernama Severinghaus  digunakan untuk mengukur PCO2, prinsip pengukuran
sama seperti untuk ion hidrogen, kecuali bagian ujung elektroda ditutupi dengan
membran yang permeabel terhadap gas, sehingga perubahan pH dengan karbon
dioksida secara proporsional menyebar dari sampel ke permukaan elektroda.
PO2 diukur dengan menggunakan elektroda polarografi (Clark), oksigen
berdifusi dari sampel ke katoda, di mana oksigen direduksi menjadi ion peroksida.
Elektron berasal dari anoda perak yang teroksidasi, menghasilkan konsentrasi
oksigen yang proporsional di katoda. Sinyal Elektroda tergantung pada suhu serta
konsentrasi, dan semua pengukuran yang dilakukan pada suhu 37 ° C. Karena pada
18

pengukuran pH ,kadar oksigen dan karbon dioksida hasilnya bergantung pada


suhu reaksi maka mungkin perlu disesuaikan dengan suhu sebenarnya pada pasien.
Alat analisis gas darah portable tersedia yang dapat digunakan langsung
disamping pasien. alat analisis gas darah Darah menghitung konsentrasi bikarbonat
dengan menggunakan rumus: pH = 6.1 + Log bicarbonate/.0306 x  PCO2. Mereka
juga menghitung kandungan oksigen, karbon dioksida total , Base excess  dan
persentase saturasi oksigen hemoglobin. Nilai-nilai ini digunakan oleh dokter untuk
menilai tingkat hipoksia dan ketidakseimbangan asam-basa.

II.4  Langkah-langkah untuk menilai gas darah:


1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan
        dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien
        mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis
        respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang
        memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal
        meskipun ada perubahan dalam PaCO 2 dan HCO3 mungkin ada gangguan
        campuran)
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO 2 ) dan metabolik (HCO3) yang
        berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
        bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO 2 normal, meningkat atau
        menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa
        sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama;
        penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan
menunjukkan
        adanya gangguan asam basa campuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal
        ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak
        yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam
        basa campuran) .
Contoh kasus :
Hasil BGA :
1. pH asidosis
19

2. CO2 asidosis
3. HCO3 normal
4. CO2 sesuai pH sama-sama asidosis sehingga imbalans berupa respiratory
acidosis
5. HCO3 normal maka tidak ada kompensasi
6. pO2 dan O2 sat rendah berarti hypoxemia
Diagnosis BGA : uncompensated respiratory acidosis with hypoxemia

II.5 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD


 Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam
sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila
tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat.

 Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO 2,
sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO 2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
 Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan
hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO 2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika
sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin
beberapa jam.
 Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO 2.  Nilai pH
darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai
PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi.
Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang
penting pada nilai oksigenasi darah.
15
20

II.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
b. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin
untuk
mencegah darah membeku
c. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri,
berikan   anestesi lokal
d. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui  
kepatenan arteri
e. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat
darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri.
f.  Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
g. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih
deras  dari pada vena)
h. Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup
ujung jarum dengan karet atau gabus
i.  Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
j.  Segera kirim ke laboratorium ( sito )
Berikut terdapat beberapa cara mudah dalam membaca hasil BGA:
1. Lihat pH
Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah
antara7,35 – 7,45. Jika pH darah di bawah 7,35 berarti asidosis, dan
jika di atas 7,45 berarti alkalosis.
2.  Lihat CO2
Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal
adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah alkalosis, di atas 45
asidosis.
3. Lihat HCO3
Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3
adalah 22-26 mEq/L. Di bawah 22 adalah asidosis, dan di atas 26
alkalosis.
4.  Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH
21

Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau


HCO3 dengan pH untuk menentukan jenis kelainan asam basanya.
Contohnya, jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya
disebabkan oleh sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis
respiratorik. Contoh lain jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka
kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik sehingga
disebut metabolik alkalosis.
5. Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan dengan pH
Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3
berlawanan arah dengan pH. Apabila ada yang berlawanan, maka
terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau
metabolik. Contohnya jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3
alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga kelainan primernya asidosis
respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan
adanya kompensasi dari sistem metabolik.
6. Lihat pO2 dan saturasi O2
Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di
bawah normal maka menunjukkan terjadinya hipoksemia. Untuk
memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana
yang berlawanan, maka kita bisa menggunakan
akronim ROME.Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti
pH semakin rendah (asidosis) dan sebaliknya, & Metabolic Equal :
HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis)
BAB III
PENUTUP
III.1  Kesimpulan
Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur
keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam
menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dari dalam darah Analisis gas darah meliputi pemeriksaan
PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.

III.2  Saran
       Semoga kita selaku analis kesehatan dapat memahami tentang analisa gas
darah.

22
DAFTAR PUSTAKA

                        Irawan, Hadi. 2000. Uji Laboratorium Klinik. Bandung: Yrama Widya


                        Supomo, Kuncoro. 1995. Analyzer Blood Gas. Jakarta: D-Medika
                        Raslan, Widodo. 1998. Analisa Gas Darah. Surakarta : Sindhun

Anda mungkin juga menyukai