Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

MODUL 1 & 2

RIYANI RIZKI
MODUL 1
LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah
Dasar

Yang dimaksud pandangan filosifis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat
pendidikan dalam kehidupan manusia. Semantara itu cara psikologis-pedagogis atau psiko-pedagogis
adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan
potensi individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Sedangkan cara pandang
sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi
proses pendidikan dasar dalam sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan
bermasyarakat dan yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.
Pandangan filosofis dan psikologis-pedagogis mewakili cara pandang pakar dalam bidang
filsafat, psikologi, dan pedagogic/ ilmu mendidik terhadap keniscayaan proses pendidikan untuk usia
sekolah 6-13 tahun. Dikatakan keniscayaan karena pendidikan untuk anak usia tersebut berlaku
universal dan telah menjadi kenyataan atau sering disebut juga sebagai condition sine quanon.
Terdapat tiga teori yang sangat relevan untuk menggali landasan filosofis dan psikologis-
pedagogis pendidikan di SD/MI yaitu teori kognitifisme, teori historis-kultural, dan teori humanistic.
Teori kognitifisme.
Piaget menegaskan bahwa teori kognitifisme atau pengetahuan bukanlah duplikat dari objek,
dan bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri
individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk, karena secara
biologis adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi
antara pikiran dengan objek.
Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni assimilation atau
asimilasi adalah integrasi data baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran;
accommodation atau akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi
baru; equilibration atau ekuilibrasi adalah proses penyesuaian yang menyambung antara asimilasi
dan akomodasi.
Teori historis-kultural lebih memusatkan pada penggunaan symbol sebagai alat, dengan dasar
pemikiran bahwa manusia menemukan alat yang telah mengantarkan kemajuan bagi umat manusia.
Sistem symbol yang dikembangkan adalah bahasa lisan dan tulisan, sistem matematika, notasi music
dan lainnya. Melalui penggunaan simbol-simbol ini manusia mengembangkan cara berpikir baru.
Factor-faktor biologis seperti kematangan berpengatuh terhadap proses berpikir dasar seperti
perhatian, ingatan dan persepsi.
Teori humanistik, pendidikan humanistik adalah pendidikan manusia secara utuh dan
menyeluruh, yang memusatkan perhatian pada proses pendidikan pendidikan yang memungkinkan
peserta didik melakukan belajar menikmati kehidupan atau mencapai kebutuhan lebih tinggi dalam
pengertian kebutuhan akan kehidupan yang optimal.
Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi
tua kepada pesera didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah
heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara konstitusional menganut
satu sistem pendidikan nasional, instrumentasi atau pengelolaan sistem pendidikan itu tidaklah
mungkin dilakukan secara homogeny penuh.
Keseluruhan prinseip tersebut memberi implikasi terhadaop kandungan, proses dan
manajemen pendidikan nasional. Maka sistem pendidikan saat ini diupayakan berbagai pembaruan
seperti kurikulum nasional yang bersifat sentralistik menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang bersifat desentralistik.

Kegiatan Belajar 2
Landasan Historis, Ideologis dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar

Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta sejarah yang
relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah Dasar beserta ide-ide atau
pertimbangan yang melatarbelakanginya.
Secara historis atau kesejarahan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia merupakan
kelanjutan dari sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang dibangun lebih banyak
untuk kepentingan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada dasarnya sistem pendidikan pada masa itu
ditekankan pada upaya memperoleh tenaga terampil yang mengerti nilai budaya penjajah sehingga
menguntungkan mereka dalam mempertahankan dan melangsungkan penjajahannya.
Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa berkembang secara
dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga berkembang dimensi ideology, politik, ekonomi,
maupun social budaya. Semakin berkembang denan konsisten, pendidikan dianggap berdungsi
sebagai wahama transformasi, transmisi, dan sosialisasi nilai-nilai, tradisi, ilmu pengetahuan, serta
teknologi dan seni dari masyarakatnya, yang berlangsung baik melalui jalur pendidikan sekolah dan
jalur pendidikan luar sekolah.
Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen politik
Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional yang
mencerminkan bagaimana sistem pendidikan nasional dibangun dan diselenggarakan untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Secara ideologis dan yuridis Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional. Hal ini mengandung
makna bahwa pendidikan nasional termasuk di dalamnya pendidikan di SD/MI harus sepenuhnya
didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan moral yang terkandung dalam bagian dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan SD memiliki dua fungsi yaitu fungsi pengembangan potensi pesrta didik secara
psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan seterusnya. Sedangkan
tujuannya secara substansif merujuk pada tujuan pendidikan nasional.
Peserta sisik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara (1)
menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya; (2) menghormati pendidik dan tenaga
kepandidikan; (3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi kejujuran akademik dan
mematuhi semua peraturan yang berlaku; (4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk
mewujudkan harmoni social di antara teman; (5) mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi
sesame; (6) mencintai lingkungan, bangsa dan Negara; dan (7) ikut menjaga dan memelihara sarana
dan prasarana, kebersihan, ketertiban, dan keamanan sekolah.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri Pendidikan Sekolah Dasar

