Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun oleh :

Moh. Haiqal Hijratullah


D101 21 104

Dosen :

Andi Dewi, S.H., M.H

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
T.A 2020-2021
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 4
BAB I ............................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
ISI.................................................................................................................................................................. 6
2.1 Peristilahah, Ruang Lingkup dan Objek Penyelidikan Ilmu Negara ............................................ 6
2.1.1 Peristilahan Ilmu Negara ....................................................................................................... 6
2.1.2 Ruang Lingkup Ilmu Negara................................................................................................. 7
2.1.3 Objek Ilmu Negara ................................................................................................................ 7
2.2 Metode Penyelidikan dan Hubungan Ilmu Negara ....................................................................... 8
2.2.1 Metode Ilmu Negara ............................................................................................................. 8
2.2.2 Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu-Ilmu Lainnya ............................................................. 9
2.3 Definisi, Hakikat, Sifat dan Unsur-Unsur Negara ...................................................................... 10
2.3.1 Definisi Ilmu Negara ........................................................................................................... 10
2.3.2 Sifat dan Hakikat Negara .................................................................................................... 10
2.3.3 Unsur-Unsur Negara ........................................................................................................... 11
2.4 Teori Asal Mula dan Teori Lenyapnya Negara........................................................................... 11
2.4.1 Teori Asal Mula .................................................................................................................. 11
2.4.2 Teori Lenyapnya Negara ..................................................................................................... 13
2.5 Tujuan dan Fungsi Negara .......................................................................................................... 14
2.5.1 Tujuan Negara ..................................................................................................................... 14
2.5.2 Fungsi Negara ..................................................................................................................... 14
2.6 Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan............................................... 15
2.6.1 Bentuk Negara..................................................................................................................... 15
2.6.2 Bentuk Pemerintahan .......................................................................................................... 15
2.6.3 Sistem Pemerintahan ........................................................................................................... 16
BAB III ....................................................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Ilmu Negara” untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu Negara.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
yang selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Harapan penulis tiada lain hanya muda-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan semoga Allah SWT tetap memberikan
bimbinganNya kepada kita semua.

Palu, 14 Desember 2021

Moh. Haiqal Hijratullah


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik dan bahkan menjadi pokok dari
kekuasaan politik. Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejalagejala kekuasaan
dalam masyarakat. Oleh sebab itu, negara mempunyai karakter untuk dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan
tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Untuk mencapai hal itu, maka negara menetapkan cara-
cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan bersama itu.
Dengan demikian, negara dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari
warganya untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama tersebut menjadi dasar dari segenap
aparatur negara dalam menjalankan tugas. Tujuan negara menjadi kompos penunjuk jalan bagi
pemerintah negara tersebut dan juga menjadi barometer bagi pengukur sejauh mana pemerintah
berhasil menjalankan pekerjaannya. (Agusril, 2021)
Setiap negara, pasti memiliki tujuan tertentu. Tujuan negara inilah yang menjadi pedoman
bagaimana negara disusun serta bagaimana kehidupan rakyatnya diatur. Tujuan dari tiap-tiap
negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah pembentukan, dan pengaruh dari penguasa negara yang
bersangkutan.Dengan mengetahui tujuan negara, kita juga dapat mengetahui sifat organisasi negara
dan legitimasi kekuasaan negara tersebut.
Berdasarkan teori-teori yang berkembang, teori mengenai tujuan negara ini dapat
dikelompokkan menjadi dua teori menurut jamannya. Yakni teori tujuan negara tua, dan teori
tujuan negara modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu istilah Ilmu Negara?
2. Tujuan dan Fungsi Negara?
3. Bagaimana Bentuk Negara, pemerintahan dan system pemerintahannya?
BAB II

