KELOMPOK :
( Kerang Mutiara )
*Kapan mulai ??
Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 3.500 tahun sebelum Masehi
mutiara telah diketahui dan dihormati. Orang-orang zaman dahulu beranggapan bahwa
laut adalah sumber segala kehidupan dan di daratan Medeterania pemujaan terhadap
tiram, telah berkembang dan meningkat pemuja terhadap mutiara, yang sejak saat itu
dianggap mutiara sebagai ratu dari semua permata. Setelah itu pada 2.000 tahun sebelum
Masehi masyarakat di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dan dari
literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum
Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi.
Saat ini mutiara merupakan salah satu komoditas sektor kelautan di Indonesia yang
bernilai ekonomi dan memiliki prospek pengembangan usaha dari masa ke masa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram
mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah
dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau
dikuasai oleh bangsa lain.
*Mengapa??
Karena dapat menghasilkan komoditas yang lebih baik sehingga menghasilkan nilai
komersial dan dengan melakukan budidaya laut tidak hanya melakukan produksi namun
menjaga kelestarian ekosistem laut, dapat menciptakan usaha dan lapangan kerja yang
baru, menghasilkan komoditi ekspor untuk meningkatkan devisa negara dan juga
mengefisienkan dan mengefektifkan.
*Pengertian??
Budidaya laut merupakan upaya manusia, menggunakan input tenaga kerja dan energi,
untuk meningkatkan produksi organisme laut dengan cara memanipulasi pertumbuhan,
mortalitas dan reproduksi atau bisa didefinisikan sebagai upaya pengembangan potensi
dari sumber daya alam dalam area terbatas baik itu terbuka ataupun tertutup
*Jenis-jenis??
Jenis-jenis teknik budidaya yaitu rakit gantung , tambak, keramba jaring apung,dan
keramba jaring tancap.
*Ruang Lingkup??
PROSES KEGIATAN
*Pra budidaya??
Sumber Daya Manusia merupakan aspek penting dalam melakukan suatu kegiatan
budidaya, karena tanpa sumber daya manusia mustahil kita bisa melakukan budidaya.
SDM yang berkaitan dengan ketersediaan tenaga terampil seringkali menjadi masalah
yang sangat mendasar.Namun, penyediaan tenaga terampil dapat diupayakan melalui
pelatihan-pelatihan.Biasanya kita dapat manfaatkan warga sekitar lokasi budidaya yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi
mereka.
Jumlah modal setiap jenis budidaya berbeda-beda. Untuk memulai usaha budidaya
kerang mutiara memang dibutuhkan investasi yang relatif besar, paling tidak 750 juta
rupiah – 1 miliar rupiah untuk 10.000 jumlah tiram yang dibudidayakan. Biasanya kita
membutuhkan investor untuk membantu kelancaran budidaya.Sehingga perlu dicermati
perhitungan kelayakan usaha agar investor dapat mengetahui besarnya biaya yang
dibutuhkan,waktu pengembalian modal dan prediksi keuntungan yang akan diperoleh.
Pasar dan Konsumen perlu diperhatikan sebelum melakukan kegiatan budidaya. Dalam
usaha budidaya Mutiara dari tahun ketahun semakin meningkat karena hampir semua
orang mengetahui bahwa tiram mutiara merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Jenis Organisme yang akan dibudidayakan adalah kerang mutiara. Secara alami mutiara
dapat terbentuk oleh proses biomineralisasi diawali dengan masuknya suatu zat asing
seperti sebutir pasir diantara mantel dan kulit, benda asing ini akan bertindak sebagai
perangsang sekresi getah nakreas. Getah nakreas ini akan membentuk lapisan nakreas
yang akan membungkus butiran pasir. Butiran pasir ini akan tergulung oleh jaringan
mantel dan berbentuk bulat. Setelah beberapa lama terbentuk butiran pasir yang
terbungkus lapisan nakreas yang dinamakan mutiara. Mutiara terbentuk atas beberapa
lapisan yaitu mineral yang disebut “aragonite,” yang mengandung kalsium karbonat, di
lapisan yang lain ada zat perekat “conchiolin,” yang menahan aragonite di dalam mutiara.
Karena aragonite merupakan zat yang setengah tembus cahaya, zat ini menjadikan
mutiara tampak bersinar.
- Seleksi
*Budidaya ??
Pemberian Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan pembenihan
tiram mutiara.Keberhasilan pemberian pakan yang tepat waktu, jumlah dan jenis akan
sangat mendukung keberhasilan produksi massal spat.
Pakan utama yang biasa diberikan pada larva tiram mutiara adalah jenis-jenis flagelata
berukuran kurang dari 10 mikron.Pilihan larva terhadap pakan sangat tergantung pada
ukuran dan spesies. Masing-masing jenis tiram mempunyai kemampuan yang berbeda-
beda dalam memilah dan mengambil pakan yang disukai.
Pada prinsipnya, mikroalga yang digunakan sebagai pakan larva tiram atau organisme
laut lainnya mempunyai ukuran yang tepat untuk dimakan atau sesuai dengan bukaan
mulut larva/spat,mudah dibudidayakan,cepat tumbuh dengan kepadatan tinggi dan tidak
menghasilkan substansi racun.
*Pasca-Budidaya ??
Teknik Pemanenan spat dapat dilakukan pada waktu masih dilaboratorium atau tempat
pendederan.Panen yang dimaksud lebih cenderung diartikan pada tahap masa
pemeliharaan dan usia / ukuran penjualan.