Sejak dicanangkan wajib belajar enam tahun pada tahun 1984, SD menjadi lembaga
pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan dasar bagi setiap warga Negara
Indonesia yang masih berada pada rentang usia Sekolah Dasar.
Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti di atas, tujuan pendidikan dasae adalah
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa
untuk mengikuti pendidikan menengah. Khusus untuk SD, tujuan pendidikan adalah memberikan
bekal kemampuan dasar baca-tulis-hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yan bermanfaat bagi
siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SMP.
Karakteristik pendidikan SD tercemin dalam berbagai komponen pendidikan, seperti siswa,
guru, kurikulum, pembelajaran, gedung dan fasilitas/peralatan. Secara umum pendidikan SD
mempunyai karakterisstik yang menekankan pada pembentukan (1) kemelekwacanaan yang merujuk
kepada pemahaman siswa tentang berbagai fenomena/gagasan di lingkungannya dalam rangka
menyesuaikan perilaku dengan kehidupan; (2) kemampuan berkomunikasi memungkinkan siswa
mampu menyampaikan apa yang dketahuinya kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar; (3) kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan adanya
masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah, mengeksplorasi
alternative pemecahan masalah, dan memilih alternative yang paling layak.
Ciri khas dari komponen yang dimiliki Sekolah dasar yang membedakan dari satuan
pendidikan lainnya adalah (1) siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan
operasi konkret, yang ditandai oleh pandangan yang bersifat holistic; (2) guru SD adalah guru kelas
yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan
PKn; (3) Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan
bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota. Pendidikan SD
berlangsung selama enam tahun, yang dibagi menjadi enam tingkat kelas; (4) pembelajaran SD
menekankan pada keterpaduan, bersifat holistic, pengalaman langsung, dan menggunakan contoh-
contoh konkret, sesuai dengan karakteristik siswa SD dan tujuan pendidikan dasar; (5) gedung dan
fasilitas SD bervariasi dan yang paling sederhana sampai yang cukup mewah. Pada umumnya,
terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah, tanpa ruang guru dan juga ruang administrasi.
Kegiatan Belajar 2
Tatanan Organisasi dan Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar

Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah


pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah daerah.
Pengelolaan SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Maka, tanggung jawab utama pengelolaan
SD berada di tangan SD sendiri.
Untuk memenuhi kewajiban belajar pada jenjang Sekolah Dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan nonformal.
Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB yang merupakan sekolah bagi anak yang memiliki
kebutuhan khusus dalam belajar karena kelainan fisik atau mental yang dialaminya, SD Unggulan
atau Sekolah Nasional Plus merupakan SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu
(seperti penggunaan bahasa asing atau menggunakan kurikulum internasional), dan SD inklusi
adalah SD biasa yang juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi
perbauran antara anak normal dengan anak kelainan; sedangkan pendidikan nonformal mencakup
Paket A adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi warga Negara yang berusia 14-15 tahun yang
belum menyelesaikan pendidikan SD dan Sekolah Rumah adalah sekolah yang dilaksanakan di
rumah, melalui layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/
keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, dengan proses belajar yang kondusid, sehingga potensi
anak yang unik dapat berkembang secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai