Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

STUDI KASUS GANGGUAN NEUROLOGIS DAN PSIKIATRI


DENGAN DIAGNOSIS UTAMA ANSIETAS

DISUSUN OLEH:
KELAS A/GOLONGAN 1/KELOMPOK 2

ANGGOTA KELOMPOK:

1. Alya Elysa Indaryanti


NIM 17/408792/FA/11242
2. Ana Fiin Nangimi
NIM 17/408794/FA/11244
3. Arly Tania Putri
NIM 17/408796/FA/11246
4. Hanifah Nurrahmawati
NIM 17/408815/FA/11265
5. Ida Nur Aini
NIM 17/408819/FA/11269

PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

STUDI KASUS GANGGUAN NEUROLOGIS DAN PSIKIATRI


DENGAN DIAGNOSIS UTAMA ANSIETAS

LUARAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Drug-Related Problems (DRPs) pada
pasien dengan penyakit ansietas
2. Mahasiswa mampu merencanakan care plan untuk menyelesaikan Drug-
Related Problems (DRPs) pada pasien dengan penyakit ansietas
3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada
pasien dengan penyakit ansietas
4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien
dengan penyakit ansietas

KASUS
Seorang perempuan usia 45 tahun (155 cm, 60 kg), karyawati perusahaan
swasta datang ke RS dengan gangguan cemas, kadang keluar keringat dingin, sering
merasa sesak terutama waktu tidur di malam hari. Keluhan tersebut sudah dirasakan
selama 3 bulan. Karena keluhannya dia sering susah konsentrasi dalam bekerja dan
mengganggu aktivitasnya. Hasil pemeriksaan psikiatri pasien mengalami
ansietas/kecemasan.

Pengobatan yang diberikan

Amitriptilin 50 mg sehari waktu pagi dan Klobazam 10 mg sehari diminum malam


hari

Pemeriksaan fisik

Semua dalam batas normal

Riwayat penyakit lain

Tukak lambung dan sering mengonsumsi omeprazol 20 mg sehari jika kambuh.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Soal:

1. Buat rencana monitoring dan evaluasi efektivitas terapi dan ESO untuk
pasien tersebut!
2. Rencanakan materi KIE pada pasien/keluarganya
3. Rekomendasikan penyelesaian drug-related problems pada pasien tersebut!
4. Lakukan asesmen drug-related problems pada pasien tersebut!

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL


CARE PLAN)

Masalah Medik Terapi S, O A P

Merekomendasikan kepada
Subjektif: Obat yang diberikan pada
dokter untuk
✓ gangguan cemas pasien kurang tepat untuk
mempertimbangkan
✓ kadang keluar keringat mengatasi keluhan yang
Amitriptilin 50 mg sehari pemberian amitriptilin
dingin dialami karena karena tidak
waktu pagi karena tidak sesuai dengan
✓ sering merasa sesak sesuai dengan pedoman
pedoman Ansietas menurut
terutama waktu tidur di Ansietas menurut
Kementrian Kesehatan
Ansietas malam hari. (dirasakan Kementrian Kesehatan.
(Kemenkes, 2015).
selama 3 bulan)
Merekomendasikan kepada
✓ -susah konsentrasi
dokter untuk mengubah
dalam bekerja dan Frekuensi pemberian obat
Klobazam 10 mg sehari frekuensi klobazam
mengganggu kurang tepat dalam
malam hari menjadi 5 mg 2x sehari
aktivitasnya. mengatasi keluhan pasien
diminum dengan atau tanpa
makanan pada pagi hari dan

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

sebelum tidur (Kemenkes,


2015).

