Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PENULISAN SKRIPSI/PENELITIAN DI FAKULTAS

SYARI’AH DAN HUKUM UIN SUMATERA UTARA

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Metode


Penelitian
Tanggal Presentasi : 20 Januari 2021

Oleh :

Aznina Elfizaini Hasibuan (0204182062)


Andri Septianda (0204182073)
Andi Susandi (0204182082)

Dosen Pengampu : Mhd. Nur Husein Daulay, M.H.I.

MUAMALAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
1
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Metode Penelitian ini
yang berjudul “Teknik Penulisan Skripsi/Penelitian di Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sumatera Utara”.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan dari seluruh pihak mana pun untuk memberikan kritik dan saran agar makalah
kami kedepannya jauh lebih baik lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada bapak Mhd. Nur Husein Daulay dan
seluruh teman-teman yang berperan dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.

Medan, 25 Desember 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang......................................................................................................4
b. Rumusan Masalah.................................................................................................4

BAB II Pembahasan
A. Penggunaan Bahasa...............................................................................................5
B. Kutipan..................................................................................................................5
1. Pengertian, Kegunaan dan Penggolongannya.................................................5
2. Kutipan Langsung...........................................................................................6
3. Kutipan Tidak Langsung.................................................................................9
4. Kutipan pada Catatan Kaki.............................................................................9
C. Catatan Kaki..........................................................................................................10
1. Pengertian dan Penggolongan Teknik Notasi Ilmiah......................................10
2. Fungsi Catatan Kaki........................................................................................11
3. Tata Cara Pembuatan Catatan Kaki................................................................12
4. Teknik Penulisan Catatan Kaki.......................................................................13
BAB III Penutup
A. Simpulan................................................................................................................31

Daftar Pustaka...................................................................................................................32

3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Mahasiswa yang hendak menyelesaikan studinya di strata satu atau program
sarjana diwajibkan melakukan penelitian yang akan dituangkan di dalam sebuah
skripsi. Skripsi tersebut akan diserahkan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar kesarjanaan. Tentu saja, sebelumnya ia telah menempuh sejumlah SKS,
menyelesaikan ujian komprehensif sebagaimana yang telah di muat di dalam buku
pedoman ujian komprehensif.
Untuk strata satu, yang paling ditekankan sesungguhnya adalah kemampuan
meneliti. Ketika mahasiswa sudah mengetahui bagaimana melakukan penelitian,
mengikuti langkah-langkah yang digariskan sampai akhirnya ia mampu menarik
kesimpulan, maka pantaslah ia disebut seorang scholar walau untuk strata satu.
Pengalaman ini akan dibawanya lebih-lebih ketika ia melanjutkan studinya ke jenjang
magister atau doktor.
Sayangnya, kemampuan meneliti ini masih belum memadai. Perlu upaya-
upaya serius untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar dapat meneliti. Di
antara upaya yang dilakukan adalah dengan menyusun makalah “Teknis Penulisan
Skripsi/Penelitian di Fakultas Syari’ah dan Ekonomi UIN Sumatera Utara”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penggunaan Bahasa Pada Penulisan Skripsi/Penelitian di Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN SU?
2. Bagaimana Mencantumkan Kutipan Pada Penulisan Skripsi/Penelitian di Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN SU?
3. Bagaimana Mencantumkan Catatan Kaki Pada Penulisan Skripsi/Penelitian di
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN SU?

4
BAB II
Pembahasan
A. Penggunaan Bahasa
Bahasa dalam penulisan skripsi hendaknya mengacu pada ketentuan-ketentuan
yang berlaku pada Pedoman umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Pedoman istilah
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu dalam
penggunaan kosa kata hendaknya mengacu pada Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Secara umum bahasa dalam skripsi hendaknya lugas, padat, dan jelas. Lugas
berarti langsung merujuk pada persoalan, tidak berbunga-bunga, atau bertele-tele dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda. Padat artinya ekonomis dalam menggunakan
bahasa, namun dengan cakupan yang lengkap. Sedangkan jelas artinya tidak kabur,
tidak berbelit-belit dan mudah dipahami oleh pembaca.
Untuk dapat menulis skripsi secara baik, dalam arti yang komunikatif, maka
tulisan tersebut harus ditulis dengan bahasa yang lugas. Artinya bahasa yang
digunakan bisa dipahami dengan mudah oleh si pembaca. Agar tulisan komunikatif
dan lugas tersebut, maka peulis harus memperhatikan aspek bahasanya, baik
menyangkut ejaan maupun pilihan katanya (diksi).1
Bahasa skripsi adalah Bahasa Indonesia. Bahasa asing, seperti Bahasa Arab,
Bahasa Inggris dimungkinkan dapat digunakan dalam penulisan skripsi dengan
ketentuan harus mengikuti aturan penulisan karya tulis ilmiah.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah bahasa yag baik dan
benar, dengan merujuk kepada pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Isi disajikan secara formal dengan bahasa yang tepat, tidak berbelit-
belit dan langsung menuju kepada persoalan.2

B. Kutipan

1. Pengertian, Kegunaan dan Penggolongannya

Menulis kutipan wajib dilakukan menggunakan teknik kutipan tidak langsung


dengan analisis isi (content analysis). Tidak diperbolehkan melakukan pengutipan

1
Ismail dan Bambang Triyanto, Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi): Suatu Pedoman, (Jawa Tengah:
Lakeisha, 2020), h. 63.
2
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara, Metode Penelitian Hukum Islam dan Pedoman
Penulisan Skripsi, (Medan, 2017), h. 57.

5
langsung (penulis mengutip utuh isi dari sumber pustaka), walaupun penulis jujur
menuliskan sumber pustaka acuannya.3

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau
ucapan seorang tokoh terkenal yang terdapat dalam buku atau referensi lainnya,
atau ayat al-Quran dan Hadis. Kutipan digunakan sebagai dasar atau bahan
rujukan dari uraian pembahasan dalam penulisan skripsi. Dilihat dari bentuknya,
kutipan dapat dibagi kepada: kutipan langsung, kutipan tidak langsung, dan
kutipan pada catatan kaki.

2. Kutipan langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang sama dengan sumber aslinya, baik
bahasa maupun ejaannya, tanpa mengubah sedikitpun isi teks. Cara mengutip pada
kutipan langsung:

a. Kutipan langsung tidak boleh lebih dari satu halaman.

b. Kutipan yang terdiri dari lima baris atau lebih, cara pengutipannya:

1) Dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi.

2) Diketik berjarak 1 spasi.

3) Dimulai dari ketukan kelima dari margin kiri.

4) Tidak diberi tanda petik.

5) Diakhir pengutipan diberi nomor penunjukan yang diletakkan setengah


spasi ke atas.

c. Kutipan yang terdiri dari empat baris ke bawah:

1) Diintegrasikan langsung kepada teks.


2) Diketik berjarak 2 spasi.

3) Diawali dan diakhiri dengan tanda petik.


4) Diakhiri pengutipan diberi nomor penunjukan yang diletakkan setengah
spasi ke atas.
d. Kutipan yang berbeda macam tulisannya dengan macam tulisan teks (Latin
dengan Arab atau sebaliknya), maka dipisahkan dari teks dan diketik
sedemikian rupa hingga tidak melanggar norma penulisan ilmiah dan estetika.
3
Toto, Dkk. Pedoman Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2019), h. 30.

