Anda di halaman 1dari 8

TEKS CERITA SEJARAH

“SURAT CINTA UNTUK KARTINI”

Muhammad Aldebaran (16)

XII MIPA 2
1. TEKS CERITA SEJARAH

SURAT CINTA UNTUK KARTINI

Diawali dengan kisah seorang guru TK yang menceritakan tentang kisah


Kartini di hari Kartini. Namun, sang murid TK merasa bosan karena sang guru wanita
tersebut melakukan cerita yang berulang-ulang dengan cara yang sama. Di saat yang
bersamaan seorang pria bernama Rangga yang juga seniman melihat kondisi tersebut
dari balik kaca pintu. Sang pria akhirnya masuk ke dalam ruangan belajar tersebut.
Lalu, Rangga tersebut mulai bercerita dengan gaya story telling tentang seorang
pengantar surat yang bernama Sarwadi. Sang anak-anak tergugah dan mulai syahdu
untuk mendengarkan cerita tentang Sarwadi. Cerita pun berlanjut dengan putaran roda
yang dimainkan Rangga di depan anak-anak.

Sarwadi adalah seorang duda yang memiliki satu putri yang berumur 7 tahun yang
bernama Ningrum. Sarwadi menasehati anaknya agar menjadi wanita Jawa yang taat
pada adat istiadat untuk menjadi wanita yang mengabdi di rumah untuk menjaga anak
dan suami. Selain anak, di tempat perantauan Sarwadi juga memiliki sahabat yang
bernama Mujur.

Sarwadi mengantar surat satu ke surat lainnya ke alamat yang tertuju. Namun,
Sarwadi penasaran saat mengantar surat untuk Kartini. Sarwadi penasaran akan sosok
Kartini yang selalu menentang kultur adat Jawa. Sarwadi penasaran kenapa Kartini
memiliki cita-cita bahwa wanita Jawa harus pintar dan bersekolah.

Di saat menyelidiki tentang Kartini dan cita-cita Kartini untuk menjadikan wanita
Jawa menjadi pintar akhirnya rasa cinta pun tumbuh di hati Sarwadi kepada Kartini.
Di satu pihak, Mujur memberikan ultimatum kepada Sarwadi bahwa cinta Sarwadi
akan bertepuk sebelah tangan saja. Hal ini tentu saja karena perbedaan kasta antara
Sarwadi dan Kartini. Sarwadi yang hanya seorang desa, sedangkan Kartini yang
keturunan ningrat.

Selain itu, Mujur juga mengingatkan bahwa Kartini itu adalah seorang pengkhianat
adat Jawa karena keinginan Kartini yang dianggap gila untuk memberikan pendidikan
kepada wanita jawa.
Saran, nasehat dan ultimatum dari Mujur kepada Sarwadi memberikan celah
tersendiri bagi ruang hati Sarwadi. Sarwadi akhirnya terus memperdalami dan
mendekatkan diri kepada Kartini. Disinilah sebuah pesan dari film berdurasi 100
menitan ini bisa diambil bahwa sebuah cinta haruslah diperjuangkan. Ketika kartini
ingin mendirikan sebuah sekolah, Sarwadi justru memberikan peluang dengan
membantu Kartini untuk memberikan murid yaitu Ningrum. Ningrum yang awalnya
bingung kenapa harus bersekolah membuat Sarwadi mengubah dan meralat perkataan
sebelumnya yang telah terucap kepada anaknya. Sarwadi menekankan kepada
anaknya bahwa perempuan Jawa harus pintar seperti Kartini. Akhirnya, Ningrum pun
bersekolah dan belajar bersama Kartini. Hanya Ningrum murid satu-satunya Kartini.
Namun, Kartini juga akhirnya turun ke masyarakat Jawa bahwa wanita jawa harus
memiliki pendidikan dan ilmu juga selain tugas utamanya nanti saat dewasa yaitu
sebagai istri dari seorang suami dan ibu bagi anak-anaknya kelak.

Dengan perjuangan tersebut yang dibantu dengan Ningrum serta Sarwadi, akhirnya
Kartini memiliki banyak murid. Disaat itu, sebuah konflik lain pun hadir yaitu Kartini,
yang telah berumur lanjut, harus menikah dengan seorang Bupati yang telah memiliki
tiga orang istri. Kartini, awalnya menolak karena harus menjadi seorang istri keempat
dari Bupati tersebut. Hal ini dikarenakan perjuangan Kartini untuk pendidikan akan
kandas.