Panen yang dilakukan di laboratorium biasanya sudah berumur 75-90 hari sehingga
sepasang cangkangnya dapat melindungi diri dari perubahan lingkungan dan serangan
predator.Penanganan pasca panen dilakukan dengan memasukkan kolektor yang berisi
spat ke dalam kantong waring dengan mata waring sebesar 1 mm.Selanjutnya kolektor
dapat di pindahkan ke tempat pemeliharaan di laut.Penanganan harus dilakukan dengan
hati-hati karena bisa mudah patah dan kondisi spat mudah stres.
Panen pada masa pendederan dilakukan pada ukuran spat 5 – 7 cm .Pemanenan dapat
dilakukan dengan pengambilan spat satu per satu untuk menghindari stres atau
mengurangi kematian. Pada waktu bersamaan dilakukan pula pembersihan cangkang dan
seleksi. Spat yang kualitas baik dapat dibesarkan untuk dijual atau implantasi.
Manajemen pemasaran :
a. Penawaran
Jumlah produksi mutiara untuk setiap musim panen, tidak terdata dan terdokumentasi
dengan baik. Hal ini dikarenakan panen mutiara tidak berlangsung secara bersamaan
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Selain itu lamanya rentang
waktu yang dibutuhkan dari proses pembesaran sampai pada tahap penyuntikan yaitu
kurang lebih 1,5 s/d 2 tahun mengakibatkan tiram mutiara tersebut baru dapat dipanen
untuk pertama kalinya pada tahun ke-3. Alasan lain yang tidak kalah penting adalah,
sistem pemasaran hasil budidaya mutiara ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara
individu kepada orang asing. Transaksi itu seringkali dilakukan tidak di daerah tempat
asal mutiara itu di budidayakan. Hal ini sepertinya sudah menjadi sebuah sindikat
penjualan mutiara sehingga agak sulit bagi kita untuk mendata berapa jumlah hasil
produksi ataupun kemana produksi itu di pasarkan. Sebagaimana yang terjadi di beberapa
perusahaan yang ada di Indonesia, terutama di NTB yang menjadi sentra mutiara
nasional.
b. Harga
Harga mutiara sangat fluktuatif tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara yang
dihasilkan. semakin baik kualitasnya maka harganyapun semakin tinggi. Untuk jenis
Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat
mencapai harga 40 sampai 50 US $. Bahkan dalam situs www.balipos.com menyebutkan
harga jual mutiara kualitas baik berkisar antara 100 sampai dengan 200 US$. Untuk jenis
lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan)
harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $ 20. Selain itu harga mutiara
juga sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi, karena harga mutiara dari
pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam dan luar negeri biasanya dalam
bentuk dolar Amerika.
c. Pemasaran
Secara umum, kegiatan pemasaran hasil budidaya tiram mutiara ini hampir tidak
menemui kendala yang berarti mengingat sistem pemasaran yang selama ini terjadi
adalah dimana pembeli baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri biasanya
menjadi pelanggan tetap dan siap menampung atau menerima mutiara hasil produksi
ansalkan sesuai dengan kualitas yang di tetapkan. Mutiara yang dihasilkan, terutama hasil
budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap pasar, baik
dalam ataupun luar negeri terutama Jepang, Amerika dan Eropa.
Leave a Comment
Kerang Mutiara
Setidaknya ada tiga kawasan yang memiliki kumpulan kerang mutiara laut
dan menjadi areal pencarian mutiara alami. Mereka adalah, daerah Teluk Persia,
Selat Manaar di Srilanka dan perairan Australia utara. Namun, sebaran
kumpulan kerang mutiara laut mulai dari Laut Merah ke arah timur sampai ke
Pasifik. Selain ketiga tempat yang terkenal, kawasan kumpulan kerang mutiara
juga ditemukan ada di daerah perairan Burma, Selat Malaka, Laut Arafura, Laut
Sulu sampai ke perairan Jepang, dan di negara-negara pasifik selatan. Beberapa
tempat juga ditemukan di Amerika tengah dan utara seperti di Panama,
kepulauan Margarita Venezuela sampai ke perairan Mexico.
Manfaat
Tak hanya berhenti sampai di situ, pemanfaatan kerang mutiara kini mulai
merambah pada pemanfaatan cangkangnya. Cangkang atau kulit kerangnya
tetap mempunyai nilai jual tinggi. Dari waktu ke waktu harganya pun merambat
naik. Dahulu harga pasaran Rp 15 ribu per kilogram namun sekarang menjadi
sekitar Rp 50 ribu untuk cangkang berkualitas bagus. Memang telah sejak lama
kulit keras yang mengandung kapur itu diolah dan dimanfaatkan menjadi
bermacam-macam barang kerajinan serta perhiasan.
Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga
implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ
mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke
dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara
yang lain dan berperan sebagai donor. Berdasarkan penelitian, pemilihan donor
yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi
warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam
gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan
daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan
memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya
dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang
belakang lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara
atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam
kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan
nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan
menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.
§ Secara Alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel
kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan
masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada
akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth
Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006)
mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar,
terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska.
Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel
yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini
bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang
kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant
mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang
dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka
cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat
mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel.
Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat
masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa
perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak
dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian
epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam
rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk
kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa
melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang
akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.
Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga
mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat
dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja
masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.
Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah
kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke
partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang
mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun
teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah,
menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.
Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara
yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan
oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya
mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an. Sehingga
tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan
pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya.
Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis
kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama
Jepang, China dan Australia.
Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation,
yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging
kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ
mantel ini diambil oleh individu kerangmutiara yang lain dan berperan sebagai donor.
Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara
yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel
ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada
dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan
nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama
halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang
lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding
bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai
Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara.
Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.
Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang
sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses
penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana
kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja
ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup
lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini
belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam
tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya
virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.
Tiram Mutiara
Budidaya tiram mutiara selama ini dianggap rumit dengan waktu pemeliharaan yang bisa
lebih dari 3 tahun. Tak heran usaha ini lebih banyak dilakukkan oleh pengusaha bermodal
besar.
Tetapi anggapan tersebut kini berhasil dipatahkan oleh badan riset perikanan budidaya
(brkp). Pusat riset perikanan budidaya (prpb)-bagian dari brkp- meluncurkan program
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk masyarakat (iptekmas) untuk pendederan tiram
mutiara bagi nelayan tradisional. Program ini dilaksanakan oleh balai besar riset
perikanan budidaya laut (bbrpbL)gondol,bali. Dimulai dari riset pembenihan dan
dilanjutkan pendederan dilaut.
Dengan iptekmas, nelayan bisa melakukan pendederan tiram dari ukuran spat 4-5’mm
hingga ukuran 1cm atau ukuran 5-6 cm tergantung permintaan pasar. Untuk mencapai
ukuran 1cm butuh waktu 1bulan dan 7-8 bulan untuk mencapai 5-6cm. Sementara untuk
pembesaran hingga mencapai ukuran siap produksi mutiara yang memerlukan waktu
sekitar 3tahun dilakukan oleh pengusaha bermodal besar. (more…)
Setiap jenis kerang mutiara menghasilkan mutiara dengan spesifikasi yang berbeda.
Pinctada maxima menghasilkan mutiara relatif lebih besar dari semua jenis kerang
penghasil mutiara, berwarna perak, emas dan krem. Jenis ini banyak dibudidayakan di
Indonesia, Birma, Thailand dan Australia. Sedangkan kerang jenis Pinctada margaritifera
merupakan primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara yang dihasilkannya
bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna hitam merupakan warna yang
diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian harganya sangat mahal.
Diameter mutiara yang dihasilkan umumnya lebih kecil daripada yang diproduksi
Pinctada maxima. Sementara Pinctada fucata adalah jenis yang banyak dibudidayakan di
Jepang, dan Pteria penguin tidak banyak dibudidayakan karena sejauh ini hasilnya
diperuntukkan hanya pada kalangan tertentu mengingat bentuk mutiara yang
dihasilkannya umumnya tidak bundar.
Mutiara ini dihasilkan oleh dua jenis kerang mutiara, kerang mutiara bibir hitam,
Pinctada margaritifera dan kerang mutiara bibir perak/emas, Pinctada maxima. Kedua
jenis ini umumnya tersebar di bagian selatan bumi terutama di daerah Pasifik dan Hindia.
Mutiara ini dikenal sebagai ratu dari para mutiara. Tidak jelas di lihat dari sudut mana,
namun mutiara ini dihasilkan oleh kerang mutiara bibir emas/perak, Pinctada maxima.
Dari segi ukuran, mutiara ini adalah yang paling besar daripada mutiara hasil budidaya
kerang mutiara lain. Ukurannya bisa mencapai 22 mm. Namun rata-rata ukuran mutiara
ini adalah 15 mm. Kisaran ukuran yang umumnya dijual ke pasaran adalah dari 9 sampai
20 mm. Proses budidayanyapun lebih lama daripada kerang lainnya. Tidak
mengherankan bila mutiara ini jarang dijumpai di pasaran, secara otomatis memiliki
harga yang lebih mahal dibandingkan lainnya. Walaupun demikian, mutiara ini tidak
memiliki kilau seperti yang dimiliki mutiara Akoya. Warna yang dihasilkan adalah krim,
silver, kuning dan emas. Australia dikenal sebagai penghasil mutiara ini, namun selain
Australia; Indonesia, Myanmar dan Filipina juga sementara mengembangkan potensi ratu
para mutiara ini.
Karakteristik mutiara
Warna mutiara
Kisaran warna mutiara cukup luas, dari hitam sampai perak. Namun demikian warna
alami mutiara bukan semata ditentukan oleh warna dasar nacre mutiara itu sendiri yang
dibentuk oleh pigmen warna di bagian matriks organik yang mengikat ubin nacre namun
juga berkombinasi dengan warna overtone dan irredescence. Malah, dalam penelitian
yang dilakukan terhadap nacre dari Pinctada maxima membuktikan bahwa warna nacre
juga ditentukan oleh adanya “kekacauan” cahaya dalam daerah ikatan antar ubin
aragonite yang membentuk nacre. Irridescence atau juga disebut “orient” muncul
bagaikan pelangi, sebetulnya merupakan fenomena optik akibat dari lapisan nacre yang
membuat difraksi cahaya yang berbeda beda, fenomena ini lebih jelas pada bagian dalam
dari cangkang daripada mutiara itu sendiri, terjadi akibat terbentuknya garis-garis
pertumbuhan. Sementara overtone adalah sinar cahaya warna yang muncul di permukaan
mutiara sehingga terlihat berkilau.
