Anda di halaman 1dari 34

Mutiara adalah suatu benda keras yang diproduksi di dalam jaringan lunak (khususnya mantel) dari moluska hidup.

Sama seperti cangkang-nya, mutiara terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk kristal yang telah disimpan dalam lapisan-lapisan konsentris. Mutiara yang ideal adalah yang berbentuk sempurna bulat dan halus, tetapi ada juga berbagai macam bentuk lain. Mutiara alami berkualitas terbaik telah sangat dihargai sebagai batu permata dan objek keindahan selama berabad-abad, dan oleh karena itu, kata "mutiara" telah menjadi metafora untuk sesuatu yang sangat langka, baik, mengagumkan, dan berharga. Mutiara berharga terdapat di alam liar, tapi dalam kuantitas yang sangat jarang. Mutiara budidaya atau mutiara yang berasal dari tiram merupakan mayoritas dari mutiara-mutiara yang dijual di pasaran. Mutiara laut dihargai lebih tinggi dari mutiara air tawar. Yang banyak dijual dengan harga murah adalah mutiara imitasi, tapi kualitasnya biasanya jelek. Secara umum, mutiara imitasi dapat dengan mudah dibedakan dari mutiara asli. Mutiara banyak dibudidaya untuk digunakan sebagai perhiasan. Namun di masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian-pakaian mewah. Mutiara juga bisa dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat-obatan, atau dalam formula cat. Mutiara yang dianggap berkualitas hampir selalu berwarna-warni dan menyerupai mother of pearl, seperti interior kulit yang memproduksi mereka. Namun, hampir semua jenis moluska bercangkang mampu menghasilkan mutiara yang sedikit kurang bersinar atau berbentuk kurang bulat seperti bola. Meskipun mereka mungkin juga sah disebut sebagai "mutiara" oleh laboratorium gemologi dan juga di bawah aturan US Federal Trade Commission dan terbentuk dengan cara yang sama, kebanyakan dari mereka tidak bernilai, kecuali sebagai barang antik. Hampir semua moluska bercangkang bisa menghasilkan beberapa jenis mutiara, melalui proses alami, ketika suatu obyek mikroskopis terperangkap di dalam mantel lipatan moluska, tetapi sebagian besar dari mutiara tidak dihargai sebagai batu permata. Sebuah mutiara alami terbentuk tanpa intervensi manusia sama sekali, di alam liar, dan sangat jarang terjadi. Kira-kira ratusan kerang mutiara harus dikumpulkan dan dibuka, dan dengan demikian dibunuh, hanya untuk menemukan satu mutiara liar, dan selama berabad-abad itulah satu-satunya cara untuk memperoleh mutiara. Ini adalah alasan utama mengapa mutiara termasuk sangat berharga di masa lalu. Mutiara budidaya, di sisi lain, merupakan salah jenis mutiara yang dibentuk dengan melibatkan manusia, di sebuah peternakan mutiara.

[sunting] Tiram mutiara

Peternakan mutiara di Seram Tiram mutiara (Familia Pteriidae) adalah penghasil mutiara yang paling umum dibudidayakan untuk mutiaranya. Jenis-jenis tiram mutiara ini adalah:

Pinctada maxima Pinctada margaritifera Pinctada fucata Pteria penguin

Sedangkan moluska penghasil mutiara di air tawar dihasilkan oleh beberapa jenis remis seperti:

Margaritifera margaritifera Hyriopsis cumingii Cristaria plicata

Budidaya kerang mutiara Sebagaimana namanya, mutiara hasil budidaya melewati serangkaian proses dengan campur tangan manusia. Walaupun sebagian besar waktu pembentukan mutiara budidaya berada di dalam kerang, namun manusia berperan penting dalam meyakinkan bahwa mutiara di dalam kerang itu terbentuk sesuai keinginannya. Sejak proses penyisipan bahkan jauh sebelum proses ini berlangsung, untuk meyakinkan bahwa mutiara budidaya terbentuk dengan baik, kerang-kerang yang layak disisip telah diseleksi dengan baik. Walaupun toh pada akhirnya, sampai saat ini, produksi mutiara hasil budidaya kelas terbaik masih sangat minim dibandingkan dengan kelas di bawahnya. Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini dikumpulkan dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor) yang diletakkan di laut. Material dan model kolektor ini bervariasi. Material kolektor bisa berasal dari alam seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan seperti kain dan plastik. Sementara modelnya bervariasi dari bentuk sapu sampai ke bentuk panel. Prinsipnya adalah menyediakan substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja yang menempel di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran yang bisa dikenal sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga memungkinkan spat bertumbuh dengan leluasa. Setelah itu, jenis yang akan dibudidayakan diambil

dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan memotong bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa. Mereka juga rentan terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di luar air. Kerang muda ini dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang leluasa bagi mereka untuk bertumbuh. Lewat pemahaman ini, pengetahuan akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di perairan sangat dibutuhkan sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang mutiara yang membutuhkan suplai bibit dari alam. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara budidaya saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit hasil hatchery. Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive breeding yaitu pada prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk. Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan pada melihat pertumbuhan kerang dibandingkan kerang seusianya, morfologi dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang. Mengingat tujuan kebanyakan budidaya komersial dari kerang mutiara adalah memproduksi mutiara bulat, sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang menciptakan ruang yang besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu pertimbangan untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik dijadikan sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan. Dalam proses perbanyakan dengan sistem hatchery. Induk kerang mutiara biasanya diseleksi apabila kondisinya sudah mencapai matang gonad. Caranya adalah dengan membuka cangkang dengan shell opener dan memeriksa bagian gonad dengan terlebih dahulu mengibaskan insang yang menutupi areal bagian dalam kerang. Gonad biasanya langsung terlihat pada kerang matang gonad saat insang dikibaskan karena bagian gonad ini memakan tempat yang cukup besar dengan warnah cerah mencolok. Untuk kerang betina biasanya warna gonadnya adalah krim cerah sedangkan jantan adalah putih. Untuk membedakan gonad kedua kelamin kerang memang diperlukan latihan yang berulang-ulang mengingat kadangkala warna gonad jantan terlihat menyerupai warna betina, atau sebaliknya.