Mengonfirmasi kembali
obat-obatan yang
digunakan pasien terutama
NSAID, serta kemungkinan
penyeba timbulnya gejala
tukak peptik
Penyakit tukak peptik yang
Omeprazole 20 mg sekali Merekomendasikan kepada
Tukak Peptik - dialami pasien masih
sehari jika kambuh dokter untuk melakukan
kambuh
Urea Breath Test guna
mengonfirmasi
kemungkinan penyebab
tukak peptik pasien apakah
karena H.pylori atau tidak
(Tang dan Chan, 2012).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PEMBAHASAN
1. Asesmen Drug-Related Problems (DRPs) (termasuk terapi yang sudah
sesuai)
Pada kasus tersebut, pasien mengalami gangguan cemas dengan
gejala kadang keluar keringat dingin, sering merasa sesak terutama waktu
tidur di malam hari. Keluhan tersebut sudah dirasakan selama 3 bulan.
Karena keluhannya, pasien sering susah konsentrasi dalam bekerja dan
mengganggu aktivitasnya. Hasil pemeriksaan psikiatri pasien mengalami
ansietas atau kecemasan. Pasien mendapatkan terapi Amitriptilin 50 mg
sehari waktu pagi dan Klobazam 10 mg sehari diminum malam hari.
Amitriptilin merupakan golongan antidepresan trisiklik untuk
pengobatan gangguan panik dan gangguan kecemasan (Locke, 2015).
Amitriptilin kurang tepat diberikan untuk mengatasi keluhan yang dialami
karena karena tidak sesuai dengan pedoman ansietas menurut Kementrian
Kesehatan (Kemenkes, 2015). Selain itu, amitriptilin menyebabkan efek
samping serius seperti sedasi, hipotensi ortostatik, dan pusing (Thour dan
Marwaha, 2020) yang mana dapat mengganggu kenyamanan pasien dalam
beraktivitas sehingga perlu dipertimbangkan kembali pemberian
amitriptilin.
Klobazam merupakan obat golongan benzodiazepin (antikonvulsan)
yang merupakan lini kedua dari pengobatan Gangguan Ansietas
Menyeluruh (Kemenkes, 2015). Obat tersebut merupakan pilihan yang
dapat digunakan apabila gejala kecemasan pasien dominan dibanding gejala
lainnya yang dikombinasi dengan obat golongan SSRIs (IDI, 2017). Obat
golongan SSRIs seperti escitalopram, sertralin, dan SNRIs seperti
venlafaksin merupakan lini pertama dari pengobatan ansietas menyeluruh
yang memiliki efek samping signifikan pada saluran cerna (Kemenkes,
2015). Penggunaan SSRIs dan SNRIs pada pasien dengan riwayat
perdarahan di saluran cerna perlu diperhatikan karena kedua golongan obat
ini dapat meningkatkan risiko perdarahan (NHS, 2019). Penggunaan SSRI
yang dalam jangka panjang akan secara signifikan meningkatkan risiko

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

perdarahan di saluran cerna (Cheng dkk., 2015). Berdasarkan alasan


tersebut, obat golongan SSRIs dan SNRIs yang merupakan lini pertama
dalam pengobatan ansietas tidak digunakan. Penggunaan obat klobazam
tetap dipertahankan untuk menghindari risiko perdarahan pada saluran
cerna yang mana sebelumnya pasien sudah memiliki riwayat tukak peptik
yang sering kambuh dan dikhawatirkan akan memperparah tukak peptik
pasien.
Selain gangguan kecemasan, pasien juga memiliki riwayat penyakit
tukak peptik yang diobati dengan Omeprazole 20mg sekali sehari jika
kambuh. Omeprazole merupakan obat golongan Proton Pump Inhibitor
(PPI) yang diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek penyakit tukak
lambung pada orang dewasa (Shah dan Gossman, 2020). Penggunaan
omeprazole perlu dievaluasi kembali karena pasien masih mengalami
kekambuhan tukak peptik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan konfirmasi
kembali faktor risiko yang mana ada kemungkinan menjadi penyebab tukak
peptik yang berulang (Tang dan Chan, 2012). Faktor risiko atau penyebab
yang mungkin bisa disebabkan karena penggunaan NSAID atau adanya
H.pylori. Untuk memastikan adanya H.pylori, direkomendasikan
melakukan Urea Breath Test (UBT). UBT merupakan suatu tes untuk
mendeteksi produksi amonia dari bakteri sehingga dapat menentukan
apakah tukak peptik pasien disebabkan karena infeksi H.pylori atau tidak

2. Pharmaceutical Care Plan


Rekomendasi rencana asuhan kefarmasian (care plan) yang
dilakukan oleh apoteker dilakukan berdasarkan tinjauan literatur yang
mendukung, meliputi textbook, jurnal, dan guideline internasional. Adapun
rencana asuhan kefarmasian untuk kasus ansietas dan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:
a. Merekomendasikan kepada dokter untuk mempertimbangkan
pemberian amitriptilin karena tidak sesuai dengan pedoman
Ansietas menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes, 2015).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Amitriptyline merupakan obat antidepresan trisiklik (TCA) yang


bekerja dengan memblokir re-uptake neurotransmiter serotonin dan
norepinefrin. Amitriptilin menyebabkan efek samping serius seperti
sedasi, hipotensi ortostatik, dan pusing (Thour dan Marwaha, 2020).
Antidepresan trisiklik ini tidak sesuai dengan pedoman Ansietas
menurut Kementrian Kesehatan. Selain itu, efek samping sedasi
yang tergolong serius dikhawatirkan dapat mengganggu
kenyamanan beraktivitas dari pasien yang bekerja sebagai karyawati
sehingga perlu dipertimbangkan kembali pemberian amitriptilin.
b. Merekomendasikan kepada dokter untuk mengubah frekuensi
klobazam menjadi 5 mg 2x sehari diminum dengan atau tanpa
makanan pagi dan malam sebelum tidur.
Inisiasi terapi dengan klobazam dimulai degan dosis rendah,
umumnya 5 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan dalam waktu interval
mingguan hingga dosis efektif minimum tercapai atau efek samping
samping yang signifikan terjadi. Klobazam dengan dosis 5 mg dapat
diberikan 1x sehari, sedangkan klobazam dengan dosis lebih dari 5
mg harus diberikan dalam 2 dosis terbagi 2x sehari (Purcarin dan
Yu-Tze Ng, 2014). Klobazam memiliki efek sedasi yang lebih
rendah dibandingkan golongan benzodiazepin lainnya (Gauthier and
Mattson, 2015). Meskipun begitu, penggunaannya tetap disarankan
pada malam hari untuk meghindari efek sedasinya, terlebih pasien
merupakan karyawati perusahaan.
c. Mengkonfirmasi kembali obat-obatan yang digunakan pasien
terutama NSAID serta penyebab timbulnya gejala tukak peptik
Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran
gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang
berlebihan oleh mukosa lambung (Avunduk, 2008). Salah satu
penyebab utama tukak peptik adalah penggunaan obat NSAID.
Beberapa obat NSAID yang dapat menyebabkan tukak peptik antara
lain: indometasin, piroksikam, ibuprofen, naproksen, sulindak,

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

ketoprofen, ketorolac, flurbiprofen, dan aspirin (Berardi dkk, 2009).


Obat-obat tersebut menyebabkan kerusakan mukosa secara lokal
dengan mekanisme difusi non ionik pada sel mukosa (pH cairan
lambung << pKa NSAID). Oleh karena itu, riwayat penggunaan
NSAID perlu ditelusuri pada pasien penderita tukak peptik. Selain
itu, makanan pedas, makanan asam, kopi, merokok dan konsumsi
alkohol juga dapat memicu gejala tukak peptik sehingga perlu
dikonfirmasi kepada pasien agar pasien menghindari makanan yang
dapat memperparah gejala tukak peptik (Sanusi, 2011).
d. Merekomendasikan kepada dokter untuk melakukan Urea Breath
Test guna mengonfirmasi kemungkinan penyebab tukak peptik
pasien apakah karena H.pylori atau tidak.
Helicobacter pylori ( H pylori ) adalah bakteri gram negatif
berbentuk spiral yang mempunyai hubungan erat dengan penyakit
gastritis kronis, ulkus peptikum, dan karsinoma gaster. Diagnosis H.
pylori dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara invasif
(endoskopi) dan non invasif ( Urea Breath Test ). Pasien
mendapatkan masukan C urea 5 mg/kg per oral, pemberian ini
menghasilkan suatu pelepasan CO2 dari individu yang terinfeksi H.
pylori. Sementara individu yang tidak terinfeksi H. pylori, kadar
CO2 tidak berubah dari batas normal (Nurdjanah, S., 1999).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PARAMETER PEMANTAUAN
Parameter efektivitas Parameter efek samping
Obat
Kondisi klinik TTV dan lab Kondisi klinik TTV dan lab

Klobazam 20 mg 1x sehari pengurangan frekuensi - ✓ Sedasi -


gejala yang dialami berupa ✓ Pusing
kecemasan, sulit
✓ Sakit kepala
konsentrasi, dan gangguan
tidur

Omeprazol 20 mg 1 x sehari Hilangnya keluhan nyeri - ✓ Sakit kepala


perut ✓ Mg: <1,4 mEq/L
✓ Mengantuk
✓ Diare ✓ Ca : <8.5 mg/dL (<2.13
mmol/L )
✓ Konstipasi
✓ Mual
✓ Hipokalsemia (DiPiro dkk., 2015)

✓ Jangka panjang:
hipomagnesemia, patah
tulang, defisiensi vit b12
(DiPiro dkk., 2015)

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

SIMULASI PERCAKAPAN KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI


(Dibuat pada file terpisah)

EVALUASI DAN FOLLOW-UP

A. EVALUASI

1. Klobazam
✓ Evaluasi respons terhadap pengobatan diperiksa setiap minggu, apabila
keluhan belum membaik maka dosis dapat ditingkatkan. Klobazam
dapat digunakan maksimal selama 4 minggu (Medscape, 2020).
✓ Pemantauan klinis untuk status mental / perubahan perilaku atau bunuh
diri (Humayun dkk., 2020)

2. Omeprazole
✓ Pemantauan tanda dan gejala penyakit tukak lambung
✓ Pemantauan diare terkait C. difficile dan hipomagnesia saat pasien
menggunakan omeprazol dalam jangka panjang (Shah dan Gossman,
2020).

B. FOLLOW-UP

1. Klobazam
✓ Obat efektif / mencapai target terapi
Apabila pasien dalam waktu kurang dari 2 minggu gejala sudah
membaik maka klobazam dapat dihentikan secara bertahap.
Penghentian secara tiba-tiba akan membuat pasien mengelami tremor,
halusinasi, psikosis, dan gelisah
✓ Obat tidak efektif / tidak mencapai target terapi
Dosis klobazam ditingkatkan menjadi 30 mg sekali sehari diminum
saat akan tidur

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2. Omeprazole
✓ Obat efektif / mencapai target terapi
Hentikan pemakaian apabila gejala sudah membaik
✓ Obat tidak efektif / tidak mencapai target terapi
Meningkatkan dosis omeprazole menjadi 40 mg sekali sehari

KESIMPULAN

1. Masalah terkait obat (DRP) yang ditemukan antara lain:


● Obat amitriptilin yang diberikan pada pasien kurang tepat untuk
mengatasi keluhan yang dialami karena karena tidak sesuai dengan
pedoman Ansietas menurut Kementrian Kesehatan dan
menyebabkan efek samping sedasi yang serius.
● Frekuensi pemberian klobazam kurang tepat untuk mengatasi
keluhan pasien.
2. Rencana rekomendasi terapi :
● Klobazam 5 mg diminum 2x sehari dengan atau tanpa makanan,
diminum saat pagi dan saat mau tidur untuk mengobati kecemasan
pasien.
● Omeprazole 20 mg 1 x sehari diminum saat perut kosong sebelum
sarapan untuk mengobati nyeri perut dan hanya diminum saat nyeri
kambuh.

DAFTAR PUSTAKA
Avunduk, C. 2008. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy 4th
Edition. Boston: Tufts University Medical School.
Berardi RR, Newton GD, Kroon LA, Hume AL, Ferreri SP. 2009. Handbook of
Non Prescription Drug. 12th ed. Washington DC: APHA.
DiPiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., dan DiPiro, C.V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Gauthier, A.C. dan Mattson, R.H., 2015. Clobazam: A Safe, Efficacious, and
Newly Rediscovered Therapeutic for Epilepsy. CNS Neuroscience &
Therapeutics, 21: 543–548.
Humayun, M.J., Samanta, D., dan Carson, R.P., 2020. Clobazam, dalam:
StatPearls. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL).
IDI, 2017, Pedoman Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Kemenkes RI, 2015, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Locke, A.B., 2015. Diagnosis and Management of Generalized Anxiety Disorder
and Panic Disorder in Adults 91: 8.
Medscape, 2020, Clobazam, https://reference.medscape.com/drug/onfi-sympazan-
clobazam-999696, diakses pada 5 Oktober 21.53 WIB.
NHS, 2019, Medicine Q&As: What is the risk gastrointestinal bleeding asscociated
with selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs)?
Nurdjanah, S., 1999, Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter Pylori, Sub Bagian
Gastroentero-Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UGM, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Purcarin, G., Yu-Tze Ng, 2014. Experience in the use of clobazam in the treatment
of Lennox–Gastaut syndrome. Ther Adv Neurol Disord 7, 169–176.
Sanusi, I. A. 2011. Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam (Eds.),
Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing.
Shah, N. dan Gossman, W., 2020. Omeprazole, dalam: StatPearls. StatPearls,
Publishing, Treasure Island (FL).
Tang, R.S., Chan, F.K.L., 2012, Therapeutic Management of Recurrent Peptic
Ulcer Disease, Drugs 72, 1605–1616.
Thour, A. dan Marwaha, R., 2020. Amitriptyline, dalam: StatPearls. StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL).

***

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN DISKUSI


1. Pasien juga mengalami tukak peptik yang mengkonsumsi omeprazole,
apakah ada kemungkinan interaksi obat dengan yang lain? Berdasar plan,
direkomendasikan kepada dokter untuk melakukan urea breath test, apakah
ada kemungkinan penggantian obat secara drastis jika penyebabnya karena
H. Pylori? Delzila_408800
Jawab: Interaksi obat yang mungkin terjadi yaitu antara omeprazole dan
clobazam dengan tingkat interaksi moderate. Hal ini dikarenakan
omeprazole merupakan inhibitor enzim pemetabolisme clobazam yaitu
CYP450 2C19, sehingga metabolit berupa N-desmethylclobazam akan
terdeposisi banyak ditubuh. Namun metabolit ini hanya memiliki efek
potensial ⅕ dari clobazam itu sendiri sehingga interaksi ini cukup dimonitor
saja. Apabila memang diperlukan maka dapat dilakukan penyesuaian dosis
clobazam.

(Drugs.com, 2019)
Urea breath test yang disarankan kepada dokter adalah untuk
memastikan penyebab ulcer yang dialami pasien secara non invasif supaya
pasien mendapatkan pengobatan yang tepat dan menurunkan frekuensi
kekambuhan. Apabila berdasar test ini pasien terkonfirmasi H.pylori (+)
maka terapi yang dapat diberikan adalah triple drug therapy dengan
antibiotik, dan PPI (Chisholm Burns dkk., 2016).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(Chisholm Burns dkk., 2016).

2. Mengapa tidak langsung dilakukan penggantian terapi amitriptilin? Selain


karena tidak ada didalam guideline, golongan antidepresan trisiklik bukan
lini pertama pada tata laksana ansietas. Apabila dilakukan penggantian,
terapi obat apa yang disarankan? Fatya_408810
Jawab: Amitriptilin tidak dilakukan penggantian dengan obat lain
melainkan merekomendasikan dokter untuk tidak meresepkan. Karena
pasien juga diresepkan Klobazam meskipun lini kedua, maka terapi
dilakukan dengan Klobazam yang sudah diresepkan dokter (Kemenkes,
2015).