Lustre mutiara
Lustre diukur dari daya pantul nacre itu sendiri terhadap obyek di dekatnya. Bila daya
pantulnya sempurna maka nacre itu akan menyerupai cermin dalam memantulkan cahaya
dan image. Sementara nilai luster rendah bila nacre terlihat berwarna kusam, kabur
dengan daya pantul rendah. Luster juga ditentukan oleh komposisi ubin nacre sehingga
menciptakan difraksi cahaya tertentu dan membuat nacre kelihatan buram.
Bentuk mutiara
Secara umum, bentuk mutiara terdiri atas: spherical (bulat bola), simetris dan baroque.
Bentuk spherical adalah bentuk umum yang dihasilkan oleh mutiara hasil budidaya.
Bentuk ini juga yang paling banyak diminati konsumen. Namun, bentuk yang benar-
benar bulat jarang ditemukan apalagi berasal dari mutiara alami. Mengingat model
terbentuknya mutiara karena mengikuti kontur inti, sehingga dibuatlah inti bundar dengan
maksud menghasilkan mutiara yang bundar pula. Bentuk simetris adalah bentuk mutiara
apabila dibelah dua maka setengah bagiannya akan sama dengan bagian yang lainnya.
Bentuk mutiara simetris yang umum adalah bentuk buah pir atau air mata. Sedangkan
bentuk baroque adalah bentuk bangunan mutiara abstrak, memiliki tonjolan di sana-sini,
tak simetris. Bentuk ini banyak ditemukan di mutiara alami.
Ukuran mutiara
Besar kecil mutiara lebih banyak ditentukan oleh jenis kerang yang menghasilkannya.
Mengingat kerang mutiara Akoya (Pinctada fucata) memiliki bentuk tubuh lebih kecil
sehingga mutiara yang dihasilkanpun relative lebih kecil daripada mutiara dari kerang
mutiara bibir hitam (P. margaritifera) apalagi dengan kerang mutiara bibir emas (P.
maxima). Di samping jenis kerang mutiara, factor lain yang menentukan ukuran mutiara
adalah lamanya budidaya. Makin lama mutiara dibudidaya, makin tebal nacre yang
dihasilkan. Ukuran yang umum diterapkan untuk mengukur diameter mutiara adalam
millimeter (mm). Mutiara hasil budidaya dengan ukuran di atas 20 mm, jarang ditemukan
sehingga harganyapun mahal.
Kontur permukaan
Mendapatkan mutiara dengan permukaan yang sangat licin pun tidak gampang. Mutiara
yang memiliki goresan atau tonjolan-tonjolan kecil di permukaan disamping kurang
indah secara estetik juga beresiko mengelupas bila bergesek. Keberadaan permukaan juga
akan mempengaruhi warna dan lustre dari mutiara.
Berat mutiara
Umumnya berat mutiara diekspresikan dengan carat, grain dan momme. Menakar mutiara
dengan berat biasanya dilakukan untuk pembelian jumlah besar, kebanyakan mutiara
budidaya ditakar dengan ukuran diameter (milimeter) disamping faktor-faktor penentu
kualitas mutiara lainnya.
Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara
yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan
oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya
mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an. Sehingga
tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan
pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya.
Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis
kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama
Jepang, China dan Australia.
Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation,
yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging
kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ
mantel ini diambil oleh individu kerangmutiara yang lain dan berperan sebagai donor.
Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara
yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel
ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada
dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan
nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama
halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang
lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding
bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai
Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara.
Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.
Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang
sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses
penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana
kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja
ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup
lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini
belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam
tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya
virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.
Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini dikumpulkan
dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor) yang diletakkan di laut.
Material dan model kolektor ini bervariasi. Material kolektor bisa berasal dari alam
seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan seperti kain dan plastik. Sementara
modelnya bervariasi dari bentuk sapu sampai ke bentuk panel. Prinsipnya adalah
menyediakan substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang
bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja
yang menempel di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini
digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya
tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran yang bisa dikenal
sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa
lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian
dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga
memungkinkan spat bertumbuh dengan leluasa. Setelah itu, jenis yang akan
dibudidayakan diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat
mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan memotong
bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa. Mereka juga rentan
terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di luar air. Kerang muda ini
dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang leluasa bagi mereka untuk bertumbuh.
Lewat pemahaman ini, pengetahuan akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di
perairan sangat dibutuhkan sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang
mutiara yang membutuhkan suplai bibit dari alam.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara budidaya
saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit hasil hatchery.
Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive breeding yaitu pada
prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk.
Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan pada melihat pertumbuhan kerang
dibandingkan kerang seusianya, morfologi dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang.
Mengingat tujuan kebanyakan budidaya komersial dari kerang mutiara adalah
memproduksi mutiara bulat, sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang
menciptakan ruang yang besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu
pertimbangan untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti
mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik dijadikan
sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat menentukan kualitas
mutiara yang dihasilkan.
Dalam proses perbanyakan dengan sistem hatchery. Induk kerang mutiara biasanya
diseleksi apabila kondisinya sudah mencapai matang gonad. Caranya adalah dengan
membuka cangkang dengan shell opener dan memeriksa bagian gonad dengan terlebih
dahulu mengibaskan insang yang menutupi areal bagian dalam kerang. Gonad biasanya
langsung terlihat pada kerang matang gonad saat insang dikibaskan karena bagian gonad
ini memakan tempat yang cukup besar dengan warnah cerah mencolok. Untuk kerang
betina biasanya warna gonadnya adalah krim cerah sedangkan jantan adalah putih. Untuk
membedakan gonad kedua kelamin kerang memang diperlukan latihan yang berulang-
ulang mengingat kadangkala warna gonad jantan terlihat menyerupai warna betina, atau
sebaliknya.
