Anda di halaman 1dari 11

MODUL

BAB VII PENELITIAN TENTANG PRILAKU KEPEMIMPINAN,


SALURAN KEPEMIMPINAN, KEPEMIMPINAN KOMUNITAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Leadership dan


Organisasi

Dosen Pengampu: Hasrun Afandi Umpu Singa SE.,M.M

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Muhamad Dani Asyeam: 1903041008

Jihan Ibtisam Al-Ustadzi:

Tara Ivo Savitri: 1903041019

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

TAHUN AJARAN 2021/2022

DAFTAR ISI
ANALISIS TUJUAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI .......................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

1. Penelitian tentang prilaku kepemimpinan .......................................................3

2. Saluran kepemimpinan ...................................................................................4

3. Kepemimpinan Komunitas ............................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

2
PENELITIAN TENTANG PRILAKU KEPEMIMPINAN

Perilaku Kepemimpinan Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari


dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits). Sorotan teori ini adalah tingkah laku
para pemimpin pada saat mereka berupaya mempengaruhi para anggota kelompok, baik secara
perseorangan maupun kolektif.Perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini merupakan tindakan-
tindakan spesifik seorang pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota
kelompok. Siagian (2000:205) mengemukakan perilaku kepemimpinan terhadap bawahannya
meliputi:

1. Iklim saling mempercayai.

Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap-harapkan adalah suatu


hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana saling mempercayai. Keadaan seperti
ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di pihak pemimpin memperlakukan
bawahannya sebagai manusia yang bertanggungjawab dan di pihak lain bawahan dengan
sikap legowo menerima kepemimpinan atasannya.

2. Penghargaan terhadap ide bawahan.

Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau
instansi akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para bawahannya. Seorang
bawahan akan selalu menciptakan ide-ide yang positif demi pencapaian tujuan organisasi
pada lembaga atau instansi dia bekerja.

3. Memperhitungkan perasaan bawahan

. Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan visi manajerial yang
berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku seorang pemimpin. 4. Perhatian pada
kenyamanan kerja bagi para bawahan. Hubungan antara individu dan kelompok akan
menciptakan harapanharapan bagi perilaku individu. Dari harapan-harapan ini akan
menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus
memerankan sebagai pemimpin sementara yang lainnya memainkan peranan sebagai bawahan.
Dalam hubungan tugas keseharian seorang pemimpin harus memperhatikan pada kenyamanan
kerja bagi para bawahannya.

5. Perhatian pada kesejahteraan bawahan

.Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinan pada dasarnya akan selalu berkaitan dengan dua
hal penting yaitu hubungan dengan bawahan dan hubungan yang berkaitan dengan tugas.

3
Perhatian adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan menggunakan cara
yang sopan dan mendukung, memperlihatkan perhatian segi kesejahteraan mereka. Misalkan
berbuat baik terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan atau pada bawahan dan
memperhatikan dengan cara memperjuangkan kepentingan bawahan. Konsiderasi sebagai
perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan seringkali ditandai dengan perilaku
pemimpin yang cenderung memperjuangkan kepentingan bawahan, memperhatikan
kesejahteraan diantaranya dengan cara memberikan gaji tepat pada waktunya, memberikan
tunjangan, serta memberikan fasilitas yang sebaik mungkin bagi para bawahannya.

6. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional.

Pemimpin dalam berhubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh bawahan adalah sikap dari
pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan secara tepat dan professional. Dari
pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan
professional yang melekat pada seorang pemimpin menyangkut sejauh mana para bawahan dapat
menerima dan mengakui kekuasaannya dalam menjalankan kepemimpinan.

7. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para

bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya. Dalam sebuah


organisasi seorang pemimpin memang harus senantiasa memperhitungkan faktor-faktor apa saja
yang dapat menimbulkan kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugastugasnya,
dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.1

SALURAN KEPEMIMPINAN

Kekuasaan/kepemimpinan itu dilaksanakan dengan melalui saluran-saluran atau media tertentu,


yaitu

yang meliputi saluran :

a. Militer

Untuk melaksanakan kekuasaannya, maka fihak penguasa akan lebih banyak

mempergunakan pola paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force), tujuan

utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka

1
Bellone, carl J. 1980 . Organization Theory and the new public administration. Boston : allyn and bacon inc

4
tunduk kepada keinginan penguasa atau sekelompok orang yang dianggap sebagai

penguasa; untuk kepentingan itu, maka seringkali di bentuk oraganisasi dan pasukan-

pasukan khususyang bertindak sebagai dinas rahasia.

b. Ekonomi

Penguasa/pemimpin berusaha menguasai kehidupan masyarakat dengan melakukan pendekatan-

pendekatan dengan menggunakan saluran-saluran ekonomi; dengan pola penguasaan


kepemimpinan ini

maka penguasa/pemimpin dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan

pemerintahannya dengan disertai sanksi-sanksi tertentu. Bentuknya bisa berupa monopoli,

penguasaan sektor-sektor penting dalam masyarakat, atau penguasaan kaum buruh.

c. Politik

Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-

peraturan yang harus ditaati oleh masyrakat, caranya antara lain dengan meyakinkan atau

memaksa masyarakat untuk mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan-badan

yang berwenang dan sah.

d. Tradisi

Saluran tradisi ini biasanya merupakan saluran yang paling disukai, karena ada

keselarasan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi

dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan/kepemimpinan dapat berjalan dengan


lancar.

e. Ideologi

Penguasa-penguasa/pemimpin dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-

5
ajaran atau doktrin-doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi

dasar pembenaran bagi pelaksanaan kepemimpinannya, hal itu dilakukan agar supaya

kepemimpinannya dapat menjelma menjadi wewenang. Setiap penguasa/pemimpin akan


berusaha untuk

dapat menerangkan ideologinya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga melembaga

(institutionalized) bahkan mendarah daging (internalized) dalam diri warga-warga

masyarakat.

f. Saluran-saluran lain

Untuk lebih menyalurkan pengaruhnya, penguasa/pemimpin biasanya tidak hanya terbatas

menggunakan saluran-saluran seperti di atas, tetapi menggunakan berbagai saluran lain,

yaitu yang berupa komunikasi massa baik berupa iklan, pamflet, surat kabar, radio,

televisi, pagelaran musik, atau apa saja yang dapat menarik simpati massa. Kemajuan

yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi massa, menyebabkan bahwa saluran
tersbut pada akhir-akhir ini dianggap sebagai media primer sebagai saluran

pelaksanaan kekuasaan/kepemimpinan.

Leadership Community

Leadership Community adalah pemberdayaan kepemimpinan berbasis komunitas untuk


memaksimalkan potensi para pemimpin di Indonesia.

Leadership Community berkomitmen untuk memberdayakan para pemimpin agar maksimal


dalam kepemimpinannya, baik dalam: profesionalisme kerja, bisnis, keluarga, dan
tanggungjawab kebangsaan.

MENGAPA KEPEMIMPINAN ?

kepemimpinan merupakan faktor penentu keberhasilan institusi atau organisasi. Tanpa kehadiran
pemimpin yang efektif, maka segala faktor-faktor keorganisasian lain yang bersifat fundamental
seperti faktor Organisasi (visi,misi,strategi,budgeting) dan Faktor sumber daya manusia

6
(profesionalisme, motivasi, kinerja) tidak akan dapat berpadu dengan maksimal dalam mencapai
tujuan.2

KEPEMIMPINAN KOMUNITAS

Kepemimpinan komunitas (community leadership) memiliki perbedaan yang mendasar dengan


konsep kepemimpinan lain. Kenapa? Karena kepemimpinan komunitas dilakukan pada kondisi
dengan perbedaan struktur dan tujuan baik pada anggota maupun pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya. Kepemimpinan komunitas juga tidak menggunakan kewenangan dan
otoritasnya dapat secara sendirian dalam mencapai tujuan, namun harus bersama-sama dengan
yang lain (Ricketts, 2005). Kepemimpinan yang berhasil mencapai tujuan merupakan ciri utama
pemimpin yang efektif. Pemimpinan komunitas yang efektif menurut (Ricketts, 2005) adalah
pemimpin yang bertindak bersama-sama dengan komunitas, dan membuat komunitas semakin
memiliki kemampuan (mandiri). Kepemimpinan komunitas berkaitan dengan tugas atau tahap
yang harus dilakukan dalam memberdayakan masyarakat. Sebagaimana (Pigg, 1999)
menyimpulkan dalam studinya bahwa ada hubungan antara aktivitas kepemimpinan dengan
manajerial untuk menyelesaikan kegiatan pengembangan masyarakat. Hubungan tersebut dapat
dijelaskan pada gambar 3 berikut. Sesuai gambar 3, peran kepemimpinan komunitas ada pada
tahap penciptaan kesadaran oleh komunitas, tahap pelibatan dan partisipasi aktif komunitas, serta
pada tahap pengambilan keputusan. Gambar 3. Hubungan antara tahap pengembangan komunitas
dengan kepemimpinan. Modifikasi.3

KEPEMIMPINAN KOMUNITAS YANG EFEKTIF

Masalah efektivitas dalam menjalankan kepemimpinan merupakan hal yang sering dialami oleh
para pimpinan PKBM. Seperti diketahui bahwa dalam menjalankan kepemimpinan PKBM akan
ditemui hambatan-hambatan yang spesifik dan bahkan pada satu sisi lebih kompleks
dibandingkan memimpin pelayanan kesehatan berbasis manajerial (seperti di rumah sakit,
puskesmas, dan lain-lain). Lalu bagaimana kunci agar kepemimpinan komunitas berjalan efektif?
Studi oleh (Al-Mutaweh, 2012) merekomendasikan 12 faktor agar kepemimpinan komunikatif
berjalan efektif:

1. Peduli dengan kebutuhan komunitas


Pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada komunitas tidak akan mencapai hasil
yang diharapkan jika tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya: pada
masyarakat dengan jumlah lansia yang tidak banyak, tidak tepat jika didirikan posbindu
untuk melayani warga di atas 60 tahun. Begitu pula misalnya di perguruan tinggi
2
https://bandungleadership.com/
3
Al-Mutaweh, E. A. R. (2012). Community Leadership in A New Democracy. Brunel

7
mungkin tidak tepat jika diberikan layanan kesehatan ibu dan anak. Layanan konseling
kesehatan mental mungkin lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di
perguruan tinggi.

2. Memahami komunitas dengan baik


Bukan hanya memahami kebutuhan komunitas, namun pimpinan PKBM sebaiknya
mengetahui dengan baik gambaran atau deskripsi komunitas secara detail. Itulah
sebabnya mengapa seorang kader yang akan menjadi pimpinan PKBM sebaiknya dipilih
dari dalam komunitas itu sendiri. Pimpinan PKBM akan mengetahui kebutuhan
komunitas jika dirinya memahami kondisi komunitas secara mendalam. Misalnya:
pimpinan LSM penanggulangan narkoba akan lebih efektif dan paham tentang komunitas
jika ditunjuk mantan pecandu narkoba. Pimpinan posyandu umumnya diangkat dari
masyarakat di sekitar posyandu tersebut.

3. Fokus pada prioritas


Ketika kebutuhan pelayanan komunitas sudah ditentukan, maka kemungkinan akan
muncul beberapa pelayanan kesehatan yang diusulkan. Misalnya: setelah berdiskusi
dengan tokoh masyarakat dan perwakilan warga ada lima jenis pelayanan yang dapat
dijalankan untuk mendirikan posyandu yaitu pemeriksaan kesehatan balita, pelayanan
gizi balita, pelayanan kesehatan remaja, pelayanan kesehatan

4. Kejelasan peran

Sebelum kegiatan pelayanan dijalankan, pimpinan PKBM sebaiknya menjelaskan peran


masing-masing petugas atau kader dalam menjalankan tugas. Hal ini dibutuhkan agar
tidak terjadi ketimpangan tugas dan tanggung jawab yang dapat memicu konflik antar
kader. Kejelasan dalam menjalankan tugas juga dapat menentukan efektivitas program
kesehatan. Salah satu konflik antar kader PKBM yang terjadi umumnya disebabkan
adanya ketimpangan tanggung jawab. Kader yang merasa tangggung jawabnya lebih
besar akan hilang motivasinya dalam bekerja jika pimpinan PKBM tidak menjelaskan
sejak awal mekanisme pembagian tugas kepada petugas. Bila perlu tugas dan tanggung
jawab tiap kader disusun secara tertulis dan dibuatkan surat ketetapannya.

5. Bekerja bersama-sama
Pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” sangat relevan diterapkan dalam
pelayanan berbasis masyarakat kepada komunitas. Sesuai prinsip pemberdayaan yaitu
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, maka pimpinan PKBM
menjalankan pelayanan secara bersama-sama dengan kader. Gaya kepemimpinan “bossy”

8
tidak tepat diterapkan untuk memimpin PKBM yang berlandaskan kebersamaan. Dalam
ilmu kepemimpinan terdapat dua peran seorang leader yaitu sebagai instrumental
leadership dan sebagai expressive leadership. Kepemimpinan instrumental diterapkan
oleh pemimpin yang lebih mengutamakan penyelesaian tugas oleh bawahannya.
Sementara kepemimpinan eksperesif lebih mengutamakan hubungan baik antar anggota
dan berusaha mencegah konflik. Dalam konteks PKBM, pimpinan disarankan cenderung
mendekati kepemimpinan ekspersif dibanding instrumental.

6. Membangun kemampuan memimpin


Kemampuan memimpin merupakan keterampilan yang harus dimiliki baik oleh
pimpinan maupun kader PKBM. Pimpinan PKBM sudah pasti mempraktikkan
kepemimpinan untuk mengatur organisasi dan komponen organisasi. Sementara kader
PKBM perlu diberikan pelatihan kepemimpinan karena dirinya akan terjun ke masyarakat
dibutuhkan keterampilan memimpin untuk menggerakkan komunitas. Pentingnya
keterampilan memimpin bagi kader juga dalam rangka kaderisasi kepemimpinan PKBM.
Pimpinan PKBM akan lebih berkualitas jika disaring atau berasal dari dalam organisasi
itu sendiri.
7. Berkomitmen untuk lebih memperhatikan masyarakat .
Perhatian terhadap masyarakat merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki pimpinan
PKBM. Umumnya seseorang diangkat menjadi pimpinan PKBM karena kepeduliannya
yang tinggi terhadap masalah-masalah di masyarakat. Saat seseorang menjadi pimpinan
PKBM, bukan hanya kepedulian terhadap masyarakat yang dibutuhkan, namun
komitmen yang kuat harus ditumbuhkan. Komitmen yang kuat dari pimpinan PKBM
akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi dari kader, sehingga kader pun akan
menyelesaikan tugas secara efektif.