ISI

2.1 Peristilahah, Ruang Lingkup dan Objek Penyelidikan Ilmu Negara

2.1.1 Peristilahan Ilmu Negara


Timbulnya ilmu negara dimulai saat berkobarnya api revolusi sejak Proklamasi 17 Agustus
1945. Namun, dalam ilmu pengetahuan mengenai negara ini belum bisa dibentuk ilmu pengetahuan
yang berkembang sendiri. Sehingga masih sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang berasal
dari Eropa yang bersumber dari zaman Yunani. Timbulnya ilmu negara di Eropa Barat karena
adanya keperluan-keperluan praktik, yaitu sebelum zaman Bismarck atau dalam pemerintahan
Caesar Wilhelm II di Jerman yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok dan
pengertian-pengertian pokok tentang negara. Pada waktu itu timbul suatu mazhab yang disebut
Aliran Hukum Publik Jerman (deustsche publizisten schule) yang khusus menyelidiki sifat-sifat
hukum publik. Tentang pengaruh mazhab ini terhadap perkembangan ilmu negara, dikemukakan
oleh Paul Laband dan Von Gerbe. (Sarkadi, 2019)
Dalam kepustakaan, istilah ilmu negara berasal dari bahasa Belanda staatsleer yang diambil
dari istilah bahasa Jerman staatslehre. Dalam Bahasa Inggris dipakai istilah Theory of State (Teori
Negara), The General Theory of State (Teori Umum tentang Negara) atau Political Science (Teori
Politik). Selanjutnya, dalam bahasa Perancis disebut Theorie d’etat (Teori Negara). (Sarkadi, 2019)
Istilah staat mempunyai sejarah sendiri. Istilah itu mula-mula dipergunakan dalam abad ke-
15 di Eropa Barat. Anggapan umum yang diterima bahwa kata staat (state, etat) itu dialihkan dari
kata bahasa Latin status atau statum (Isjawara, 1992: 90). Secara etimologis kata status itu dalam
bahasa Latin Klasik adalah suatu istilah abstrak yang menunjukkan keadaan yang tegak dan tetap,
atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. (Sarkadi, 2019)
Istilah ilmu negara diambil dari istilah bahasa Belanda staatsleer yang diambil dari istilah
bahasa Jerman, staatslehre. Di dalam bahasa Inggris disebut Theory of State atau The General
Theory of State atau Political Theory, sedangkan dalam bahasa Prancis dinamakan Theorie d'etat
(Basah, 1994: 3). Timbulnya istilah ilmu negara atau staatslehre sebagai istilah adalah sebagai
akibat dari penyelidikan dari seorang Sarjana Jerman bernama Georg Jellinek dalam bukunya
Allgemeine Staatslehre (Jellinek, 1905). Itulah sebabnya Georg Jellinek dianggap sebagai Bapak
Ilmu Negara. (Sarkadi, 2019)
2.1.2 Ruang Lingkup Ilmu Negara
Ilmu negara sebagai suatu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani Purba. Ilmu negara
menitikberatkan penyelidikannya kepada negara sebagai organisasi dalam pengertian umum. Georg
Jellinek dalam Allgemeine Staatslehre membagi konsepsi ilmu negara menjadi sistematis, lengkap,
dan teratur untuk menjelaskan ilmu tentang negara dengan menggunakan metode van
systematesering (metode sistematika) dengan cara mengumpulkan semua bahan tentang ilmu
negara yang ada mulai zaman kebudayaan Yunani sampai pada masanya sendiri. Dalam bukunya
tersebut, Jellinek membagi ilmu kenegaraan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ilmu Negara dalam arti sempit (staatswissenschaften) Staatswissenschaften dalam arti sempit
adalah staatswissenschaf dalam arti luas setelah dikurangi dengan rechtwissenshaften. Dalam
arti ilmu pengetahuan mengenai negara ketika di dalam penyelidikannya menekankan pada
negara sebagai obyeknya.
2. Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtwissenschaften) Yang dimaksud dengan
rechtwissenschaften adalah ilmu pengetahuan mengenai negara, tetapi di dalam hal ini
penyelidikannya ditekankan pada segi hukum atau yuridis dari negara itu. Termasuk dalam
rechtwissenschaft adalah hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana, dan
sebagainya.

