Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nur Roudlotul Laila

NIM : 142011133002
Kelas : A-Akuakultur

TUGAS BIOLOGI LAUT


Karya Ilmiah Eksplorasi Kewairausahaan Kerang Mutiara (Pinctada
maxima) Penghasil Cuan dari Samudera

 Nilai Ekonomi Pinctada maxima


Kerang mutiara jenis Pinctada maxima merupakan salah satu komoditas
perikanan laut yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan
usaha pada masa mendatang. Syachruddin (2020), mengemukakan bahwa proses
kehidupan kerang mutiara dapat dimanfaatkan untuk memproduksi mutiara
dengan bentuk dan warna yang sangat indah sehingga dimanfaatkan oleh manusia
untuk membuat perhiasan dalam bentuk cincin, kalung, dan giwang bagi kaum
perempuan. Daging merupakan sumber protein yang sangat tinggi. Di samping
itu, kulit dan mutiara yang dihasilkannya dapat dimanfaatkan untuk bahan
kosmetik dan bahan dasar pembuatan cat metalik. Kerang mutiara jenis Pinctada
maxima yang dibudidayakan saat ini merupakan jenis kerang penghasil mutiara
terbaik yang dikenal juga dengan Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearls)
(Syachruddin, 2020).
Kerang mutiara jenis ini lebih banyak terdapat di perairan Indonesia
terutama perairan Indonesia bagian timur. Harga mutiara jenis South Sea Pearl
(SSP) pergramnya menurut Arief, dkk., (2014) untuk kualitas terbaik berkisar
antara Rp300.000-Rp.1.000.000.- Pengusaha budidaya kerang mutiara di
Indonesia memproduksi butiran mutiara budidaya, karena mutiara alam sulit
ditemukan lagi. Populasi kerang mutiara di alam saat ini mengalami penurunan
karena perubahan kondisi alam yang ekstrim dan kemampuan kerang mutiara
untuk meningkatkan jumlah populasinya semakin berkurang dan sulit untuk
ditemukan. Di samping itu, penurunan jumlah populasi kerang mutiara
disebabkan oleh eksploitasi yang tidak memperhatikan kelestarian populasi
(overfishing) (Arief dkk., 2014).
Faktor inilah menurut Syachruddin (2016), merupakan penyebab
menurunnya jumlah kerang yang diinsersi oleh para pengusaha mutiara sehingga
produksi mutiara tidak dapat ditingkatkan kuantintas dan kualitasnya secara
kontinyu. Permintaan mutiara di pasar yang terus meningkat,mendorong
pengusaha mutiara untuk mengeksploitasi bibit kerang mutiara secara berlebihan
dan tidak berimbang dengan kemampuan kerang mutiara untuk meningkatkan
jumlah populasinya di alam. Pengusaha mutiara membutuhkan bibit kerang
sebaanyak mungkin untuk operasi penyisipan inti. Bibit kerang mutiara yang
dibutuhkan berukuran di atas 6 cm dengan harga sekitar Rp 2.000/cm, setelah
berukuran antara 8 – 10 cm akan dilakukanoperasi penyisipan inti
sehinggaperusahaan mebutuhkan bibit yang banyak untuk operasi penyisipan inti
sampai ratusan ribu ekor bibit tiap tahunnya (Yosmer, 2019).

 Manfaat Pinctada maxima


Pinctada maxima bermanfaat sebagai Hidroksiapatit. Secara umum
komposisi dari cangkang kerang terdiri dari Ca, Mg, Na, P, dan mineral lain
berupa Fe, Cu, Ni, B, Zn, serta Si. Kandungan kalsium karbonat pada cangkang
kerang ini merupakan sumber kalsium yang dapat dimanfaatkan sebagai
Hidroksiapatit (Ningsih dkk., 2014). Hidroksiapatit (HAp) merupakan senyawa
yang mengandung ion kalsium (Ca2+) yang mengubah ion logam beracun dan
menyerap unsur kimia organik dalam tubuh (Dahlan, 2013). Senyawa ini banyak
dimanfaatkan sebagai tempat tumbuh kembangnya jaringan apabila ada jaringan
yang rusak. Cangkang kerang mutiara ditumbuk menggunakan mortar hingga
menghasilkan serbuk cangkang kerang. Serbuk ini diuji kadar CaO menggunakan
AAS. Dari hasil uji diperoleh kandungan CaO pada cangkang kerang mutiara
sebesar 52,23%. Serbuk cangkang kerang mutiara disintesis menggunakan
senyawa H3PO4 dengan suhu 100°C. Larutan didiamkan selama 24 jam untuk
memperoleh endapan hidroksiapatit. Endapan ini dikalsinasi pada suhu 800°C.
Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD dan FTIR (Noor et al., 2013).
Pinctada maxima menghasilkan mutiara yang dapat dijadikan sebagai
perhiasan sehingga banyak orang yang ingin membudiyakannya. Di Indonesia,
komoditas mutiara baik lewat budidaya laut dan air tawar ini masih memiliki
peluang cukup luas. Masih banyak pulau dan teluk-teluk terlindung dari hempasan
ombak yang cocok untuk lokasi pengembangan budidaya mutiara laut. Saat ini,
Indonesia menghasilkan South Sea Pearl dari kerang Pinctada maxima baik dari
hasil alam maupun budidaya. Sentra pengembangan budidaya Pinctada maxima
tersebar di beberapa daerah. South Sea Pearl Indonesia sangat digemari di pasar
dunia, dan biasanya dijual dalam bentuk loose dan jewelry. Selain kerang jenis
Pinctada maxima, kerang mutiara lainnya yang dapat dibudidayakan di Indonesia
adalah Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada lentiginosa dan Pteria
penguin. Ukuran mutiara berdasarkan diameter besarnya mutiara, yang diukur
dalam satuan milimeter. Kisaran ukuran mutiara adalah dari 1 mm sampai lebih
dari 20 mm. Besaran ukuran ini sangat tergantung pada jenis mutiaranya. Ukuran
yang paling umum diperdagangkan adalah 7 – 7,5 mm (Strack, 2016).
Mutiara yang berasal dari Pinctada maxima memiliki komposisi bahan
organik yang biasa dibuat dalam bentuk perhiasan. Bentuk perhiasan yang
dihasilkan diantaranya mahkota, kalung, gelang, cincin, bros, dan jepitan dasi.
Dalam sejarah, mutiara hanya digunakan oleh kaum bangsawan sebagai simbol
kekuasaan, kekayaan dan keanggunan. Saat ini mutiara masih digunakan sebagai
simbol keanggunan dan kekayaaan, tetapi pemakainya tidak hanya oleh kalangan
kaum bangsawan, melainkan sudah merambah sampai masyarakat umum (Tipler,
2021).
Kerang mutiara memiliki manfaat lain yaitu sebagai bahan baku kerajinan.
Pemanfaatan kulit kerang memang sudah dilakukan beberapa kalangan namun
terapan yang dilakukan belum memberi dampak yang cukup untuk pasar fashion
masa kini. Kulit kerang diproduksi sebagai bahan sehari-hari (Gergely et al.,
2010). Proses pembuatan kerajinan berbahan dasar kulit kerang sudah merajalela
mulai dari bisnis start up anak muda sekalipun, mengingat harga kulit kerang yang
relatif murah sehingga bagi anak muda yang memulai bisnis dengan keterbatasan
modal dapat memulainya dengan modal dasar kreativitas dan keuletan tiap
individu. Dimulai dengan memanfaatkan kulit kerang menjadi souvenir, tempat
tissue, hiasan tas/ sepatu, tirai, gantungan kunci, tempat asbak/ lilin dan masi
banyak lagi. Pemanfaatan yang dilakukan masih dalam lingkup kerajinan dan
barang sehari-hari yang sering ditemui dan tidak mempunyai tingkat eksklusifitas
sekalipun. Terdapat perusahaan perhiasan dan aksesoris wanita yang sudah turut
memanfaatkan kulit kerang sebagai bahan aksesoris wanita, namun desain
maupun harga yang diterapkan ada pada lingkup upper upper class. Sehingga
adanya kesenjangan yang terjadi diantara pemanfaatan yang sudah dilakukan pada
kulit kerang. Baik itu dimanfaatkan menjadi barang sehari-hari yang memiliki
segi kerajinan yang mudah ditemui dengan harga yang standar, dan juga yang
dimanfaatkan sebagai aksesoris bernilai tinggi (Gergely et al., 2010).
Penggunaan kerang pada sebuah aksesoris sudah sering ditemui di pasar
namun pemanfaatan yang dilakukan pada aksesoris pernikahan mempunyai nilai
dan pandangan baru terhadap pasar, mengingat bahwa bahan-bahan yang
digunakan untuk sebuah wedding accessories kerap menggunakan bahan bernilai
cukup tinggi namun kepentingan sebuah hair piece hanya sebesar 2% diantara
kepentingan elemen pernikahan lainnya, sehingga dengan menggunakan kerang
akan mengurangi nominal standar yang dikeluarkan untuk sebuah wedding
accessories. Disisi lain aksesoris pernikahan dapat lebih bernilai karena
mempunyai esensi tersendiri pada material yang digunakan, yaitu kulit kerang
(Gergely et al., 2010).

 Metode Beternak Kerang Mutiara


Cara ternak kerang mutiara bisa dilakukan dengan beberapa metode yaitu
metode rakit apung dan juga metode tali rentang. Pada umumnya para pelaku
budidaya kerang mutiara beternak kerang mutiara dengan metode rakit apung.
Rakit apung tersebut akan dapat difungsikan sebagai tempat untuk memelihara
induk-induk kerang, tempat pendederan dan juga tempat untuk pembesaran
kerang (Yeni, 2014).