Ayah dan Ibu Kartini akhirnya membujuk agar Kartini bersedia menikah. Kartini
luluh dan bersedia menikah dengan Bupati tersebut. Namun, kesediaan Kartini tidak
serta merta hadir. Kartini memberikan syarat agar saat setelah menikah bisa tetap
mengajar meskipun telah menjadi seorang istri dan menjadi ibu bagi anak-anaknya
kelak. Syarat Kartini pun disetujui. Kekuatan dari pesan dalam film ini pun sampai
yaitu dengan perjuangan untuk pendidikan kepada kaum hawa di Jawa diperjuangkan
oleh Kartini. Kartini menikah, Sarwadi pun patah hati. Sarwadi pun mengajak serta
Ningrum untuk kembali ke kampung halamannya. Ningrum akhirnya berhenti
bersekolah.
2. ANALISIS

1). Kata Kerja Material (3)

No. Paragraf Ke- Kalimat Kata Kerja Material


1. Paragraf Ke-1 Di saat yang bersamaan seorang Melihat kondisi
Kalimat Ke-3 pria bernama Rangga yang juga tersebut dari balik
seniman melihat kondisi tersebut kaca pintu.
dari balik kaca pintu.
2. Paragraf Ke-6, Akhirnya, Ningrum pun Bersekolah dan
kalimat ke-11 bersekolah dan belajar bersama belajar bersama
Kartini. Kartini
3. Paragraf Ke-1, Diawali dengan kisah seorang Guru TK yang
Kalimat ke-1 guru TK yang menceritakan menceritakan tentang
tentang kisah Kartini di hari kisah kartini di hari
Kartini. Kartini.
4. Paragraf Ke-1, Sang pria akhirnya masuk ke Masuk, ruang belajar.
Kalimat ke-4 dalam ruangan belajar tersebut.

2). Kata Kerja Mental (3)

No. Paragraf Ke- Kalimat Kata Kerja Mental


1. Paragraf Ke-5, Selain itu, Mujur juga Mengingatkan,
Kalimat ke-1 mengingatkan bahwa Kartini itu Pengkhianat,
adalah seorang pengkhianat adat Memberikan
Jawa karena keinginan Kartini
yang dianggap gila untuk
memberikan pendidikan kepada
wanita jawa.
2. Paragraf Ke-7, Ayah dan Ibu Kartini akhirnya Membujuk, Bersedia,
Kalimat Ke-1 membujuk agar Kartini bersedia Kesediaan,
menikah. Kartini luluh dan Memberikan,
bersedia menikah dengan Bupati Mengajar
tersebut. Namun, kesediaan
Kartini tidak serta merta hadir.
Kartini memberikan syarat agar
saat setelah menikah bisa tetap
mengajar meskipun telah
menjadi seorang istri dan
menjadi ibu bagi anak-anaknya
kelak.
Paragraf Ke-3 Sarwadi menasehati anaknya Menasehati, Taat,
Kalimat Ke-2 agar menjadi wanita Jawa yang Mengabdi, Menjaga.
taat pada adat istiadat untuk
menjadi wanita yang mengabdi
di rumah untuk menjaga anak
dan suami.

3), Konjungsi Temporal

No. Paragraf Ke- Kalimat Konjungsi Temporal


1. Paragraf Ke-1, Namun, sang murid TK merasa Saat
Kalimat Ke-2 bosan karena sang guru wanita
tersebut melakukan cerita yang
berulang-ulang dengan cara yang
sama. Di saat yang bersamaan
seorang pria bernama Rangga
yang juga seniman melihat
kondisi tersebut dari balik kaca
pintu. Sang pria akhirnya masuk
ke dalam ruangan belajar
tersebut.
2. Paragraf Ke-8, Kartini memberikan syarat agar Saat, Setelah
Kalimat Ke-3 saat setelah menikah bisa tetap
mengajar meskipun telah
menjadi seorang istri dan
menjadi ibu bagi anak-anaknya
kelak.
3. Paragraf Ke-4 Di saat menyelidiki tentang Saat
Kalimat ke-1 Kartini dan cita-cita Kartini
untuk menjadikan wanita Jawa
menjadi pintar akhirnya rasa
cinta pun tumbuh di hati Sarwadi
kepada Kartini.

4). Kata Sifat

No. Paragraf Ke- Kalimat Kata Sifat


1. Paragraf Ke-1, Diawali dengan kisah seorang Awal
Kalimat Ke-1 guru TK yang menceritakan
tentang kisah Kartini di hari
Kartini.
2. Paragraf Ke-3, Sarwadi penasaran akan sosok Penasaran, Menentang
Kalimat Ke-2 Kartini yang selalu menentang
kultur adat Jawa.
3. Paragraf Ke-7, Dengan perjuangan tersebut yang Perjuangan, bantu,
Kalimat ke-1 dibantu dengan Ningrum serta akhir, banyak, hadir,
Sarwadi, akhirnya Kartini berumur lanjut,
memiliki banyak murid. Disaat menikah, memiliki.
itu, sebuah konflik lain pun hadir
yaitu Kartini, yang telah berumur
lanjut, harus menikah dengan
seorang Bupati yang telah
memiliki tiga orang istri.

5). Kata/Frasa/Peribahasa makna kias (Tidak Ada)

No. Paragraf Ke- Kalimat Kata/frasa/Peibahasa Makna


7) . Nilai Budaya

A. Pada Paragraf Ke-2 Kalimat Ke-2

Sarwadi menasehati anaknya agar menjadi wanita Jawa yang taat pada adat istiadat
untuk menjadi wanita yang mengabdi di rumah untuk menjaga anak dan suami.

Nilai Budaya : yaitu berdasarkan budaya jawa bahwa seorang istri harus patuh kepada
suami.

B. Paragraf Ke-3 Kalimat Ke-2

Sarwadi penasaran akan sosok Kartini yang selalu menentang kultur adat Jawa.
Sarwadi penasaran kenapa Kartini memiliki cita-cita bahwa wanita Jawa harus pintar
dan bersekolah.

Nilai Budaya : Berdasarkan Budaya Jawa yang kental, seorang perempuan tidak boleh
begitu tinggi dalam mengenyam dan mendapatkan pendidikan karena ujung-ujungnya
selalu berada di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi tokoh berhasil
menentang adat dan kebiasaan itu dimana ia bersih kukuh ingin berpendidikan
layaknya seorang laki-laki.

C. Paragraf Ke-6 Kalimat Ke-4

Ningrum yang awalnya bingung kenapa harus bersekolah membuat Sarwadi


mengubah dan meralat perkataan sebelumnya yang telah terucap kepada anaknya.
Sarwadi menekankan kepada anaknya bahwa perempuan Jawa harus pintar seperti
Kartini. Akhirnya, Ningrum pun bersekolah dan belajar bersama Kartini. Hanya
Ningrum murid satu-satunya Kartini. Namun, Kartini juga akhirnya turun ke
masyarakat Jawa bahwa wanita jawa harus memiliki pendidikan dan ilmu juga selain
tugas utamanya nanti saat dewasa yaitu sebagai istri dari seorang suami dan ibu bagi
anak-anaknya kelak.

Nilai Budaya : Berdasarkan Budaya Jawa yang kental, seorang perempuan tidak boleh
begitu tinggi dalam mengenyam dan mendapatkan pendidikan karena ujung-ujungnya
selalu berada di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi tokoh berhasil
menentang adat dan kebiasaan itu dimana ia bersih kukuh ingin berpendidikan
layaknya seorang laki-laki dan berpendidikan karena ingin juga mencerdaskan anak-
anak dan penerusnya kelak.

D. Paragraf Ke-8 Kalimat Ke-3

Kartini memberikan syarat agar saat setelah menikah bisa tetap mengajar meskipun
telah menjadi seorang istri dan menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak.

Nilai Budaya : Berdasarkan Budaya Jawa yang kental, seorang perempuan tidak boleh
begitu tinggi dalam mengenyam dan mendapatkan pendidikan karena ujung-ujungnya
selalu berada di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi tokoh berhasil
menentang adat dan kebiasaan itu dimana ia bersih kukuh ingin berpendidikan
layaknya seorang laki-laki dan berpendidikan karena ingin juga mencerdaskan anak-
anak dan penerusnya kelak.

Anda mungkin juga menyukai