Asal Usul Mutiara


Mutiara pada dasarnya adalah sebuah nucleus atau inti yang dikembangbiakkan di dalam sebuah kerang yang disebut dengan kerang mutiara. Pada awalnya orang sengaja menyisipkan sebuah nucleus (inti) ke dalam mantle (kulit kerang mutiara) yang berasal dari serpihan mantle kerang mutiara. Dalam perkembangan kerang mutiara tersebut menjadi kerang dewasa terjadilah suatu ikatan yang makin berkembang pada nucleus tersebut, hingga pada akhirnya

membentuk sebuah butiran mutiara. Ada pula sebagian orang yang mempercayai bahwa butiran mutiara itu sebenarnya adalah jaringan ludah dari kerang mutiara yang berkontaminasi dengan nucleus.
Quote:

Budi Daya Kerang Mutiara


Budi daya kerang mutiara dewasa ini dapat dilakukan oleh putra bangsa Indonesia sendiri; setelah sebelumnya dilakukan oleh kebanyakan ahli kerang mutiara dari Jepang. Keberhasilan budi daya kerang mutiara tergantung pada proses awalnya yakni pada saat penyisipan nucleus (inti) mutiara. Secara garis besar proses budi daya kerang mutiara harus melampaui beberapa proses, sebagai berikut : Proses pemilihan donor. Hasil mutiara tergantung pada baik tidaknya donor yang disispkan ke dalam kerang mutiara. Apabila donor berupa nucleus yang disisipkan berkualitas baik maka hasilnya akan bagus, begitu pula sebailknya. Pemeliharaan mantle (cangkang kerang mutiara) agar dapat berkontaminasi dengan nucleus dengan sempurna. Maka pemeliharaan mantle (cangkang kerang mutiara) harus dilakukan dengan seksama, semisal melalui proses anastesi. Supaya tidak terjadi trauma pada nucleus yang dipotong dari mantle-nya. Perawatan cangkang kerang mutiara (mantle) agar menghasilkan warna-warna yang baik, karena semua warna-warna mutiara tergantung dari mantle dalam bentuk nucleus yang disisipkan ke dalam kerang mutiara. Standar cangkang kerang biasanya diukur untuk dapat menghasilkan mutiara berdasarkan : bentuk mutiara, ukuran butir mutiara, kontur permukaan mutiara, kilaunya, serta warna mutiara. Dalam budidaya kerang mutiara dikenal tiga cara anastesi yang dirasa cukup efektif yang dapat dilakukan sewaktu melakukan pembiusan terhadap kerang mutiara. Yakni : Cairan Phenoxyethanol dalam konsentrasi 3mL/L Cairan Propylene Phenoxytol dengan konsentrasi 2.56mL/L, serta Cairan Bensocaine yang ditakar dengan konsentrasi 1200mg/L. Karena biasanya setelah dilakukan pembedahan berupa penyisipan inti mutiara, donor harus dibunuh. Maka untuk menghindari hal ini dan agar donor dapat digunakan lagi untuk pendonoran berikutnya; maka diupayakan cara anastesi dengan tujuan tidak meninggalkan trauma pada donor.
Quote:

Sistem Pengujian Kualitas Mutiara

Kualitas mutiara mempunyai standar penilaian yang ditentukan oleh sistem pengujian kualitas mutiara yang disebut dengan sistem Grading. Kualitas mutiara biasanya dibedakan menurut standar : Ukuran Mutiara. Acuannya adalah, makin besar mutiara maka makin mahal harganya. Batasan ukuran mutiara besar adalah di atas 7 milimeter. Kebulatan atau bundar tidaknya Mutiara. Mutiara yang bundar bulat lebih disukai orang hingga otomatis harganya lebih mahal. Selain bulat ada juga bentuk air mata; juga diminati orang. Kilap atau kilau Mutiara. Kilap atau kilau mutiara mempunyai istilah luster atau daya pantul mutiara terhadap cahaya atau suatu obyek. Permukaan Mutiara. Yang mulus dan halus semakin mahal harganya. Warna Mutiara. Biasanya lain bangsa mempunyai kecenderungan warna favorit yang berbeda. Bangsa Amerika menyukai warna semburat pink, orang Eropa menyukai warna cream dan silver off white. Sedangkan bangsa Amerika Latin lebih menyenangi yang berwarna keemasan. Penentuan kualitas mutiara dan cara mengetahui apakah suatu mutiara palsu atau asli adalah dengan cara dibakar. Mutiara asli yang nucleusnya terbungkus oleh nacre adalah mutiara asli yang terbentuk secara alami, dan biasanya tidak akan mudah lecet, koyak atau terbakar. Sedangkan mutiara palsu yang terbuat dari kaca, plastik atau imitasinya akan mudah terbakar. Secara garis besar sistem gradasi kualitas mutiara dibedakan atas level A D : Level A: Mutiara dengan kualitas terbaik, sangat berkilau, sedikit cacat <10%> Level B: Mutiara yang sangat berkilau atau berkilau sedang. Meskipun ada sedikit cacat tetapi tidak lebih 30% dari luas permukaan. Level C: Adalah mutiara yang berkilau sedang, serta cacat permukaan tak lebih dari 60% saja. Level D: Semua mutiara yang memiliki cacat sedikit namun tidak dalam. Luasnya tidak lebih dari 60% dari luas permukaan. Perlu dipahami bahwa cara dan sistem kualifikasi mutiara keduanya sangat rentan terhadap berbagai interpretasi; dengan pertimbangan karena banyak faktor lainnya yang menjadi bahan pertimbangan juga di dalam uji kualitas dari kerang mutiara tersebut.
Quote:

Produksi Mutiara Indonesia


Di Indonesia yang paling banyak dihasilkan adalah jenis mutiara Laut Selatan. Produksi mutiara Laut Selatan bisa mencapai 27% dari jumlah produksi mutiara dalam skala dunia. Sayangnya dari yang 27% produksi mutiara Laut Selatan tersebut, 90%nya dikuasai oleh teknologi asing; meski tetap ada putra-putra bangsa yang ikut terlibat dalam produksinya. Inilah faktor yang menjadikan mutiara Indonesia masih dijual mahal di negeri

sendiri, karena bangsa Indonesia masih membeli teknologi dari asing. Mari bagi Anda yang menyenangi produk mutiara pada perhiasan-perhiasan Anda untuk pula mulai mencari cara untuk mempelajari juga budidaya kerang mutiara.

Kajian Faktor Lingkungan Habitat Kerang Mutiara (Stadia Spat) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat
PENDAHULUAN Latar belakang Mutiara memiliki manfaat selain untuk perhiasan, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik. Pembudidayaan mutiara dianggap sangat perlu karena meningkatnya permintaan pasar terhadap mutiara alami, yang mengakibatkan persediaan mutiara di alam semakin terbatas dan untuk mendapatkan jenis mutiara yang sesuai dengan selera pasar juga semakin sulit. Kondisi ini mendorong manusia menganggap perlu mengembangkan budidaya kerang mutiara untuk mendapatkan kualitas mutiara yang terbaik. Pusat Pembudidayaan dan Perdagangan Mutiara Internasional berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jenis kerang mutiara yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain kerang mutiara jenis Pinctada maxima, dimana jenis ini dikenal mampu menghasilkan mutiara yang berukuran cukup besar dikelasnya. Lingkungan perairan tropis Indonesia sangat mendukung kehidupan kerang mutiara sehingga pertumbuhannya dapat berlangsung sepanjang tahun. Kerang mutiara biasanya hidup di daerah terumbu karang atau substrat yang berpasir, dan pola penyebaran kerang mutiara biasanya terdapat pada daerah yang beriklim hangat di daerah tropis dan subtropis. Pertumbuhan kerang di daerah subtropis berlangsung di musim panas (summer) sedangkan di musim dingin (winter) pertumbuhannya berlangsung lambat atau terkadang tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan waktu pertumbuhan kerang mutiara di Indonesia (daerah tropis) cenderung 4,6 kali lebih cepat dibandingkan dengan kerang mutiara Jepang (daerah subtropis). Pertumbuhan kerang mutiara sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor alam sebagai parameternya antara lain biologis, fisika dan kimia. Beberapa faktor itu adalah suhu perairan, salinitas, suplai makanan yang cukup dan persentase unsur kimia di laut. Suhu menjadi faktor yang mampu mempengaruhi pertumbuhan kerang mutiara, karena pada musim panas, saat suhu naik, kerang mutiara dapat tumbuh secara maksimal. Namun saat suhu dan salinitas sepanjang tahun stabil dengan lingkungan yang ideal, maka pertumbuhannya akan stabil pula. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji pengaruh kondisi parameter fisika, kimia dan biologi perairan serta peranannya terhadap pertumbuhan kerang mutiara dewasa maupun kerang mutiara stadia spat. 2. Mengkaji apakah lingkungan di daerah Teluk Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat tersebut masih layak atau tidak untuk pengembangan budidaya kerang mutiara. BAHAN DAN METODE Lokasi dan waktu Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Oktober 2005 di Teluk Sekotong Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan pada lima stasiun pengamatan di Teluk Sekotong. Bertempat di PT.

Buana Gemilang Hamparan Mutiara Dusun Pandanan, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Lokasi penelitian diapit oleh dua sungai diantaranya Sungai Pandanan. Daerah penelitian kerang mutiara berada di Dusun Pandanan, DesaSekotong Barat ini dibatasi oleh perairan Teluk Tawun di sebelah utara, Gili Gede di sebelah selatan, Selat Lombok di sebelah barat, dan Dusun Pangawisan di sebelah timur. Desa Sekotong Barat berada di sebelah selatan Teluk Tawun, dimana Dusun Pengawisan berada pada 115o5824 BT, 08o4317 LS, dan Dusun Pandanan berada pada 115o5824 BT, 08o4342 LS. Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kerang mutiara antara lain termometer, secchi disk, refraktometer, plankton-net ukuran 20 mikron, botol Nansen, pH meter digital, jangka sorong (kaliper), botol sampel, kolektor pemeliharaan, tali pengantung, mikroskop, buku identifikasi dan alat tulis. Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah bak fiber ukuran 1 ton, pocket-net untuk induk, pocket-net untuk spat, waring, spat kolektor, rakit penampung induk, plankton-net 20 , kertas saring, toples, galon, sudip, forsep, keranjang (penampung induk). Bahan-bahan yang digunakan adalah pakan alami jenis Isocrysis, Pavlova, Chaetoceros, dan Nannochloropsis, serta kerang mutiara (stadia spat dan induk dewasa). Metode pengumpulan data Penelitian yang dilakukan menggunakan dua metode, yaitu primer dan sekunder. Pengukuran data primer berupa pengukuran langsung terhadap faktor lingkungan (parameter biologi, fisika dan kimia), pengkulturan pakan kerang mutiara (stadia spat-dewasa), pengukuran kelayakan stasiun, wawancara dan fotografi. Sumber data sekunder berupa data tambahan (kecepatan arus, substrat, distribusi, dan lainnya) diperoleh dari buletin, jurnal, internet, peta atau atlas, gloseri, kamus, diktat, katalog, abstrak dan buku, serta data-data pendukung dari berbagai sumber lainnya. Penentuan kelayakan stasiun Penentuan kelayakan stasiun pengamatan diperoleh dengan menganalisa parameter hasil pengukuran insitu dan pengamatan langsung di lokasi penelitian (data primer) pada sistem penilaian kelayakan lokasi budidaya kerang mutiara (Pinctada sp.) oleh Winanto, 1992 in Sutaman, 1993 dan dihitung jumlah total nilai yang diperoleh. Pembahasan dilakukan secara deskriptif. Analisa data Kelimpahan plankton Analisa data parameter fisika, kimia dan biologi dilakukan secara kriteria yang sudah ditetapkan. Plankton dianalisa di laboratorium PT. BGHM sebagai data sekunder oleh rumus kelimpahan plankton. Hubungan antara parameter fisika, kimia dan biologi terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan cangkang kerang mutiara dianalisa dengan menggunakan sistem penilaian kelayakan untuk lokasi budidaya kerang mutiara. Kelimpahan plankton dianalisa dengan rumus APHA 1979:

Analisis komponen utama Analisis komponen utama dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara parameter fisikakimia perairan. Parameter fisika kimia perairan dapat dilihat berdasarkan kedalaman, salinitas, suhu air, suhu udara, kecerahan, pH, DO, BOD, COD, nitrat, ortofosfat dan silikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi parameter lingkungan Secara keseluruhan kondisi Perairan Sekotong, Lombok Barat dapat dikatakan dalam kondisi yang baik dan masih memenuhi syarat untuk tujuan budidaya perikanan laut khususnya kerang mutiara seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran rata-rata parameter lingkungan (fisika, kimia dan biologi perairan) di setiap stasiun pengamatan di Teluk Sekotong, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada bulan Oktober 2005. STASIUN PARAMETER UNIT 1 Biologi Plankton Ind/l 1,714 1,688 Fisika Suhu (air) Suhu (Udara) Kecerahan Kedalaman oC oC m m 28 27 7,5 23,5 Kimia Salinitas pH DO BOD ppm ppm 0/00 30 8,02 5,4 2,25 31 7,94 5,5 1,75 31 8,09 5,7 1,33 33 8,02 5,4 0,86 31 7,96 5,5 1,75 26 28 6 29 27 26,5 6,4 28 28 27,8 7 27 28,5 29 6,4 22 1,792 1,726 1,869 2 3 4 5

COD Nitrat Ortofosfat Silikat

ppm ppm ppm ppm

4,89 0,676 0,1880 0,72

1,88 0,243 0,1487 1,20

1,05 0,248 0,1284 2,01

2,55 0,356 0,1294 0,63

3,64 0,443 0,1484 0,45

Pengukuran rata-rata parameter lingkungan ini dilakukan pada bulan Oktober 2005 di sore hari, jam 16.2017.20 WITA dan arah angin ke selatan menuju daratan. Pengukuran dilakukan di 5 stasiun yang berjauhan dengan jarak antar stasiun 100 meter disesuaikan dengan lokasi penangkaran kerang mutiara di PT. BGHM, dimana stasiun 1 berada di dekat pantai, stasiun 2 sedikit lebih ketengah, stasiun 3 berada di tengah-tengah sekitar rumah apung berukuran 10 x 12 m (ujung terluar penangkaran), stasiun 4 mulai kembali kearah daratan (spot gabus putih) hampir sejajar dengan stasiun 2, dan stasiun ke 5 merupakan stasiun terakhir yang sudah cukup dekat dengan daratan sehingga dapat digambarkan model pengukuran rata-rata parameter lingkungan berbentuk seperti huruf n . Hasil pengukuran parameter biologi

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara budidaya umumnya mengandalkan keberadaan dan ketersediaan plankton di perairan. Kelimpahan plankton (Gambar 1) di Perairan Sekotong tertinggi ditemukan pada stasiun 5 yaitu sebanyak 1,869 ind/l, kelimpahan terendah dapat kita jumpai pada stasiun 2 yaitu sebanyak 1,688 ind/l. Kelimpahan tertinggi pada stasiun 5 disebabkan oleh letak stasiun ini dengan muara sungai yang memungkinkan masuknya unsur hara dari daratan yang dimanfaatkan oleh fitoplankton secara optimal.Distribusi kelimpahan plankton sangat dipengaruhi oleh pola arus yang terbentuk. Arus yang berbeda

antara permukaan dan dibawah permukaan laut menyebabkan penyebaran kelimpahan plankton menjadi tidak merata. Hasil pengukuran parameter fisika Parameter fisika yang diukur untuk menentukan kelangsungan hidup terhadap pertumbuhan kerang mutiara antara lain suhu, kedalaman dan kecerahan. Grafik pengukuran terhadap parameter fisikadapat dilihat pada gambar 2.

Kisaran suhu perairan pada lima stasiun pengamatan memiliki kisaran antara 26 sampai 28,5 oC dengan suhu terendah dapat kita jumpai pada stasiun 2 sebesar 26 oC dan tertinggi pada stasiun 5 sebesar 28,5 oC. Suhu yang teramati masih berada dalam kisaran suhu yang normal untuk pertumbuhan terbaik kerang mutiara dialam yaitu kisaran 26-30 oC untuk daerah tropis karena memiliki perairan yang hangat sepanjang tahun (Setyobudiandi, 1989). Suhu udara diperoleh dari data sekunder PT. BGHM di lokasi stasiun yang sama. Masing-masing berkisar antara 26,529 oC, suhu udara tertinggi terdapat pada stasiun 5 dan suhu udara terendah ada pada stasiun 3. Perairan Sekotong selama pengukuran memiliki kisaran kecerahan sebesar 6-7,5 meter dengan nilai kecerahan tertinggi ditemui pada stasiun 1 yaitu sebesar 7,5 meter. Nilai kisaran kecerahan Perairan Sekotong ini berada diatas nilai kisaran kecerahan yang layak untuk keperluan budidaya kerang mutiara, yaitu sebesar 4,5-6,5 meter (Sutaman, 1993). Stasiun 2 memiliki kecerahan terendah yaitu sebesar 6 meter, hal ini disebabkan penelitian dilakukan di Teluk Perairan Sekotong, Lombok Barat, NTB dan juga di sekitar Perairan Sekotong itu terdapat run-off 2 sungai dari daratan diantaranya Sungai Pandanan. Kedalaman perairan yang cocok untuk budidaya kerang mutiara adalah antara 15-20 meter. Pada kedalaman ini, pertumbuhan kerang mutiara akan lebih baik (Sutaman, 1993). Sehingga secara keseluruhan kedalaman di kelima stasiun ini masih dapat dikatakan layak untuk lokasi budidaya kerang mutiara. Hasil pengukuran parameter kimia

Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa Pengukuran rata-rata parameter salinitas di Perairan Sekotong didapatkan kisaran antara 30-33 permil, sesuai dengan karakteristik salinitas massa air yang didominasi oleh Samudra Hindia yaitu dibawah 33 permil. Salinitas tertinggi terlihat pada stasiun 4, dengan nilai salinitas 33 permil. Hal ini terjadi karena letak stasiun 4 atau spot gabus putih berada di daerah tengah laut walau sudah ke arah daratan yang memungkinkan memperoleh pengaruh langsung dari laut di luar teluk. Salinitas terendah terlihat pada stasiun 1, dengan nilai salinitas 30 permil. Hal ini terjadi karena stasiun 1 berada di dekat daratan dan muara Sungai Pandanan, sehingga memungkinkan adanya pengaruh run-off dari daratan. Derajat keasaman (pH) di perairan Teluk Sekotong memiliki kisaran 7,94-8,09. Nilai pH terendah berada pada stasiun 2 sebesar 7,94 dan tertinggi pada stasiun 3 sebesar 8,09. Sebaran nilai pH antar stasiun relatif homogen. Nilai oksigen terlarut di Perairan Sekotong didapatkan kisaran nilai oksigen terlarut sebesar 5,4-5,7 ppm. Kisaran nilai konsentrasi oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 5,4 ppm, hal ini dikarenakan stasiun 1 berada di dekat muara Sungai Pandanan sehingga mendapat pengaruh run-off dari daratan dan juga mendapat asupan massa air dari sungai. Nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 5,7 ppm, stasiun 3 yang terletak cukup jauh dari daratan dan berada di garis terluar lokasi budidaya mutiara menyebabkan oksigen terlarut di daerah ini paling tinggi di antara stasiun lain. Utuk nilai BOD masih cukup bagus dan nilai COD cukup rendah. Hasil penentuan kelayakan stasiun Penilaian kelayakan stasiun di Perairan Sekotong adalah cukup layak untuk lokasi budidaya kerang mutiara dengan nilai (Score) total 82 untuk stasiun 1, nilai total 84 untuk stasiun 2, 3, 4 dan 5. Secara keseluruhan stasiun di Teluk Sekotong merupakan lokasi yang cukup layak untuk lahan budidaya kerang mutiara terutama stasiun 2, 3, 4 dan 5.

Perairan Sekotong termasuk perairan dengan kesuburan sedang untuk nitrat dengan kisaran 0,027-1,129 ppm nitrat dan kesuburan sangat baik untuk ortofosfat dengan nilai kisaran lebih dari 0,101 ppm ortofosfat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Parameter hasil pengukuran dapat diketahui bahwa untuk kerang mutiara dewasa faktor lingkungan sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan kualitas mutiara yang akan dihasilkan, sedangkan pada kerang mutiara stadia spat faktor lingkungan tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan di fase ini, karena kerang mutiara muda stadia spat dibudidayakan di dalam bak fiber penampungan ukuran 1 ton di dalam laboratorium, sumber makanan diperoleh melalui bantuan campur tangan manusia, dimana setiap harinya dikondisikan pemberian makan berupa plankton yang telah di kultur massal di dalam laboratorium. Teluk Sekotong menurut hasil sistem penilaian kelayakan lokasi budidaya kerang mutiara menunjukkan masih cukup layak dijadikan lokasi budidaya kerang mutiara di masa yang akan datang walaupun masih memerlukan sistem pengaturan yang baik dan parameter yang dirasa kurang memenuhi syarat harus disiasati serta diperhatikan secara pendekatan ilmiah, dimana hasilnya menunjukkan di Perairan Sekotong dinyatakan cukup layak untuk lokasi budidaya kerang mutiara dengan nilai (Score) total 82 untuk stasiun 1, nilai total 84 untuk stasiun 2, 3, 4 dan 5. Secara keseluruhan semua stasiun di PT. BGHM berdasarkan klasifikasi kualitas air ditinjau dari kandungan oksigen terlarut menunjukkan lokasi ini tergolong tercemar ringan,namun masih cukup layak dalam pembudidayaan kerang mutiara jenis Pinctada maxima. Saran Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai kajian parameter lingkungan yang mempengaruhi kualitas mutiara pasca dimulainya isu pemanasan global di Teluk Sekotong Lombok Barat, Nusa tenggara Barat secara berulang dan periodik sehingga kedepannya perolehan data akan semakin valid dan nilai jual yang semakin tinggi.

Budidaya kerang mutiara di Teluk Sekotong ini kebanyakan masih dilakukan secara semi-modern, sehingga sudah selayaknya masyarakat disekitar pesisir budidaya ini dikenalkan dengan teknologi yang jauh lebih baik, jauh lebih modern dan juga diadakan penyuluhan-penyuluhan untuk menghasilkan mutiara-mutiara terbaik yang pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Dan disarankan bagi mahasiswamahasiswa Ilmu Teknologi Kelautan pada khususnya, untuk secara intensif mempelajari dan mau mengambil penelitian-penelitian mengenai kerang mutiara, karena masih banyak sekali bahasan-bahasan yang bisa dikembangkan di bidang ini, sehingga kedepannya kita akan memiliki banyak literatur berkualitas mengenai kerang mutiara. DAFTAR PUSTAKA APHA (American Public Health Assosiation). 1979. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 17thd. APHA, AWWA (American Waste Water Assosiation) and WPCF (Water Pollution Control Federation). Poet City Press. Balymore, Meryland. Setyobudiandi, I. 1989. Moluska (Tiram Mutiara). Bahan Kuliah Sumberdaya Non Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutaman. 1993. Tiram Mutiara: Tehnik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta: 93 hal. Penulis

makalah kerang mutiara

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara. Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu

ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar 1.2. Tujuan

a. Mengetahui tekhnik budidaya kerang mutiara b. Mengetahui bagaimana pasca panen kerang mutiara c. Mengetahui fungsi dan manfaat dari kerang mutiara d. Mengetahui kerang mutiara apa saja nyang mempunyai nilai ekonomis tinggi

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi kerang mutiara Pinctada sp. Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut, Tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, Termasuk dalam lokasi Bivalvia dan Famili Pteriidae. Anatomi dan Morfologi Kerang mutiara yaitu, memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua cangkang tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven), cangkang agak pipih sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal sepasang cangkang dihubungkan oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel. Kedua cangkang memiliki otot yang liat dan kuat yang berfungsi untuk membuka dan menutup. Cangkang bagian dalam berwarna putih mengkilat atau disebut lapisan nacre (mother of pearly) pada bagian sentral. Lapisan nacrenya berwarna kuning emas (gold up). Di luar batas garis nacre (non nacreusbordes) berwarna coklat kehitaman. Klasifikasi kerang mutiara yaitu; Klasifikasi Kerang Mutiara Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Sub famili Genus Spesies : Moluska : Bivalvia : Lamellabrancia : Anysomyaria : Pteriomorpha : Pteriidae : pinctada : pictada sp.

Gambar anatomi kerang mutiara :

Keterangan : a. b. c. d. Anterior Dorsal Posterior Ventral

Anatomi dalam tubuh kerang mutiara :

Keterangan : a. b. c. d. e. f. g. Mantel Gonad Otot Insang Mulut Kaki Bisus k. Usus l. Anus m. Jantung n. Bosis h. Cangkang i. Engsel j. Lambung

2.2. Proses pembuatan mutiara a. Secara alami Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack(secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan

diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.

Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.

b. Mutiara hasil budidaya Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.

Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.

Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang. Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang).Awalnya sang teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya.

Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada

kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo.

Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalamdalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut.

Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akanmenendang keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti. Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan,yaitu: a. Pengoprasian tiram Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya,dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati. Penempatannya harus bersinggung an dengan mantel. Setelah pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharan b. Proses pemeliharaan

Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2-3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau pada tempatnya. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannyaharus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan /kelimpahan organisme penempel.

Selain proses budidayanya ada syarat-syarat lokasi budidaya tiram mutiara yaitu ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu : 1. Faktor Ekologi Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah : a. Lokasi terlindung Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk. b. Dasar perairan Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara. c. Arus air Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.

d. Salinitas Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara. e. Suhu Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 30 0 C. Suhu air pada kisaran 27 31C juga dianggap layak untuk tiram mutiara. f. Kecerahan air

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada. g. Derajat keasaman Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 6,5.

h. Oksigen terlarut Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 6,6 ppm. Pinctada Maxima untuk ukuran 40 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.

2. Faktor Risiko

a. Pencemaran Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tanga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup tiram mutiara. b. Manusia Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).

3. Fasilitas produksi dan peralatan a. Rakit Pemeliharaan Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan, dan pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. selain kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan, dan umur ekonomis. Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh, maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan arus air atau sejajar dengan garis pantai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan antara 4-5 kali kedalaman tempat. b. Keranjang Pemeliharaan Induk Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk ukuran dorso ventral 17 20 cm (DVM) sebanyak 8 10 ekor. Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari hatchery, digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan

lebar jaring ukuran 0,5 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik. c. Spat Kolektor Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat disebut kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam kantongkantong jaring dan diikat erat. Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30 50 cm, lalu dibelah menjadi dua. Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3-5 mm) sepanjang 40 50 cm. d. Bak Pencucian Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasit yang menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan bahan lainnya.

4. Bahan baku Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam, yaitu : (1). spat (benih) tiram mutiara jenis pinctada maxima; dan (2) inti bundar (nukleus). Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam proses budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara. 1. Teknologi Teknologi yang digunakan pada budidaya tiram mutiara ini merupakan kombinasi antara teknologi sederhana dan teknologi modern. Teknologi sederhana yang digunakan dalam budidaya mutiara ini adalah penggunaan fasilitas rakit apung, sedangkan teknologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Teknologi operasi peletakan nukleus pada kerang yang telah cukup umur (ukuran minimal 9 cm) sangatlah rumit dan kompleks. Untuk pengoperasian ini digunakan tenaga kerja asing yang sebagian besar berasal dari Jepang.

2. Proses produksi Proses budidaya tiram a. Pengoperasian tiram b. Pemeliharaan c. Panen mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan, yaitu:

2.3.