6
e. Ayat Alquran dan Hadis
Kutipan ayat al-Quran dan Hadis dituliskan dengan huruf Arab,
sebagaimana aslinya. Caranya dipisahkan dari teks dan mengikuti cara
pengutipan sebagaimana poin b. Kecuali jika bahasa dan tulisan yang
digunakan dalam penulisan skripsi berbahasa Arab maka cara penulisannya
sesuai dengan aturan pada poin b dan c.
Khusus mengenai kutipan ayat-ayat al-Quran perlu disebutkan nama
dan nomor surat Salah satu pungsi zakat adalah untuk membersihkan diri
muzakki, sebagaimana dapat difahami dari firman Allah dalam al-Quran
‫خذ من اموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها وصل عليهم ان صلوتك سكن لهم‬
)۳.۱ :۹/‫وهللا سميع عليم (التوبة‬

Yang berasal dari Hadis :


Zakat fitrah merupakan zakat diri yang wajib dikeluarkan pada hari
raya fitrah yang bertujuan menyenangkan fakir miskin, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Dalam sabdanya:
‫ فرض رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم زكاة الفطر صاعا من متر أو‬: ‫عن ابن عمر رضى اهلل عنهما قال‬

‫صاعا من شعري على العبد واحلر والذكر وألنثى والصغري والكبري من املسلمني وأمرهبا ان تؤدي قبل‬
1
)‫خروج الناس إىل الصالة (متفق عليه‬

f. Prosa
Kutipan yang berbentuk prosa sesuai dengan aturan pada poin a, b dan
c. Bila macam tulisan yang dikutip berbeda, maka aturan pada poin d
diberlakukan.
g. Puisi
Yang dimaksud dengan puisi atau ‫عير‬kk‫ ش‬di sini termasuk “kata-kata
mutiara atau ‫”حكم‬. Kutipan yang berbentuk puisi yang terdiri dari satu baris
dimasukkan sebagai bagian dari teks skripsi dan dituliskan di antara tanda
petik rangkap. Puisi yang terdiri dari dua baris atau lebih dipisahkan
penulisannya dari teks skripsi, tanpa tanda petik rangkap sebelum dan
sesudahnya.

Contoh :

1) Yang bertuliskan huruf latin :

7
Fariduddin Attar bangunlah pada malam hari
Dan dia memikirkan tentang dunia ini
Ternyata dunia ini
Adalah sebuah peti
2) Yang bertuliskan Arab :

‫فاقد حى ياشرور‬ ‫حول قلىب الشرر‬

‫حول بيىت احلفر‬ ‫واحفرى يامنون‬

‫لست أخشى الضرر‬ ‫لست أخشى العذاب‬

‫ورفيقى القدر‬ ‫وحليفى القضاء‬

h. Anotasi
Anotasi adalah keterangan pendek yang disisipkan sesudah kata-kata
ungkapan. Anotasi dituliskan di antara tanda kurang besar sesudah ungkapan
yang diberi anotasi. Apabila anotasi itu sampai mencapai satu baris atau lebih
dituliskan sebagai catatan kaki.

Contoh anotasi yang kurang dari satu baris :

Khalifah Abu Ja’far al-Mansur [khalifah kedua dari daulah Abbasiyah]


memerintahkan Anas bin Malik untuk mengumpulkan semua Hadis yang ia
ketahui.

i. Kalimat Elips
Kalimat elips adalah kalimat yang bagiannya ada dibuang baik pada
bagian awal, tengah, akhir atau bagian awal dan akhir. Kutipan dalam bentuk
kalimat elips harus dibatasi dengan tiga titik. Jika kalimat elips mengikuti
kalimat atau diakhir kalimat, maka berarti dibatasi empat titik. Jika kalimat
elips terdiri dari lima baris ke atas tetap berlaku ketentuan pada poin b,
demikian pula kutipan yang terdiri dari empat baris ke bawah tetap berlaku
ketentuan poin c.
1) Kalimat Elips yang dibuang akhirnya :

8
Berdasarkan pandangan al-Gazali tentang syarat-syarat berijtihad di
atas, Abu Zahrah berkesimpulan bahwa, “Dengan demikian [menurut al-
Gazali] pintu ijtihad senantiasa terbuka....”
2) Kalimat Elips yang dibuang bagian awalnya :
Ushul fiqh setelah Syafi’i mulai mengenal lima nilai di mana semua
tindakan hukum harus diberi label. Dalam hal ini Hallaq menyatakan:
“... ketika ahli fikih sampai kepada solusi hukum untuk sebuah kasus
hukum baru, keputusannya harus termasuk dalam salah satu dari lima
kategori; wajib (wajib), sunnah (mandub), dibolehkan (mubah), dilarang
(haram) dan makruh.”
3) Kalimat Elips yang dibuang bagian awal dan akhirnya :
Fungsi penting lainnya dari teori hukum adalah “... justifikasi dan
pengundangan kembali (re-enachment) proses-proses pertimbangan
hukum di belakang aturan yang ada...”.
4) Kalimat Elips yang dibuang bagian tengahnya :
Lebih jauh, untuk memperkuat pandangannya ini, al-Gazali
memberikan argumentasi “maksud dan juat salat, ... salat adalah munajah
kepada Allah, dan bermunajah dalam salat dengan hati lalai bukanlah
munajah”.
j. Interpolasi
Disebabkan kutipan langsung harus ditulis sesuai dengan teks aslinya,
apabila terdapat kesalahan dalam sumber kutipan, kesalahan kata, kesalahan
ejaan, atau sejenisnya dapat dilakukan koreksi dengan menulis: (sic).
Comtoh :
“Pendapat ini setidak-tidaknya mirip dengan pandangan yang
dikemukakan oleh Depag bahwa tegaknya sublimasi (sic) hukum, paling tidak
harus ditopang oleh tiga pilar hukum, yaitu materi hukum, aparatur hukum dan
budaya hukum.”
3. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung atau parafrase adalah kutipan yang hanya mengambil
isi atau pokok-pokok pikiran dari kalimat-kalimat yang ditulis dalam referensi dan
penulisannya dengan kalimat yang disusun oleh penulis. Pada bagian kutipan tak
langsung penulis harus mencantumkan nomor penunjukan yang diletakkan

9
setengah spasi ke atas. Diusahakan parafrase sependek mungkin tidak melebihi
satu alinea.
4. Kutipan pada Catatan Kaki
Kutipan pada catatan kaki ialah keterangan atau uraian yang diletakkan pada
catatan kaki. Percantuman keterangan atau uraian pada catatan kaki ini dapat
dilakukan jika dianggap penting, sedangkan untuk memasukkannya pada uraian
skripsi dianggap mengganggu alur atau runtut pembahasan skripsi.4

C. Catatan Kaki
1. Pengertian dan Penggolongan Teknik Notasi Ilmiah
Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai
penghargaan terhadap karya orang lain. Catatan kaki dipergunakan sebagai
pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam
teks atau sebagai petunjuk sumber; tempat memperluas pembahasan yang
diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan di dalam teks, penjelasan ini
dapat berupa kutipan pula; referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada
bagian mana/halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan; tempat
menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.5
Pengertian catatan kaki juga bisa digunakan untuk memberikan keterangan
atau catatan dari apa yang ditulis oleh penulis. Keterangan atau catatan kaki itu
digunakan ketika penulis menganggap bahwa jika keterangan atau catatan itu
ditempatkan dalam teks yang ditulis, akan mengganggu kalimat yang disusunnya.
Karena itu, keterangan atau catatan tersebut ditempatkan di bagian bawah teks
pada halaman di mana tulisan penulis yang bersangkutan diberi
keterangan/catatan.6

Teknik notasi ilmiah adala cara pencantuman pernyataan ilmiah dalam suatu
tulisan/karangan ilmiah yang mencakup: identifikasi orang yang membuat
pernyataan ilmiah, identifikasi media komunikasi ilmiah yang memuat pernyataan

4
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara, Metode Penelitian Hukum Islam dan Pedoman
Penulisan Skripsi, (Medan, 2017), h. 57-63.
5
Muhammad Jamhari dan Daulat Siregar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Untuk Siswa SMA,
(Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2019), h. 80.
6
Rianto Adi, Aspek Hukum dalam penelitian, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 28.