(Kemenkes, 2015).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

3. Mengapa dipilih terapi Anxietas menggunakan klobazam yang mana


merupakan lini kedua terapi, mengapa tidak menggunakan golongan SNRI
seperti duloxetin? Dian_408805
Jawab: Duloxetine dapat menyebabkan efek samping seperti diare dan
konstipasi (Drugs.com, 2019) dan berisiko menyebabkan perdarahan di
lambung (NHS, 2019) sehingga tetap melanjutkan terapi Klobazam.
Klobazam digunakan karena SSRI (lini pertama) menyebabkan gangguan
sistem pencernaan (Kemenkes, 2015) sementara pasien memiliki penyakit
tukak peptik. Klobazam juga memiliki efek relaksan otot dan aktivitas
hipnotik yang minimal (Brogden dkk., 1980) sehingga cocok untuk pasien
pada awal pengobatan agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

(Brogden dkk., 1980).

(Drugs.com, 2019).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(Kemenkes, 2015).

4. Salah satu parameter efek samping pada klobazam adalah pusing dan sakit
kepala. Apakah perlu diberikan pengobatan tambahan, jika pasien
mengalami masalah tersebut ? Ayu_408797
Jawab: Jika efek samping pusing dan sakit kepala terjadi pada pasien
serta mengganggu kenyamanan pasien maka perlu diberikan pengobatan
tambahan seperti paracetamol 500 mg (prn).

(Pionas, 2015).

5. Apakah penghentian amitriptilin langsung atau di-tapper down (dikurang


dosisnya sedikit demi sedikit)? Dan kalau dihentikan langsung, adakah
kemungkinan terjadi withdrawal effect? Bila ada, bagaimana
mengatasinya? Fauziah_408811

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Jawab: Obat yang memiliki efek ke SSP perlu dilakukan tappering down
saat dihentikan karena dapat menimbulkan withdrawal syndrome apabila
berhenti tiba-tiba. Withdrawal syndrome pada pengentian amitriprilin dapat
meliputi pusing, insomnia, tidak enak badan. Penghentian perlu dititrasi
ketika penggunaan amitriptilin sudah 3 minggu dan dititrasi selama 2-4
minggu (Drugs.com, 2019).
Pada kasus ini tidak terdapat keterangan berapa lama pasien sudah
menggunakan obat ini, sehingga kami mengasumsikan pasien baru saja
mendapat obat sehingga tidak perlu dilakukan tappering down.

(Drugs.com, 2019).

6. Untuk mengobati terapi ansietas pada pasien, apakah menurut kelompok


anda cukup hanya menggunakan klobazam? apa pertimbangan kelompok
anda lebih memilih terapi menggunakan klobazam saja dan menghentikan
amitriptilin sebagai terapi ansietas, saya melihat di beberapa jurnal
amitriptilin dapat juga digunakan sebagai terapi ansietas. Dewi_408803
Jawab: Klobazam telah terbukti mengurangi kecemasan (Gauthier dan
Mattson, 2015). Klobazam digunakan karena SSRI (lini pertama)
menyebabkan gangguan sistem pencernaan (Kemenkes, 2015) sementara
pasien memiliki penyakit tukak peptik. Klobazam juga memiliki efek
relaksan otot dan aktivitas hipnotik yang minimal (Brogden dkk., 1980)

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

sehingga cocok untuk pasien pada awal pengobatan agar tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Penghentian Amitriptilin karena tidak sesuai dengan tatalaksana terapi
(Kemenkes, 2015).

(Kemenkes, 2015).

(Gauthier dan Mattson, 2015).

(Brogden dkk., 1980).

7. Dari sisi terapi farmakologi, apa yang dapat dilakukan apabila pasien
memiliki kecenderungan untuk bunuh diri ? Eric_408804

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Jawab: Gangguan kecemasan belum dipandang sebagai faktor risiko


independen untuk perilaku bunuh diri.
Komorbid penyakit mental lain bisa diasosiasikan dengan perilaku bunuh
diri. Komorbid penyakit mental lain yaitu: gangguan bipolar, gangguaan
kepribadian, depresi, skizofrenia, dan gangguan penggunaan obat
(Hocaoglu, 2015).

(Hocaoglu, 2015).
Cara untuk menangani perilaku bunuh diri adalah dengan patuh
melaksanakan terapi pada gangguan kecemasan maupun komorbidnya,
sehingga penyakit dapat terkontrol (Boden dkk., 2007).
Terapi farmakologis yang disarankan untuk pasien adalah tetap melanjutkan
pengobatan yang telah diberikan sebelumnya yaitu klobazam. Dan perlu di
cek apakah pasien mempunyai komorbid penyakit mental lain yang
menyebabkan timbulnya perilaku bunuh diri.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(Boden dkk., 2007).

Dapat juga diberikan terapi farmakologi tambahan dengan clozapine.


