Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI PERTANIAN

Oleh :
Muhammad Mahdi

NIM :
215040200111288

Asisten :
Nanok Julianto

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Mahdi


Kelas : K

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas,
ACC 03/12/21 (07.30)

Nanok Julianto .SP


NIM. 196040200111017

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyeselaikan laporan besar dengan judul “Laporan Akhir Praktikum Ekologi
Pertanian” uang dapat disusun dan diselesaikan tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu-persatu, yang telah membantu dalam proses pelaksaan
praktikum, memberi masukan, hingga proses penyusunan laporan hasil praktikum
ini. Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada :
1. Nanok Julianto selaku asisten Praktikum Ekologi Pertanian.
2. Seluruh teman-teman dari kelas K Program Studi Agroekoteknologi.

Sebagai penulis, saya merasa bahwa pada penulisan ini masih memiliki
banyak kekurangan pada laporan akhir praktikum saya. Mohon untuk dimaklumi
karena dasarnya manusia tidak dapat luput dari yang namanya kesalahan. Oleh
karena itu saya menerima segala kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
menjadikan saya lebih baik dan dapat menyempurnakan laporan di masa yang
akan dating sehingga dapat bermanfaat bagi sesama.

Depok, 30 November 2021

Muhammad Mahdi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...……………………………………………………………………i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................vii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1 Agroekosistem ....................................................................................... 3
2.2 Peran Arthropoda dan Biota dalam Agroekosistem ............................... 6
2.3 Rantai dan Jaring-jaring Makanan ......................................................... 7
2.4 Keseimbangan Agroekosistem .............................................................. 7
3. BAHAN DAN METODE ................................................................................ 9
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum................................................................ 9
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 9
3.3. Metode Pelaksanaan ............................................................................. 9
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 12
4.1 Kondisi Umum Wilayah........................................................................ 12
4.2 Hasil Pengamatan ............................................................................... 12
4.3 Pembahasan ....................................................................................... 20
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 26
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 26
5.2 Saran ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 29

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisis Vegetasi ................................................................................. 12
Tabel 2. Intensitas Radiasi Matahari ................................................................. 13
Tabel 3. Kelembaban dan Suhu Udara ............................................................. 14
Tabel 4. Suhu Tanah ........................................................................................ 14
Tabel 5. Warna Tanah ...................................................................................... 15
Tabel 6. Ketebalan Serasah ............................................................................. 15
Tabel 7. Berat Nekromassa dan Biomassa ....................................................... 16
Tabel 8. Biota Tanah ........................................................................................ 17
Tabel 9. Tinggi Tanaman .................................................................................. 18
Tabel 10. Keragaman Arthropoda Lahan Kangkung ......................................... 18
Tabel 11. Keragaman Arthropoda Perkebunan Giri Loka .................................. 20

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Jaring-jaring Makanan Pada Lahan Kangkung....................... 23


Gambar 2. Ilustrasi Jaring-jaring Makanan Pada Perkebunan Giri Loka .............. 23

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Analisis Vegetasi .................................................................. 29
Lampiran 2. Tabel Analisis Intensitas Matahari .................................................. 29
Lampiran 3. Tabel Analisis Kelembaban dan Suhu Udara ................................. 29
Lampiran 4. Tabel Analisis Suhu Tanah ............................................................ 29
Lampiran 5. Tabel Analisis Warna Tanah .......................................................... 30
Lampiran 6. Tabel Analisis Seresah................................................................... 30
Lampiran 7. Tabel Analisis Nekromassa dan Biomassa..................................... 31
Lampiran 8. Tabel Analisis Biota Tanah............................................................. 31
Lampiran 9. Tabel Analisis Tinggi Tanaman ...................................................... 32
Lampiran 10. Tabel Keragaman Biota Tanah Lahan Kangkung ......................... 32
Lampiran 11. Tabel Keragaman Biota Tanah Perkebunan Giri Loka.................. 33
Lampiran 12. Rangkaian Kegiatan Dan Dokumentasi ........................................ 34

vii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara agraris yang
berada di dunia. Indonesia disematkan sebagai negara agraris dikarenakan bahwa
bidang pertanian merupakan salah satu karakterisktik dan ciri-ciri yang dimiliki oleh
Indonesia. Hal tersebut didukung dengan banyak nya lahan pertanian yang
terdapat di Indonesia dan penyebaran lahan tersebut yang sangat luas dari bagian
timur Indonesia hingga bagian barat dari negara Indonesia. Dengan banyak dan
luasnya lahan pertanian yang dimiliki oleh Indonesia menjadikan nya sebagai
negara dengan keragaman komoditi pertanian ataupun komoditi tanaman dan
tumbuhan.
Pertanian merupakan suatu kegiatan dimana tanaman dibudidayakan
melalui pengolahan tanah untuk memperoleh hasil tanam tanpa harus mengurangi
kemampuan tanah dalam fase produksi selanjutnya (Su’ud, 2007). Dalam proses
pengaplikasiannya di lapangan, kegiatan pertanian ini dipengaruhi oleh berbagai
macam factor yang memiliki keterikatan yang kuat antara satu dengan yang
lainnya. Baik factor yang mempenagruhi dari dalam (internal) ataupun factor yang
mempengaruhi dari luar (eksternal). Selain dari factor internal dan eksternal, factor
biotik (makhluk hidup) dan abiotic (benda mati) juga memiliki pengaruh yang
sangat penting dalam proses pertanian.
Faktor biotik merupakan factor yang terdiri atas berbagai jenis makhluk
hidup, baik tanaman, hewan, mikroorganisme, ataupun manusia itu sendiri. Di sisi
lain, factor abiotic merupakan factor yang terdiri atas benda-benda mati seperti
suhu, air, tanah, kelembaban, radiasi matahari, dan angin. Interaksi antara factor
biotik dan abiotik di ekosistem akan mempengaruhi tingkat moralitas, natalitas,
penyebaran serangga pada ekosistem sehingga komposisi spesies pada
pertanian selalu bersifat dinamis (Afifah et al, 2015).
Sistem pertanian yang terdapat di Indonesia sangat lah beragam. Akan
tetapi mayoritas dari semua petani yang ada di Indonesia masih menggunakan
metode tradisional dan konvensional. Sehingga sector pertanian di Indonesia
masih memiliki banyak kekurangan khususnya pada pengolahan dan perawatan
lahan pertanian. Para petani Indonesia masih menggunakan cara tradisional
dalam memberantas hama yang berada pada lahan pertanian mereka sesuai
dengan apa yang telah diajarkan secara turun temurun.
2

1.2 Tujuan
Berdasarkan dari apa yang diuraikan pada latar belakang di atas, kegiatan
fieldtrip praktikum ekologi pertanian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mempelajari keadaaan lapangan dari suatu lahan pertanian yang berada di
lingkungan masing-masing. Hal-hal yang diamati pada kegiatan fieldtrip ini
diantaranya adalah pengamatan tentang biodiversitas tanaman, factor biotik,
factor abiotic tanaman dan peran arthopoda serta rantai makanan yang terdapat
pada agroekosistem lahan pertanian tersebut.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh oleh penulis dan juga pembaca adalah
bertambah dan meningkatnya ilmu serta wawasan tentang biodiversitas tanaman
dari mulai aspek budi daya tanaman, Hama dan perlindungan tanaman, dan aspek
tanah yang telah diamati sebelumnya. Bagi penulis, laporan ini sangat bermafaat
karena mendapatkan pengalaman mengamati lahan pertanian secara langsung
dan melihat situasi dan keadaan yang ada pada lahan itu sendiri. Diharapkan
dengan adanya laporan akhir praktikum ini, mahasiswa dapat memahami berbagai
aspek yang terdapat pada agroekosistem lahan pertanian
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroekosistem
2.1.1 Pengertian Agroekosistem
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara komponen biotik
(makhluk hidup) dengan komponen abiotik (lingkungan) yang menciptaan
adanya sebuah pertukaran energi dan sumber daya pada suatu siklus alam
(Mudjiono, 2013). Ekosistem terbagi menjadi dua kelompok, yaitu ekosistem
alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alamin adalah suatu ekosistem dimana
ekosistem tersebut ada dan terbentuk secara alami tanpa adanya campurtangan
manusia. Sedangkan ekosistem buatan adalah suatu ekosistem yang di
terbentuk dengan adannya campur tangan manusia. Salah satu contoh dari
ekosistem buatan adalah agroekosistem.