2.1.3 Objek Ilmu Negara


Obyek atau lapangan pembicaraan ilmu negara adalah negara. Ilmu yang mempelajari negara
bukan hanya ilmu negara melainkan masih banyak ilmu pengetahuan lainnya yang juga
membicarakan negara. Oleh karena itu, dalam menentukan obyek ilmu negara ini pertama-tama
harus diketahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang manakah yang mempunyai hubungan erat dengan
ilmu negara bertalian dengan obyeknya itu. Bahwa yang memiliki hubungan erat dengan ilmu
negara adalah hukum tata negara dan hukum pemerintahan.
Ilmu negara memandang obyeknya itu, yaitu negara dari sifat atau dari pengertiannya yang
abstrak. Artinya obyeknya itu dalam keadaan terlepas dari tempat, keadaan, dan waktu, jadi
tegasnya belum mempunyai afektif tertentu, bersifat abstrak-umum-universal. Dari obyeknya yang
bersifat demikian itu, yang kemudian dibicarakan lebih lanjut adalah: kapankah sesuatu itu
dinamakan negara, kapan tidak, lalu apakah yang disebut negara itu, hakikatnya itu apa, dan
seterusnya. Dari obyeknya itu tadi, yaitu negara dalam pengertiannya abstrak, yang diselidiki lebih
lanjut adalah: (1) Asal mula negara; (2) Hakikat negara; dan (3) Bentuk-bentuk negara dan
pemerintah.
2.2 Metode Penyelidikan dan Hubungan Ilmu Negara

2.2.1 Metode Ilmu Negara


Metode berasal dari kata Yunani Purba, yakni methodos yang artinya jalan kearah ilmu
pengetahuan atau cara kerja. Dapat juga berarti pangkal haluan. Dengan demikian maka metode
berarti cara penyelidikan untuk memperoleh pengertian ilmiah terhadap sesuatu obyek sehingga
dapat dicapai kebenaran obyektif. (Jeklin, 2016)
Ilmu negara sebagai ilmu, dalam proses penyelidikan terhadap obyeknya memerlukan
metode penyelidikan. Metode yang dipakai antara lain:
a. Metode Deduksi, yaitu metode berdasarkan proses penyelidikan atas asas-asas yang bersifat
umum yang dipergunakan untuk menerangkan peristiwa-peristiwa khusus (tertentu) atau
penjelasan teoritis yang bersifat umum terhadap fakta-fakta yang bersifat kongkrit.
b. Metode Induksi, yaitu metode yang merupakan kesimpulan umum yang diperoleh
berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari peristiwa-peristiwa khusus atau peristiwa-
peristiwa yang kongkrit. Cara kerja metode induksi merupakan kebalikan dari cara kerja
metode deduksi.
c. Metode Diakletis (Dialectische Methode), yaitu metode tanya jawab, proses penyelidikan
dilakukan dengan cara tanya jawab untuk mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu.
d. Metode Filosofis (Pholosophical Method), yaitu metode yang dalam proses
penyelidikannya meninjau serta membahas objek penyelidikan secara abstrak-idiil.
e. Metode Perbandingan (Comparative Method), yaitu suatu metode dengan mengadakan
perbandingan di antara kedua objek penyelidikan atau lebih, untuk menambah dan
memperdalam pengetahuan yang mendalam tentang objek yang diselidiki.
f. Metode Sejarah (Historical Method), yaitu suatu metode yang didasarkan pada analisis
dari kenyataan-kenyataan sejarah, yaitu ditinjau pertumbuhan dan perkembangannya, sebab-
akibatnya sebagaiman terwujud dalam sejarahdan dari penyelidikan disusun asas asas umum
yang dapat digunakan.
g. Metode Sistimatik, metode dengan menghimpun bahan-bahan yang sudah tersedia, terhadap
bahan-bahan itu dilakukan pelukisan,penguraian dan penilaian, kemudian dilakukan
klasifikasi atau rubricering ke dalam golongan-golongan di dalam suatu sistematik.
h. Metode Hukum (Yuridische/Legalistische Methode), yaitu metode yang dalam
penyelidikannya menitik beratkan pada segi-segi yuridis, sehingga faktor-faktor yang besifat
non-yuridis dikesampingkan.
i. Metode Sinkretis (Syncretisme), yaitu metode yang dalam penyelidikannya
menggabungkan faktor-faktor yang bersifat yuridis maupun non-yuridis.
j. Metode Fungsional (Funktionele Methode), yaitu metode yang dalam penyelidikannya
mengkaji objek penyelidikannya dengan menggandengkan gejala-gejala dalam dunia ini,
masig-masing tidak lepas satu sama lainnya, melainkan terdapat hubungan yang timbal balik
atau interdependent.