Penanganan pasca panen kerang mutiara Pemanenan mutiara berlangsung kurang lebih satu setengah tahun dari saat penyisipan, saat itu diharapkan ketebalan nacre sudah berkisar 2 sampai 3 cm. Makin tebal nacre, makin bagus pula kualitasnya. Sebelum pemanenan, kerang dibersihkan pada setiap kurun waktu tertentu dan pada beberapa areal budidaya pada saat tertentu kerang diputar posisinya dengan asumsi akan menghasilkan mutiara yang bundar. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hasil panen tidak selalu menghasilkan mutiara bundar, karena kerang mutiara bisa saja menghasilkan mutiara yang berbentuk oval, ataupun dengan bentuk yang tidak beraturan. Bentuk ini dikenal dengan istilah baroque. Lagipula, persentasi mutiara dengan kualitas baik, sejauh ini hanya 5 sampai 10 persen dari total panenan, 50 persen adalah mutiara dengan kualitas menengah dan selebihnya adalah mutiara kualitas rendah. Teknik Pemanenan spat dapat dilakukan pada waktu masih dilaboratorium atau tempat pendederan. Panen yang dimaksud lebih cenderung diartikan pada tahap masa pemeliharaan dan usia / ukuran penjualan. Panen yang dilakukan di laboratorium biasanya sudah berumur 75-90 hari sehingga sepasang cangkangnya dapat melindungi diri dari perubahan lingkungan dan serangan predator.Penanganan pasca panen dilakukan dengan memasukkan kolektor yang berisi spat ke dalam kantong waring dengan mata waring sebesar 1 mm.Selanjutnya kolektor dapat di pindahkan ke tempat pemeliharaan di laut.Penanganan harus dilakukan dengan hati-hati karena bisa mudah patah dan kondisi spat mudah stres. Panen pada masa pendederan dilakukan pada ukuran spat 5 7 cm .Pemanenan dapat dilakukan dengan pengambilan spat satu per satu untuk menghindari stres atau mengurangi kematian. Pada waktu bersamaan dilakukan pula pembersihan cangkang dan seleksi. Spat yang kualitas baik dapat dibesarkan untuk dijual atau implantasi. Waktu yang dibutuhkan dari setelah dioperasi (nukleus dimasukkan kedalam kerang) sampai dengan masa panen adalah 1,5 tahun. Jadi jangka waktu dari mulai spat sampai dengan panen dibutuhkan waktu kurang lebih tiga tahun. Dalam satu tahun dapat dilakukan 2-3 kali operasi sehingga dalam satu tahun dapat dipanen lebih dari satu kali. Setelah kerang menghasilkan mutiara, maka kerang dewasa tersebut dapat dioperasi lagi sebanyak 2 sampai 3 kali (cukunyo), dengan setiap masa panen menunggu jangka waktu 1 tahun.

Jenis-jenis tiram mutiara adalah: Pinctada maxima Pinctada margaritifera Pinctada fucata Pteria penguin

Penghasil mutiara di air tawar : Margaritifera margaritifera Hyriopsis cumingii Cristaria plicata

Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4) permukaannya tidak cacad, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.

(Mutiara yang dihasilkan)

2.4.

Pasca budidaya (panen) A. Manajemen pemasaran : 1. Penawaran Jumlah produksi mutiara untuk setiap musim panen, tidak terdata dan terdokumentasi dengan baik. Hal ini dikarenakan panen mutiara tidak berlangsung secara bersamaan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Selain itu lamanya rentang waktu yang dibutuhkan dari proses pembesaran sampai pada tahap penyuntikan yaitu kurang lebih 1,5 s/d 2 tahun mengakibatkan tiram mutiara tersebut baru dapat dipanen untuk pertama kalinya pada tahun ke-3. Alasan lain yang tidak kalah penting adalah, sistem pemasaran hasil budidaya mutiara ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara individu

kepada orang asing. Transaksi itu seringkali dilakukan tidak di daerah tempat asal mutiara itu di budidayakan.

Hal ini sepertinya sudah menjadi sebuah sindikat penjualan mutiara sehingga agak sulit bagi kita untuk mendata berapa jumlah hasil produksi ataupun kemana produksi itu di pasarkan. Sebagaimana yang terjadi di beberapa perusahaan yang ada di Indonesia, terutama di NTB yang menjadi sentra mutiara nasional. 2. Harga Harga mutiara sangat fluktuatif tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara yang dihasilkan. semakin baik kualitasnya maka harganyapun semakin tinggi. Untuk jenis Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat mencapai harga 40 sampai 50 US $. Bahkan dalam situs www.balipos.com menyebutkan harga jual mutiara kualitas baik berkisar antara 100 sampai dengan 200 US$. Untuk jenis lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $ 20. Selain itu harga mutiara juga sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi, karena harga mutiara dari pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam dan luar negeri biasanya dalam bentuk dolar Amerika. 3. Pemasaran Secara umum, kegiatan pemasaran hasil budidaya tiram mutiara ini hampir tidak menemui kendala yang berarti mengingat sistem pemasaran yang selama ini terjadi adalah dimana pembeli baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri biasanya menjadi pelanggan tetap dan siap menampung atau menerima mutiara hasil produksi ansalkan sesuai dengan kualitas yang di tetapkan. Mutiara yang dihasilkan, terutama hasil budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap pasar, baik dalam ataupun luar negeri terutama Jepang, Amerika dan Eropa.

B. Jumlah jenis, dan mutu produksi 1. Jumlah Produksi Jumlah produksi mutiara tergantung pada jumlah kerang yang sudah dioperasi.Setiap kerang akan menghasilkan satu butir mutiara seberat antara 2,5 sampai 3 gram. Risiko kegagalan dari budidaya ini cukup tinggi, yaitu rata-rata 30 persen. Artinya dari 10.000 kerang yang dipelihara dan dioperasi, 3.000 diantaranya akan mati atau gagal panen. 2. Jenis Produksi Dengan cara pembudidayaan yang benar, maka jenis mutiara yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu :

a. Round (bundar sempurna) b. Semi round (agak bundar) c. Drop (bentuk tetesan air) d. Oval (lonjong) e. Barok (bentuk tidak beraturan) 3. Mutu Produksi

Mutiara yang dihasilkan sangat tergantung dari teknik menyuntik dan kondisi alam selama proses penyuntikan sampai dengan panen. Mutiara yang dihasilkan dengan cara budidaya yang biasa, terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu : a. Grade A : 40 persen b. Grade B : 30 persen c. Grade C : 30 persen.

C. Produksi optimum Kapasitas produksi optimum tergantung pada jumlah blok yang dimiliki, setiap blok biasanya berukuran lebar 10 meter dan panjang rentang tali 100 meter.Untuk setiap blok terdapat 11 buah rentang tali yang berjarak masing-masing 1 meter. Rata-rata jarak antar blok 10 15 meter dan sangat tergantung pada ketersediaan lokasi. Jumlah kerang berukuran 10 centimeter yang siap dioperasi sekitar 10 persen dari jumlah seluruh kerang yang dimiliki. Kerang besar dimasukkan ke dalam kantung jaring berbingkai besi dengan ukuran 40 cm x 70 cm untuk 8 12 kerang.