Clozapine merupakan antipsikotik generasi kedua yang dapat menurunkan
resiko bunuh diri. (Patchan dkk., 2015)

(Patchan dkk., 2015)

8. Pada care plan disebutkan bahwa dosis klobazam yang diberikan pagi dan
malam hari. Apakah klobazam tidak mengganggu aktivtas jika diminum
pada pagi hari? Dyah_408806
Jawab: Klobazam merupakan obat golongan benzodiazepin yang
memiliki efek sedatif paling rendah dibanding obat lain pada golongan
yang sama. Sehingga apabila digunakan saat pagi hari maka tidak
menyebabkan aktivitas bekerja pasien terganggu

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(Gauthier dan Mattson, 2015).

(Beaumont, 2015)

9. Psikoterapi merupakan modalitas terapi yang paling tidak invasif dan paling
aman. Menurut kelompok 2, apakah pada kasus tersebut diperlukan
psikoterapi? Annida_408795
Jawab: Psikoterapi seperti Cognitive Behaviour Therapy (CBT),
Behavioural techniques, Supportive Psychotherapy, dan Insight oriented
Psychotherapy perlu dilakukan karena terbukti dapat membantu meredakan
gejala kecemasan.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Adanya kombinasi terapi farmakologis dan psikoterapi menghasilkan


luaran jangka panjang yang lebih baik.
(Gautam dkk., 2017)

10. Apakah penggunaan klobazam seumur hidup atau ada batas waktunya atau
bagaimana indikasi bahwa obat tersebut sudah boleh dihentikan? Karena
obat ini tidak boleh dihentikan tiba-tiba. Firsty_408814
Jawab: Penggunaan klobazam seharusnya tidak digunakan lebih dari 4
minggu. Penggunaan kronis jangka panjang sebagai anxiolytic tidak
dianjurkan. Sangat disarankan untuk menghindari periode pengobatan yang
tidak terputus dalam waktu lama, karena dapat menyebabkan
ketergantungan. Pengobatan harus selalu dihentikan secara bertahap. Pasien
yang telah menggunakan Clobazam dalam waktu yang lama mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama di mana dosisnya diturunkan (EMC,
2020).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(EMC, 2020).

REFERENSI
Berikut adalah referensi yang digunakan kelompok kami untuk
menjawab pertanyaan teman teman saat sesi diskusi
Anonim, 2019. 'Duloxetine Side Effects', Drugs.com. URL:
https://www.drugs.com/sfx/duloxetine-side-effects.html (diakses
tanggal 29/9/2020).
Anonim, 2020, Drug Interaction Report,
https://www.drugs.com/interactions-check.php?drug_list=3350-
0,1750-
0&types%5B%5D=major&types%5B%5D=minor&types%5B%5D=
moderate&types%5B%5D=food&types%5B%5D=therapeutic_dupli
cation&professional=1, 29 September 2020.
Badan POM RI.2015. Pusat Informasi Obat Nasional.http://pionas.pom.go.
id/monografi/ paracetamol (acetaminofen) .
Beaumont, G., 1995. Clobazam in the treatment of anxiety. Hum.
Psychopharmacol. Clin. Exp. 10, S27–S41.
Boden, J.M., Fergusson, D.M., dan John Horwood, L., 2007. Anxiety
disorders and suicidal behaviours in adolescence and young
adulthood: findings from a longitudinal study. Psychological
Medicine, 37: 431.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Brogden, R.N., Heel, R.C., Speight, T.M., dan Avery, G.S., 1980.
Clobazam: A Review of its Pharmacological Properties and
Therapeutic Use in Anxiety. Drugs, 20: 161–178.
Chisholm-Burns, M.A., Schwinghammer, T.A., Wells, B.G., Malone, P.M.,
Kolesar, J.M., Dipiro, J.T., 2016, Pharmacotherapy Principle and
Practice, Fourth Ed., 45-64; 193-206, McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
EMC, 2020, Clobazam Accord 10 mg tableg,
https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/31165/SPC#gref,
diakses pada 29 September 2020.
Gautam, S., Jain, A., Gautam, M., Vahia, V., dan Gautam, A., 2017. Clinical
Practice Guidelines for the Management of Generalised Anxiety
Disorder (GAD) and Panic Disorder (PD). Indian Journal of
Psychiatry, 59: 67.
Gauthier, A.C. dan Mattson, R.H., 2015. Clobazam: A Safe, Efficacious,
and Newly Rediscovered Therapeutic for Epilepsy. CNS
Neuroscience & Therapeutics, 21: 543–548.
Hocaoglu, C., 2015. Anxiety Disorders and Suicide: Psychiatric
Interventions, dalam: Durbano, F. (Editor), A Fresh Look at Anxiety
Disorders. InTech.
Kemenkes RI, 2015, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Patchan, K.M., Richardson, C., Vyas, G., dan Kelly, D.L., 2015. The risk of
suicide after clozapine discontinuation: Cause for concern. Annals of
Clinical Psychiatry: Official Journal of the American Academy of
Clinical Psychiatrists, 27: 253–256.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LAMPIRAN EVIDENCE-BASED MEDICINE

(Humayun dkk., 2020).

(Tang dan Chan, 2012).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(Shah dan Gossman, 2020)

(Humayun dkk., 2020).

(Humayun dkk., 2020)

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(Thour dan Marwaha, 2020)

(NHS, 2020)

(IDI, 2017).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

STUDI KASUS GANGGUAN NEUROLOGIS DAN PSKIATRI


DENGAN DIAGNOSIS UTAMA ANSIETAS

DISUSUN OLEH:

KELAS A/GOLONGAN 1/KELOMPOK 2

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Alya Elysa Indaryanti
NIM 17/408792/FA/11242
2. Ana Fiin Nangimi
NIM 17/408794/FA/11244
3. Arly Tania Putri
NIM 17/408796/FA/11246
4. Hanifah Nurrahmawati
NIM 17/408815/FA/11265
5. Ida Nur Aini
NIM 17/408819/FA/11269

PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

STUDI KASUS GANGGUAN NEUROLOGIS DAN PSKIATRI

DENGAN DIAGNOSIS UTAMA ANSIETAS

LUARAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Drug-Related Problems (DRPs) pada
pasien dengan penyakit ansietas
2. Mahasiswa mampu merencanakan care plan untuk menyelesaikan Drug-
Related Problems (DRPs) pada pasien dengan penyakit ansietas
3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada
pasien dengan penyakit ansietas
4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien
dengan penyakit ansietas

KASUS

Seorang perempuan usia 45 tahun (155 cm, 60 kg), karyawati perusahaan


swasta datang ke RS dengan gangguan cemas, kadang keluar keringat dingin, sering
merasa sesak terutama waktu tidur di malam hari. Keluhan tersebut sudah dirasakan
selama 3 bulan. Karena keluhannya dia sering susah konsentrasi dalam bekerja dan
mengganggu aktivitasnya. Hasil pemeriksaan psikiatri pasien mengalami
ansietas/kecemasan.

Pengobatan yang diberikan

Amitriptilin 50 mg sehari waktu pagi dan Klobazam 10 mg sehari diminum malam


hari

Pemeriksaan fisik

Semua dalam batas normal

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Riwayat penyakit lain

Tukak lambung dan sering mengonsumsi omeprazol 20 mg sehari jika kambuh.

Soal:

1. Buat rencana monitoring dan evaluasi efektivitas terapi dan ESO untuk
pasien tersebut!
2. Rencanakan materi KIE pada pasien/keluarganya
3. Rekomendasikan penyelesaian drug-related problems pada pasien tersebut!
4. Lakukan asesmen drug-related problems pada pasien tersebut!

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL

CARE PLAN)

Masalah Medik Terapi S, O A P

Subjektif: Merekomendasikan kepada


Obat yang diberikan pada
✓ gangguan cemas dokter untuk
pasien kurang tepat untuk
✓ kadang keluar keringat mempertimbangkan
mengatasi keluhan yang
Amitriptilin 50 mg sehari dingin pemberian amitriptilin
dialami karena karena tidak
waktu pagi ✓ sering merasa sesak karena tidak masuk dalam
masuk dalam pedoman
terutama waktu tidur di pedoman Ansietas menurut
Ansietas menurut
Ansietas malam hari. (dirasakan Kementrian Kesehatan
Kementrian Kesehatan.
selama 3 bulan) (Kemenkes, 2015).

✓ -susah konsentrasi Merekomendasikan kepada


dalam bekerja dan Dosis yang diberikan dokter untuk menambah
Klobazam 10 mg sehari
mengganggu terlalu rendah untuk dosis klobazam menjadi
malam hari
aktivitasnya. mengatasi keluhan pasien 10mg 2x sehari diminum
denan atau tanpa makanan

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

sebelum tidur (Kemenkes,


2015).

Mengonfirmasi kembali
obat-obatan yang
digunakan pasien terutama
NSAID, dan menanyakan
kepada pasien
kemungkinan tukak peptik

Penyakit tukak peptik yang yang kambuh disebabkan


Omeprazole 20 mg sekali
Tukak Peptik - dialami pasien masih karena apa
sehari jika kambuh
kambuh Merekomendasikan kepada
dokter untuk melakukan
Urea Breath Test guna
mengonfirmasi
kemungkinan penyebab
tukak peptik pasien apakah
karena H.pylori atau tidak

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PARAMETER PEMANTAUAN

Parameter efektivitas Parameter efek samping


Obat
Kondisi klinik TTV dan lab Kondisi klinik TTV dan lab

Klobazam 20 mg 1x sehari pengurangan frekuensi - ✓ Sedasi -


gejala yang dialami berupa ✓ Pusing
kecemasan, sulit
✓ Sakit kepala
konsentrasi, dan gangguan
tidur

Omeprazol 20 mg 1 x sehari Hilangnya keluhan nyeri - ✓ Sakit kepala


perut ✓ Mg: <1,4 mEq/L
✓ Mengantuk
✓ Diare ✓ Ca : <8.5 mg/dL (<2.13
mmol/L )
✓ Konstipasi
✓ Mual
✓ Hipokalsemia (DiPiro dkk., 2015)

✓ Jangka panjang:
hipomagnesemia, patah
tulang, defisiensi vit b12
(DiPiro dkk., 2015)

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERENCANAAN KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

1. Klobazam

✓ Klobazam digunakan untuk mengobati kecemasan pasien


✓ Klobazam 10 mg diminum 2x sehari dengan atau tanpa makanan,
diminum saat mau tidur
✓ Efek samping yang mungkin adalah efek mengantuk, pusing, sakit
kepala, dan konstipasi
✓ Selalu waspada pada perubahan mood atau gejala. Beberapa orang
mempunyai pikiran untuk bunuh diri ketika dalam medikasi
✓ Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba, konsultasikan
kepada dokter apabila mau mengehentikan pengobatan
✓ penghentian pengobatan secara tiba-tiba dapat meningkatkan gejala
dan menyebabkan timbulnya gejala putus obat seperti tremor.
✓ Perlunya dukungan keluarga supaya pasien merasa lebih tenang dan
merasa ada orang yang dapat membantu menyelesaika masalah
✓ Melakukan olahraga dan relaksasi untuk menenangkan fikiran
✓ Obat disimpan pada tempat yang kering, dijauhkan dari sinar matahari
dan jangkauan anak-anak

2. Omeprazole

✓ Omeprazole 20 mg 1 x sehari diminum 30-60 menit sebelum makan


untuk mengobati nyeri perut dan hanya diminum saat nyeri kambuh
✓ Efek samping yang mungkin terjadi adalah sakit kepala, pusing,
mengantuk, diare, konstipasi, mual, hipokalsemia, jangka panjang:
hipomagnesemia, patah tulang, dan defisiensi vit b12
✓ Kurangi mengonsumsi makanan pedas dan makanan yang
mengandung kafein atau makanan lain yang dapat memicu timbulnya
gejala
✓ Hindari makan pada malam hari atau berbaring setelah makan

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

✓ Omeprazole dapat dikonsumsi dengan mencampur granul omeprazole


dengan jus apel atau dimasukkan dalam jus jeruk
✓ Omeprazole disimpan di tempat sejuk, kering, dan terhindar dari sinar
matahari langsung
✓ Obat disimpan pada tempat yang kering, dijauhkan dari sinar matahari
dan jangkauan anak-anak

EVALUASI DAN FOLLOW-UP

A. EVALUASI

1. Klobazam
✓ Evaluasi response terhadap pengobatan selama 2 minggu
✓ Pemantauan klinis untuk status mental / perubahan perilaku atau bunuh
diri (Humayun dkk., 2020)
2. Omeprazole
✓ Pemantauan tanda dan gejala penyakit tukak lambung
✓ Pemantauan diare terkait C. difficile dan hipomagnesia saat pasien
menggunakan omeprazol dalam jangka panjang (Shah dan Gossman,
2020).

B. FOLLOW-UP

1. Klobazam
✓ Obat efektif / mencapai target terapi
Apabila pasien dalam waktu kurang dari 2 minggu gejala sudah
membaik maka klobazam dapat dihentikan secara bertahap.
Penghentian secara tiba-tiba akan membuat pasien mengelami tremor,
halusinasi, psikosis, dan gelisah
✓ Obat tidak efektif / tidak mencapai target terapi
Dosis klobazam ditingkatkan menjadi 30 mg sekali sehari diminum
saat akan tidur

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2. Omeprazole
✓ Obat efektif / mencapai target terapi
Hentikan pemakaian apabila gejala sudah membaik
✓ Obat tidak efektif / tidak mencapai target terapi
Meningkatkan dosis omeprazole menjadi 40 mg sekali sehari

KESIMPULAN

1. Masalah terkait obat (DRP) yang ditemukan antara lain:


• Obat amitriptilin yang diberikan pada pasien kurang tepat untuk
mengatasi keluhan yang dialami karena karena tidak masuk dalam
pedoman Ansietas menurut Kementrian Kesehatan.
• Dosis klobazam yang diberikan terlalu rendah untuk mengatasi
keluhan pasien
2. Rencana rekomendasi terapi :
• Klobazam 10 mg diminum 2x sehari dengan atau tanpa makanan,
diminum saat mau tidur untuk mengobati kecemasan pasien
• Omeprazole 20 mg 1 x sehari diminum saat perut kosong sebelum
sarapan untuk mengobati nyeri perut dan hanya diminum saat nyeri
kambuh

DAFTAR PUSTAKA

DiPiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., dan DiPiro, C.V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook.
Humayun, M.J., Samanta, D., dan Carson, R.P., 2020. Clobazam, dalam:
StatPearls. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL).
Kemenkes RI, 2015, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Shah, N. dan Gossman, W., 2020. Omeprazole, dalam: StatPearls. StatPearls,
Publishing, Treasure Island (FL).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Tang, R.S., Chan, F.K.L., 2012, Therapeutic Management of Recurrent Peptic


Ulcer Disease, Drugs 72, 1605–1616.

EVIDENCE BASED MEDICINE

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK

Anda mungkin juga menyukai