2.2.2 Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu-Ilmu Lainnya


Ilmu tidak dapat dipisah-pisahkan dalam kotak-kotak yang terpaku mati
(compartmentization). Ilmu Negara sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus bekerjasama
dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya, terutama ilmu-ilmu kenegaraan sehingga dapat
saling mengisi dan melengkapi.
Berikut akan diuraikan hubungan antara Ilmu Negara dengan beberapa cabang ilmu
pengetahuan lainnya yang berobyek negara:
1) Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik
Ilmu Negara dan Ilmu Politik mempunyai hubungan yang erat dan saling terkait. Ilmu
Negara lebih menitik beratkan kepada sifat-sifat teoritis karena itu kurang dinamis. Ini
berarti bahwa lebih banyak memperhatikan unsurunsur statisnya negara yang mempunyai
tugas utama untuk melengkapi dengan memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas.
Ilmu Politik lebih menitik beratkan kepada faktor-faktor konkrit, terutama berpusat kepada
gejala kekuasaan yang mengenai organisasi negara, maupun yang mempengaruhi
pelaksanaan tugas-tugas negara. Karena itu, Ilmu Politik lebih dinamis dan hidup.
2) Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara
HTN merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda Staatsrecht. HTN terdiri dari dua
bagian, yaitu: HTN dalam arti Luas ( staatsrecht in ruime zin) dan HTN dalam arti sempit
(staatsrecht in engizin). HTN dalam arti luas terdiri dari: HTN dalam arti sempit atau disebut
HTN (staatsrecht) dan HAN (Administratief Recht). Hubungan antara Ilmu Negara dengan
HTN, bahwa Ilmu Negara memberikan dasardasar teoritis yang bersifat umum terhadap
HTN. Ilmu Nergara memberikan pengetahuan secara umum tentang negara yang sangat
diperlukan untuk memahami sistem ketatanegaraan suatu negara, yang dipelajari di dalam
HTN. Jadi Ilmu Negara merupakan ilmu pengantar dari HTN. Dalam kaitan itu, Azhary
menyatakan bahwa Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis kepada HTN sehingga
HTN merupakan konkretisasi teori-teori dalam Ilmu Negara.
3) Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian ketentuan-ketentuan yang mengikat alat-
alat negara tinggi dan rendah, pada waktu alat-alat negara tadi mulai menjalankan pekerjaan
dalam hal menunaikan tugasnya, seperti yang ditetapkan dalam HTN. HAN adalah
berkenaan dengan negara tertentu secara riil, sedangkan Ilmu Negara tidak mengenai negara
tertentu, melainkan menyelidiki terbentuknya sifat dan wujud negara-negara di dunia pada
umumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ilmu Negara merupakan pendahuluan bagi HTN
dan HAN, yang belum dapat diselidiki secara ilmiah sistimatis sebelum memiliki
pengetahuan tentang asas-asas dan sendi-sendi pokok dari negara dalam arti umum yang
dibahas dalam Ilmu Negara.

2.3 Definisi, Hakikat, Sifat dan Unsur-Unsur Negara

2.3.1 Definisi Ilmu Negara


Secara umum Ilmu Negara dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang negara.
Pengertian tersebut dapat disimpulkan dari beberapa definisi Ilmu Negara yang dikemukakan oleh
para pakar, yang pada prinsipnya mengacu pada definisinya R. Kranenburg. Kranenburg12 menulis
dalam bukunya Algemene Staatsleer bahwa Ilmu Negara adalah ilmu yang menyelidiki negara;
ilmu yang menyelidiki tumbuh, wujud, dan bentuk-bentuk negara. Ilmu negara menyelidiki sifat
hakekat, struktur dan bentuknya, asal mulanya dan segenap persoalan disekitar negara dalam
pengertian umum. Juga dibahas dan diteliti sifatsifat umum dan ciri-ciri tabiatnya. Sementara itu,
Abu Daud Busroh mengemukakan bahwa Ilmu Negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan hukum negara pada umumnya. Perkataan
pengertian maksudnya yaitu menitik beratkan pada suatu pengetahuan, sedangkan perkataan sendi
menitik beratkan pada suatu asas atau hal yang benar.