Agroekosistem merupakan suatu bentuk ekosistem yang dibuat dan


dimodifikasi oleh manusia yang pembentukannya ditujukan pada perolehan
produk pertanian yang akan digunakan untuk mendukung kehidupan manusia
(Mujiono,2013). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agroekosistem memiliki
arti pertanian yang memiliki sifat hubungan timbal balik antar manusia dan
lingkungannya agar dapat melanjutkan keberlangsungan hidup manusia
(Anggara et al, 2015). Menurut kirana (2015), agroekosistem merupakan suatu
kondisi yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara komunitas hewan,
komunitas tumbuhan, dan lingkungannya dengan campur tangan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil pertanian.

2.1.2 Komponen Agroekosistem


Suatu agroekosistem pasti memiliki berbagai komponen yang Menyusun
agroekosistem tersebut. Komponen yang Menyusun agroekosistem adalah
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik merupakan komponen
yang terdiri atas berbagai jenis makhluk hidup (Desliyarni, 2003). Menurut
Adiwiman (2020), biotik adalah suatu istilah untuk menyebut sesuatu yang hidup
(organisme). Dan untuk komponen biotik adalah suatu komponen yang terdiri
atas makhluk hidup yang Menyusun suatu ekosistem selain dari komponen
abiotik.
4

Komponen biotik terbagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :

a. Produsen
Berupa jasad hidup yang memiliki kemampuan untuk menangkap
energi matahari dan mengolahnya dalam proses fotosintesis dan
menghasilkan output berupa O2 dan makanan untuk dirinya sendiri dan
untuk makhluk hidup yang lainnya.

b. Konsumen
Berupa jasad hidup yang memakan tumbuhan dan atau hewan
yang lainnya. Jasad ini dapat membenntuk bahan-ahan organic yang
memiliki mutu lebih tinggi daripada makanan yang dimakanannya.
Konsumen terbagi lagi menjadi herbivora (pemakan vegetasi), Karnivora
(pemakan daging), dan Omnivora (pemakan vegetasi dan daging)

c. Transformers
Berupa jenis bakteri tertentu yang menyerang materi yang
diekskresikan oleh organisme hidup lainnya (hewan atau tumbuhan yang
telah mati) sehingga dapat mengubahnya menjadi zat organic ataupun non
organic.

d. Dekomposer
Organisme yang bergantung pada bahan organic mati sebagai
sumber dari makanan mereka, terutama organisme mikro seperti jamur
dan bakteri. Metode yang digunakan adalah menghancurkan bahan
organic kompleks yang terdapat pada tubuh tumbuhan dan hewan yang
telah mati.

Di sisi lain, komponen abiotic merupakan bagian dari suatu ekosistem yang
terdiri atas makhluk tidak hidup tetapi memiliki peran sebagai penjaga
keseimbangan ekosistem serta menjamin kelangsungan hidup organisme
(Sitanggang dan Yulistiana, 2015). Menurut Adiwirman (2020), komponen abiotic
dapat berupa komponen fisik ataupun kimia yang merupakan medium atau
subtract sebagai tempat terjadinya kehidupan atau lingkungan tempat organisme
hidup.
5

Menurut Adiwirman (2020), komponen abiotic terdiri atas :

a. Air
Lebih dari 50% penyusun tubuh organisme yang ada di dunia
tersusun atas air. Air adalah salah satu dari contoh komponen abiotic yang
sangat diperlukan dan sangan menentukan keberlangsungan hidup suatu
organisme

b. Suhu

Menurut Adrinta (2017), suhu ialah pernyataan dingin atau panas


yang telah diukur pada skala yang ditentukan oleh thermometer. Suhu
diperlukan makhluk hidup untuk proses kimia dalam tubuhnya

c. Tanah

Tanah merupakan salah satu komponen sember daya alam yang


memiliki cangkupan sangat luas di atas permukaan bumi. Menurut
Yuliprianto (2010), tanah merupakan benda yang dihasilkan oleh alam
yang ada di permukaan bumi yang disusun oleh bahan bahan mineral dari
proses pelapukan bahan organik dan bebatuan.

d. Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang berperan


sangat penting sebagai sumber energi primer pada agroekosistem.
Intensitas cahaya pada alam akan berbeda pada saat siang hari dan
malam hari (Rahim, 2012).

e. Udara

Gas-gas yang ada di atmosfer,di samping sebagai selimut bumi,


juga sebagai sumber berbagai unsur tertentu, seperti: oksigen,
karbondioksida, nitrogen, dan hidrogen. Udara juga merupakan komponen
utama tanah.

f. Kelembaban

Kelembapan udara merupakan kumpulan uap air yang melayang


pada atmosfer atau udara. Besarnya kelembapan udara tergantung pada
uap air yang berasal dari danau, sungai, lautan, ataupun air tanah (Fadholi,
2013).
6

2.1.3 Perbedaan Agroekosistem

Tidak semua agroekosistem memiliki situasi dan kondisi yang sama.


Sebab tanaman tidak dapat tumbuh di semua jenis tanah dan wilayah. Habitat
pada setiap tanaman dapat berbeda berdasarkan ketinggian dari wilayah
tanaman tersebut. Ketinggian tempat pada suatu wilayah terbagi menjadi 3, yang
pertama yaitu 0-200 mdpl, yang kedua setinggi 200-700 mdpl, dan yang terakhir
lebih dari 700 mdpl (Djuanda dan Cahyono, 2005). Perbedaan ketinggian
tersebut menyebabkan beberapa factor lingkungan akan mempengaruhi tumbuh
dan kembangnya tanaman seperti, kondisi tanah, suhu lingkungan, dan
intensitas cahaya matahari.
Selain dari ketinggian suatu wilayah, agroeksistem akan berbeda apabila
jenis dari lahan pertanian nya pun berbeda. Menurut Said (2015), sawah
merupakan lahan pertanian yang basah dan secara fisik memiliki ciri-ciri
permukaan yang rata dan dibatasi oleh pematang. Sawah dapat ditanami dengan
tanaman padi, palawija, atau beberapa tanaman lainnya. Akan tetapi berbeda
dengan perkebunan kangkung dimana media tanam pada lahan tersebut tidak
boleh terlalu basah agar tanaman kangkung tidak mati.

2.2 Peran Arthropoda dan Biota dalam Agroekosistem


Arthropoda merupakan hewan invertebrate yang memiliki tulang di luar dari
tubuhnya (Eksoskeleton) yang memiliki badan berbentuk seperti berbuku-buku
dengan kaki yang beruas-ruas. Arthropoda pada umumnya memiliki peran yag
penting bagi ekosistem, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut
Culliney (2013), arthropoda berperan dalam daur nutrisi, penghancur seresah,
dan pemakan hama-hama yang mengganggu tanaman serta membantu dalam
proses penguraian bahan organic menjadi anorganik.

