1.1 Definisi
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat
disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan
kebutuhan darah miokard. (Morton, 2012).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri
koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia)
lalu sel – sel jantung menjadi mati (nekrosis miokard). (Marelli, 2008).
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan suatu keadan dimana terjadi kerusakan
atau kematian otot jantung yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau
terhambatnya aliran darah koroner secara tiba – tiba atau secara tiba –tiba kebutuhan
oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arterei coroner yang cukup.
1.2 Etiologi
Menurut Nuarif (2013), penyebab IMA yaitu :
1.2.1 Faktor penyebab :
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebebakan 3 faktor :
- Faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, arteritis
- Faktor sirkulasi : hipotensi , stenisus aurta, influsiensi
- Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitemia
2) Curah jantung yang meningkat
- Aktifitas yang berlebihan
- Emosi
- Makan yang terlalu banyak
- Hyoertiroidisme
3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat
1.3 Klasifikasi
Menurut Morton (2012) yang termasuk dalam Infark Miokard Akut :
1.3.1 Angina tidak stabil (angina pectoris) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
penyakit arteri koronari yang biasanya disebabkan oleh iskemia myocardium
reversible.
1.3.2 Infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) disebabkan oleh penurunan
suplai oksigen dana tau pneingkatan kebutuhan oksigen miookard yang
diperberat oleh obstruksi koroner.
1.3.3 Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran
darah coroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan Karena injuri yang
disebabkan oleh faktor – faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
1.5 Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik
dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection
fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan
atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama
akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung).
Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi
juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan
mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik,
untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan
oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang
bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil
dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik
akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi
sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena
infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling
ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan
karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah
diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang
kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan
hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas.
Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut
dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-
menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap
rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.
Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan
akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus
simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel
dan perluasan infark. (Price & Wilson, 2006)
1.6 WOC
Penumpukan plak
di PD
Arterosklerosis,
trombus di PD
koroner
Mk :
Kurang Meminta
Pengetahuan Informasi INFARK
MIOKARD
AKUT
B3
Mk : Nyeri Akut
Kontrasksi
venrtilkel kiri Penumpukan darah
menurun di ventrikel
Bendungan vena
B2 Tekanan pengisian pulmonal
diastolic menurun
Mk : Penurunan B1
Curah Jantung Volume sekuncup
menurun
Suplai O2 ke Edema paru Sesak
seleuruh tubuh
menurun
Perembesan cairan Penurunan nafsu
di alveoli makan
B3 B4 B4
Mk : Risiko Mk : Resiko
Kerusakan Nutrisi Kurang
Hipoksia jaringan Perfusi ginjal O2 ke jaringan Pertukaran Gas dari Kebutuhan
otak menurun menurun Tubuh
Retensi Na dan
Mk : Risiko air oleh ginjal Energy menurun
Cidera
DAFTAR PUSTAKA
Alwi I., 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST, dalam: Buku Ajar Ilmu Pengetahuan
Penyakit Dalam Jilid II. Sudoyo A. W, Setryohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing pp. 1741- 1754.
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.