2.3.2 Sifat dan Hakikat Negara


Negara pada dasarnya adalah merupakan organisasi kekuasaan. Sebagai organisasi, negara
memiliki sifat-sifat yang berbeda dibandingkan organisasi lainnya. Menurut Miriam Budiardjo,
sifat negara adalah:
a. Negara Bersifat Memaksa - Negara bersifat memasak artinya bahwa negara memiliki
kekuasaan fisik sifatnya legal. Alat untuk itu adalah seperti tentara, polisi, dan alat hukum
lainnya. Dengan adanya sifat yang memasak, maka semua peraturan perundangundangan
yang berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan ketertiban negara pun tercapai;
b. Negara Bersifat Monopoli - Negara bersifat monopoli artinya negara menetapkan tujuan
bersama masyarakat, yaitu dengan menentukan mana yang boleh/baik dan juga mana yang
tidak boleh/tidak baik karena akan dianggap bertentangan dengan tujuan suatu negara dan
masyarakat;
c. Negara Bersifat Mencakup Semua - Negara bersifat mencakup semua artinya segala
peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk semua orang tanpa kecuali.
Hakikat negara diartikan sebagai penggambaran tentang sifat hakiki dari negara, mengenai
apakah sesungguhnya negara tersebut. Hal itu sangat tergantung pada perspektif yang digunakan.
Leon Duquit menjelaskan bahwa pentingnya pembicaraan hakikat negara agar dapat mengetahui
luasnya kekuasaan negara, serta kebebasan dari warga negaranya.

2.3.3 Unsur-Unsur Negara


Unsur-unsur Negara adalah bagian-bagian pokok yang harus ada sebagai pembentuk dan
menjadikan Negara itu ada. Unsur-unsur negara meliputi:
1) Rakyat dalam suatu negara adalah semua orang yang secara nyata berada dalam wilayah
suatu negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan dalam negara tersebut. Rakyat dibagi
menjadi dua yaitu penduduk yang merupakan warga negara tersebut dan bukan penduduk
yaitu mereka yang tinggal sementara waktu.
2) Wilayah adalah unsur mutlak dari suatu negara. Wilayah adalah landasan material atau
landasan fisik negara. Luas wilayah suatu negara ditentukan oleh perbatasannya. Di dalam
batas tersebut, negara wajib menjalankan yuridiksi territorial tersebut.
3) Pemerintahan yang berdaulat, Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh
wilayahnya dan segenap rakyatnya merupakan syarat mutlak keberadaan negara. Kekuasaan
itu disebut sebagai kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara
yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat negara itu. Kedaulatan negara
bersifat asli, tertinggi, dan tidak dapat dibagi-bagi.
4) Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang memperkuat terbentuknya sebuah
negara. Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang menerangkan bahwa suatu negara
telah berdiri sehingga negara tersebut dikenal oleh negara-negara lain.

2.4 Teori Asal Mula dan Teori Lenyapnya Negara

2.4.1 Teori Asal Mula


Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula suatu negara, yaitu teori teokrasi,
teori hukum alam, teori perjanjian masyarakat, teori kekuatan atau kekuasaan, teori positivisme,
teori organis, teori garis kekeluargaan, dan teori modern. Selain delapan teori tentang asal mula
suatu negara yang telah disebutkan, ada dua teori lagi yang menjelaskan tentang asal mula atau
terjadinya suatu negara. Terjadinya suatu negara dapat dilakukan secara primer dan secara
sekunder. (No Title 学姐单词, n.d.)
1) Teori teokrasi atau teori ketuhanan merupakan salah satu teori yang mengkonstruksi
tentang asal mula negara. Teori teokrasi yang mempunyai kaitan dengan asal mula negara
terdiri atas dua teori. Dua teori tersebut yaitu teori teokrasi klasik dan theori teokrasi modern.
Teori teokrasi klasik menyatakan bahwa otoritas kekuasaan berasal Tuhan dan kemudian
diberikan secara langsung kepada manusia yang memerintah. Manusia yang mendapat
kekuasaan tersebut yang dianggap sebagai titisan Tuhan
2) Teori hukum alam menekankan pada hukum alam sebagai asal mula dari negara. Hukum
alam ada yang sifatnya irrasional dan rasional. Hukum Alam yang irrasional dapat
ditemukan dengan menggunakan metode induktif (logika induktif: khusus-umum). Contoh
hukum alam yang irrasional seperti hukum yang lahir dari Tuhan atau Firman Tuhan, hal-hal
yang bersifat mistis, dan sejenisnya.
3) Teori perjanjian masyarakat diperkenalkan oleh tokoh yang bernama Thomas Hobbes,
yang lahir pada tahun 1588 dan meninggal pada tahun 1679. Hobbes menyatakan bahwa
yang berlaku pada masa sebelum adanya negara adalah hukum rimba. Di masa tersebut, yang
berlaku adalah prinsip homo homini lupus, yang berarti manusia menjadi serigala bagi
manusia lain. Selain itu, juga berlaku prinsip bellum omnium contra omnes¸ yang artinya
semua lawan semua. Kemudian, untuk mengakhiri hukum rimba di tegah masyarakat, maka
masyarakat membuat kontrak sosial atau perjanjian masyarakat.
4) Teori kekuatan juga dapat disebut sebagai teori kekuasaan. Teori kekuatan sendiri dapat
dibagi menjadi dua: teori kekuatan fisik dan teori kekuatan ekonomi. Teori kekuatan fisik
menyatakan bahwa kekuasaan adalah bentukan orang-orang yang paling kuat, berani, dan
berkemauan teguh untuk memaksakan kemauannya kepada pihak yang lemah. Voltaire
menyatakan bahwa raja yang pertama merupakan “the winning hero”. Teori kekuatan fisik
mendeklarasikan bahwa negara dapat muncul disebabkan oleh kemenangan dari pihak yang
secara fisik lebih unggul dan kuat dari pihak lain.
5) Teori positivisme juga turut menjelaskan tentang asal mula negara. Hans Kelsen, salah satu
tokoh positivisme hukum, sering mengaitkan antara teori hukum, negara, dan hukum
internasional. Sebenarnya Hans Kelsen bukan merupakan bagian penuh dari aliran
positivisme empiris, dan juga bukan merupakan bagian penuh dari aliran hukum alam.
Menurut para ahli, Hans Kelsen lebih pada posisi di tengah-tengah antara dua aliran tersebut.
6) Teori organis dalam kaitan dengan asal mula negara lebih mensimulasikan negara seperti
anatomi manusia. Negara dianggap sama dengan makhluk hidup yang mempunyai struktur
seperti kepala, badan, kaki, tangan, otak dan lain.lain. Kepala, badan, kaki, tangan dapat
disamakan dengan struktur lembaga negara, sedangkan otak dapat disamakan dengan
pemerintah yang menjalankan kekuasaan negara.
7) Teori garis kekeluargaan, atau teori patriarkhal-matriarkhal, merupakan salah satu teori
asal mula negara. Teori garis kekeluargaan fokus pada penciptaan negara yang bersumber
dari adanya keluarga. Negara dapat terbentuk dari adanya keluarga kecil yang saling bersatu,
dan kemudian membentuk keluarga yang lebih besar, sampai pada akhirnya tercipta atau
terbentuk sebuah negara. Garis kekeluargaan yang dimaksud juga dapat berbentuk suku atau
keturunan.
8) Teori modern. Kranenburg menjelaskan bahwa negara lahir karena adanya komunitas
manusia yang disebut sebagai bangsa. Negara akan lahir apabila terdapat suatu bangsa. Oleh
karena itu, bangsa menjadi fondasi bagi terciptanya negara. Pendapat Kranenberg ini
menyimpulan bahwa tidak akan mungkin ada negara jika tidak ada komunitas yang disebut
bangsa. Keadaan tersebut menyebabkan penguasa dari sebuah negara adalah bangsa yang
menciptakan negara.
9) Teori terjadinya negara secara primer juga merupakan salah satu teori yang menawarkan
penjelasan tentang asal mula negara. Menurut teori ini, terjadinya negara secara primer dapat
digolongkan menjadi empat fase, yaitu fase genootshap (genossenchaft), fase reich (rijk),
fase staat, dan fase (democratische natie dan dictatuur atau dictatum).
10) Teori terjadinya negara secara sekunder. Teori terjadinya negara secara sekunder fokus
pada terjadinya negara pada claim atau pengakuan terhadap suatu negara (Busroh, 2009: 46).
Adanya pengakuan tersebut menunjukkan bahwa suatu negara dianggap ada karena dua hal.
Pertama, sudah ada negara-negara lain yang kemudian mengakui terjadinya negara yang
lainnya. Kedua, adanya pengakuan dari manusia atau bangsa yang belum memiliki atau
menciptakan negara, dalam hal ini belum ada negara tercipta di dunia. Pernyataan yang
kedua dapat menegaskan bahwa teori ini berasumsi bahwa bangsa lebih dulu ada sebelum
berdirinya negara.

2.4.2 Teori Lenyapnya Negara


Tidak ada yang bisa menjamin bahwa sebuah negara akan terus hidup dan berdiri kokoh di
atas bumi. Suatu negara bisa saja lenyap atau hancur kapan pun. Bagian ini kita akan mempelajari
teori mengenai lenyapnya negara.
1) Teori Organis
Sebagai suatu organisme, negara tidak akan lepas dari kenyataan dan perkembangannya dari
mulai berdiri, berkembang, besar, kokoh, dan kuat. Kemudian, melemah sampai akhirnya
tidak mampu lagi untuk mempertahankan eksistensinya sebagai negara. Setelah itu, lenyap
dari percaturan dunia. Dengan demikian, teori organis berpandangan bahwa suatu negara
pada saat tertentu akan lenyap seperti suatu organisme hidup.
2) Teori Anarkis
Para penganut teori ini berkeyakinan bahwa pada suatu saat negara pasti akan lenyap dan
muncul lah masyarakat yang penuh kebebasan dan kemerdekaan, tanpa paksaan, tanpa
pemerintahan, serta tanpa negara. Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang
mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah
lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu
negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan atau dihancurkan.
3) Teori Marxis
Menurut terori ini bahwa negara sebagai suatu tata paksa,tidak perlu diperangi dan tidak
perlu dihapus, karena ia datang dan lenyap dengan sendirinya menurut syarat-syarat
obyektifnya sendiri. Negara pada saatnya akan lenyap dengan sendirinya, akan mati tua jika
syaratsyarat bagi adanya dan hidupnya negara sudah tidak ada lagi.

2.5 Tujuan dan Fungsi Negara

2.5.1 Tujuan Negara


Tujuan negara secara umum dapat dilihat pada perwujudan beberapa unsur, seperti keadilan,
kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan banyak teori yang ada, secara
umum ada lima tujuan negara yang paling utama di antaranya, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan keadaan agar rakyat bisa mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.
b. Memajukan kesusilaan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.
c. Mencapai penghidupan dan kehidupan yang aman dan tenteram dengan taat kepada Tuhan.
Pemimpin negara dalam menjalankan kekuasaannya berdasarkan kekuasaan Tuhan.
d. Berusaha menyelenggarakan ketertiban, keamanan, dan ketenteraman agar tercapai tujuan
negara yang tertinggi, yaitu kemakmuran bersama.
e. Memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia. Kemudian kekuasaan
penguasa dibatasi oleh hak-hak asasi manusia.

2.5.2 Fungsi Negara


a. Melaksanakan Ketertiban. Fungsi pelaksanaan ketertiban ini hadir untuk mengatur
masyarakat agar tercipta kehidupan bernegara yang baik sesuai dengan tujuan dan cita-cita
negara.
b. Kemakmuran dan Kesejahteraan. Negara berupaya agar masyarakat dapat hidup dan
sejahtera, terutama dibidang ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk itu, negara melakukan
berbagai macam upaya seperti pembangunan di segala bidang, serta berusaha untuk selalu
menciptakan kondisi perekonomian yang selalu stabil.
c. Pertahanan. Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari
luar. Jadi, negara wajib nampu melindungi rakyat, wilayah dan pemerintahannya dari
berbagai ancaman, tantangan, serangan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Maka dari itu, penting bagi setiap negara mempunyai alat-alat pertahanan serta
personel keamanan yang terlatih dan tangguh.
d. Keadilan. Negara memiliki fungsi untuk menegakkan keadilan bagi seluruh warganya
meliputi seluruh aspek kehidupan lewat badan-badan peradilan di bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan lain-lain.

2.6 Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan

2.6.1 Bentuk Negara


Bentuk negara merupakan pembahasan mengenai dalam formasi apa organisasi
negara itu menjelma ke dalam masyarakat. Berdasarkan teori kenegaraan pembahasan
masalah ini merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan yuridis. Dari segi
sosiologis, yang melihat bangunan negara sebagai satu kebulatan (Ganzeit) maka
pembahasannya adalah mengenai bentuk negara. Akan tetapi dari segi yuridis yang melihat
bangunan negara dalam struktur atau isi, maka pembahasannya mengenai sistem
pemerintahan.
1. Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam dua macam sistem pemerintahan yaitu:
Sentral dan Otonomi.
2. Negara Serikat adalah beberapa negara bagian yang menjadi sebuah negara berdaulat.
Negara bagian tidak memiliki kedaulatan. Berbeda dengan negara kesatuan, negara bagian
memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang sendiri akan tetapi tetap harus sesuai
dengan Konstitusi dasar negara serikat tersebut.

2.6.2 Bentuk Pemerintahan


Bentuk pemerintahan adalah mengenai struktur negara, mengenai staatsinstellingen, negara
dilihat dari dalam. Misalnya cara hubungan pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Ini
termasuk allgemeine staatsrechtslehre.
1. Republik adalah negara yang dijalankan berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara demokratis melalui pemilihan umum.
2. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang seorang raja atau kaisar.
Pada sistem pemerintahan tersebut biasanya akan berlangsung sepanjang hayat sang raja,
ratu, atau sultan.
3. Oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari
golongan atau kelompok tertentu.
4. Otokrasi adalah negara yang diperintah dengan kekuasaan tunggal seperti raja atau diktator
yang tidak dapat di ganggung gugat.

2.6.3 Sistem Pemerintahan


Sistem pemerintahan merupakan suatu sistem sebagai alat untuk mengatur jalannya
pemerintahan sesuai pada kondisi negara dengan tujuan menjaga kestabilan negara.

1. Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan
dipegang oleh presiden dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap parlemen (legislatif).
Sementara itu, menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden memiliki
kedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Pemerintahan presidensial
memiliki beberapa tiga unsur pokok, yaitu presiden dipilih oleh rakyat dan bisa mengangkat
para pejabat pemerintahan, presiden memiliki masa jabatan yang tetap, dan tidak ada status
tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
2. Parlementer
Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan di mana pemerintah
(eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem pemerintahan parlementer,
parlemen memiliki kekuasaan dan kewenangan yang besar dalam mengawasi kebijakan
eksekutif. Salah satu ciri sistem pemerintahan parlementer adalah anggota parlemen terdiri
atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemilihan umum. Selain itu, kabinet
atau pemerintah terdiri atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin kabinet.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, ilmu negara pada hakikatnya bertautan erat dengan
berbagai ilmu-ilmu lainnya. Salah satu yang memiliki relasi kuat dengan ilmu negara adalah hukum
tata negara. Ilmu negara menganggap negara sebagai obyek penyelidikannya yang meliputi asal
mula, sifat hakikat, dan bentuk-bentuk negara. Sementara itu, hukum tata negara juga menganggap
negara sebagai obyeknya. Jika ilmu negara membahas hal-hal yang mendasar dari negara sehingga
sifatnya umum, abstrak, dan universal maka kajian lebih lanjut mengenai negara dalam arti spesifik
dan konkret ada pada hukum tata negara. Jadi, jika ilmu negara menyelidiki, mengumpul,
menyusun, dan memperoleh pengertian mengenai negara pada umumnya, dengan obyeknya negara
dalam pengertian yang umum dan abstrak maka hukum tata negara terbatas pada bidang hukum
dengan batasannya dalam suatu negara tertentu saja dengan pengertian dan pembahasan yang
konkret. Adanya ilmu negara memberi dasar teoritis kepada hukum tata negara. Sebaliknya, hukum
tata negara merupakan penerapan atau konkretisasi dari bahan-bahan teoritis yang dihasilkan oleh
ilmu negara. Karenanya, hukum tata negara memiliki sifat praktis (applied science) yang bahannya
diselidiki, dikumpulkan, dan disediakan oleh pure science dalam ilmu negara.
DAFTAR PUSTAKA
Agusril, I. (2021). “ Tujuan Negara ” ( Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Negara ) DOSEN
PENGAMPU MATA KULIAH Laurensius Arliman , S . H ., M . H . Disusun Oleh Iqbal Agusril. 1–10.

Jeklin, A. (2016). 済無No Title No Title No Title (Issue July).

No Title 学姐单词. (n.d.).

Sarkadi. (2019). Konsep Ilmu Negara. 1–60.

Anda mungkin juga menyukai