10
ilmiah, identifikasi lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah serta tempat
domisili, waktu penerbitan dan halamannya.

Secara umum teknik notasi ilmiah dapat dikelompokkan kepada tiga bentuk,
yaitu: catatan kaki (foot note), keterangan (end note) dan catatan perut (catatan
tengah). Catatan kaki diletakkan pada bagian bawah tulisan ilmiah, keterangan
ditempatkan pada bagian akhir tulisan ilmiah, dan catatan perut diletakkan
lansung di dalam tulisan ilmiah. Sekalipun terdapat perbedaan dalam teknik notasi
ilmiah, namun hakikatnya sama yaitu untuk menyatakan sumber dari suatu
pernyataan ilmiah.

Seorang yang akan menulis karya ilmiah pada dasarnya boleh memilih salah
satu dari ketiga macam teknik notasi ilmiah yang telah disebutkan di atas, namun
pemakaiannya harus secara konsisten. Ketiga macam teknik notasi ilmiah tersebut
tidak tepat dipakai secara bersamaan, karena dapat menimbulkan kebingungan
bagi pembacanya.

Sekalipun pemakaian secara konsisten ketiga macam teknik notasi ilmiah


dapat dibenarkan, khusus dalam penulisan skripsi Fakultas Syari’ah teknik
notasi yang dipergunakan adalah catatan kaki (foot note).

2. Fungsi Catatan Kaki


Catatan kaki, menurut Turabian, mempunyai empat pungsi. Pertama,untuk
menyebutkan orang yang mempunyai pernyataan dalam teks, khususnya fakta-
fakta atau pandangan atau kutipan pernyataannya secara langsung; Kedua, untuk
membuat dan menyebutkan referensi (sumber kutipan) silang; Ketiga, untuk
membuat komentar tambahan, memperkuat atau merubah pembahasan tekstual.
Singkatnya, untuk memberikan tempat bagi materi yang penulis pikir bermanfaat
tetapi dia merasa akan mengganggu alur pikir jika disebutkan dalam teks; dan
Keempat, untuk membuat pernyataan-pernyataan penghargaan atau terima kasih.
Berdasarkan fungsi catatan kaki tersebut, catatan kaki dapat dibagi kepada dua
jenis: (1) referensi(sumber kutipan) yaitu fungsi pertama dan kedua di atas, dan
(2) isi, yaitu fungsi ketiga dan keempat di atas. Isi dari suatu catatan kaki bisa
berisi satu atau lebih referensi, sebagaimana terlihat dalam contoh-contoh di
bawah.7
7
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara, Metode Penelitian Hukum Islam dan Pedoman
Penulisan Skripsi, (Medan, 2017), h. 63-64.

11
1) Mengemukakan pendapat atau komentar penulis skripsi tentang hal
tertentu yang telah dikemukakan dalam uraian skripsi. Komentar itu tidak
dikemukakan dalam teks uraian, karena dikhawatirkan komentar itu akan
mengganggu susunan pernyataan dalam uraian. Padahal, komentar itu
sangat perlu dikemukakan.
2) Penjelasan penulis skripsi tentang suatu hal, misalnya tentang pengertian
istilah atau peristiwa tertentu. Penjelasan itu menurut pengertian istilah
atau peristiwa tertentu. Penjelasan itu menurut penulis skripsi dinilai
penting dan dianggap lebih tepat dikemukakan dalam catatan kaki dari
pada dalam teks uraian.
3) Keterangan kata sumber yang dijadikan rujukan kutipan, termasuk di
dalamnya data sumber lainnya yang berhubungan dengan sumber yang
disebutkan lebih dahulu.8
3. Tata Cara Pembuatan Catatan Kaki
a. Halaman yang dikehendaki untuk membuat catatan kaki disediakan ruang
secukupnya di bagian bawah halaman, sehingga batas tepi bagian bawah
halaman dengan baris terakhir catatan kaki tidak kurang dari 3 cm.

b. Antara baris terakhir teks karangan dengan catatan kaki diberi garis sepanjang
15 ketukan.

c. Jarak antara baris terakhir teks karangan dengan garis berjarak 3 spasi,
sedangkan jarak garis dengan catatan kaki berjarak 2 spasi. Jika baris terakhir
teks karangan melebihi jarak 3 spasi dari garis, maka garis tetap diletakkan di
bawah dengan tetap mempedomani jarak antara baris terakhir catatan kaki
dengan batas tepi bagian bawah halaman 3 cm.

d. Catatan kaki tidak dibenarkan bersambung pada halaman berikutnya.

e. Catatan kaki harus diketik pada halaman yang sama dengan teks yang diberi
catatan kaki itu.

f. Catatan kaki pada halaman teks yang tidak penuh tetap diketik pada bagian
bawah halaman itu.

8
Saifuddin, Dkk, Strategi dan Teknik Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2017), h.
55.

12
g. Catatan kaki dimulai pada ketukan ketujuh dari batas margin kiri dan baris
selanjutnya kembali ke batas margin kiri.

h. Catatan kaki diketik dengan jarak 1 spasi, sedangkan jarak antara catatan kaki
berjarak 2 spasi.

i. Pengetikan nomor penunjukan dengan catatan kaki tidak sejajar dalam satu
baris, nomor penunjukan diketik 1/2 spasi di atas catatan kaki.

j. Antara nomor penunjukan dengan catatan kaki tidak berjarak dan tidak pula
dalam tanda kurung atau diberi tanda titik atau koma.

k. Nama pengarang ditulis sesuai dengan nama yang tercantum dalam sumber
kutipan. Pangkat dan gelar, seperti Prof., Dr., MA., M.Hum., Ir., Drs., SH.,
K.H., dan sebagainya tidak perlu dicantumkan.

l. Judul sumber kutipan dicetak miring untuk skripsi dalam tulisan Latin dan
diberi garis bawah untuk skripsi dalam tulisan Arab.
4. Teknik Penulisan Catatan Kaki
a. Catatan Kaki Referensi
1) Sumber kutipan pertama
Prinsip pertama untuk kutipan referensi adalah kutipan untuk pertama
kalinya harus ditulis secara lengkap. Termasuk nama pengarang ditulis
secara lengkap, judul karya yang dikutip, dan seterusnya. Selanjutnya pada
kutipan kedua dan seterusnya dapat dibuat dalam bentuk yang lebih
singkat, sebagaimana dijelaskan pada bagian kedua.
a) Dari Buku
Teknik penulisan referensi buku pada catatan kaki pada
dasarnya memuat beberapa unsur yang secara berurutan terdiri dari:
(1) Nama Pengarang (koma).
(2) Judul buku, dicetak miring (buka kurung).

(3) Tempat penerbitan (titik dua).

(4) Nama penerbit (koma).

(5) Tahun penerbitan (tutup kurung dan koma).

(6) Nomor halaman (diakhiri dengan titik).

Contoh kutipan pertama untuk buku :

13
1
Hasbi Ash-Shiddieqy, Syari’at Islam Menjawab Tantangan
Zaman (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 3.
2
Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law (London:
Oxford at the Clarendon Press, 1964), p. 201.
1
: ‫ اسباب اختالف الفقهاء ىف االحكام الشرعية (بغداد‬,‫مصطفى ابراهيم الزايل‬

۱۷ .‫ ص‬,)‫ م‬۱۹۷٦ /‫ ھ‬۱۳۹٦ ,‫الدارالعرابية للطباعة‬.