Biota (Biologi Tanah) merupakan komponen organisme yang


menghabiskan sebagian dari siklusnya di dalam atau di atas permukaan tanah.
Biota memiliki tingkat keragaman yang tinggi sehingga dapat saling memberikan
hubungan timbal balik dengan keragaman tanaman yang terdapat pada suatu
ekosistem. Selain terjalinnya hubungan timbal balik antara biota dengan
tumbuhan, biota sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan
kesuburan tanaman (Hanafiah, 2009).
7

2.3 Rantai dan Jaring-jaring Makanan


Rantai makanan adalah suatu proses perpindahan energi dari organisme
pada suatu level tropic menuju level tropic berikutnya melalui proses makan dan
dimakan yang memiliki urutan tertentu. Menurut Utina (2015), pada rantai
makanan terjadi perpindahan energi dari produsen ke konsumen dan berakhir di
decomposer. Tingkatan tropic terendah adalah produsen yang tidak
mendapatkan nutrisi dari memakan organisme tetapi dapat menghasilkan
makanan itu sendiri. Tingkat tropic yang selanjutnya adalah konsumen dimana
organisme tersebut merupakan organisme heterotroph yang mendapatkan nutrisi
dari memakan organisme lain. Dan tingkat terakhir adalah decomposer yang
merupakan organisme yang mendapatkan nutrisi dari mengurai organisme yang
telah mati.

Jaring jaring makanan adalah sebuah gabungan dari kumpulan rantai


makanan. Menurut Palmer et al. (2016), interaksi yang terjadi antara jaringan
predator pada tanaman budidaya merupakan sebuah rantai makanan. Pengaruh
yang diberikan oleh rantai makanan dan jaring jaring makanan pada
agroekosistem adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem buatan sehingga
tidak terjadi ledakan populasi.

2.4 Keseimbangan Agroekosistem


2.4.1 Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting (INP) dalam suatu komunitas menggambarkan suatu
peran dari berbagai spesies tumbuhan dan fungsinya dalam sebuah tempat.
Menurut Elhayati (2017), INP menyatakan seberapa besar peranan suatu
spesies yang ada pada habitat tersebut. Nilai INP yang tinggi dapat menunjukan
suatu penguasaan atau dominasi yang tinggi (Saharjo dan Gago, 2011 pada
Mardiyanti, dkk, 2013).
8

Gambar 2. 1. Rumus INP

2.4.2 Prinsip Ekologi


Prinsip ekologi merupakan komponen yang sangat penting karena
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sumber daya alam dengan
lingkungannya. Terjadinya penurunan potensi sumber daya alam akan sangat
berdampak bagi buruk bagi keberlangsungan hidup. Prinsip-prinsip ekologi dapat
berupa Teknik dan strategis. Setiap adanya perlakuan strategis yang
berkelanjutan, akan terjadi dampak yang berbeda-beda.

Menurut Tjatjo et al. (2015), prinsip-prinsip ekologi terdiri dari :

a. Mencari cara yang tepat untuk merawat kondisi tanah agar berdampak baik
pada pertumbuhan tanaman dan dapat memperbaiki organisme yang ada
di dalam tanah.
b. Pengoptimalan pada ketersediaan unsur hara terutama fiksasi nitrogen,
pemompaan hara, daur ulang, dan penggunaan pada pupuk sebagai hal
pelengkap.
c. Pengoptimalan pada udara dan radiasi matahari dari pengelolaan iklim
secara mikro, pengendalian erodi, dan usaha pengawetan pada air.
d. Meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit
dengan cara melakukan pencegahan dan mengendalikannya dengan
metode ramah lingkungan.
e. Melaksanakan penerapan sistem pertanian pada keragaman hayati yang
memiliki fungsi tinggi dalam suatu usaha untuk mengeksploitasi
komplementasi dan dalam kesinergisan sumber daya genetik dan sumber
daya lainnya.
3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Pengamatan fieldtrip dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 November 2021
pada pukul 10:00 WIB sampai dengan pukul 16:00 WIB di Kp.Pulomangga RT
002/004 no. 81, Grogol, Limo, Grogol, Depok, Kota Depok, Jawa Barat 16533.
Wilayah tersebut berada pada koordinat -6.3727369,106.7825349 dengan
kelembapan rata-rata 65%.

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah tali
rafia, batang kayu, botol air mineral 600 ml, pilok kuning, gelas air mineral, air,
detergen, thermometer, aplikasi luxlight meter, aplikasi soil chart, sweepnet,
gunting, sekop, alat tulis, penggaris, alkohol, kamera, dan platik.
3.3. Metode Pelaksanaan
3.3.1 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang
digunakan, lalu dapat dilakukan pengamatan, dilanjutkan dengan menghiyung
jumlah vegetasi, lalu dilakukan dokumentasi atas kegiatan berikut pada plot
lahan yang sudah dibuat, setelah itu identifikasi tumbuhan tersebut termasuk
budidaya atau hama, lalu dimasukan ke dalam plastik yang telah disediakan.

3.3.2 Pengamatan Intensitas Radiasi Matahari


Pengamatan intensitas radiasi matahari dilakukan dengan menyiapkan
aplikasi luxlight meter, lalu setelah itu buka aplikasi pada lahan yang diamati,
carilah tempat yang cukup terang dan terpapar cahaya matahari untuk melakukan
pengamatan ini. setelah angkanya muncul, dapat dilakukan screenshot pada layar
ponsel yang terdapat angka untuk menjadi data.
3.3.3 Pengamatan Kelembapan dan Suhu Udara
Pengamatan kelembapan dan suhu udara dilakukan dengan aplikasi
weather pada ponsel. Langkah awal pada pengamatan ini adalah membuka
aplikasi weather saat di lahan yang akan diamati, lalu periksa suhu dan
kelembapan pada tempat lahan yang diamati tersebut, lalu screenshot suhu dan
kelembapannya untuk menjadi data.
10

3.3.4 Pengamatan Suhu Tanah


Pengamatan suhu tanah dilakukan dengan termometer. Langkah yang
digunakan pertama-tama adalah gali tanah dengan kedalaman 5 cm, 10 cm, 20
cm, dan 30 cm. setelah itu, masukan termometer pada lubang-lubang tersebut
kemudian tutup tanah sampai termometer pas dengan lubang. Tunggu 5 menit lalu
lihat suhu yang tertera pada termometer kemudian dokumentasikan dengan
kamera untuk data.