8. Berkomunikasi dengan cara yang sesuai .


Salah satu alasan pimpinan PKBM dan kader ditunjuk dari dalam komunitas adalah
pengetahuan yang baik tentang cara berkomunikasi di lingkungan komunitas tersebut.
Setiap komunitas memiliki bentuk komunikasi yang berbeda-beda, baik itu komunikasi
yang dilakukan secara lisan atau tertulis. Pimpinan PKBM harus mampu merumuskan
bentuk komunikasi apa yang tepat. Ada beberapa komunitas yang lebih menyukai
komunikasi secara verbal dibanding komunikasi non-verbal. Komunitas lain lebih
menyukai penyampaian informasi melalui media film, sementara komunitas lainnya
menyukai dengan cara diskusi di balai warga. Artinya komunikasi yang akan diterapkan
harus berakar dari tradisi dan budaya masyarakat setempat. Seorang pimpinan PKBM
harus bisa merumuskan metode komunikasi yang tepat.

9. Mendorong pada perubahan dan meningkatkan hasil Umumnya pimpinan PKBM .


adalah orang-orang yang menginginkan ada perubahan kualitas hidup pada masyarakat
atau komunitas. Diharapkan perubahan yang diarahkan kepada hal-hal yang produktif

9
dapat meningkatkan outcome/hasil dari PKBM. Misalnya seorang pimpinan PKBM
melihat bahwa metode penyuluhan yang diberikan kepada warga yang selama ini
dijalankan secara ceramah tidak memberikan dampak yang positif. Sebagai pimpinan
yang menginginkan perubahan, ia berupaya mencari inovasi yang dapat meningkatkan
perilaku masyarakat dalam kesehatan. Setelah dijalankan metode lain (misalnya: dengan
pementasan wayang kulit) ternyata dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk hidup
lebih sehat.

10. . Membangun hubungan yang harmonis dengan pemerintah


Program PKBM tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan pihak-pihak luar. Salah
satu pihak tersebut adalah pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah bisa berperan sebagai
pembina, pengawas, dan penentu regulasi/kebijakan. Melihat pentingnya peran
pemerintah, maka pimpinan PKBM merupakan orang yang dapat menjalin hubungan
yang baik dan harmonis dengan pemerintah. Sering terjadi kesalahpahaman pimpinan
PKBM yang bertindak tidak searah atau sejalan dengan pemerintah. Misalnya dalam
kegiatan penjangkauan untuk mencari masyarakat atau populasi yang berisiko terhadap
HIV-Aids, PKBM tidak dapat berjalan tanpa koordinasi dengan pemerintah daerah
setempat.

11. Menjalin kerjasama yang baik dengan tokoh masyarakat .


Bukan hanya dengan pemerintah, koordinasi juga dijalankan dengan tokoh masyarakat
setempat.

3. Memastikan adanya hukum dan kebijakan yang mendukung Masalah hukum dan
kebijakan harus mendapat perhatian serius dari pimpinan PKBM.
Meskipun bukan praktisi di bidang hukum, pimpinan PKBM setidaknya “melek” dengan
hukum dan kebijakan yang mengatur pelayanan kesehatan.Terkait dengan etika
pelayanan misalnya, maka pimpinan PKBM harus mengetahui dengan baik aspek-aspek
etis (yang boleh dan tidak boleh dilakukan). Kader yang tidak memiliki kompetensi
medis dilarang melakukan pengambilan darah kepada pasien, karena jika nekad
dijalankan akan tersandung masalah etika dan hukum di bidang kesehatan.4

DAFTAR PUSTAKA

Bellone, carl J. 1980 . Organization Theory and the new public administration. Boston : allyn
and bacon inc
4
Antonakis, J., & Day, D. D. (2018). Leadership: Past, Present, and Future. In The Nature of
Leadership. SAGE Publications.

10
https://bandungleadership.com/

Al-Mutaweh, E. A. R. (2012). Community Leadership in A New Democracy. Brunel

Antonakis, J., & Day, D. D. (2018). Leadership: Past, Present, and Future. In The Nature of

Leadership. SAGE Publications.

11

Anda mungkin juga menyukai