Apabila pengarang terdiri dari dua orang maka harus ditulis


secara lengkap. Jika lebih dari dua orang dituliskan nama pengarang
pertamanya saja diikuti dengan tulisan et al (singkatan dari et alii)
untuk skripsi berbahasa Inggris, dkk. (singkatan dari dan kawan-
kawan) tanpa didahului tanda koma dan diakhiri tanda titik dan koma
untuk yang berbahasa Indonesia dan untuk yang berbahasa Arab
digunakan ‫وأخرون‬.

Contoh dua pengarang :


1
Zainal Abidin Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat
Pengadilan Agama Islam di Indonesia (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1980),
h. 25.
2
Jeffrie Murphy and Jules Coleman, The Philosophy of Law
(New Jersey: Rowman & Allanheld, 1984), p. 50.

Contoh lebih dari dua pengarang :


1
Abdul Ghani Abdullah dkk., 10 Tahun Undang-Undang
Peradilan Agama (Jakarta: Ditbinbapera, 1999), h. 2.
2
J.S. Coleman et al., Equality of Education Opportunity
(Washington D.C.: U.S. Government Printing Office, 1966), p. 15.

.۱۷ .‫ ص‬,)۱۹۷ . ,‫ وزارة الرتبية‬: ‫ النقد األدبىب والبالغة (الكويت‬,‫امساعيل مصطفى الصيفى واخرون‬3

Jika pengarang buku tidak dikenal atau tidak dicantumkan,


maka langsung dituliskan judul buku. Pencantuman “Anonim” sebagai
pengganti nama pengarang tidak dibenarkan.

14
Apabila pengarang menggunakan nama samaran, maka selain
nama samaran ditulis, nama asli juga dituliskan di antara dua kurung
setelah nama samaran apabila diketahui nama aslinya, jika tidak
diketahui ditulis nama samar. di antara dua kurung, dan pseud. yang
berbasa Inggris. Contoh:

Elizabeth Cartright Penrose (Mrs. Markham), A History of


France (London: John Murray, 1872), p. 9.

Buku yang tidak mencantumkan nama pengarangnya tetapi


dicantumkan badan atau institusi yang menerbitkannya, maka badan
atau intitusi dimaksud yang ditulis untuk menempati nama pengarang.

Contoh :

Depag RI., Kenang-kenangan Seabad Peradilan Agama di


Indonesia (Jakarta: Depag RI., 1985), h. 13.

Buku terjemahan harus dituliskan nama pengarang aslinya dan


nama penerjemahnya. Nama pengarang asli ditulis di awal sedangkan
nama penerjemah setelah judul buku yang diterjemahkan yang
sebelumnya ditulis terj. (singkatan dari terjemah), trans. (singkatan
dari Translated ) dan ‫ ترجم‬untuk yang bertuliskan Arab. Judul buku
yang ditulis adalah judul buku seperti yang tertulis dibuku terjemahan
tersebut bukan buku dari buku asli yang diterjemahkan tersebut.

Contoh:

Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Sebelum Tertutup, terj. A. Garnadi


(Bandung: Pustaka, 1984), h. 20.

Subhi Mamassani, The Philosophy of Jurisprudence in Islam,


trans. F. Ziadeh (Leiden: E.J. Brill, 1961), p. 30.

Buku yang merupakan kumpulan karangan, antologi, atau


suntingan, cukup disebutkan nama penyunting atau pengumpulannya
saja, dan setelah nama penyunting atau pengumpul dicantumkan peny.
(singkatan dari penyunting), skripsi berbahasa Inggris ed. (atau eds.
Untuk lebih dari satu editor) atau comp. (atau comps. singkatan dari

15
compiler (s)), dan dalam bahasa Arab ditulis ‫ تحقيق‬untuk penyunting
dan ‫ جمع‬untuk pengumpul.

Contoh :
5
Azhari Akmal Tarigan, peny., Ekonomi dan Bank Syari’ah
pada Millenium Ketiga: Belajar dari Pengalaman Sumatera Utara
(Medan: IAIN Press dan FKEBI, 2002), h. 5.
6
Wael B.Hallaq and Donald P. Little, eds., Islamic Stidies
Presented to Charles J. Adams (Leiden: E.J. Brill, 1991), p. 69.
7
‫ حتقيق حممد أبو‬,‫ املستصفى من علم األصول‬,‫أبو حامد حممد ابن حممد الغزاىل‬

۷. .‫ ص‬,) ۱۹۷۱ ,‫ مكتبة اجلندى‬: ‫األعلى (القاهرة‬.

8
‫ مجع عبد الرمحن‬,‫ اجمللد األول‬,‫ جمموع فتاوى شيخ اإلسالم أمحد إبن تيمية‬,‫إبن تيمية‬

۲. .‫ ص‬,)۱۳۹۸,‫ دار العرتية‬: ‫بن حممد بن قاسم العاصيمى النجدى احلمبلى (بريوت‬.

Buku yang menyebutkan penulis dan editor sekaligus, maka


kedua-duanya harus dituliskan, peny. atau ed. diletakkan setelah judul
buku kemudian nama editornya. Contoh:
9
Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam: Respon
Terhadap Persoalan Ekonomi Kontemporer, peny. Azhari Akmal
Tarigan (Bandung: FKEBI IAIN SU dan Citapustaka Media, 2002), h.
17.

Sebuah buku kadang-kadang mempunyai judul yang terdiri dari


dua atau lebih kalimat yang tidak ada tanda baca di antaranya. Tetapi,
jika ditulis dalam catatan kaki atau daftar pustaka perlu tanda baca
untuk memperoleh arti yang lebih jelas, karena terdiri dari judul utama
dan sub jedul. Contoh judul buku yang tertulis seperti di bawah ini:

Nasional Eklektisisme Hukum

Kompetisi Antara Hukum Islam dan Hukum Umum

Jika ditulis kembali dalam catatan kaki tanpa perubahan akan


menjadi: :

16
Salah : Eklektisisme Hukum Nasional Kompetisi Antara Hukum Islam
dan Hukum Umum.

Penambahan titik dua (calon) setelah Nasional akan perjelas artinya.

Benar : Eklektisisme Hukum Nasional : Kompetisi Antara Hukum


Islam dan Hukum Umum

Buku yang terdiri dari beberapa jilid, juz atau volume (vol.)
ditulis setelah judul buku dan (koma). Nomor untuk jilid adalah angka
Arab. Contoh:

Untuk yang berbahasa Indonesia:


10
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid
1 (Jakarta: UI Press, 1973), h. 50.

Untuk yang berbahasa Inggris:


11
V.L., Parrington, Main Current in American Thought, vol. 2
(New York: An Aerbor Press, 1970)h, p. 10.

Untuk yang berbahasa Arab:

‫ة‬yy ‫ مكتب‬:‫اهرة‬yy ‫و األعلى (الق‬yy ‫د أب‬yy ‫ق حمم‬yy ‫ حتقي‬,‫ول‬yy ‫ من علم األص‬y‫فى‬yy ‫ املستص‬,‫زاىل‬yy ‫د الغ‬yy ‫د ابن حمم‬yy ‫د حمم‬yy ‫و حام‬yy ‫ أب‬12

.۷. .‫ ص‬,) ۱۹۷۱ ,‫اجلندى‬

Jika ada penerjemah atau penyunting (editor), maka jilid, juz


atau vol. Ditulis setelah nama penerjemah atau penyunting. Contoh:
13
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, terj. Ghufron A.
Mas’adi, jilid 2 (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999), h. 10.