Bagaimana mutiara dihasilkan?
Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation,
yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging
kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ
mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor.
Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara
yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel
ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada
dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan
nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama
halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang
lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding
bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai
Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara.
Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.
Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang
sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses
penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana
kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja
ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup
lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini
belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam
tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya
virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.
Proses pembuatan mutiara
Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang
mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau
benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga
jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku
Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian
besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada
prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke
dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas
mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping
membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat
bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang
akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan.
Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel.
Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya
cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian
berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing
ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel
bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh
epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun
cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah
yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.
Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel.
Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat
kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel.
Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus
partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan
mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada
bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara
walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah,
menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.
Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses
yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya
dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini
dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase
reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong.
Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan
banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara
dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan
kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.
Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam
partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat
ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di
dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi
makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang
mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam
gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila
tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-
saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka
cangkangnya. Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara
kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan
membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan
kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian
tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan
melukai mantel kerang.
Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah
nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan
inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan
mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini
mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada
bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang
Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini dikumpulkan
dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor) yang diletakkan di laut.
Material dan model kolektor ini bervariasi. Material kolektor bisa berasal dari alam
seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan seperti kain dan plastik. Sementara
modelnya bervariasi dari bentuk sapu sampai ke bentuk panel. Prinsipnya adalah
menyediakan substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang
bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja
yang menempel di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini
digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya
tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran yang bisa dikenal
sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa
lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian
dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga
memungkinkan spat bertumbuh dengan leluasa. Setelah itu, jenis yang akan
dibudidayakan diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat
mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan memotong
bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa. Mereka juga rentan
terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di luar air. Kerang muda ini
dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang leluasa bagi mereka untuk bertumbuh.
Lewat pemahaman ini, pengetahuan akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di
perairan sangat dibutuhkan sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang
mutiara yang membutuhkan suplai bibit dari alam.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara budidaya
saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit hasil hatchery.
Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive breeding yaitu pada
prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk.
Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan pada melihat pertumbuhan kerang
dibandingkan kerang seusianya, morfologi dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang.
Mengingat tujuan kebanyakan budidaya komersial dari kerang mutiara adalah
memproduksi mutiara bulat, sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang
menciptakan ruang yang besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu
pertimbangan untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti
mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik dijadikan
sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat menentukan kualitas
mutiara yang dihasilkan.
Dalam proses perbanyakan dengan sistem hatchery. Induk kerang mutiara biasanya
diseleksi apabila kondisinya sudah mencapai matang gonad. Caranya adalah dengan
membuka cangkang dengan shell opener dan memeriksa bagian gonad dengan terlebih
dahulu mengibaskan insang yang menutupi areal bagian dalam kerang. Gonad biasanya
langsung terlihat pada kerang matang gonad saat insang dikibaskan karena bagian gonad
ini memakan tempat yang cukup besar dengan warnah cerah mencolok. Untuk kerang
betina biasanya warna gonadnya adalah krim cerah sedangkan jantan adalah putih. Untuk
membedakan gonad kedua kelamin kerang memang diperlukan latihan yang berulang-
ulang mengingat kadangkala warna gonad jantan terlihat menyerupai warna betina, atau
sebaliknya.
lanjutan menyusul....
© 2009, N. Gustaf F. Mamangkey
Posted by Goestaf at Sunday, August 02, 2009
Karakteristik mutiara
Warna mutiara
Kisaran warna mutiara cukup luas, dari hitam sampai perak. Namun demikian warna
alami mutiara bukan semata ditentukan oleh warna dasar nacre mutiara itu sendiri yang
dibentuk oleh pigmen warna di bagian matriks organik yang mengikat ubin nacre namun
juga berkombinasi dengan warna overtone dan irredescence. Malah, dalam penelitian
yang dilakukan terhadap nacre dari Pinctada maxima membuktikan bahwa warna nacre
juga ditentukan oleh adanya “kekacauan” cahaya dalam daerah ikatan antar ubin
aragonite yang membentuk nacre. Irridescence atau juga disebut “orient” muncul
bagaikan pelangi, sebetulnya merupakan fenomena optik akibat dari lapisan nacre yang
membuat difraksi cahaya yang berbeda beda, fenomena ini lebih jelas pada bagian dalam
dari cangkang daripada mutiara itu sendiri, terjadi akibat terbentuknya garis-garis
pertumbuhan. Sementara overtone adalah sinar cahaya warna yang muncul di permukaan
mutiara sehingga terlihat berkilau.
Lustre mutiara
Lustre diukur dari daya pantul nacre itu sendiri terhadap obyek di dekatnya. Bila daya
pantulnya sempurna maka nacre itu akan menyerupai cermin dalam memantulkan cahaya
dan image. Sementara nilai luster rendah bila nacre terlihat berwarna kusam, kabur
dengan daya pantul rendah. Luster juga ditentukan oleh komposisi ubin nacre sehingga
menciptakan difraksi cahaya tertentu dan membuat nacre kelihatan buram.
