XII MIPA 2
1. TEKS CERITA SEJARAH
Sarwadi adalah seorang duda yang memiliki satu putri yang berumur 7 tahun yang
bernama Ningrum. Sarwadi menasehati anaknya agar menjadi wanita Jawa yang taat
pada adat istiadat untuk menjadi wanita yang mengabdi di rumah untuk menjaga anak
dan suami. Selain anak, di tempat perantauan Sarwadi juga memiliki sahabat yang
bernama Mujur.
Sarwadi mengantar surat satu ke surat lainnya ke alamat yang tertuju. Namun,
Sarwadi penasaran saat mengantar surat untuk Kartini. Sarwadi penasaran akan sosok
Kartini yang selalu menentang kultur adat Jawa. Sarwadi penasaran kenapa Kartini
memiliki cita-cita bahwa wanita Jawa harus pintar dan bersekolah.
Di saat menyelidiki tentang Kartini dan cita-cita Kartini untuk menjadikan wanita
Jawa menjadi pintar akhirnya rasa cinta pun tumbuh di hati Sarwadi kepada Kartini.
Di satu pihak, Mujur memberikan ultimatum kepada Sarwadi bahwa cinta Sarwadi
akan bertepuk sebelah tangan saja. Hal ini tentu saja karena perbedaan kasta antara
Sarwadi dan Kartini. Sarwadi yang hanya seorang desa, sedangkan Kartini yang
keturunan ningrat.
Selain itu, Mujur juga mengingatkan bahwa Kartini itu adalah seorang pengkhianat
adat Jawa karena keinginan Kartini yang dianggap gila untuk memberikan pendidikan
kepada wanita jawa.
Saran, nasehat dan ultimatum dari Mujur kepada Sarwadi memberikan celah
tersendiri bagi ruang hati Sarwadi. Sarwadi akhirnya terus memperdalami dan
mendekatkan diri kepada Kartini. Disinilah sebuah pesan dari film berdurasi 100
menitan ini bisa diambil bahwa sebuah cinta haruslah diperjuangkan. Ketika kartini
ingin mendirikan sebuah sekolah, Sarwadi justru memberikan peluang dengan
membantu Kartini untuk memberikan murid yaitu Ningrum. Ningrum yang awalnya
bingung kenapa harus bersekolah membuat Sarwadi mengubah dan meralat perkataan
sebelumnya yang telah terucap kepada anaknya. Sarwadi menekankan kepada
anaknya bahwa perempuan Jawa harus pintar seperti Kartini. Akhirnya, Ningrum pun
bersekolah dan belajar bersama Kartini. Hanya Ningrum murid satu-satunya Kartini.
Namun, Kartini juga akhirnya turun ke masyarakat Jawa bahwa wanita jawa harus
memiliki pendidikan dan ilmu juga selain tugas utamanya nanti saat dewasa yaitu
sebagai istri dari seorang suami dan ibu bagi anak-anaknya kelak.
Dengan perjuangan tersebut yang dibantu dengan Ningrum serta Sarwadi, akhirnya
Kartini memiliki banyak murid. Disaat itu, sebuah konflik lain pun hadir yaitu Kartini,
yang telah berumur lanjut, harus menikah dengan seorang Bupati yang telah memiliki
tiga orang istri. Kartini, awalnya menolak karena harus menjadi seorang istri keempat
dari Bupati tersebut. Hal ini dikarenakan perjuangan Kartini untuk pendidikan akan
kandas.
Ayah dan Ibu Kartini akhirnya membujuk agar Kartini bersedia menikah. Kartini
luluh dan bersedia menikah dengan Bupati tersebut. Namun, kesediaan Kartini tidak
serta merta hadir. Kartini memberikan syarat agar saat setelah menikah bisa tetap
mengajar meskipun telah menjadi seorang istri dan menjadi ibu bagi anak-anaknya
kelak. Syarat Kartini pun disetujui. Kekuatan dari pesan dalam film ini pun sampai
yaitu dengan perjuangan untuk pendidikan kepada kaum hawa di Jawa diperjuangkan
oleh Kartini. Kartini menikah, Sarwadi pun patah hati. Sarwadi pun mengajak serta
Ningrum untuk kembali ke kampung halamannya. Ningrum akhirnya berhenti
bersekolah.
2. ANALISIS
Sarwadi menasehati anaknya agar menjadi wanita Jawa yang taat pada adat istiadat
untuk menjadi wanita yang mengabdi di rumah untuk menjaga anak dan suami.
Nilai Budaya : yaitu berdasarkan budaya jawa bahwa seorang istri harus patuh kepada
suami.
Sarwadi penasaran akan sosok Kartini yang selalu menentang kultur adat Jawa.
Sarwadi penasaran kenapa Kartini memiliki cita-cita bahwa wanita Jawa harus pintar
dan bersekolah.
Nilai Budaya : Berdasarkan Budaya Jawa yang kental, seorang perempuan tidak boleh
begitu tinggi dalam mengenyam dan mendapatkan pendidikan karena ujung-ujungnya
selalu berada di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi tokoh berhasil
menentang adat dan kebiasaan itu dimana ia bersih kukuh ingin berpendidikan
layaknya seorang laki-laki.
Nilai Budaya : Berdasarkan Budaya Jawa yang kental, seorang perempuan tidak boleh
begitu tinggi dalam mengenyam dan mendapatkan pendidikan karena ujung-ujungnya
selalu berada di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi tokoh berhasil
menentang adat dan kebiasaan itu dimana ia bersih kukuh ingin berpendidikan
layaknya seorang laki-laki dan berpendidikan karena ingin juga mencerdaskan anak-
anak dan penerusnya kelak.
Kartini memberikan syarat agar saat setelah menikah bisa tetap mengajar meskipun
telah menjadi seorang istri dan menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak.
Nilai Budaya : Berdasarkan Budaya Jawa yang kental, seorang perempuan tidak boleh
begitu tinggi dalam mengenyam dan mendapatkan pendidikan karena ujung-ujungnya
selalu berada di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi tokoh berhasil
menentang adat dan kebiasaan itu dimana ia bersih kukuh ingin berpendidikan
layaknya seorang laki-laki dan berpendidikan karena ingin juga mencerdaskan anak-
anak dan penerusnya kelak.