3.3.5 Pengamatan Warna Tanah


Pengamatan warna tanah dilakukan dengan cara menyiapkan aplikasi soil
chart, lalu dilanjutkan dengan menggali tanah sedalam 20 cm. kemudian ambil
tanah secukupnya dan cocokan tanah dengan aplikasi soil chart. Setelah
menemukan warna yang cocok, screenshot pada aplikasi untuk dijadikan data.
3.3.6 Pengukuran Ketebalan Serasah
Pengukuran ketebalan serasah dilakukan dengan meletakan frame pada 5
titik yang telah ditentukan dan masing-masing frame dilektakan 2 frame lagi
sehingga total menjadi 10 frame, ukur ketebalan serasah dengan penggaris pada
10 frame tersebut lalu catat ketebalan tiap serasah untuk dijadikan data.
3.3.7 Pengukuran Berat Nekromassa dan Biomassa
Pengukuran berat nekromassa dan biomassa dilakukan dengan 10 buah
frame yang sudah disiapkan sebelumnya pada pengamatan ketebalan serasah.
Setelah ditemukan serasah pada 5 titik tersebut, maka serasah yang telah diukur
ketebalannya diambil lalu dimasukan ke dalam plastik untuk selanjutnya dipilah
nekromassa dan biomassa, lalu ditimbang dan dicatat serta didokumentasikan
untuk dijadikan data.
3.3.8 Pengamatan Biota Tanah
Pengamatan biota tanah dilakukan dengan menentukan titik untuk
menggali tanah yang berada dalam plot 5x5 meter. Setelah menentukan titik mana
yang akan digali, siapkan sekop lalu gali dengan kedalaman 20 cm menggunakan
sekop yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah digali, amati biota tanah yang
ada di dalam tanah tersebut kemudian ambil biota tersebut untuk diidentifikasi jenis
biota tersebut kemudian dicatat dan didokumentasikan untuk dijadikan data.
3.3.9 Pengamatan Tinggi Pohon
Pengamatan tinggi pohon dilakukan dengan pertama-tama menyiapkan
busur modifikasi untuk mengukur tinggi pohon berdasarkan sudut pandang
11

pengamat. Setelah ujung pohon dapat terlihat, pengamat dapat menggunakan


busur modifikasi tersebut. Selanjutnya, dilakukan pengukuran jarak antara
pengamat dengan pohon menggunakan meteran. Setelah itu, masukan rumus Tan
𝛼 = (Tinggi pohon Jarak ke pohon) + Tinggi pengamat. Setelah dilakukan
pengukuran, dilakukan pencatatan dan dokumentasi untuk dijadikan data.
3.3.10 Pengamatan Sweepnet
Pengamatan sweepnet dilakukan dengan membuat alat sweepnet dari
jaring atau saringan ikan yang disambungkan dengan pipa paralon agar lebih
Panjang. Kemudian, lakukan pengamatan dengan menyusuri lahan membentuk
huruf U. Pengamatan secara diagonal tidak dapat dilakukan karena lahan
kangkung yang subur dan tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk dilewati.
Kemudian mengayunkan jaring sebanyak 3 kali dengan jarak 5-10 cm diatas
tanaman kangkung. Setelah itu, dilakukan pengecekan pada sweepnet dan
mengambil hama yang tertangkap oleh jaring lalu dimasukan ke plastik untuk
diidentifikasi dan didokumentasikan untuk menjadi data.

3.3.11 Pengamatan Yellowtrap


Pengamatan yellowtrap dilakukan dengan menyiapkan botol air mineral
ukuran 600 ml, lalu pilok kuning bagian luar botol. Setelah itu, bawa botol ke lahan
dan beri lem tikus secara merata pada bagian botol kemudian masukan mulut botol
ke batang dan tancapkan batang tersebut ke tengah lahan. Tunggu minimal 1x24
jam lalu ambil batang yang ditancapkan untuk didokumentasikan serta
diidentifikasi hama yang menempel pada botol untuk dijadikan data.
3.3.12 Pengamatan Pitfall
Pengamatan pitfall dimulai dengan menyediakan 5 buah gelas air mineral
yang telah dibuka pada bagian atasnya. Saat di lahan, gali 5 lubang sedalam gelas
air mineral yang letaknya di setiap sudut dan di tengah lahan, lalu taruh pitfall di
lubang tersebut serta masukan air dan detergen secukupnya. Tunggu minimal
1x24 jam. Setelah 1x24 jam, ambil pitfall, lalu saring air yang ada di dalamnya
sehingga tersisa hanya hama dan serangganya saja, lalu masukan plastik dan
diberi alkohol untuk diidentifikasi dan didokumentasikan untuk menjadi data.
3.3.13 Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan berjalan mengelilingi lahan lalu
melihat setiap organisme yang ada di lahan dengan mata tanpa bantuan alat
apapun. Setelah ditemukan, organisme diidentifikasi dan didokumentasikan untuk
menjadi data.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Wilayah


Kegiatan Fieldtrip dilakukan pada dua tempat. Tempat yang pertama adalah
lahan pertanian yang terletak di Grogol, Limo, Depok memiliki suhu rata-rata
30℃. Lahan ini terletak di Kp. Pulomangga RT 002/004 No. 81, Grogol, Limo,
Depok. Kelurahan Grogol memiliki 12 Rukun Warga. Wilayah tersebut berada
pada koordinat -6.3727369,106.7825349 dengan kelembapan rata-rata 65%.
Kelurahan ini memiliki kode wilayah 32.76.04.1002.

Sedangkan lahan kedua terletak pada Taman giri loka Blok Y nomor 8, BSD
City, Tangerang Selatan. Alamat lahan ini berada pada Jl. Taman Baluran No.1,
Lengkong Gudang Tim., Kec. Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310,
tepatnya pada koordinat -6.288976665901028, 106.67833886418155. Suhu
rata-rata pada lahan pertanian ini adalah 28 – 29°C dengan kelembaban 65 –
69%.

4.2 Hasil Pengamatan


4.2.1 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis
biodiversitas suatu tanaman dalam sebuah agroekosistem. Berdasarkan analisis
vegetasi, jenis biodiversitas yang dapat diketahui dari perbandingan antara lahan
kangkung dan lahan perkebunan Giri Loka adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Vegetasi


No Lokasi Nama Umum Nama Ilmiah Jumlah

Grogol, Limo, Ipomoea


1 Kangkung > 100
Kota Depok aquatica

Citrus
Jeruk Nipis 1
aurantiifolia
BSD City,
Syzygium
2 Tangerang Daun Salam 1
polyanthum
Selatan
Solanum
Tomat 8
lycopersicum
13

Tabel di atas menyajikan data dari hasil identifikasi yang telah dilakukan
pada kedua tempat pengamatan praktikum. Pada lahan pengamatan praktikum
pertama yang terletak di Grogol, Limo, Kota Depok hanya memiliki satu jenis
vegetasi yang ditanaman, yaitu tanaman kangkong (Ipomoea aquatica).
Walaupun hanya terdapat satu jenis vegetasi yang terdapat pada lahan ini,
kuantitas dari tanaman tersebut memiliki nilai yang tinggi, kurang lebih sebanyak
100 tanaman kangkong.

Di sisi lain, pada lahan perkebunan yang terletak di BSD City, Tangerang
Selatan memiliki 3 (tiga) jenis vegetasi yang berbeda, yaitu tanaman jeruk nipis
(Citrus aurantiifolia), daun salam (Syzygium polyanthum), dan tanaman tomat
(Solanum lycopersicum). Bertolak belakang dengan lahan pertama, walaupun
keragaman vegetasi pada lahan ini lebih baik dari pada lahan pertama tetapi
jumlah vegetasi pada lahan ini bisa terbilang sedikit.

4.2.2 Intensitas Radiasi Matahari


Intensitas radiasi matahari merupakan salah satu faktor penting karena
sangat mempengaruhi tanaman dalam berfotosintesis. Perbandingan antara
intensitas radiasi matahari berdasarkan pengamatan antara lahan kangkung
dengan lahan perkebunan Giri Loka ditunjukan sebagai berikut :

Tabel 2. Intensitas Radiasi Matahari

No Lokasi Waktu Pengamatan IRM (Lux)

1 Grogol, Limo, Depok 13 November 2021 10:45 WIB 53231

BSD City,
2 26 November 2021 10.00 WIB 1246
Tangerang Selatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lahan kangkung di Grogol


pada 13 November 2021 pukul 10:45 WIB, diketahui bahwa IRM adalah sebesar
53231. Sedangkan pada perkebunan Taman Giri Loka, BSD City, Tangerang
Selatan pada 11:00 WITA, diketahui bahwa IRM adalah sebesar 1246.