Bentuk mutiara
Secara umum, bentuk mutiara terdiri atas: spherical (bulat bola), simetris dan baroque.
Bentuk spherical adalah bentuk umum yang dihasilkan oleh mutiara hasil budidaya.
Bentuk ini juga yang paling banyak diminati konsumen. Namun, bentuk yang benar-
benar bulat jarang ditemukan apalagi berasal dari mutiara alami. Mengingat model
terbentuknya mutiara karena mengikuti kontur inti, sehingga dibuatlah inti bundar dengan
maksud menghasilkan mutiara yang bundar pula. Bentuk simetris adalah bentuk mutiara
apabila dibelah dua maka setengah bagiannya akan sama dengan bagian yang lainnya.
Bentuk mutiara simetris yang umum adalah bentuk buah pir atau air mata. Sedangkan
bentuk baroque adalah bentuk bangunan mutiara abstrak, memiliki tonjolan di sana-sini,
tak simetris. Bentuk ini banyak ditemukan di mutiara alami.
Ukuran mutiara
Besar kecil mutiara lebih banyak ditentukan oleh jenis kerang yang menghasilkannya.
Mengingat kerang mutiara Akoya (Pinctada fucata) memiliki bentuk tubuh lebih kecil
sehingga mutiara yang dihasilkanpun relative lebih kecil daripada mutiara dari kerang
mutiara bibir hitam (P. margaritifera) apalagi dengan kerang mutiara bibir emas (P.
maxima). Di samping jenis kerang mutiara, factor lain yang menentukan ukuran mutiara
adalah lamanya budidaya. Makin lama mutiara dibudidaya, makin tebal nacre yang
dihasilkan. Ukuran yang umum diterapkan untuk mengukur diameter mutiara adalam
millimeter (mm). Mutiara hasil budidaya dengan ukuran di atas 20 mm, jarang ditemukan
sehingga harganyapun mahal.
Kontur permukaan
Mendapatkan mutiara dengan permukaan yang sangat licin pun tidak gampang. Mutiara
yang memiliki goresan atau tonjolan-tonjolan kecil di permukaan disamping kurang
indah secara estetik juga beresiko mengelupas bila bergesek. Keberadaan permukaan juga
akan mempengaruhi warna dan lustre dari mutiara.
Berat mutiara
Umumnya berat mutiara diekspresikan dengan carat, grain dan momme. Menakar mutiara
dengan berat biasanya dilakukan untuk pembelian jumlah besar, kebanyakan mutiara
budidaya ditakar dengan ukuran diameter (milimeter) disamping faktor-faktor penentu
kualitas mutiara lainnya.
Setiap jenis kerang mutiara menghasilkan mutiara dengan spesifikasi yang berbeda.
Pinctada maxima menghasilkan mutiara relatif lebih besar dari semua jenis kerang
penghasil mutiara, berwarna perak, emas dan krem. Jenis ini banyak dibudidayakan di
Indonesia, Birma, Thailand dan Australia. Sedangkan kerang jenis Pinctada
margaritifera merupakan primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara yang
dihasilkannya bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna hitam merupakan
warna yang diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian harganya sangat
mahal. Diameter mutiara yang dihasilkan umumnya lebih kecil daripada yang diproduksi
Pinctada maxima. Sementara Pinctada fucata adalah jenis yang banyak dibudidayakan di
Jepang, dan Pteria penguin tidak banyak dibudidayakan karena sejauh ini hasilnya
diperuntukkan hanya pada kalangan tertentu mengingat bentuk mutiara yang
dihasilkannya umumnya tidak bundar.
Pemanenan mutiara
berlangsung kurang lebih satu setengah tahun dari saat penyisipan, saat itu diharapkan
ketebalan nacre sudah berkisar 2 sampai 3 cm. Makin tebal nacre, makin bagus pula
kualitasnya. Sebelum pemanenan, kerang dibersihkan pada setiap kurun waktu tertentu
dan pada beberapa areal budidaya pada saat tertentu kerang diputar posisinya dengan
asumsi akan menghasilkan mutiara yang bundar. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa hasil panen tidak selalu menghasilkan mutiara bundar, karena kerang mutiara bisa
saja menghasilkan mutiara yang berbentuk oval, ataupun dengan bentuk yang tidak
beraturan. Bentuk ini dikenal dengan istilah baroque. Lagipula, persentasi mutiara dengan
kualitas baik, sejauh ini hanya 5 sampai 10 persen dari total panenan, 50 persen adalah
mutiara dengan kualitas menengah dan selebihnya adalah mutiara kualitas rendah.
Jenis mutiara yang bisa dibuat lewat kegiatan budidaya bisa berupa mutiara bundar
(round pearl), mabe atau setengah mutiara (half pearl) dan keshi atau mutiara yang
dihasilkan oleh lembar mantel yang tertinggal di dalam kerang sementara inti mutiara
yang disisipkan sudah terlempar keluar. Keshi biasanya berbentuk baroque. Mutiara
bundar lebih sulit dibuat dibandingkan mabe karena dibutuhkan keahlian khusus untuk
menyisipkan diantara gonad dan otot kerang. Mabe dibuat dengan melekatkan setengah
bundar nucleus ke bagian sisi dalam kerang. Bentuk inti yang dilekatkan bisa bervariasi,
bahkan China terkenal dengan menghasilkan mabe berbentuk Budha. Saat panen,
biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan lagi
untuk memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya kerang
akan dibunuh dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan kerajinan
tangan.
Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum
mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal.
Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada
di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai
dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk
tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) 3) lustre
mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya,
4) permukaannya tidak cacad, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas
mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa
cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih
warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.
Setidaknya ada tiga kawasan yang memiliki kumpulan kerang mutiara laut dan menjadi
areal pencarian mutiara alami. Mereka adalah, daerah Teluk Persia, Selat Manaar di
Srilanka dan perairan Australia utara. Namun, sebaran kumpulan kerang mutiara laut
mulai dari Laut Merah ke arah timur sampai ke Pasifik. Selain ketiga tempat yang
terkenal, kawasan kumpulan kerang mutiara juga ditemukan ada di daerah perairan
Burma, Selat Malaka, Laut Arafura, Laut Sulu sampai ke perairan Jepang, dan di negara-
negara pasifik selatan. Beberapa tempat juga ditemukan di Amerika tengah dan utara
seperti di Panama, kepulauan Margarita Venezuela sampai ke perairan Mexico.
Teluk Persia
Kawasan kumpulan mutiara di daerah ini telah dikenal sejak 2000 tahun sebelum masehi.
Areal yang paling terkenal adalah di sekitar Bahrain. Areal ini menjadi daerah ekonomis
penting bagi masyarakat sekitar sebelum adanya tambang minyak. Jenis kerang mutiara
yang tersebar di kawasan ini adalah Pinctada radiata. Perbandingan mutiara yang
ditemukan dan jumlah kerang mutiara yang adalah sekitar 1 : 500. Ukuran mutiara yang
ditemukan biasanya kurang dari 1 grain (=50 mg), sangat jarang ditemukan mutiara
dengan ukuran lebih dari 12 grain. Metode pengumpulan kerang mutiara dilakukan secara
tradisional dengan melilitkan tali sebagai penahan dan mereka menyelam dengan tubuh
telanjang. Diperkirakan, tradisi menyelam ini tidak memiliki banyak perubahan sejak
areal kumpulan kerang mutiara ditemukan. Mereka hanya dibekali penjepit hidung dan
tas tali yang digantung di lehernya. Kegiatan penyelaman ini berangsur-angsur
menghilang sejak sebelum perang dunia kedua dan berakhir di tahun 1950-an. Kegiatan
ini berhenti sejak ladang-ladang minyak ditemukan.
Mutiara Abernathy
Mutiara alami dari air tawar ini ditemukan oleh William Abernathyl, sang penyelam
mutiara di sungai Tay pada tahun 1967. Dengan berat 44 grains, mutiara ini dianggap
mutiara yang paling sempurna yang ditemukan dari sungai-sungai di Skotlandia. Mutiara
ini diberi nama “the little willie”.
Mutiara besar bewarna pink ini berharga 4.7 juta dollar amerika pada tahun 1991. Dia
dicatat dalam buku Guiness Book of Records sebagai mutiara yang paling besar yang
ditemukan dari abalone (Haliotis). Berbentuk baroque dan memilik berat 470 carat setara
dengan 94 gram. Mutiara ini dimiliki oleh Wesley Rankin yang menemukannya di Salt
Point State Park, California pada tahun 1990.
La peregrina
La peregrina atau Sang pengelana (musafir) adalah mutiara yang ditemukan di Kepulauan
Perlas, lepas pantai Panama pada tahun 1500-an. Konon, mutiara ini ditemukan oleh
seorang budak yang menginginkan kebebasan sebagai bayaran dari mutiara yang
ditemukannya. Mutiara ini dibawa dan diserahkan kepada Raja Spanyol Phillip II dan
sang raja menghadiahkannya kepada Ratu Maria, sebagai hadiah perkawinan. Saudara
dari Napoleon I, Joseph Bonaparte mengambil mutiara ini dan membawanya ke Prancis
dan akhirnya sampailah mutiara ini kepada Duke of Abercrombie. Akhirnya, mutiara ini
dibeli dengan harga 37 ribu dollar amerika oleh Richard Burton dan menghadiahkannya
sebagai hadiah Valentine’s Day kepada Elizabeth Taylor. Keunikan dari mutiara ini,
disamping perjalanannnya yang begitu panjang, dia memiliki bentuk seperti air mata atau
buah pir, dan memiliki berat 10.192 gram.
Pearl of Allah (secara resmi dikenal dengan nama Lao-Tze pearl) adalah mutiara terbesar
di dunia yang ditemukan pada tahun 1934 di lepas pantai Pulau Palawan oleh seorang
penyelam Filipina. Mutiara ini dijadikan hadiah kepada Wilbur Dowell Cobb oleh kepala
suku di Palawan pada tahun 1936 karena Cobb telah menyelamatkan nyawa anaknya.
Keturunan Cobb menjual mutiara ini kepada toko permata di California tahun 1980
dengan harga 200.000 dollar AS. Harga saat ini ditaksir sebesar 40 juta dollar AS.
Mutiara raksasa ini ditemukan di dalam kima raksasa Tridacna gigas. Hal yang tak
mungkin dihasilkan oleh kerang mutiara dari Family Pteriidae atau kerang penghasil
mutiara dari jenis lain. Bentuk mutiara Pearl of Allah tidak beraturan (baroque) dan
menyerupai otak kepala besar. Panjang yang mencapai 23.8 cm dan berat 6.4 kilogram
menjadikannya sebagai mutiara terbesar yang ditemukan selama ini.
Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum
mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal.
Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada
di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai
dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk
tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) lustre mutiara,
istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4)
permukaannya tidak cacat, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas
mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa
cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih
warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.
Beberapa langkah sebelum pengujian mutiara adalah dengan meyakinkan bahwa mutiara
itu palsu atau tidak? Karena harga mutiara relatif mahal sehingga kemungkinan
pemalsuan juga dilakukan.Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menghasilkan
mutiara yang serupa dengan aslinya. Bahannya pun bervariasi dari jenis batuan tertentu,
kaca, plastik, dan bahkan bagian dari cangkang kerang. Mutiara juga disortir apakah
mutiara itu terbungkus nacre (nacreous) atau tidak (non nacreous)? Apakah mutiara itu
terbentuk alami atau hasil budidaya? Mutiara yang terbungkus nacre adalah mutiara yang
umum beredar di pasaran dan mayoritas adalah mutiara hasil budidaya. Sangat kecil
kemungkinan mutiara alami (dan terbungkus nacre) beredar di pasaran dengan harga
murah. Sayangnya, masih sangat sulit membedakan antara mutiara yang tak terbungkus
nacre dengan mutiara yang dibentuk dari cangkang kerang, karena keduanya memiliki
komposisi yang sama.Namun peminat mutiara tanpa nacre memang masih sedikit
disamping selama ini kegiatan budidayanya baru ddijajaki (khusus beberapa mutiara
eksotis dari beberapa siput). Parameter tambahan lain yang jadi bahan pertimbangan
pemilihan mutiara adalah dari mana mutiara itu berasal. Apakah mutiara itu adalah
mutiara air tawar atau mutiara air laut? Pengelompokkan juga terjadi dalam produk
mutiara laut, apakah mutiara itu adalah mutiara Akoya atau South sea atau Tahiti (yang
beberapa kalangan juga menggolongkan sebagai bagian dari mutiara south sea)?
Pengetahuan ini memang dibutuhkan mengingat mutiara air tawar relatif lebih murah
dibandingkan mutiara air laut. Bahkan untuk mutiara air laut juga terdapat
pengelompokkan harga menurut jenis mutiaranya, mutiara Akoya relatif lebih murah
dibandingkan mutiara Tahiti dan apalagi South sea. Perbandingan harga mutiara dengan
kualitas kilau yang sama antara mutiara Akoya dan South sea (misalnya) bisa sangat jauh
apalagi dibandingkan antara mutiara South sea dan mutiara air tawar. Indonesia
semestinya bersyukur karena mutiara South Sea banyak diproduksi dari perairan
Indonesia. Walaupun sejauh ini nilai kualitas mutiara yang diproduksi masih lebih rendah
dengan jenis mutiara sama yang diproduksi Australia.
Setelah melewati beberapa proses di atas, mutiarapun diuji menurut sistem grading yang
berlaku. Ada dua pemahaman atau aliran yang selama dipakai untuk kualifikasi kelas
mutiara: AAA-A (AAA kualitas terbaik, A kualitas buruk) dan A-D (A kualitas terbaik,
D kualitas buruk). Sayang sekali fleksibilitas masih sangat tinggi dalam pengkategorian
kelas mutiara. Pemahaman setiap orang berbeda-beda dalam menempatkan kelas mutiara
dengan karakteristik tertentu ke kategori yang disarankan. Sederhananya, pihak X
mengkategorikan sebuah mutiara memiliki kualitas AAA namun pihak Y
mengkualifikasinya dalam kategori AA, dst. Bahkan ada penjual mutiara yang
menambah-nambahkan dengan mengkategorikan mutiaranya sebagai AAAA atau AAA+
sehingga bahkan untuk dua aliran grading di atas (AAA-A dan A-D) sering diubah
sekehendak hati. Kualifikasi menurut AAA-A adalah kualifikasi yang terbentuk lebih
dahulu. Sistim kualifikasi ini banyak dipakai untuk mengkualifikasi mutaira Akoya dan
mutiara air tawar. Mutiara akoya adalah mutiara air laut hasil budidaya pertama (lihat
artikel lainnya). Sementara sistem kualifikasi A-D lebih dikenal sebagai sistem
kualifikasi Tahitian karena awalnya dipakai untuk kualifikasi mutiara Tahiti dan akhirnya
South Sea. Namun, kualifikasi AAA-A juga bukan hanya untuk mutiara Akoya dan
mutiara air tawar tapi juga sering diaplikasikan ke jenis mutiara lain (Tahiti dan South
sea).
Secara detail, kualifikasi mutiara menurut sistem AAA-A adalah sebagai berikut
(sumber: http://www.pearl-guide.com/pearl-grading.shtml)
• AAA: Mutiara kualitas terbaik, tanpa bercak. Sangat berkilau dan setidaknya 95%
permukaan tak cacat.
• AA: Sangat berkilau dan 75% permukaan tak cacat.
• A: Mutiara perhiasan kelas terendah, kilau kurang dan >25% permukaan mutiara
bercacat
Sekali lagi, kedua sistem kualifikasi mutiara ini sangat terbuka akan interpretasi
mengingat banyak faktor lain yang juga menjadi bahan pertimbangan dalam uji kualitas
mutiara.
© 2007, N. Gustaf F. Mamangkey
Posted by goestaf at Thursday, March 06, 2008