Tempat penerbitan yang terdiri dari satu kota, maka kota urutan
pertama yang ditulis, seperti, “Oxford”, London, and New York”.
Yang ditulis hanya Oxford. Kadang-kadang tempat penerbitan bukan
nama kota, tetapi propinsi, maka yang ditulis adalah nama propinsinya.
Untuk kota-kota asing gunakan nama kota yang sudah di Indonesiakan.
Contoh: Munchen ditulis Munich, Milano ditulis Milan, Wien Menjadi
Wina, tetapi Roma, Praha tetap. Untuk yang berbahasa Inggris

17
gunakan nama Inggrisnya, demikian pula yang berbahasa Arab
gunakan nama Arabnya.

Apabila nama tempat tidak dicantumkan dalam buku rujukan


maka ditulis t.t. (tanpa tempat) untuk yang berbahasa Indonesia, n.p.

(no place) untuk yang berbahasa Inggris, dan )‫م (مكانب دون‬.‫ د‬untuk yang

berbahasa Arab.

Nama lembaga/badan penerbit ditulis apa adanya seperti yang


tercantum di buku. Begitu pula jika terdapat dua penerbit (dalam
bentuk kerjasama) maka ditulis dua-duanya. Jika tidak tercantum
lembaga penerbitnya sebagai gantianya ditulis t.pn. (tanpa penerbit)
untuk yang berbahasa Indonesia, n.pb. (no publisher) untuk yang

berbahasa Inggris, dan )‫ن (بدون ناشر‬.‫ د‬untuk yang berbahasa Arab.

Tahun penerbitan biasanya terdapat pada halaman judul


bersama-sama penerbitnya. Kadang-kadang buku tersebut dicetak
berulang-ulang dan dituliskan seluruh tahun penerbitannya, maka yang
ditulis adalah tahun terakhir dari penerbitannya. Jika tidak tercantum
tahun penerbitannya, maka tulis t.th. (tanpa tahun) untuk yang
berbahasa Indonesia, n.d. (no date) untuk yang berbahasa Inggris, dan

(‫ت ) بدون تاريخ‬.‫ د‬untuk yang berbahasa Arab.

Buku-buku yang dicetak berulang-ulang maka kutipan harus


dituliskan cetakannya setelah judul buku dan koma. Penulisan cetakan
dengan cet. (singkatan dari cetakan) diikuti ke- dan angka Arab untuk
yang berbahasa Indonesia, ed. (edition) mengikuti bilangan bertingkat,
seperti 3rd ed., 5th ed. untuk yang berbahasa Inggris. Sedangkan yang

berbahasa Arab, )‫ ط (طبع ة‬diikuti angka Arab. Jika dalam buku rujukan

tercantum cetakan revisi (revised edition), cetakan baru (new edition),


cetakan ulang (reprint edition) dan sebagainya, maka yang ditulis, cet.
Rev. (rev. ed.), cet. baru (new ed.), cet. ulang (reprint ed.). contoh:

Untuk skripsi yang berbahasa Indonesia:

18
15
M. Dawam Rahardjo, Perspektif Deklarasi Makkah: Menuju
Ekonomi Islam, cet. ke-2 (Bandung: Mizan, 1989), h. 99.

Untuk skripsi berbahasa Inggris:


16
Mohammad Hashim Kamali, Principles of Islamic
Jurisprudence, rev.ed. (Cambridge: Islamic Texts Society, 1991), pp.
50-55

Untuk skripsi yang berbahasa Arab:

۲۳ .‫ ص‬,۷.‫ ط‬,)‫ ه‬۱٦۳۵ ,‫رية‬yy‫ة املص‬yy‫ة النهض‬yy‫ مكتب‬: ‫اهرة‬yy‫ (الق‬۳ ‫زء‬y‫ ج‬,‫الم‬y‫ ضحى اإلس‬,‫أمحد أمني‬17

Penulisan halaman cukup menulis h. untuk yang berbahasa


Indonesia, p. (page) atau pp. (pages untuk pengutipan lebih dari satu)
untuk yang berbahasa Inggris, dan .)‫فحة‬yy y ‫ ص (ص‬untuk yang berbahasa

Arab. Angka yang mengikuti halaman tergantung pada nomor halaman


dalam buku rujukan, bisa angka Romawi kecil (biasa dalam kata
pengantar) atau angka Arab. Pengutipan lebih dari satu halaman
penulisannya dipisahkan oleh garis penghubung, seperti 5-6, 101-110.
Jika pengutipan dari beberapa halaman yang tidak berurut, maka
nomor halaman dipisahkan oleh tanda koma, seperti, 2,4,15.
Penggunaan “passim” (di sini dan di sana) tidak disarankan.

b) Dari Alquran
Untuk kutipan ayat atau ayat-ayat al-Quran tidak diperlukan
catatan kaki karena nama dan nomor surat serta nomor ayat telah
dituliskan pada akhir ayat yang dikutip.

c) Dari terjemahan al-Quran atau Tafsir, Hadis atau Terjemahannya


Catatan kaki untuk hal-hal ini sama dengan sumber yang
berasal dari buku.
d) Artikel bagian dari Buku
Artikel yang merupakan bagian dari buku, maka yang ditulis
adalah penulis artikel (koma), judul artikel tanpa cetak miring tetapi
diapit tanda petik pembuka dan penutup (koma), dlm. (dalam) atau in

19
(Bahasa Inggris) atau ‫( ىف‬Bahasa Arab), nama penulis (penyunting /

editor), judul buku (dicetang miring dan koma) dan seterusnya seperti
catatan kaki untuk buku. Contoh:
19
Amiur Nuruddin, “Kontribusi Fiqh Mu’amalah dalam
Pengembangan Aktivitas Ekonomi Islam,” dlm. Azhari Akmal
Tarigan, peny., Ekonomi dan Bank Syari’ah Pada Millenium Ketiga:
Belajar dari Pengalaman Sumatera Utara (Medan: IAIN Press dan
FKEBI, 2002), h. 15.
20
A.A.A. Fyzee, “The Reinterpretation of Islam,” in John
Donohue and J. Esposito, eds., Islam in Transition (Oxford: Oxford
University Press, 1982), p. 181.

,‫ اجمللس األعلى‬: ‫اهرة‬y‫زاىل (الق‬yy‫د الغ‬y‫ ىف أىب حام‬,‫" ىف اجمللس األعلى‬,‫ة‬yy‫زاىل الفقي‬yy‫ "الغ‬,‫رة‬y‫و زه‬yy‫د أب‬yy‫حمم‬21

.۵٤٦ .‫ ص‬,)۱۹٦۱

Artikel pengantar, prolog atau sambutan sebuah buku, cara


penulisannya dalam catatan kaki hampir sama, hanya perlu
ditambahkan Pengantar untuk atau Foreword to (Bahasa Inggris).

Contoh :
22
Nurcholish Madjid, “Agama dan Negara dalam Islam,”
Pengantar untuk Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam,
oleh Muhammad Iqbal (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), h. vii.
23
Busthanul Arifin, Prolog untuk Eklektisisme Hukum Nasional
: Kompetisi Antara Hukum Islam dan Hukum Umum, oleh A. Qadri
Azizy (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. vii.
24
W.H. Auden, Forewod to Markings, by Dag Hammarskjold
(New York: Alfred A. Knopf, 1964), p. ix.

e) Penerbitan berseri
Prinsip pengutipan penerbitan berseri atau monograph sama
dengan buku, hanya perlu dituliskan jenis seri atau monographnya
setelah judul buku. Contoh:

20
25
Ignaz Goldziher, Pengantar Teologi dan Hukum Islam, terj.
Hersri Setiawan, Seri INIS jilid X (Jakarta: INIS, 1991), h. 25.
26
J.R.W. Smail, Bandung in the Early Revolution 1945-1946:
study in the Social History of the Revolution, Modern Indonesian
Project Monograph Series (Ithaca, N.Y: Cornell University Press), p.
15.
f) Artikel dalam Jurnal
Teknik penulisan referensi pada catatan kaki untuk artikel
dalam jurnal pada pokoknya terdiri dari : (1) Nama penulis (koma); (2)
Judul artikel (dicetak miring); (3) Nama jurnal (dicetak miring); (4)
Nomor Volume, jika ada (koma); (5) Nomor keluaran atau issue (buka
kurung); (6) Waktu keluaran (tutup kurung dan titik dua); dan (7)
Nomor halaman (titik). Contoh:

Untuk skripsi berbahasa Indonesia:


27
M. Yasir Nasution, “Konstruksi Fiqh Wakaf Berwawasan
Ekonomi Syari’ah,” Istilah: Jurnal Hukum, Ekonomi dan
Kemasyarakatan 1,2 (April – Juni 2002): 125.

Untuk yang berbahasa Inggris:


28
Fida Mohammad, “Ibn Khaldun’s Theory of Social Change:
A Comparison with Hegel, Marx and Durkheim,” The American
Journal of Islamic Social Sciences 15, 2 (Summer 1998): 30.

Untuk tulisan berbahasa Arab nama jurnal diberi garis bawah:

‫ة‬yy y‫يني من السياس‬yy ‫لمني اإلندونيس‬yy ‫ف الطالب املس‬yy y‫ة ىف مواق‬yy y‫ دراس‬:‫ة‬yy y‫ركت الطالب ولسياس‬yy y‫ "ح‬,‫دان‬yy y‫د ول‬yy y‫حمم‬29

.۱۳۵ : )۲..۱( ۱ ,۸ ‫" ستوديا اسالميكا‬,‫بإندونيسيا‬

Nama jurnal dapat ditulis singkatannya saja tetapi penjelasan


singkatnya harus pada awal skripsi. Contoh:

AJJISS = The American Journal of Islamic Social Science

JNES = Journal of Near East Studies

JMBRAS = Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic


Society

21
RIMA = Review of Indoesian and Malaysian Affairs

IJMES = International Journal of Middle Eastern Studies

BKS = Bijdragen tot de Taal-, Landen Volkenkunde

BSOAS = Bulletin of School of Oriental and African Studies

JSEAH = Journal of Southeast Asian History

SIJIS = Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic


Studie

Dan lain-lain.

Nomor volume dan nomor keluaran (issue) ditulis dengan


angka Arab. Jurnal yang mempunyai nomor keluaran harus ditulis
secara lengkap, tetapi jika tidak lengkap maka:

 Jika hanya nomor volume saja ditulis:


30
Yusny Saby, “The Ulama in Aceh: A Brief Historical
Survey,” Study Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies 8
(2001): 5.
 Jika hanya nomor keluaran saja ditulis setelah koma:
31
Fazlur Rahman, “Interdependensi Teologi dan Fiqh,” Al-
Hikmah: Jurnal Studi-Studi Islam, 2 ( Juli – Oktober 1990): 45.
Jika sebuah jurnal tidak menyebutkan volume tetapi
menyebutkan tahun dalam bentuk jumlah tahun pengeluaran dapat
dijadikan sebagai pengganti volume, seperti jurnal berikut ini
tertulis:

Jurnal Dua Bulanan

Mimbar Hukum

Aktualisasi Hukum Islam

No. 52 Thn. XII 2001

Mei – Juni

Maka ditulis

22
Jurnal Dua Bulanan Mimbar Hukum Aktualisasi Hukum Islam:
Aktualisasi Hukum Islam 12, 52 (Mei – Juni 2001).

Waktu keluaran ditulis sesuai dengan jurnal yang kutip.


Kadang-kadang jurnal hanya menyebutkan tahunnya saja, ada yang
menyebutkan bulan dan tahunnya, tetapi ada juga yang menuliskan
musim, seperti Summer, Autumn dan sebagainya. Waktu keluaran
ini diletakkan di antara tanda kurung ( ) kemudian diberi titik dua
(calon). Contoh:
32
S.M. Sayeed, “Human Right in Islam,” Hamdard Islamicus 9,
3 (Autumn 1986): 70.

g) Kutipan yang diambil dari sumber kedua


Pengutipan suatu karya yang ditemukan dalam karya yang lain,
maka keduanya, karya yang dikutip dan karya pengutipnya, harus
disebutkan secara lengkap. Caranya ditulis terlebih dahulu karya
pertama yang dikutip kemudian diikuti dengan dikutip oleh, cited by
untuk yang berbahasa Inggris, dan ‫ عن نقل‬untuk yang berbahasa Arab,
kemudian ditulis karya yang mengutipnya.
Contoh :
33
Imaran Ahsan Khan Nyazee, Theories of Islamic Law
(Islamabad: Islamic Research Institute Press, 1994), h. 21, dikutip oleh
A.Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Nasional: Kompetisi Antara
Hukum Islam dan Hukum Umum (Yogyakarta : Gama Media, 2002), h.
14.
h) Artikel dalam Pascasidang (Proceedings)
Prinsipnya sama dengan pengutipan artikel dalam jurnal,
kecuali tidak diperlukan penerbit dan tempat terbit. Contoh:
34
Mohammad Anas Zarqa, “Islamic Jurisprudence (Fiqh) and
Economics of Exchange,” Proc. Of an International Seminar on
Teaching Islmaic Economics for University Teachers (Islamabab,
Pakistan: International Islamic University, 1987), p 95.
i) Dari Majalah
Pengutipan artikel dari majalah pada prinsipnya sama dengan
pengutipan artikel dari jurnal. Bedanya nomor volume ditulis dengan

23
angka Romawi, waktu keluaran tidak diletakkan di antara tanda kurung
dan nomor halaman ditulis setelah koma dan h. Contoh:
35
Richard Thomas, “Menguak Abad Baru Hijrah di Eropah,”
Panji Masyarakat XII, 314, Pebruari, 1981, h. 19.
Pengutipan berita atau rubrik, maka penulisannya dimulai dari
judul tulisan atau rubrik (koma), nama majalah (dicetak miring) dan
seterusnya sama dengan pengutipan artikel di atas. Contoh:
36
”Pertempuran Dua NU,” Tempo XXIV, 28, 11-17 September
2000, h. 24-25.
j) Dari Surat Kabar
Pengutipan artikel dan berita atau rubrik dari surat kabar pada
prinsipnya tidak berbeda dengan pengutipan dari majalah. Bedanya
untuk surat kabar dituliskan tempat terbitnya yang diletakkan dalam
kurung. Contoh:
Untuk artikel :
37
Tomy Sasangka, “Ketatnya Pasar Politik Menuju Hajatan
2004.” Bisnis Indonesia (Jakarta), 6 Januari 2003, h. B9
Untuk berita :
38
”Pembiayaan Sistem Syari’ah Dinilai Lebih
Menguntungkan,” Bisnis Indonesia (Jakarta), 6 Januari 2003, h. B9.
k) Artikel dari Ensiklopedi ( ‫دائرة‬yy y y‫ )املعروف‬atau karya-karya yang sudah

dikenal, seperti Kamus, Bibliografi dan Atlas


Cukup menyebutkan judul, jilid, edisi, tempat terbit, penerbit
dan tahun terbit, diikuti s.v. (sub verbo di bawah kata) untuk yang
berbahasa Inggris d.k. (di bawah kata) untuk yang berbahasa Indonesia
dan )‫ةحتت‬yy y ‫ كت (الكلم‬untuk yang berbahasa Arab. Kemudian oleh (by)

nama penulis artikel jika ada.


Contoh :
39
The Oxford Encyclopaedia of the Modern Islamic World, vol.
1 (Oxford: Oxford University, 1995), d.k. “Islamic Development
Bank” oleh Rotney Wilson, h. 277.
l) Karya yang akan terbit (forthcoming work)

24
Karya yang sudah dipastikan akan terbit tapi dijadikan sebagai
sumber pada waktu karya tersebut belum diterbitkan, maka sebagai
ganti dari waktu penerbitan ditulis akan terbit, atau forthcoming
untuk yang berbahasa Inggris. Contoh:
41
Faisar Ananda dan Sugianto, peny., An Anthology of Islamic
Studies (Medan : IAIN Press, akan terbit).
Untuk jurnal :
42
Sugianto, “Metode Hermeneutika dalam Penelitian Hukum
Islam,” Istilah: Jurnal Hukum, Ekonomi dan Kemasyarakatan, akan
terbit.
m) Artikel dari website (situs) internet
Kutipan artikel yang diakses dari situs internet ditulis dengan
urutan nama penulis (koma), judul artikel (diapit tanda petik dan
koma), situs internet yang diakses (dicetak miring), tanggal akses
(diletakkan dalam kurung dan koma) dan halaman. Perlunya
disebutkan tanggal akses, karena situs senantiasa diperbaharui. Contoh:
43
Muhammad al-Habibi Belkhoja, “Waqf and Development,”
http://www.waqf.com (4 Januari 2003), h. 10.
n) Karya dalam reproduksi film mikro
Sebuah karya kadang tidak diterbitkan dalam bentuk buku atau
tidak hanya dalam bentuk buku tapi juga dalam bentuk film mikro. Jika
pengutipan berasal dari penerbitan film mikro, prinsipnya sama dengan
buku hanya pada penyebutan penerbit adalah penerbit film mikro
tersebut dan nomor publikasinya. Contoh:
44
Paul Tillich, The Interpretation of History (Ann Arbor. Mich.:
University Microfilm, OP 2783, 1950), h. 25.
o) Karangan yang tidak diterbitkan
Karangan yang tidak diterbitkan dapat berupa skripsi, tesis,
disertasi, manuskrip, makalah atau kertas kerja dalam pertemuan
ilmiah, laporan sebuah proyek, dan laporan musyawarah.
(1) Skripsi, tesis atau disertasi
Cara pengutipannya adalah disebutkan nama pengarangnya,
judul karangan yang ditulis di antara tanda petik rangkap, kurung
buka, skripsi, tesis atau disertasi dengan spesifikasinya (koma),
25
nama perguruan tinggi yang meluluskannya, tempat, tahun, kurung
tutup, dan halaman. Contoh:
45
Nawir Yeslem Nurbain, “Ibn Qayyim’s Reformulation of the
Fatwa,” (Tesis MA, McGill University, Montreal, 1995), h. 38.
(2) Manuskrip
Untuk manuskrip perlu disebutkan nama koleksi, nomor kode
koleksi, nama kota dan tempat penyimpanannya. Contoh:
46
Hamzah Fansuri, “Syarah al-Asyiqin,” MSS, Cod. Or. 7291
(11), Perpustakaan University Leiden, Leiden.
(3) Makalah atau kerja keras dalam pertemuan ilmiah
Untuk makalah atau kertas kerja perlu disebutkan pertemuan
ilmiah apa, pelaksan (sponsor), tempat dan waktu pelaksanaannya.
47
M. Yasir Nasution, “Konstruksi Fiqh Wakaf Berwawasan
Ekonomi Syari’ah,” makalah disajikan pada Seminar Nasional
Membumikan Ekonomi Syari’ah dan Pemberdayaan Wakaf
Produktif, Panitia pencanangan Ekonomi Syari’ah Sumatera Utara
1432 H / 2002, Medan, 1-2 Mei 2002, h. 4.
(4) Laporan Penelitian atau proyek
Pengutipan laporan penelitian sama dengan pengutipan skripsi
atau tesis, hanya yang diganti adalah skripsi, tesis atau disertasi
dengan laporan penelitian, Contoh:
48
Sugianto, “Hubungan Pola Keberagaman dengan Sikap
Politik Aktivis Mahasiswa Kota Medan,” (Laporan Penelitian,
Puslit IAIN SU, Medan, 2003), h. 30.
(5) Laporan Musyawarah
Pengutipan laporan musyawarah atau rapat harus
mencantumkan nama musyawarah, tempat dan tanggal
dilaksanakan musyawarah. Contoh:
49
”Poetoesan-poetoesan moe’tamar ke 16 NU Cabang
Banyoemas,” Poerwokerto, 26-29 Maret 1946, h. 1.
p) Dokumen
Dokumen yang dimaksud adalah sebagai dokumen yang
dikeluarkan oleh negara, baik oleh Pemerintah, DPR, baik pusat

26
maupun daerah, Mahkamah Agung, dan dokumen-dokumen PBB.
Contoh:
50
Presiden RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Intruksi
Presiden RI, No: 154 Tahun 1991, 10 Juli 1991, h. 67.
51
United Nations, The Charter of Economic Rights and Duties
of States, General Assembly Resolution 321, 29, UN G.O.A.R.
Supplement ( No. 31), 50, UN Document A/9361, 1974, h. 20.
q) Program Televisi dan Radio
Pengutipan program televisi dan radio harus mencantumkan
judul program yang dikutip, nama station televisi atau radio yang
disajikan dalam bentuk singkatan, tanggal penayangannya, jika
terdapat dialog yang signifikan dikutip maka teks dialog tersebut perlu
dicantumkan. Contoh:
52
SCTV, “Derap Hukum,” 14 September 2003
r) Wawancara ( ‫)الشخصيةاملقابلة‬

Pengutipannya menyebut wawancara dengan siapa,


identitasnya, tempat, bentuk wawancara, dan tanggal wawancara.
53
T. Rizal Nurdin, Gubernur Sumatera Utara, wawancara
pribada, Medan, 5 Agustus 2003.
54
Monzer Kahf, interview held during meeting of the Seminar
of Waqf, Medan, North Sumatera, 6-7 January 2003.
2) Sumber kutipan kedua dan seterusnya
Referensi yang dikutip pada pertama kalinya ditulis secara lengkap,
kemudian jika referensi tersebut dikutip kembali untuk yang kedua dan
seterusnya maka ditulis dalam bentuk pendek. Singkatan “ibid.,” yang
berasal dari bahasa Latin dapat digunakan. Tetapi singkatan “op. cit.” Dan
“loc. cit.” tidak digunakan.
a) Penggunaan“Ibid.”
“Ibid.” (berasal dari bahasa Latin ididem, berarti “pada tempat
yang sama; dan untuk skripsi berbahasa Arab digunakan ‫املراجعنفس‬

digunakan jika referensi yang dikutip berturut-turut sama dan tidak


diselingi oleh referensi lain, walaupun dipisahkan oleh beberapa
halaman. Contoh:

27
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid
1 (Jakarta: UI Press, 1973), h. 50.
2
Ibid.
3
Ibid., h. 53
Contoh tulisan Arab :
1
‫ الدار العربية‬: ‫ اسباب اختالف الفقهاء ىف االحكام الشرعية (بغداد‬,‫مصطفى ابراهيم الزايل‬

۱۷ .‫ ص‬,))‫م‬۱۹۷٦ / ‫ه‬۱۳۹٦ ,‫للطباعة‬

2
‫نفس املراجع‬

3
۲۲.‫ ص‬,‫نفس املراجع‬

“ibid.” Digunakan untuk nama pengarang dan judul bukunya


sama. Jika pengarang sama dan judul buku atau referensi lain berbeda,
maka yang tepat digunakan adalah singkatan “idem.” yang berarti
orang yang sama. Contoh:
1
Amiur Nuruddin, “Kontribusi Fiqh Mu’amalah dalam
Pengembangan Aktivitas Ekonomi Islam”, dlm. Azhari Akmal Tarigan
(peny.), Ekonomi dan Bank Syari’ah pada Millenium Ketiga: Belajar
dari Pengalaman Sumatera Utara (Medan: IAIN Press dan FKEBI,
2002), h. 15.
2
idem, “Keadilan Sosial dan Ekonomi dalam Perspektif
Ekonomi Islam’, Istilah: Ekonomi dan Kemasyarakatan 1, 2 (April –
Juni 2002): 178.

Jika jumlah halaman yang memisahkan referensi tersebut


banyak, sehingga terlalu jauh untuk mengetahui kembali sumber yang
dikutip tersebut, gunakan kutipan bentuk pendek.

b) Kutipan Referensi Bentuk Pendek


Referensi yang telah dikutip secara penuh, kemudian akan
dikutip kembali tetapi tidak secara berturut-turut, maka ditulis dalam

28
bentuk pendek, yaitu nama penulis (koma) judul referensi (cetak
miring koma) halaman (disingkat titik) nomor halaman (titik).
(1) Bentuk Pendek untuk Nama Penulis
Nama penulis yang terdiri dari dua kata atau lebih, maka cara
penulisan pendeknya adalah nama akhirnya saja. Contoh:
 Amiur Nuruddin
Menjadi Nuruddin
 Muhammad Anas Zarqa
Menjadi Zarqa

Tetapi jika nama belakang adalah marga atau nama keluarga


dan terdapat dua referensi atau lebih dalam kutipan yang sama,
maka yang ditulis adalah nama yang dikenal atau nama depannya.
Contoh:

 M. Yasir Nasution dan Harun Nasution, maka ditulis : menjadi


Yasir dan Harun
(2) Bentuk Pendek untuk judul
Judul sebuah referensi yang lebih dari dua kata dapat
dipendekkan dalam kutipan kedua dan seterusnya. Cara penulisan
bentuk pendek untuk judul adalah melihat topik dari referensi
tersebut. Contoh:
 Syari’at Islam Menjawab Tantangan Zaman, menjadi : Syari’at
Islam.
 Yurisprudensi Emansipatif: Tela’ah Filsafat Hukum, menjadi:
Yurisprudensi Emansipatif
 An Introduction to Islamic Law, menjadi: Islamic Law

 ‫اسباب اختالف الفقهاء ىف االحكام الشرعية‬

Menjadi ‫اسباب اختالف‬

Contoh lengkap kutipan bentuk pendek :


4
Fadhil Lubis, Yurisprudensi Emansipatif, h. 20.
5
Schacht, Islamic Law, p. 55.

29
۱۷ .‫ ص‬,‫ أسباب اختالف‬, ‫الزاىل‬٦

b. Catatan Kaki untuk Isi


Catatan kaki isi atau subtansi berisi uraian atau penjelasan tambahan
dari permasalahan yang dibahas dalam teks, tetapi jika dimasukkan dalam teks
dianggap mengganggu alur pembahasan. Kutipan isi dalam catatan kaki harus
dicantumkan referensi jika menggunakan referensi.
1
Definisi seperti ini sudah menjadi umum dan diikuti oleh hampir
setiap penulis, meskipun dengan menggunakan kalimat yang mungkin ada
perbedaan. Lihat umpamanya Salam Mazkur, al-Fiqh al-Islami (Kairo:
Maktabah ‘Abd al-Wahhab, 1955), h. 11.
2
Muslim Law courts, including those of India, were usually presided
over either by a single qadi or a secular judge, both of whom were often
assisted by several clerks. See Joseph Schacht, Introduction to Islamic Law,
esp. Chapter 25 on Procedure, pp. 188.

c. Catatan Kaki Silang


Kadang-kadang penulis ingin merujuk kembali suatu bahasan atau
masalah yang didiskusikan dalam pembahasan sebelumnya atau tidak perlu
membahas secara mendalam suatu topik atau masalah dalam bahagian yang
sedang ia tulis padahal baru akan dibahas pada bagian sesudahnya. Catatan
kaki silang dapat berfungsi untuk mengatasi hal ini. Kata “di atas” (“above”)
yang berarti yang sudah terdahulu dalam tulisan tersebut, dan “di bawah”
(“below”) yang berarti yang kemudian dalam tulisan, dapat digunakan
bersama halamannya. Kata “lihat” (“see”) sering digunakan dalam catatan
kaki silang.

Contoh :
3
Lihat pembahasannya pada h. 15-20 di atas.
4
Diskusi lebih mendalam terhadap masalah ini lihat h. 50-55 di bawah.
5
For a detailed discussion of this matter see pp. 31-35 below.9

9
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara, Metode Penelitian Hukum Islam dan Pedoman
Penulisan Skripsi, (Medan, 2017), h. 65-91.

30
BAB III

Penutup

A. Simpulan
Bahasa skripsi adalah Bahasa Indonesia. Bahasa asing, seperti Bahasa Arab,
Bahasa Inggris dimungkinkan dapat digunakan dalam penulisan skripsi dengan
ketentuan harus mengikuti aturan penulisan karya tulis ilmiah.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah bahasa yag baik dan
benar, dengan merujuk kepada pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Isi disajikan secara formal dengan bahasa yang tepat, tidak berbelit-
belit dan langsung menuju kepada persoalan.
Secara umum teknik notasi ilmiah dapat dikelompokkan kepada tiga bentuk,
yaitu: catatan kaki (foot note), keterangan (end note) dan catatan perut (catatan
tengah). Catatan kaki diletakkan pada bagian bawah tulisan ilmiah, keterangan
ditempatkan pada bagian akhir tulisan ilmiah, dan catatan perut diletakkan lansung di
dalam tulisan ilmiah. Sekalipun terdapat perbedaan dalam teknik notasi ilmiah, namun
hakikatnya sama yaitu untuk menyatakan sumber dari suatu pernyataan ilmiah.
Seorang yang akan menulis karya ilmiah pada dasarnya boleh memilih salah
satu dari ketiga macam teknik notasi ilmiah yang telah disebutkan di atas, namun
pemakaiannya harus secara konsisten. Ketiga macam teknik notasi ilmiah tersebut
tidak tepat dipakai secara bersamaan, karena dapat menimbulkan kebingungan bagi
pembacanya.
Sekalipun pemakaian secara konsisten ketiga macam teknik notasi ilmiah
dapat dibenarkan, khusus dalam penulisan skripsi Fakultas Syari’ah teknik notasi
yang dipergunakan adalah catatan kaki (foot note).

31
Daftar Pustaka

Triyanto Bambang, dan Ismail. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi): Suatu


Pedoman, Jawa Tengah : Lakeisha, 2020.
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara. Metode Penelitian Hukum
Islam dan Pedoman Penulisan Skripsi, Medan: 2017.
Dkk, Toto. Pedoman Penulisan Skripsi, Yogyakarta : Penerbit Deepublish, 2019.
Siregar Daulat, dan Jamhari Muhammad. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Untuk Siswa SMA, Surabaya : Scopindo Media Pustaka , 2019.
Adi, Rianto. Aspek Hukum dalam penelitian , Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2015.
Dkk, Saifuddin. dan Teknik Penulisan Skripsi, Yogyakarta : Yayasan Pusaka
Riau, 2013.

32

Anda mungkin juga menyukai