Anda di halaman 1dari 25

Hemositometer dan Pipet Thoma

• Hemositometer • Pipet Thoma


Pipet Thoma
• Pipet Thoma untuk pengenceran eritrosit (pipet
eritrosit) terdiri dari sebuah pipa kapiler yang
bergaris –bagi dan membesar pada salah satu
ujung menjadi bola. Dalam bola itu terdapat
sebutir kaca merah.
• Pada pertengahan pipa kapiler itu ada garis
bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya,
yaitu dekat bola, terdapat garis bertanda “1,0”.
• Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis
tanda “101”
Angka–angka itu bukanlah menandakan satu
volume yang mutlak melainkan perbandingan
volume. Yang penting dan menentukan ialah
pengenceran darah yang terjadi dalam pipet
itu.
Seandainya lebih dulu diisap darah sampai
garis-tanda “0,5” kemudian cairan pengencer
sampai garis-tanda “101”,
maka darah dalam bola pipet itu diencerkan
200 kali
Bilik Hitung Improved Neubauer
Bilik Hitung Improved Neubauer
• Kamar hitung yang dipakai ialah “improved Neubauer”.
• “Luas seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2
• dan bidang ini dibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang luasnya
masing - masing 1 mm2
• Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 ”bidang sedang” yang luasnya masing
–masing 1 /4 x 1 /4 mm2  = 1/16 mm2 untuk Leukosit

• Bidang besar yang letaknya di tengah - tengah berlainan pembaginya: 


dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi lagi menjadi 16
“bidang kecil”.
• Luas 1 bidang kecil = 1/25 mm2
•  Luas yang dihitung untuk eritrosit (5 bidang kecil)
= 5 x 1/25 mm2 = 1/5 mm2
• Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan
kaca penutup yang berpasangan adalah 1/10 mm (0,1 mm)
Maka volume diatas tiap-tiap bidang menjadi sbb;
1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x1/10 =1/4000 mm3
1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm3
1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm3
Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3
Menghitung Jumlah Eritrosit
Perhitungan Jumlah Eritrosit
• Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang
terletak di bidang besar paling tengah.
• 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir
dan 1 bidang ditengah (bertanda R)
• Luas 1 bidang kecil = 1/25 mm2
•  Luas yang dihitung untuk eritrosit (5 bidang
kecil)
= 5 x 1/25 mm2 = 1/5 mm2
Volume keseluruhan adalah 1/5mm2 x 1/10 mm
= 1/50 mm3. (Depkes RI. , 1989)
Cara Menghitung
• Mulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke
kanan; kemudian turun ke bawah dan dari kanan
ke kiri; lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi
dari kiri ke kanan.
• Cara seperti ini dilakukan pada 5 bidang sedang
tersebut. Semua sel yang menyentuh garis batas
sebelah atas dan kiri, dianggap masuk ke dalam
ruangan dan dihitung. Sedangkan sel yang
menyentuh garis batas sebalah kanan dan bawah
dianggap tidak masuk dan tidak dihitung. (Depkes
RI, 1989)
Hitung jumlah eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan:
Luas bidang kecil yang dihitung = 1/5 mm2
Tinggi kaca penutup 1/10 mm.
Jadi volume eritrosityang dihitung = 1/5x1/10=1/50 mm3
yang didalamnya terdapat N eritrosit.
Pengenceran 200x

Jadi rumus perhitungan jumlah eritrosit :


Σ eritrosit/mm 3
= N x 50 x 200
= N x 10.000/μl darah
= N x 104 /μl darah
= 0,01 N x 1012/L
Misalkan jumlah Eritrosit yang dihitung = N =
536 sel.
Maka jumlah eritrosit / uL = 536 x 10.000 =
5.360.000 /uL
Hemoglobin (Hb)
• Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan cara
– Kolorimeterik visual cara Sahli
– Fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau
hemoglobinsianida
• Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk
penetapan kadar hemoglobin di laboratorium oleh WHO
• Alasan :
– larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah
diperoleh
– Pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin
– Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
• Prinsip :
hemoglobin akan di ubah oleh kalium
ferisianida (K3Fe(CN)6) menjadi
methemoglobin, kemudian oleh kalium
sianida (KCN)di ubah menjadi hemoglobin
sianida (HiCN)
• Dibaca intensitas warna (OD / absorbans)
menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 540 nm
• Cara Sahli menggunakan pengencer HCl 0,1 N
• Prinsip: Hemoglobin + HCl  terbentuk hematin asam
berwarna kuning tengguli.
Metoda Sahli kurang baik
– Tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin
asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin .
– Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli
tidak dapat distandarkan  ketelitian yang dapat dicapai
hanya ±10%.

• Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan


jenis kelamin.

• Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan


salah satu tanda dari anemia.
• Jika Hb < 5 g/dl gagal jantung dan kematian
• Hb < 7 g/dl  indikasi transfusi
– Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari
pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl.
– Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3
tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl.
– Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan
pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa
yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl.
– Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 -
16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.
– Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk
batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
Hematokrit (Ht)

• Nilai hematokrit : volume semua eritrosit dalam 100 ml darah


 % dari volume darah.
• Hematokrit menunjukkan kadar eritrosit, bukan masa eritrosit
total
• Cara menentukan
– Manual : mikrohematokrit dan makrohematokrit
– Otomatik : dihitung dari MCV dan jumlah eritrosit
• Cara mikro hematokrit
• Cara makro hematokrit
• Nilai normal pria : 40-48%, wanita 37-43%
Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual (metode
mikro) : darah vena dengan menggunakan antikoagulan,
dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume
tabungyang salah satu ujungnya ditutup dengan bahan
khusus (malam / cristoseal) lalu disentrifus selama 5
menit dengan kecepatan 15.000 rpm sehingga terjadi
pemadatan sel-sel darah merah. Tinggi kolom eritrosit
diukur menggunakan skala hematokrit, nilainya
dinyatakan dalam %.

Catatan : Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam,


yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel
darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan
(bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-
kalium-oksalat.
Sentrifuse dan skala hematokrit
Nilai eritrosit rata-rata/Indeks eritrosit

• Diperkenalkan oleh Wintrobe


• Tujuan : memperkirakan ukuran eritrosit, isi eritrosit dan
kandungan Hb eritrosit  klasifikasi anemia secara morfologis
• Klasifikasi anemia : normositik normokrom, mikrositik
hipokrom, makrositik
• Harus di konfirmasi dengan sediaan hapus darah tepi 
melihat morfologi eritrosit !
• Terdiri dari MCV, MCH, MCHC
• Dihitung dari jumlah eritrosit, kadar Hb dan Hematokrit
Mean Corpuscular Volume (MCV)
• Merupakan volume rata-rata eritrosit yang dihitung dari hematokrit dan
jumlah eritrosit
• MCV menunjukkan ukuran rata-rata eritrosit : normositik, makrositik,
mikrositik klasifikasi morfologi anemia
Ht (%) X 10
MCV = fl (mikrometer kubik/ um3)
Jumlah eritrosit (106/μl)
Contoh: Jika diketahui Ht 45% (0,45 L), Jumlah eritrosit 5x1012/L, maka
45 X 10 fl (mikrometer kubik/ um3)
MCV =
5
= 90 fl
= normositik
• 1 fl = 10-15L = 1 mikrometer kubik (um3)
• Nilai normal : 84-96 fl (nilai lebih tinggi pada neonatus, bayi an
orang tua)
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
• Menunjukkan rata-rata berat Hb di dalam 1 eritrosit (pg Hb
/RBC) Terutama digunakan untuk menilai derajat beratnya
anemia
• Cara hitung
Hb (g/dl) X 10 3)
MCH (pg/) = pg (mikrometer kubik/ um
Eritrosit (106/ul)

• Nilai normal : 28-34 pg/sel


• Hitunglah MCH jika : Kadar Hb 15 g/dL, Jumlah eritrosit
5x1012/L
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

• Mengukur rata-rata kadar Hb di dalam semua eritrosit


• Digunakan untuk memantau terapi anemia
• Nilai normal 32-36 g/dl
• Cara hitung
Hb (g/dl) X 100
MCHC = g/dl
Ht (%)

• Hitunglah MCHC jika: Kadar Hb 15 g/dL dan kadar Ht 45%


(0,45 L)

Anda mungkin juga menyukai