Anda di halaman 1dari 4

1 Arliga Putri (X.

4)

Bagaimana mutiara dihasilkan?


Walaupun masih ada usaha
pencarian
mutiara dari alam, namun kebanyakan
mutiara
yang berada di pasaran saat ini adalah
hasil
rekayasa manusia. Rekayasa ini
ditemukan
oleh orang Jepang, Mikimoto di awal
abad yang
lalu. Mengingat begitu potensialnya
mutiara
sehingga Jepang tetap menjaga
rahasia ini
sampai akhir tahun 80-an. Sehingga
tidak
heran bila Jepang mengembangkan
usahanya
di negara-negara lain di kawasan
pasifik
dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun
demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang
mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang,
China dan Australia.
Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga
implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan
daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama saibo) ke dalam kerang mutiara.
Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor.
Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang
dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini
ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding
gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan
memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses
pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre adalah
bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam
kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari
mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang
dihasilkan
menjadi
penentu
kualitas
mutiara
secara
keseluruhan.
Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang
panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip
proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana
kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini
sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya
dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada
bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang.
Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti
yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.

Proses pembuatan mutiara


Secara alami

2 Arliga Putri (X.4)


Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel
kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir
atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga
jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku
Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian
besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada
prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam
rongga mantel tersebut.
Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada
bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant
mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan,
hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian
mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun
masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara
terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa
perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki
rongga mantel.
Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel
bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh
epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing
itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan
membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang
kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja
terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air.
Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga
mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya
membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini
akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini
belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang
mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah,
menunjukkan
bahwa
bagian
inti
mutiaranya
bukanlah
partikel
padat.

Mutiara hasil budidaya


Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami
proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini
biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini

3 Arliga Putri (X.4)


dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase
reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila
gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak
mengalami kegagalan.
Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang
berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya
ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil. Dalam kondisi ini,
kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar
sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi
dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki.
Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan
dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih
sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan
untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses
weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka.
Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk
membuka cangkangnya. Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara
kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka
cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan
pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan
tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel
kerang.
Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan
sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan
menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan
potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan
donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat
pada bagian sisi dalam cangkang kerang).
Awalnya sang teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak
menyentuh mantelnya. Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi
dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua
cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan
sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi.
Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel
tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm).
Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang
donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging
(ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian
rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar,
kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai
tempat masuknya inti dan saibo.
Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan
se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar
saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang
berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan
terbentuk mutiara bulat sangat kecil.
Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya
dikembalikan ke laut. Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan
mutiara.

Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak


akanmenendang keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang
berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga
mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa

4 Arliga Putri (X.4)


reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti.
Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti.

Anda mungkin juga menyukai