4.2.3 Kelembapan dan suhu udara

Kelembapan dan suhu udara merupakan faktor abiotik pada agroekosistem


yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan pengamatan,
perbandingan suhu dan kelembapan udara di lahan kangkong yang diamati
14

melalui smartphone pada web bmkg.go.id dengan perkebunan Giri Loka adalah
sebagai berikut :
Tabel 3. Kelembaban dan Suhu Udara

No Lokasi Waktu Pengamatan Suhu RH


(℃) (%)
1 Grogol, Limo, 13 November 2021 11:00 32° 65%
Depok WIB
BSD City, 26 November 2021 10.00
2 290 C 69%
Tangerang Selatan WIB

Dari data yang diperoleh, suhu pada lahan kangkung adalah 32℃ dengan
tingkat kelembapan sebesar 65% pada pukul 11:00 WIB. Sedangkan pada Giri
Loka, BSD City, Tangerang Selatan pada pukul 12:14 WITA, diperoleh suhu
29°C dengan tingkat kelembapan 69%.
4.2.4 Suhu dan Warna Tanah
Suhu dan warna tanah merupakan bagian dari komponen abiotik pada
agroekosistem yang cukup mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.
Berdasarkan pengamatan, diperoleh hasil suhu dan warna tanah pada lahan
kangkung dan perkebunan Giri Loka sebagai berikut :

Tabel 4. Suhu Tanah

No Lokasi Waktu Pengamatan Kedalaman Suhu


(cm) Tanah (℃)
5 menit 5 33,5
Grogol,
5 menit 10 30,5
1 Limo,
5 menit 20 30,5
Depok
5 menit 30 28
BSD City, 5 menit 5 30
2 Tangerang
5 menit 10 29
Selatan

Pada pengamatan di lahan Kangkung, didapatkan suhu tanah sebesar 33,5


℃ pada kedalaman 5 cm, 30,5 ℃ pada kedalaman 10 cm, 30,5 ℃ pada
kedalaman 20 cm, serta 28 ℃ pada kedalaman 30 cm. hal ini menunjukan bahwa
semakin dalam tanah, suhunya akan semakin rendah. Sedangkan pada lahan
taman Giri Loka hanya dapat terukur pada dua jenis kedalaman karena
15

kedalaman taman tersebut dibatasi oleh beton yang berada di dasar dari taman.
Suhu tanah pada taman Giri Loka paling tinggi adalah 30°C dan paling rendah
29°C. hal ini menunjukan bahwa semakin dalam tanah, suhunya akan semakin
rendah sama seperti suhu pada lahan perkebunan Giri Loka di BSD City.

Tabel 5. Warna Tanah

No Lokasi Warna Tanah


1 Grogol, Limo, Depok 5YR 4/4 Brown
2 BSD City, Tangerang Selatan 7,5YR 4/6 Brown

Warna tanah pada lahan Kangkung di Grogol menunjukan warna brown


pada 5YR 4/4. Sedangkan pada perkebunan Taman giri loka, BSD City,
Tangerang Selatan diperoleh warna tanah 7,5YR 4/6.

4.2.5 Ketebalan Serasah


Pengamatan terhadap ketebalan serasah dilakukan untuk mengetahui
kondisi suatu lahan. Pada pengamatan, data ketebalan serasah pada lahan
perkebunan Giri Loka adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Ketebalan Serasah

No Lokasi Titik Ketebalan (cm)


1 0
2 0
3 0
Perkebunan 4 0
Kangkung, 5 0
1
Grogol, Limo, 6 0
Depok 7 0
8 0
9 0
10 0
1 0
Taman giri loka,
2 0
BSD City,
2 3 0
Tangerang
4 0
Selatan
5 0
16

6 0
7 0
8 0
9 0
10 0

Dari pengamatan yang dilakukan, pada kedua lahan tidak didapati adanya
keberadaan seresah pada kedua lahan yang diamati. Baik yang berada di
Grogol, Limo, Depok ataupun BSD City, Tangerang Selatan.
4.2.6 Berat Nekromassa dan Biomassa
Pengukuran berat nekromassa dan biomassa bertujuan untuk mengetahui
berbagai jenis seresah pada suatu lahan dan berpengaruh pada kadar karbon
dan kesuburan tanah. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan berat
nekromassa dan biomassa sebagai berikut :

Tabel 7. Berat Nekromassa dan Biomassa

Berat Basah
Tempat Plot Titik
Biomassa (g) Nekromassa (g)
1 0 0
1
2 0 0
3 0 0
2
4 0 0
5 0 0
1 3
6 0 0
7 0 0
4
8 0 0
9 0 0
5
10 0 0
2 1 1 0 0
2 0 0
2 3 0 0
4 0 0
3 5 0 0
6 0 0
4 7 0 0
17

8 0 0
5 9 0 0
10 0 0

Berdasarkan table data di atas, didapati bahwa pada kedua lahan yaitu lagan
yang terletak pada grogol, limo, Depok dengan lahan yang berada pada BSD
City, Tangerang Selatan tidak memiliki nekromassa ataupun biomassa pada
lahan pertaniannya.

4.2.7 Identifikasi Biota Tanah


Pengamatan biota tanah dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis organisme
yang ada di dalam tanah. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui
perbandingan biota tanah yang terdapat pada lahan kangkung dengan lahan
perkebunan Giri Loka sebagai berikut :

Tabel 8. Biota Tanah

No Lokasi Nama Nama Jumlah Peranan


Umum Ilmiah
Grogol,
1 Limo, - - - -
Depok
BSD City,
Dolichoderus
2 Tangerang Semut > 100 Predator
thoracicus
Selatan

Dari pengamatan diatas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat biota tanah
pada lahan yan diamati di Grogol, Depok. Sementara pada perkebunan Taman
Giri Loka, BSD City, Tangerang Selatan terdapat biota tanah berupa Semut
hitam yang berperan sebagai predator.
4.2.8 Tinggi Tanaman
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tinggi setiap tanaman yang
diamati. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tinggi
masing-masing tanaman adalah sebagai berikut :
18

Tabel 9. Tinggi Tanaman

Tinggi Tinggi
Nama Jarak
No Nama Ilmiah Sudut Pengamat Pohon
Umum (m)
(m) (m)
Ipomoea
1 Kangkung 45% 1,75 1 0,3
aquatica
Citrus
Jeruk Nipis 45% 1,6 2 1,9
aurantiifolia
Syzygium
2 Tomat 45% 1,6 3 0,7
polyanthum
Daun Solanum
45% 1,6 2 1,95
Salam lycopersicum

Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tinggi tanaman pada


Perkebunan Giri Loka, BSD City memiliki tinggi maksimal 1,95 m. sementara
tinggi minimalnya adalah 0,7 m. sedangkan pada lahan Kangkung, hanya
terdapat tanaman kangkong dengan tinggi sekita 0,3 m saja.
4.2.9 Keragaman Arthropoda
Pengamatan keragaman arthropoda dapat dilakukan dengan berbagai
aspek seperi aspek BP, HPT, dan tanah. Alat-alat yang digunakan dalam
menangkap hama adalah sweepnet, pitfall, dan yellowtrap. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui keberagaman jenis arthropoda beserta peranannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui jenis-jenis arthropoda
sebagai berikut :

Tabel 10. Keragaman Arthropoda Lahan Kangkung

Nama Arthropoda
No Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah

Drosophila
1 Lalat buah Hama
melanogaster

Keong Zonitoides
2 Hama
sawah arboreus
19

3 Lalat Sarcophagidae Hama

4 lebah Apis cerana Polinator

5 Semut Lasius niger Detritivor

Dekomposer,
6 Kumbang Coleoptera
Predator

Hama,
7 Ngengat Heterocera
Polinator

8 Kupu-kupu Rhopalocera Polinator

9 Capung Anisoptera Predator

Berdasarkan tabel arthropoda di atas, pada lahan kangkung di Grogol,


Depok didominasi oleh hewan yang bersifat hama. Hewan tersebut diantaranya
adalah lalat buah, keong sawah, ngengat (larva), dan lainnya. Selain itu, terdapat
juga hewan yang bersifat pollinator seperi lebah dan kupu-kupu. Terdapat juga
detritivor sepeti semut serta predator seperi kumbang dan capung.
20

Tabel 11. Keragaman Arthropoda Perkebunan Giri Loka

Nama Arthropoda
No Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah

Bemisia
1 Kutu Kebul Hama
tabaci

Berdasarkan table data athropoda di atas, pada lahan perkebunan taman


giri loka hanya terlihat satu jenis athropoda yang berperan sebagai hama pada
tumbuhan. Athropoda tersebut adalah kutu kebul atau nama latinnya adalah
Bemisia tabaci yang berperan sebagai hama pemakan daun tomat, jeruk nipis,
dan daun salam.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Biodiversitas Tanaman pada Agroekosistem
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada lahan kangkung di
Grogol, Depok dan lahab perkebunan rumah. Pada lahan kangkung di Grogol,
Depok dapat diketahui bahwa terdapat vegetasi berupa kangkung (Ipomoea
aquatica). kangkung tersebut menjadi vegetasi yang paling mendominasi lahan
tersebut. Pengertian keanekaragaman hayati merupakan varasi bentuk-bentuk
makhluk hidup, meliputi perbedaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme,
materi genetik yang di kandungnya, serta bentuk-bentuk ekosistem tempat hidup
suatu makhluk hidup (Ridhwan, 2012).

Sedangkan pada lahan perkebunan Giri Loka terdapat vegetasi seperti


pohon jeruk nipis (Citrus aurantiifolia), Daun Salam (Syzygium polyanthum), dan
Tomat (Solanum lycopersicum). Pada lahan ini jenis tanaman yang mendominasi
adalah tanaman tomat (Solanum lycopersicum) dengan kuantitas 8 vegetasi.
Tanaman tomat banyak ditemukan pada perkebunan tersebut karena tomat
merupakan tanaman holtikultura yang buahnya banyak memiliki penggemar dan
banyak proses pengembangan vegetasi di Indonesia (Nazibah, 2018)

4.3.2 Pengaruh Komponen Abiotik terhadap Agroekosistem


Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa pada agroekosistem
terdapat faktor biotik serta abiotik. Dapat diketahui pula bahwa faktor abiotik
21

sangat berpengaruh pada keseimbangan agroekosistem. Komponen abiotik


yang diamati dalam pengamatan ini adalah intensitas radiasi matahari, suhu
udara, kelembapan udara, warna tanah, dan suhu tanah.
Pada lahan kangkung di Grogol, Depok dapat diketahui bahwa intensitas
radiasi mataharinya adalah sebesar 53231 pada pukul 10:45 WIB. Sementara
suhunya adalah 32℃ dengan kelembapan udara sebesar 65%. Warna tanahnya
adalah 5YR 4/4 Brown dan rata-rata suhu tanahnya adalah 30,625℃.
Sementara pada Perkebunan Taman Giri Loka, BSD City, Tanggerang
Selatan dapat diketahui bahwa Intensitas radiasi mataharinya adalah 1246 pada
pukul 11:00 WIIB. Sementara suhunya adalah 28℃ dengan kelembapan udara
sebesar 69%. Warna tanahnya adalah 7.5YR 4/6 dan rata-rata suhu tanahnya
adalah 28,5℃.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tinggi lahan mempengaruhi faktor
abiotik pada agroekosistem. Toposekueen yang berbeda mempengaruhi warna
tanah, semakin tinggi tempat membuat warna tanah semakin terang (Farid,
2018). Selain warna, ketinggian lahan juga berpengaruh pada suhu udara,
kelembapan udara, intensitas radiasi matahari, dan suhu tanah.
4.3.3 Peran Arthropoda dan Biota Tanah dalam Agroekosistem
Arthropda juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan suatu
agroekosistem. Peran tiap arthropoda berbeda-beda pada sebuah
agroekosistem. Peran Arthropoda pada ekosistem diantaranya adalah sebagai
polinator, dekomposer, predator, parasitoid, dan juga bioindikator (Ardillah,
2014). Pada pengamatan yang dilakukan pada lahan kangkung di Grogol, Depok
ditemukan beberapa jenis arthropoda diantaranya adalah lalat, lalat buah, lebah,
semut, kumbang, kupu-kupu, ngengat, dan capung. Arthropoda seperti lalat, lalat
buah, dan keong sawah merupakan hama karena suka merusak tumbuhan
budidaya sehingga merugikan petani. Sementara arthropoda seperti lebah,
ngengat, dan kupu-kupu memiliki peran sebagai pollinator yang menguntungkan
bagi tanaman dan petani karna membantu penyerbukan pada tanaman.
Ngengat sendiri sering disebut hama, terutama larvanya, namun beberapa
spesies ngengat justru merupakan pollinator yang membantu penyerbukan.
Arthropoda seperti semut memiliki peran sebagai detritivor yang menguraikan
sisa-sisa makhluk hidup yang ada pada agroekosistem. Arthropoda seperi
kumbang berperan sebagai dekomposer yang menguraikan sisa-sisa makhluk
hidup yang telah mati. Selain dekomposer, kumbang juga dapat menjadi predator
22

bersama capung. Perbedaan antara dekomposer dengan detritivor adalah


dekomposer mengurai sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati sementara
detritivor memakan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Dekomposer dan
detritivor juga merupakan aspek yang penting dalam menjaga keseimbangan
agroekosistem. Semua jenis dan peran arthropoda dalam agroekosistem harus
seimbang agar keseimbangan agroekosistem ikut terjaga, jika salah satu jenis
hewan ada yang terlalu mendominasi, maka populasi hean lain terutama
mangsanya akan menurun drastis.
Sementara pada Perkebunan Taman Giri Loka, ditemukan arthropoda hanya
terdapat dua biota saja, yaitu semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan Kutu
Kebul (Bemisia tabaci). Kutu Kebul memiliki peran sebagai hama pada tanaman
yang terdapat pada perkebunan tersebut. Di sisi lain, semut hitam memiliki peran
sebagai predator yang akan membatasi jumlah dari hama kutu kebul.
Keberagaman arthropoda pada suatu agroekosistem dapat membentuk
rantai makanan. Rantai makanan adalah perpindahan energi dari organisme
pada suatu tingkat ke tingkat lainnya dalam bentuk peristiwa makan dan dimakan
dengan urutan tertentu (WARDANA, 2016). Beberapa rantai makanan yang
Bersatu dapat membentuk jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan
merupakan gabungan dari beberapa rantai makanan yang saling tumpang tindih.
Pada pengamatan yang dilakukan di Grogol, Depok terdapat jaring-jaring
makanan dimana kangkung sebagai produsen akan dimakan oleh keong sawah,
lalat, dan lalat buah. Kemudian, lalat dan lalat buah dimakan oleh kumbang dan
capung. Kumbang dan capung yang telah mati kemudia diuraikan oleh semut
sebagai detritivor. Semut pun dapat dimangsa oleh predator seperti capung.
Sedanghkan pada perkebunan Taman Giri Loka, BSD City, Tanggerang
selatan memiliki sebuah jaring-jaring makanan dimana pohon jeruk nipis, tomat,
ataupun daun salam akan diserang oleh kutu kebul. Setelah kutu kebul
menyerang dan mengambil nutrisi dari tanaman tersebut, selanjutnya kutu
23

tersebut akan dimangsa oleh semut hitam yang pada akhirnya semut hitam akan
mati dan diurai oleh organisme detrifor.

Gambar 1. Ilustrasi Jaring-jaring Makanan Pada Lahan Kangkung

Gambar 2. Ilustrasi Jaring-jaring Makanan Pada Perkebunan Giri Loka


24

4.3.4 Kondisi Keseimbangan Agroekosistem


Fokus upaya pengelolaan agroekosistem telah berubah dalam beberapa
waktu terakhir, tidak hanya untuk peningkatan jumlah spesies dan perbaikan
habitat agroekosistem, tetapi juga dikaitkan dengan layanan lingkungan yang
disediakan oleh ekosistem atau agroekosistem (Miranti Ayu Endarwati, 2017).
Agroekosistem dapat dikatakan seimbang apabila jumlah organisme didalamnya
seimbang dan merata serta kondisi dari unsur abiotiknya seperti suhu dan
kelembapan udara, suhu dan warna tanah, intensitas radiasi matahari, dan
lainnya dapat menghasilkan sebuah habitat yang berkualitas dan berkelanjutan.
Salah satu masalah dalam aplikasi musuh alami khususnya predator atau
parasitoid di lahan yaitu bagaimana cara konservasi atau mempertahankan
populasi predator tetap berada di habitat agroekosistem dan bagaimana cara
parasitoid dan predator terus berkembangbiak secara berkelanjutan, sehingga
pada jangka waktu tertentu dapat membentuk keseimbangan agroekosistem
(Nanang Tri Haryadi, 2019). Keseimbangan agroekosistem sangat penting dalam
budidaya tanaman karena akan mempengaruhi kualitas tanaman yang
dibudidaya. Dari data yang telah diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan suatu
agroekosistem seimbang atau tidak.
Pada pengamatan lahan kangkung, suhu dan kelembapan udaranya cukup
baik untuk pertumbuhan tanaman maupun keberlangsungan makhluk hidup
lainnya. Dari segi suhu tanah pun cenderung stabil sehingga baik untuk tanaman
dan hewan di dalamnya. Dari segi warna tanah, tanah pada lahan kangkung
menunjukan warna coklat gelap yang menandakan bahwa tanah tersebut cukup
subur dan produktif. Dari segi intensitas cahaya matahari, lahan kangkung
memiliki intensitas yang cukup tinggi yang membuat tumbuhan dapat
berfotosintesis dengan baik. Jaring-jaring makanan pada lahan kangkung juga
seimbang dimana terdapat hama, pollinator, detritivor, dan predator dengan
jumlah yang cukup seimbang. Dengan begini, dapat disimpulkan bahwa lahan
kangkung di Grogol, Depok tergolong sebagai agroekosistem yang seimbang
dan produktif.
Sedangkan pada lahan perkebunan yang terletak pada BSD City, Tangerang
Selatan memiliki suhu dan kelembapan udara cukup baik untuk pertumbuhan
tanaman budidaya dan makhluk hidup. Suhu tanah yang menunjukan angka
normal sehingga baik bagi lingkungan sekitar khususnya pada pertumbuhan
tanaman. Dari segi warna tanah, Perkebunan Giri Loka juga memiliki warna yang
25

gelap sehingga menunjukan bahwa tanah ini memiliki produktifitas yang tinggi.
Pada aspek HPT, perkebunan ini hanya memiliki satu jenis OPT yang berpotensi
untuk menjadi hama sehingga produktivitas hasil pertanian pada perkebunana
tersebut dapat dibilang tdak memiliki permasalahan. Intensitas radiasi matahari
juga cukup tinggi sehingga memungkinkan tumbuhan untuk berfotosintesis
dengan maksimal. Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa kedua lahan memiliki
agroekosistem yang seimbang
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Grogol, Depok selama kurang lebih
1 minggu, dapat disimpulkan bahwa keberagaman organisme yang berada pada
suatu agroekosistem mempengaruhi keseimbangan pada agroekosistem
tersebut. Kondisi lahan juga dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik mencakup keberagaman jenis vegetasi, biota tanah, dan
keberagaman arthropoda. Sementara faktor abiotic mencakup suhu dan
kelembapan udara, suhu tanah, warna tanah, serta intensitas radiasi matahari.
Pada lahan yang terdapat di Grogol, Depok serta Perkebunan Giri Loka pada
BSD City, Tanggerang Selatan yang berperan sebagai pembanding antar lahan
menunjukan keseimbangan agroekosistem yang terlihat dari terjaganya jenis
vegetasi, arthropoda serta stabilnya faktor abiotik. Keseimbangan juga terlihat
dari jaring-jaring makanan yang seimbang dan kompleks.

5.2 Saran
Dari hasil kegiatan akhir praktikum ekologi pertanian yang telah
dilaksanakan, kita tahu bahwa pertanian tidak hanya sebatas pada produktivitas
tanaman dan hama yang menjadi pengganggu saja. Akan tetapi, masih terdapat
banyak aspek-aspek yang ikut berperan dalam menjadi indicator apakah lahan
pertanian tersebut sehat atau tidak, baik atau tidak. Aspek-aspek tersebut
terangkum pada sebuah agroekosistem sehingga bagi kita khususnya petani
seharusnya hal yang diperhatikan pada kegiatan pertanian tidak hanya tanaman
dan hamanya saja, tetapi semua factor seperti factor biotik dan factor abiotik. Hal
tersebut perlu dilakukan apabila kita ingin lahan pertanian yang dimiliki memiliki
agroekosistem yang seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Mudjiono, Gatot. 2013. Pengelolaan Hama Terpadu. Malang: Universitas


Brawijaya Press.

Kirana, C. 2015. Distribusi Spasial Arthropoda pada Tumbuhan Liar di Kebun


Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Jurnal Bioeksperimen
1(2): 9-21.

Adiwirman. 2020. Pengantar Ilmu Pertanian (Edisi 2). Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Sitanggang, N. D. H dan Yulistiana. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Ekosistem


Melalui Penggunaan Laboratorium Alam. Jurnal Formatif 5(2): 156-167.

Djuanda, DJS dan Cahyono B. 2005. Teknik Budidaya dan Analis Usaha Tani.
Yogyakarta: Kanisius.

Said, I., Husen, Subiyanto, Sawitri, Yuwono, D., Bambang, Sukmono, Abdi,
Nugraha, L., Arif. 2015. Analisis Produksi Padi dengan Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi geografis di Kota Pekalongan.
Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

Culliney, T. W. 2013. Role of Arthropods in Mantaining Soil Fertility. Agriculture


journal.

Hanafiah, A. S., T. Sabrina, dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Utina, R. 2015. Inventarisasi Spesies Burung dan Model Prediktif Rantai Makanan
Kawasan Pesisir yang Tercemar Merkuri dari Limbah Pertambangan
Rakyat di Kabupaten Pahuwato. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.

Elhayati, N., Hariri, A. M., Wibowo, L. dan Fitriana, Y. 2017. Keanekaragaman


Arthropoda Permukaan Tanah Pada Pertanaman Ubi Kayu (Manihot
Utilissima Pohl.) Setelah Perlakuan Olah Tanah dan Pengelolaan
Gulma. Jurnal Agrotek Tropika 5(3): 158-164.
28

Mardiyanti, D. E., Wicaksono, K. P., dan Baskara, M. 2013. Dinamika


Keankeragaman Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi. Jurnal
Produksi Tanaman 1(1): 24-35.

Tjatjo et al. 2015. Karakteristik Pola Agroforestri Masyarakat Di Sekitar Hutan Desa
Namo Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi. Palu: Universitas Tadulako.

Ridhwan, M. 2012. TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN


PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Jurnal Biology Education 1(1): 1-
17

Nazibah, Maudi. 2018. TANGGAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI


TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP
PAKLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM. Skripsi.
Semarang: UNIVERSITAS DIPONEGORO

Farid, Miftah. 2018. ANALISIS SIFAT FISIKA TANAH INCEPTISOL


BERDASARKAN TOPOSEKUEEN DI KECAMATAN ONAN RUNGGU
KABUPATEN SAMOSIR. Skripsi. Sumatera Utara: UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA

Ardillah JS, Leksono AS, Hakim L. 2014. Diversitas Arhropoda tanah di area
restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang. Biotropika: Journal of
Tropica Biology 2(4): 208-213.

Wardana, Dewangga. W. 2016. REKAYASA MEDIA PEMBELAJARAN RANTAI


MAKANAN PADA HEWAN MENGGUNAKAN AUGMENTED REALITY.
Publikasi Ilmiah. Surakarta: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA.

Endarwati, Miranti; Wicaksono, Kurniawan; dan Suprayogo, Didik. 2017.


BIODIVERSITAS VEGETASI DAN FUNGSI EKOSISTEM: HUBUNGAN
ANTARA KERAPATAN, KERAGAMAN VEGETASI, DAN INFILTRASI
TANAH PADA INCEPTISOL LERENG GUNUNG KAWI, MALANG.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 4(2) : 577-588

Haryadi, Nanang T. dan Purnomo, Hari. 2019. Rekayasa Agroekosistem dan


Konservasi Musuh Alami. Jember: UPT Percetakan & Penerbitan
Universitas Jember
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Analisis Vegetasi

No Lokasi Nama Umum Nama Ilmiah Jumlah

Grogol, Limo, Ipomoea


1 Kangkung > 100
Kota Depok aquatica

Citrus
Jeruk Nipis 1
aurantiifolia
BSD City,
Syzygium
2 Tangerang Daun Salam 1
polyanthum
Selatan
Solanum
Tomat 8
lycopersicum

Lampiran 2. Tabel Analisis Intensitas Matahari

No Lokasi Waktu Pengamatan IRM (Lux)

1 Grogol, Limo, Depok 13 November 2021 10:45 WIB 53231

BSD City,
2 26 November 2021 10.00 WIB 1246
Tangerang Selatan

Lampiran 3. Tabel Analisis Kelembaban dan Suhu Udara

No Lokasi Waktu Pengamatan Suhu RH


(℃) (%)
1 Grogol, Limo, 13 November 2021 11:00 32° 65%
Depok WIB
BSD City, 26 November 2021 10.00
2 290 C 69%
Tangerang Selatan WIB

Lampiran 4. Tabel Analisis Suhu Tanah

Kedalaman Suhu
No Lokasi Waktu Pengamatan
(cm) Tanah (℃)
1 5 menit 5 33,5
30

Grogol, 5 menit 10 30,5


Limo, 5 menit 20 30,5
Depok 5 menit 30 28
BSD City, 5 menit 5 30
2 Tangerang
5 menit 10 29
Selatan

Lampiran 5. Tabel Analisis Warna Tanah

No Lokasi Warna Tanah


1 Grogol, Limo, Depok 5YR 4/4 Brown
2 BSD City, Tangerang Selatan 7,5YR 4/6 Brown

Lampiran 6. Tabel Analisis Seresah

No Lokasi Titik Ketebalan (cm)


1 0
2 0
3 0
Perkebunan 4 0
Kangkung, 5 0
1
Grogol, Limo, 6 0
Depok 7 0
8 0
9 0
10 0
1 0
2 0
3 0
Taman giri loka,
4 0
BSD City,
2 5 0
Tangerang
6 0
Selatan
7 0
8 0
9 0
31

10 0

Lampiran 7. Tabel Analisis Nekromassa dan Biomassa

Berat Basah
Tempat Plot Titik
Biomassa (g) Nekromassa (g)
1 0 0
1
2 0 0
3 0 0
2
4 0 0
5 0 0
1 3
6 0 0
7 0 0
4
8 0 0
9 0 0
5
10 0 0
2 1 1 0 0
2 0 0
2 3 0 0
4 0 0
3 5 0 0
6 0 0
4 7 0 0
8 0 0
5 9 0 0
10 0 0

Lampiran 8. Tabel Analisis Biota Tanah

No Lokasi Nama Nama Jumlah Peranan


Umum Ilmiah
Grogol,
1 Limo, - - - -
Depok
32

BSD City,
Dolichoderus
2 Tangerang Semut > 100 Predator
thoracicus
Selatan

Lampiran 9. Tabel Analisis Tinggi Tanaman

Tinggi Tinggi
Nama Jarak
No Nama Ilmiah Sudut Pengamat Pohon
Umum (m)
(m) (m)
Ipomoea
1 Kangkung 45% 1,75 1 0,3
aquatica
Citrus
Jeruk Nipis 45% 1,67 2 1,9
aurantiifolia
Syzygium
2 Tomat 45% 1,67 3 0,7
polyanthum
Daun Solanum
45% 1,67 2 1,95
Salam lycopersicum

Lampiran 10. Tabel Keragaman Biota Tanah Lahan Kangkung

No Nama Arthropoda Peran Dokumentasi


Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Lalat buah Drosophila Hama
melanogaster

2 Keong Zonitoides Hama


sawah arboreus

3 Lalat Sarcophagidae Hama


33

4 lebah Apis cerana Polinator

5 Semut Lasius niger Detritivor

6 Kumbang Coleoptera Dekomposer,


Predator

7 Ngengat Heterocera Hama,


Polinator

8 Kupu-kupu Rhopalocera Polinator

9 Capung Anisoptera Predator

Lampiran 11. Tabel Keragaman Biota Tanah Perkebunan Giri Loka

Nama Arthropoda
No Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah
34

Bemisia
1 Kutu Kebul Hama
tabaci

Lampiran 12. Rangkaian Kegiatan Dan Dokumentasi

Hari dan
No Deskripsi Kegiatan Dokumentasi
Tanggal

Memasang plot

Sabtu, 13
1
November 2021

Memasang yellow trap

Memasang pitfall

Selasa, 16
2
November 2021

Melakukan sweepnet
35

Mengamati suhu dan


warna tanah

Mengamati aspek HPT

Sabtu, 20
3
November 2021

Mengamati suhu,
kelembapan, dan
intensitas cahaya
36

Anda mungkin juga menyukai