Anda di halaman 1dari 5

REVIEW PROFIL PERUSAHAAN NESTLE

Oleh :

Almira Marvella P 1308618046

Muhammad Ridho R P 1308618048

Proborini Indah N 1308618051

Biologi B 2018

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutiara memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi sebagai perhiasan. Bahkan
sejak 260 SM pada Dinasti Han di Cina, orang-orang telah berburu mutiara. Namun
sekarang perkembangan mutiara lebih maju dengan cara dibudidayakan (buatan).
Mutiara merupakan anggota filum Mollusca. Pembentukan mutiara alami disebabkan
oleh kotoran atau benda asing yang masuk ke dalam kerang. Mekanisme pertahanan diri
kerang akbitat kotoran atau benda asing yang masuk ini menghasilkan nacre yang
terkomposisi sebagian besar dari kalsium karbonat. Kemudian mutiara membungkus
kotoran tersebut dengan nacre yang menghasilkan bentuk mutiara. Perbedaan antara
mutiara alami dan buatan ialah komposisinya. Komposisi mutiara alami kebanyakan
didominasi nacre sedangkan mutiara hasil budidaya didominasi bagian intinya. Bagian
inti yang digunakan untuk membuat mutiara buatan biasanya berbentuk bulat dan
diambil dari kerang lain yang memiliki cangkang tebal.
Mutiara alami hampir 100 persen tersusun atas kalsium karbonat dan conchiolin.
Diperkirakan terbentuknya mutiara alami akibat sekumpulan kejadian-kejadian tak
disengaja ketika kotoran-kotoran kecil atau parasit masuk ke dalam kerang saat kerang
tersebut membuka cangkangnya untuk bernapas ataupun makan. Kemudian kotoran-
kotoran tersebut tersimpan di dalam kerang. Mutiara alam datang dalam berbagai
bentuk, dengan sempurna yang bulat yang relatif langka.
Mutiara yang dibudidaya terbentuk secara alami tetapi sebelumnya disisipi inti
mutiara dan potongan mantel dari kerang donor yang dibantu oleh manusia (Taylor &
Strack, 2008). Namun kerang yang biasa dipakai dalam menghasilkan mutiara secara
massal adalah genera Pinctada dan Pteria (Pinctada margararitifer, Pinctada maxima,
Pinctada fucata dan Pteria Penguin) (Strack, 2006; Gervis & Sims, 1992; Mamangkey,
2009).

B. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan mutiara alami?
2. Bagaimana proses pembuatan mutiara buatan?
3. Bagaimana pemeliharaan yang tepat pada proses pembuatan mutiara?
C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan proses pembuatan mutiara alami dan buatan
2. Sebagai bahan edukasi mengenai pemeliharaan yang tepat untuk proses pembuatan
mutiara

BAB II

PEMBAHASAN

Pembentukan mutiara pada Bivalvia atau dalam hal ini tiram bisa terjadi dengan
dua cara, yaitu secara alami ataupun buatan.

Pembuatan mutiara secara alami terbentuk akibat adanya irritant yang masuk
kedalam mantel kerang mutiara. Fenomena ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya
benda padat atau pasir ke dalam mantel, kemudian akan terbungkus oleh nacre
sehingga jadilah mutiara. Secara teori, terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua
bagian besar yaitu terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel zat padat dalam
mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epitelium
mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian ini bertugas
mengeluarkan atau mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang. Teori
irritant mengungkapkan bahwa masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel yang
terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang tidak bisa
mengeluarkannya, partikel ini bisa saja masuk ke rongga mantel. Kemudian epithelium
juga ikut bersamanya dan membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung
mutiara yang akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat dan jadilah
mutiara. Lapisan yang melapisi mutiara berupa lapisan kalsium karbonat yang
diproduksi oleh kerang tersebut.

Sementara secara buatan ada beberapa langkah: pertama, pemilihan tiram yang
ingin dibudidaya. Bisa dengan mengambil tiram dari laut, baik yang sudah dewasa atau
yang remaja. Bisa juga dengan memperbanyak bibit-bibit tiram di penangkaran.
Lingkungan tempat penangkaran haruslah bersih dan bebas dari predator. Langkah
kedua adalah implantasi nucleus. Ini adalah langkah kunci dalam budidaya mutiara.
Untuk menumbuhkan produksi mutiara, sepotong kecil jaringan mantel (disebut graft,
atau 'saibo' dalam bahasa Jepang), berukuran sekitar 3 × 3 mm, dikeluarkan dari tiram
donor yang cocok dan ditanam ke cangkang tiram atau nukleus ke dalam gonad tiram
penerima.
Agar dapat tumbuh, sepotong cangkok mantel saja memiliki tujuan yang sama,
sehingga nukleus bukanlah prasyarat untuk produksi Mutiara pada air tawar. Masih ada
beberapa kesulitan teknis terkait dengan pertumbuhan di dalam massa visceral kerang
air tawar karena struktur fisiologisnya. Suatu periode 'pengkondisian' atau perawatan
pra-operasi sering diperlukan untuk mempersiapkan tiram / kerang untuk implantasi,
dan pemeliharaan pasca-operasi yang tepat mengurangi stres dan membantu
memaksimalkan nukleus / retensi jaringan graft setelah implantasi. Tingkat
kelangsungan hidup dan tingkat retensi inti tiram yang ditanamkan sangat berkorelasi
dengan faktor-faktor seperti ukuran dan usia tiram, ukuran inti dan metode cangkok.
Setelah itu, tiram dipelihara dengan baik dan diberi perawatan tertentu.

BAB III

KESIMPULAN

Pembentukan mutiara pada Bivalvia atau dalam hal ini tiram bisa terjadi dengan
dua cara, yaitu secara alami ataupun buatan. Pembuatan mutiara secara alami terbentuk
akibat adanya irritant yang masuk kedalam mantel kerang mutiara. Fenomena ini
sering juga ditafsirkan dengan masuknya benda padat atau pasir ke dalam mantel,
kemudian akan terbungkus oleh nacre sehingga jadilah mutiara. Sementara secara
buatan ada beberapa langkah: pertama, pemilihan tiram yang ingin dibudidaya. Bisa
dengan mengambil tiram dari laut, baik yang sudah dewasa atau yang remaja. Lalu,
Langkah kedua adalah implantasi nukleus. Tingkat kelangsungan hidup dan tingkat
retensi inti tiram yang ditanamkan sangat berkorelasi dengan faktor-faktor seperti
ukuran dan usia tiram, ukuran inti dan metode cangkok. Setelah itu, tiram dipelihara
dengan baik dan diberi perawatan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, A. 2016. Deteksi Inti Mutiara Dalam Kerang dengan Menggunakan
Radiografi Digital. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang (Skripsi)

Gervis, M.H., and N.A Sims. 1992. The biology and culture of pearl oysters (Bivalvia
Pteriidae). International center for living aquatic resources management, manila. p 49

Mamangkey, N. 2009. Improving the quality of pearls from Pinctada maxima. Thesis.
James Cook University eprint. p 167.

Southgate PC (2008) Pearl oyster culture. In: Southgate PC, Lucas JS (eds) The pearl
oyster. Elsevier Press. Oxford. pp 231–268

Strack, E. 2006. Pearls. Stuttgart, Germany: Ruhle-Diebener-Verlag. p 707.


Taufiq, Nur Spj., Hartati, R., Cullen, J., dan Masjhoer, J.M. 2007. Pertumbuhan Tiram
Mutiara (Pinctada maxima) pada Kepadatan Berbeda. Jurnal Ilmu Kelautan.
Vol. 12(1): 31-38. ISSN 0853-7291.

Taylor, J and E. Strack. 2008. Pearl Production (p 273-302). Dalam: Southgate P.C and
Lucas J.S. The Pearls Oyster. Elsevier BV, Amsterdam.

Zhu C., Southgate P.C., Li T (2019) Production of Pearls. In: Smaal A., Ferreira J., Grant
J., Petersen J., Strand Ø. (eds) Goods and Services of Marine Bivalves. Springer,
Cham

Anda mungkin juga menyukai