Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Segmen Anterior

dr. Yulia Fitriani, Sp.M


1. Raba rima orbita  nilai adanya kreptasi (gemertak)
2. Tes Hirschberg  untuk mengetahui adanya penyimpangan posisi bola mata
Cara : senter di depan mata pasien pada jarak 30 cm, pasien diminta untuk melihat senter, nilai
pantulan cahaya di kornea pasien.
Interpretasi :
 Normal = cahaya jatuh tepat di tengah kornea  tidak
terdapat penyimpangan bola mata
 Esotropia (ke dalam)= cahaya jatuh di temporal kornea 
bola mata bergeser ke nasal (ke dalam)
 Eksotropia (ke luar) = cahaya jatuh di nasal kornea  bola
mata bergeser ke temporal (ke luar)
 Hypertropia = cahaya jatuh di bawah kornea  bola mata
bergeser ke atas
 Hipotropia = cahaya jatuh di atas kornea  bola mata
bergeser ke bawah
 Pseudotropia =
Biasanya disebutkan mata sebelah mana yang bergeser dan
bergeser ke arah mana. Contoh : Right hypertropia.
0o : UPIL
15 ͦ : DI MARGO IRIS
30 ͦ : DI CORPUS IRIS
45 ͦ : DI IRIS ROOT
3. Menilai gerakan bola mata : pasien diminta untuk mengikuti gerakan
jari/senter pemeriksa. Gerakan jari sesuai dengan arah mata angin atau huruf H. Nilai apakah ada
hambatan gerak.
4. Palpebra (senter mata pasien)
 Minta pasien untuk membuka dan menutup mata  nilai (Lagoftalmus = mata tidak
menutup sempurna, ptosis = mata tida membuka sempurna)
 Inspeksi : nilai apakah hiperemis, oedema, masa
 Palpasi : nilai adanya nyeri tekan, hangat/tidak
5. Silia : periksa menggunakan senter ( dan ophthalmic loupe)  Amati arah tumbuh silia, barisan
silia, krusta, skuama, dan ulkus di dasar silia.
6. Conjunctiva palpebral : menggunakan senter (dan ophthalmic loupe)
 Conjunctiva palpebral inferior : pasien melirik ke atas, tarik palpebral inferior ke bawh
hingga forniks inferior terpapar  inspeksi adanya folikel, sekret, massa, hiperemis.
 Conjunctiva palpebral superior : pasien melirik ke bawah, letakan jari telunjuk pemeriksa
di sulcus palpebral superior dan ibu jari di orifisium kelenjar meibom, lakukan eversi
pada palpebral superior  amati papil hipertrofi, sikatrik, massa, dan hiperemis.
7. Conjunctiva bulbi : senter mata pasien dari depan, pasien melihat ke depan  Inspeksi : injeksi
konjungtiva, injeksi siliar, jaringan fibrovaskular, degenerasi hialin, flikten, bitot spot. Palpasi :
gerakkan palpebra inferior untuk mengetahui perlekatan massa ke sklera
8. Kornea :
 Pasien menunduk ke bawah, pemeriksa di temporal, geser palpebra superior ke atas 
inspeksi : morfologi kornea apakah terdapat keratoconus atau tidak (benjolan pada korne
berbentuk kerucut.
 Senter dari temporal pasien, pasien meliat ke depan  Inspeksi adanya keratic
presipitat/tidak (sel radang yang menempel pada endotel kornea)
 Senter mata pasien dari depan, pasien melihat ke depan inspeksi : infiltrat, erosi, ulkus,
neovaskularisasi, pseudogerontokson (arcus pada kornea dekat papilla limbus), trantatz
dot (degenarasiepitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea), arcus senilis
(munculnya gambar lingkaran berwarna putih yang mengelilingi kornea mata)
9. Camera oculi anterior (COA)
 Senter dari temporal, pasien melihat ke depan  lihat sudut COA (sudut antara kornea
dan iris) normalnya dalam
 Senter pada sudut 45o dari depan pasien, pasien melihat ke depan, pemeriksa mengamati
dari arah temporal  nilai efek tyndall
 Senter dari depan, pasien melihat ke depan, pemeriksa mengamati dari depan  nilai
adanya massa, hipopion, darah
10. Iris : senter dari depan, pasien melihat ke depan, pemeriksa mengamati dari depan  inspeksi :
warna, kripte, adanya sinekia, nodul iris, neovaskularisasi, koloboma
11. Pupil :
 senter dari depan, pasien melihat ke depan, pemeriksa mengamati dari depan  bentuk,
sentral, regularitas margo pupil, diameter
 Pemeriksaan reflex pupil direct  pasien melihat ke depan, pemeriksa di depan pasien,
arahkan cahaya senter dari temporal ke depan mata pasien, amati pupil pasien (normal :
miosis). Indirect  letakan telapak tangan di hidung pasien, arahkan cahaya senter dari
temporal ke depan mata pasien, amati mata kontralateral (normal : miosis pupil
kontralateral)
12. Lensa : pasien melihat ke depan, pemeriksa di depan pasien, senter 45 o dari
depan pasien  amati iris shadow (shadow test). Interpretasi : shadow test (+)
katarak imatur bayangan iris besar jauh dari pupil, shadow test (-) katarak
matur bayangan kecil dekat pupil.
13. Lensa : senter dari depan, pasien melihat ke depan, pemeriksa di depan pasien
 amati kekeruhan dan pigmen iris

Pemeriksaan Visus

1. Visus jauh
 Meminta kesediaan pasien untuk pemeriksaan visus
 Menanyakan kemampuan pasien untuk membaca menggunakan huruf atau angka.
Bisa  gunakan optotype Snellen
Tidak bias  E chart

 Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan
melihat seseorang, seperti :
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30,
berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50,
berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak enam
meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila seseorang hanya dapat membaca 3 dari 4 huruf pada baris 6/50  maka
visusnya 6/50 F1 (false 1)
 Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien
hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak tiga
meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat
dinilai dampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
 Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih
buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada
jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter
berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
 Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
 Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol
2. Visus dekat
 Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30 cm
 Normalnya penderita dapat membaca hingga baris jaeger 2 (j2)
Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Mata

(Borang Kating)

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Menyapa pasien dengan ramah

2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang


tindakan yang akan dilakukan
3. Inspeksi orbita dan daerah sekitarnya

4. Melakukan pemeriksaan visus menggunakan optotype snellen

5. Melakukan pemeriksaan lapangan pandang menggunakan tes


konfrontasi

6. Melakukan pemeriksaan papan placido


7. Melakukan pemeriksaan tonometri digital

Pemeriksaan oftalmoskopi
8. Melakukan pemeriksaan fundus reflek

9. Melakukan pemeriksaan funduskopi


10. Melakukan pemeriksan otot penggerak bola mata

11. Melakukan pemeriksaan tes buta warna


TOTAL NILAI

Keterangan:

0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali

1 =dilakukan tapi kurang sempurna

2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna

Nilai = Total skor (…….) x 100 %

22

Anda mungkin juga menyukai