D. Kendala produksi Pengusaha mutiara mengalami kesulitan karena mutiara yang dihasilkan pada satu musim panen tidak seragam baik keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas. Selain itu risiko keamanan dari pencurian dan perampokan merupakan kendala produksi yang seringkali mengakibatkan kerugian sampai miliaran rupiah, bahkan kebangkrutan.

2.5.

Mutiara-mutiara yang terkenal didunia

a. Mutiara Abernathy Mutiara alami dari air tawar ini ditemukan oleh William Abernathyl, sang penyelam mutiara di sungai Tay pada tahun 1967. Dengan berat 44 grains, mutiara ini dianggap mutiara yang paling sempurna yang ditemukan dari sungai-sungai di Skotlandia. Mutiara ini diberi nama the little willie. b. Mutiara Big Pink Mutiara besar bewarna pink ini berharga 4.7 juta dollar amerika pada tahun 1991. Dia dicatat dalam buku Guiness Book of Records sebagai mutiara yang paling besar yang ditemukan dari abalone (Haliotis). Berbentuk baroque dan memilik berat 470 carat setara dengan 94 gram. Mutiara ini dimiliki oleh Wesley Rankin yang menemukannya di Salt Point State Park, California pada tahun 1990. c. La peregrine La peregrina atau Sang pengelana (musafir) adalah mutiara yang ditemukan di Kepulauan Perlas, lepas pantai Panama pada tahun 1500-an. Konon, mutiara ini ditemukan oleh seorang budak yang menginginkan kebebasan sebagai bayaran dari mutiara yang ditemukannya. Mutiara ini dibawa dan diserahkan kepada Raja Spanyol Phillip II dan sang raja menghadiahkannya kepada Ratu Maria, sebagai hadiah perkawinan. Saudara dari Napoleon I, Joseph Bonaparte mengambil mutiara ini dan membawanya ke Prancis dan akhirnya sampailah mutiara ini kepada Duke of Abercrombie. Akhirnya, mutiara ini dibeli dengan harga 37 ribu dollar amerika oleh Richard Burton dan menghadiahkannya sebagai hadiahValentines Day kepada Elizabeth Taylor. Keunikan dari mutiara ini, disamping perjalanannnya yang begitu panjang, dia memiliki bentuk seperti air mata atau buah pir, dan memiliki berat 10.192 gram.

d. Pearl of Allah (Lao-Tze Pearl) Pearl of Allah (secara resmi dikenal dengan nama Lao-Tze pearl) adalah mutiara terbesar di dunia yang ditemukan pada tahun 1934 di lepas pantai Pulau Palawan oleh seorang penyelam Filipina. Mutiara ini dijadikan hadiah kepada Wilbur Dowell Cobb oleh kepala suku di Palawan pada tahun 1936 karena Cobb telah menyelamatkan nyawa anaknya. Keturunan Cobb menjual mutiara ini kepada toko permata di California tahun 1980 dengan harga 200.000 dollar AS. Harga saat ini ditaksir sebesar 40 juta dollar AS. Mutiara raksasa ini ditemukan di dalam kima raksasa Tridacna gigas. Hal yang tak mungkin dihasilkan oleh kerang mutiara dari Family Pteriidae atau kerang penghasil mutiara dari jenis lain. Bentuk mutiara

Pearl of Allah tidak beraturan (baroque) dan menyerupai otak kepala besar. Panjang yang mencapai 23.8 cm dan berat 6.4 kilogram menjadikannya sebagai mutiara terbesar yang ditemukan selama ini.

2.6.

Manfaat Kerang Mutiara Kerang selain menjadi makanan konsumsi. kerang juga menghasilkan mutiara dan sering dibuat menjadi perhiasaan seperti, dibuat menjadi kalung, gelang, cincin dan dibuat perhiasan lainnya, selain itu cangkangnya dibuat acsesoris. Mutiara inilah yang kemudian banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan yang memiliki harga cukup tinggi. Namun di masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian pakaian mewah. Mutiara juga dapat dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat obatan, atau dalam formula cat.

Biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan lagi untuk memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya kerang akan dibunuh dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan kerajinan tangan.

BAB III PENUTUP

3.1.

Kesimpulan Dari pembahasan diatas mengenai pasca panen kerang mutiara Pinctada sp. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. 2.

Hampir semua moluska bercangkang bisa menghassilkan beberapa jenis mutiara, melalui proses alami. Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang berrnilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Jenis mutiara yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu : pinctada sp. Yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah : pinctada martensii, pinctada margaritifera, pinctada maxima. Sedangkan penghasil mutiara di air tawar yaitu : Margaritifera margaritifera, Hyriopsis cumingii, Cristaria plicata Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: ukuran mutiara, bundar tidaknya mutiara, lustre mutiara, permukaannya tidak cacad, dan warna mutiara. Manfaat kerang selain menjadi makanan konsumsi. kerang juga menghasilkan mutiara dan sering dibuat menjadi perhiasaan seperti, dibuat perhiasan, cangkangnya dibuat acsesoris. Namun di masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian pakaian mewah. Mutiara juga dapat dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat obatan, atau dalam formula cat.

3.

4.

5.

3.2.

Saran

Berdasarkan pernyataan diatas setelah kita mengetahui potensi kerang mutiara ternyata mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan sangat memberikan banyak manfaat yang sangat baik. Jadi, yang kita harus lakukan yaitu dengan tetap menjaga pelestarian alam temtat asli hidup kerang mutiara dan dalam membudidayakan harus tetap memperhatikan kondisi lingkungan supaya habitat kerang mutiara dapat berlangsung dengan baik. Serta tetap terus tingkatkan budidaya kerang mutiara yang akan memberikan nilai ekonomis tinggi.

Anda mungkin juga menyukai