 Pembenihan Kerang Mutiara


Pembenihan tiram mutiara masih memiliki SR yang rendah dari fase awal
yaitu fase throchopore dengan SR 100 % sebanyak 20.400.000, D-Shape dengan
SR 95,8% sebanyak 19.542.000 ekor hingga spat 1,74% sebanyak 354.375 ekor.
Untuk itu perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai teknik pembenihan tiram
guna meningkatkan kelangsungan hidupnya (SR) serta pengembangan teknologi
yang mendukung. Teknik pembenihan tiram lainnya yang menambah wawasan
dan softskill mahasiswa yaitu teknik kultur pakan alami dan tenik pemijahan tiram
mutiara metode donor sperma serta kejut suhu dari 27 0 C menjadi 330 C yang
terbukti efektif meningkatkan produksi spat. Dengan demikian praktek lapangan
ini mampu memberikan pengetahuan baik teknis maupun non teknis kepada
mahasiswa mengenai pembenihan tiram mutiara (Sutrisno, 2020).

 Pemanfaatan Mutiara oleh Investor Bisnis


Karakteristik usaha industri kerajinan mutiara ini meliputi jenis usaha,
modal usaha, lama usaha/karir, aset kepemilikan tempat produksi dan tenaga
kerja. Diketahui bahwasanya 75% usaha tergolong ke dalam usaha turun
menurun, dan sisanya 25% usaha yang tergolong ke dalam jenis usaha baru. Rata-
rata usia usaha/karir industri dari para pengusaha industri kerajinan mutiara ini
ialah berusia 10-18 tahun. Modal usaha tiap bulan yang digunakan oleh para
pengusaha ini cukup besar. Secara umum sebesar 50% dari 56 responden
membutuhkan modal usaha sebesar antara Rp 7.000.000 hingga 14.000.000 setiap
bulannya. Nilai modal usaha ini tergolong ke dalam industri kecil karena
mempunyai kekayaan bersih kurang dari Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah
dan bangunan (Albanjari, 2012).
Namun, untuk industri dengan kategori pengusaha besar menggunakan
modal > Rp 14.000.000 setiap bulannya. Hal ini dikarenakan kebutuhan produksi
dari industri tersebut lebih banyak. Faktor kualitas produk memiliki daya tarik
tinggi, sedangkan faktor paket wisata pembuatan kerajinan kurang menjadi daya
tarik. Strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas yakni
strategi turn-around karena menempati kuadran IV pada matriks analisis SWOT.
Strategi turn-around ini dilakukan dengan cara upaya manajemen produk dan
kegiatan manajerial (Albanjari, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Albanjari, H. 2012. Analisis Rantai Nilai Kerajinan Mutiara, Emas, dan Perak di
Kota Mataram, Nusata Tenggara Barat. Jakarta: Deutsche Gesellschaft
fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH.
Arief, Muhammad. Basri S., dan Sholehudin M. 2014. Profil Benih Tiram Mutiara
(Pinctada maxima) Dari Hasil Pemijahan yang Terkontrol. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Jurnal
Oseanologi Indonesia Vol.1 (1).
Dahlan, K. 2013. Potensi Kerang Ranga Sebagai Sumber Kalsium Dalam Sintesis
Biomaterial Subtitusi Tulang. Prosiding Semirata FMIPA, Universitas
Lampung,
Gergely, G., Wéber, F., Lukács, I., Tóth, A. L., Horváth, Z. E., Mihály, J., &
Balázsi, C. 2010. Preparation and characterization of hydroxyapatite
from eggshell. Ceramics International, 36(2), 803-806.
Ningsih, R. P., Wahyuni, N., dan Destiarti, L. 2014. Sintesis Hidroksiapatit dari
Cangkang Kerang Kepah (Polymesoda Erosa) dengan Variasi Waktu
Pengadukan. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 3(1), 22-26.
Noor, A. F. M., Kasim, S. R., Othman, R., Ana, I. D., & Ishikawa, K. 2013.
Synthesis of biphasic calcium phosphate by hydrothermal route and
conversion to porous sintered scaffold. Journal of Biomaterials and
Nanobiotechnology, 4(3), 273 - 278.
Strack, E. 2016. Research of calcium phosphates using Fourier transform infrared
spectroscopy. In Infrared Spectroscopy-Materials Science,
Engineering and Technology InTech. 123-148.
Sutrisno Hadi. 2020. Seri Program Statistik (SPS) Versi 2000. Manual SPS Paket
MIDI.Edisi : Prof. Sutrisno Hadi. Universitas Gadjah Mada.
Syachruddin A. R. 2016. Peningkatan Produksi Mutiara Melalui Usaha
Pembesaran Bibit Kerang Mutiara Di Perairan Kota Bima NTB.
Dosen Biologi PMIPA FKIP Universitas Mataram.(Makalah Seminar
Bapenas Program Local Economic Resources Development (LERD).
Jakarta.
Syachruddin, A. R. 2020. Kualitas Biologik, Kimia dan Fisik Perairan Pesisir dan
Kaitannya dengan Pertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctada sp) di
Tanjung Bero Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tesis untuk
memperoleh gelar Magister pada FPS-UGM Yogyakarta.
Tipler, P. A. 2021, Fisika Untuk Sains dan Teknik jilid II, Erlangga, Jakarta
Yeni Sulistiyani. 2014. Filtration Rate Tiram Mutiara Pinctada Maxima Dari
Perairan Lombok, NTB. Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
Semarang,
Yosmer. 2019. Kerang mutiara Sumbar Berkualitas Internasional. Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai