Anda di halaman 1dari 16

3 KERAJAAN BESAR

Makalah disusun untuk memenuhi tugas


Mata kulliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu : Ibu Arbayyah, M.Pd

Kelompok 9

Anggota :
1. Dilla Nurul Aini
2. Miftahul Zannah
3. Miftahul Raudah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SAMARINDA
2021

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Penulisan
makalah berjudul ‘3 KERAJAAN BESAR’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam. Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:
1. Ibu Arbayyah, M.Pd
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan
3. anggota kelompok 09
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Tenggarong, 2 Maret 2021

Kelompok 09

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................I

DAFTAR ISI........................................................................................................II

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................III
B. Rumusan Masalah..........................................................................................IV
c. Tujuan..............................................................................................................V

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti usmani..............................................................................................VI
B. Dinasti Safawiyah............................................................................... ...........................VII
C. Dinasti Mughal India...................................................................................VIII

BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan.....................................................................................................XI
B. Saran................................................................................................................X
C. Daftar Pustaka.............................................................................................XIV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesempurnaan ajaran Islam telah berhasil membuat perubahan besar bagi peradaban
manusia. Sejarah mencatat, sejak ajaran yang dibawa nabi Muhammad tersebut disampaikan
kepada umat manusia, mampu membuat kemajuan disemua bidang kehidupan, bukan hanya
bidang duniawi semata tetapi juga bidang sosial budaya, mental, dan spiritual. Bangsa Arab,
tempat diturunkannya ajaran Islam, sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang diliputi zaman
jahiliyah, setelah Islam datang mereka mampu tampil menjadi bangsa yang berperadaban dan
meraih kehidupan yang maju serta menjadi pelopor diantara bangsa-bangsa yang lain.
Madinah sebagai awal terbentuknya masyarakat yang menerapkan kehidupan yang dijiwai
dengan ajaran Islam, dipimpin oleh Rasulullah, dilanjutkan oleh Khulafa al-Rasyidin, Bani
Umayah, Bani Abasiyah hingga berbagai wilayah dipermukaan bumi, termasuk dinasti Turki
Usmani, dinasti Safawi dan dinasti Mugal. Makalah ini akan membahas tentang sejarah
peradaban Islam tiga kerajaan besar yaitu pada masa dinasti Turki Usmani, dinasti Safawi
dan dinasti Mugal. Dinasti Turki Usmani (1300-1922 M) berpusat di Istanbul, dinasti
Shafawi (1501-1732 M) berpusat di Persia dan dinasti Mughal berpusat di India.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis menarik sebuah masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Utsmani di Turki?
2. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Syafawi di persia?
3. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Mughal India?

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
Untuk mengetahui dan menambah wawasan Mahasiswa tentang Sejarah Tiga Kerajaan Besar
Islam dan sekaligus sebagai bahan diskusi atau belajar kelompok.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DINASTI USMANI

a. Sejarah Berdiri Dinasti Usmani


Kata Usman diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Usman ibn Erthogril ibn Sulaiman Syah
dari suku Qayigh Ogbus Turki. Kerajaan ini berasal dari suku pengembara yang bermukim di wilayah
Asia Tengah. Mereka tergolong suku Kayi, salah satu suku di Turki Baratyang terancam gelombang
keganasan serbuan bangsa Mongol. Usmani adalah dinasti besar dan lama di dunia. Sejak tahun 1300
hingga tahun 1922 M kerajaan ini telah diperintah oleh sebanyak 36 sultan. Usman adalah sultan
pertama, kemudian diikuti sultan lainnya dengan berdasarkan pada hubungan darah dan garis
keturunan bapak. Dinasti Usmani mempertahankan etos ideal lama mereka, melihat diri mereka
sebagai awak perbatasan, berdedikasi untuk melakukan jihad melawan musuh-musuh Islam.
Kebanyakan penduduk Usmani bangga menjadi bagian dari negara Syariat. Al –Qur’an mengajarkan
bahwa umat yang hidup menurut hukum Allah akan makmur. Kerajaan Usmani menerima banyak
pengaruh dari luar sistem monarki absolut yang diterapkannya berasal dari Persia. Kebiasaan
melakukan perang merupakan pengaruh Asia Tengah. Konsep pemerintahannya berasal dari Romawi
Timur. Huruf, ilmu pengetahuan, dan agamanya berasal dari Arab. Dapat dikatakan bahwa pengaruh
terbesar yang diterimanya berasal dari Arab. Hubungan antara Islam dengan kerajaan Usmani
mungkin tidak sepenuhnya disadari oleh orang dewasa ini. Bendera kerajaan Usmani bergambar bulan
sabit dan bintang. Banyak negara muslim lainnya menggunakan bendera bergambar itu. Kerajaan
Usmani bersifat eklektik yaitu memungkinkan terciptanya sistem kenaikan pangkat atau status yang
didasari pada kemampuan, terlepas dari latar belakang kasta atau kelas sosial seseorang. Bilamana
seseorang telah menjadi Muslim, terlepas apakah mereka orang Arab, Slav, Armenia, atau orang
Turki maka ia berhak untuk menduduki jabatan tinggi di wilayah kerajaan, kecuali jabatan sultan yang
merupakan satu-satunya jabatan yang ditentukan berdasarkan hubungan darah. Dengan demikian,
faktor hubungan keluarga, keturunan, dan kebangsawanan tidaklah menentukan dalam banyak jabatan
kerajaan. Pusat pemerintahan kerajaan Usmani adalah istana Topkali di Istanbul. Selama 400 tahun
istana Topkali menjadi pusat kekuasaan Usmani dan dewasa ini dipromosikan sebagai “museum
terbesar dan terkaya di dunia”. Istana ini terletak di atas tanah seluas 14 hektar dan menghadap ke tiga
lautan.

B. Sultan Dinasti Usmani


Dinasti Usmani berkuasa kurang lebih selama tujuh abad. Adapun sultan-sultanya adalah sebagai
berikut :
No
Nama
Lahir-Meninggal
Masa Pemerintahan

1. Usman I
1258-1323
1300-1326

2. Orkhan
1288-1359
1326-1359

3. Murad I
1326- Juni 1389
1359-1389

4. Bayazid I
1360- 8 Maret 1403
1389-1403

5.Muhammad I
1379- 26 Mei 1421
1402-1421

6. Murad II
1403- 3 Februari 1451
1421-1451

7. Muhammad II
1432- 3 Mei 1481
1451-1481

8.Bayazid II
14447- 26 Mei 1512
1481-1512

9.Salim I
1466- 22 September 1520
1512-1520

10. Sulaiman I
1494- 5 September 1566
1520-1566

11. Salim II
1524- 13 Desember 1574
1566-1574

12. Murad III


1546- 14 Januari 1595
1574-1595

13. Muhammad III


1566- 22 Desember 1617
1595-1603

14. Ahamd I
1590- 22 November 1617
1603-1617

15. Musthafa I
1592- 20 Januari 1639
1617-1618

16. Usman II
1604- 20 Mei 1622
1618-1622

17. Musthafa II
1592- 20 Januari 1639
1622-1623

18. Murad IV
1612- 9 Februari 1640
1623- 1640

19. Ibrahim
1615- 18 Agustus 1648
1640-1648

20. Muhammad IV
1642- 6 Januari 1693
1648-1687

21. Sulaiman II
1642- 23 Juni 1691
1687-1691

22. Ahamad II
1642- 8 Februari 1693
1691-1695

23. Musthafa III


1664- 29 Desember 1703
1695-1703

24. Ahmad III


1673- Juni 1937
1703-1730

25. Mahmud I
1696- 16 Desember 1754
1730-1754

26. Usman III


1699- 30 Oktober 1757
1754-1757

27. Musthafa IV
1717- 21 Januari 1774
1757-1773

28. Abdul Hamid I


1725- 7 April 1789
1773-1789

29. Salim III


1761- 29 Juli 1808
1789-1807

30. Musthafa V
1774- 16 November 1808
1807-1808

31. Mahmud II
1785- 1 Juli 1839
1808-1839

32. Abdul Majid


1823- 24 Juni 1861
1839-1861

33. Abdul Aziz


1830- 4 Juni 1876
1861-1876

34. Abdul Hamid II


182- 10 Februari 1918
1876-1909
35. Muhammad V
1844- 2 Juli 1918
1909-1918

36. Muhammad VI
1861- 15 Mei 1926
1918-1923

C. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Usmani


Perkembangan wilayah Kerajaan Turki Usmani yang luas berlangsung dengan cepat, yang diikuti
pencapaian kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang cukup penting,
diantaranya sebagai berikut :
1. Bidang militer.
Terbentuk sebuah kesatuan militer yang disebut janissari.

2. Bidang pemerintahan.
Sistem pemerintahan kerajaan Mughal didasarkan kepada sistem feodal.

3. Bidang agama dan budaya.


Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari
kebudayaan Persia mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam
kehidupan istana. Organisasi pemerintahan dan prinsip- prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari
kebudayaan Bizentium. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka dapatkan ajaran tentang prinsip
ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.

4. Bidang intelektual.
a. Terdapat tiga buah surat kabar yang muncul pada saat ini, yaitu berita harian Takvini Veka
(1831 M), Jurnal Tasviri Efkyar (1862 M) dan Terjumani abval (1860 M).
b. Dalam bidang pendidikan, dinasti Usmani melakukan pengorganisasian sebuah sistem pendidikan
madrasah yang tersebar luas.

5. Sastra dan bahasa


Pada masa ini muncul sastrawan- sastrawan dengan hasil karya- karyanya. Diantaranya Ibrahim
Shinasi karyanya adalah the Poets Wedding (komedi).

6. Seni dan arsitektur.


Bidang- bidang seni dan arsitektur yang muncul pada masa dinasti Usmani sangatlah beragam, seperti
bentuk kubah masjid, seni bangunan, kaligrafi, desaign interior, painting dan cover buku.[7]

D. Faktor- Faktor Penyebab Keruntuhan Dinasti Usmani


Ragam faktor keruntuhan kerajaan Turki Usmani dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal dan
eksternal.
1.Faktor- faktor internal
Berbagai faktor internal yang menyebabkan keruntuhan kerajaan Turki Usmani ialah sebagai berikut:
a. Buruknya sistem pemerintahan
b. Hilangnya keadilan
c. Banyaknya korupsi
d. Meningkatnya kriminalitas
e. Heterogenitas penduduk dan agama
f. Kehidupan istimewa yang bermegah- megahan
g. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan

2. Faktor- faktor eksternal


a. Munculnya gerakan nasionalisme
b. Terjadinya kemajuan teknologi di wilayah Barat, khususnya dalam bidang kesenjataan.

E. Akhir Dinasti Turki dan Transformasi ke Republik


Bermula dari perlawanan terhadap campur tangan asing yang dipimpin Musthafa Kemal, aksi
perjuangan berubah menjadi penentangan terhadap kekuasaan khalifah. Moment kehancuran khilafah
islamiyyah sendiri terjadi saat rakyat Turki melalui wakil-wakilnya mengeluarkan Piagam Nasional.
Sejak itu, Turki menjadi sebuah negara tersendiri, terpisah dari wilayah-wilayah yang dulu merupakan
kesatuan dinasti Usmani. Musthafa Kemal menjelaskan pada anggota Majelis Nasional Agung, bahwa
pemerintah nasional didasarkan pada prinsip pokok populisme (kerakyatan), yang berarti bahwa
kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus langsung diberikan kepada rakyat.
Pada 1923, disepakatilah berdirinya negara Turki dengan batas-batas wilayah seperti ini. Laut Hitam
diutara, Irak, Suriah dan Laut Tengah di selatan, laut Aegea di barat dan Iran serta Rusia di timur.
Negara republik dengan ibukota Angkara itu, pertama kali dipimpin oleh Musthafa Kemal. Ia
melakukan modernisasi besar-besaran dengan berkiblat ke Barat. Ia mengganti penggunaan huruf
Arab menjadi huruf Latin, poligami dilarang dan wanita diberi kebebasan yang sama dengan pria.
Kemalpun memperoleh gelar Bapak Bangsa Turki (Attaturk) sehingga dikenal sebagai Kemal
Attaturk.

B. DINASTI SAFAWIYAH

a.Dinasti Safawiyah di Persia


Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun. 1501-1722 M. Dinasti ini merupakan salah satu
kerajaan Islam yang cukup besar di Persia. Awal mulanya Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan
tarekat yang berada di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama Safawiyah dinisbahkan kepada nama
salah seorang guru Sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin. Menurut riwayat, ia adalah
keturunan dari Musa al-Khadim, imam ketujuh Syi’ah Itsna ‘Asyariyah. Tarekat ini berdiri bersamaan
dengan berdirinya Dinasti Utsmani. Gerakan tarekat ini memiliki banyak pengikut yang sangat teguh
memegang ajaran agama. Gerakan ini mengubah model gerakannya dari gerakan keagamaan menuju
gerakan politik. Ketika sudah menjadi kekuatan yang besar, Dinasti Safawiyah beberapa kali
berhadapan dengan Dinasti Utsmani. Dinasti Safawiyah menyatakan Syi’ah sebagai madzhab negara,
maka Dinasti Safawiyah dikenal sebagai peletak dasar terbentuknya negara Iran. Dinasti Safawiyah
mencapai puncak kejayaan pada masa Abbas I. Namun, kejayaan itu tidak mampu dipertahankann
oleh para penerusnya. Hal ini dikarenakan sultan-sultan yang berkuasa lemah. Sehingga memicu
terjadinya pemberontakan dan permasalahan yang berkepanjangan.

b. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah


Cikal bakal berdirinya Dinasti Safawiyah berawal dari gerakan tarekat yang diberi nama Safawiyah.
Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Wilayah ini banyak
ditinggali oleh suku Kurdi dan Armen. Nama Safawiyah dinisbahkan kepada nama salah seorang guru
Sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin atau Shafi Ad-Din. Menurut riwayat, ia adalah
keturunan dari Musa al-Khadim, imam ketujuh Syi’ah Itsna ‘Asyariyah. Shafi Ad-Din berasal dari
keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Gurunya bernama Syaikh
Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Dikarenakan
prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Shafi Ad-Din diambil menantu oleh gurunya
tersebut. Shafi Ad-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus
mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangatlah teguh memegang ajaran
agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar,
kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “Ahli Bid’ah”. Tarekat yang dipimpin Shafi Ad-
Din ini semakin penting terutama setelah mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni
yang bersifat lokal menjadi gerakan kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia.
Di negeri-negeri di luar Ardabi, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-
muridnya. Wakil tersebut diberi gelar khalifah dan nantinya akan menjadi komandan perang.
Kemudian murid-murid tarekat mendukung tarekat Safawiyah untuk menghimpun kekuatan dengan
menjadi tentara dan sangat fanatik kepada keyakinannya. Bahkan, mereka juga menentang orang-
orang yang tidak sepaham dengan mereka. Tarekat Safawiyah banyak diterima oleh masyarakat
sehingga tarekat ini mengubah model gerakan spiritual keagamaan menjadi gerakan politik. Hal ini
mulai tampak ketika gerakan tarekat dipimpin oleh Junaid 1447-1460 M. Junaid memperluas kegiatan
politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini mendapatkan hambatan-hambatan. Salah
satunya dari penguasa Qara Qayunlu dan Aq- Qayunlu yang merupakan dua suku terkuat Turki.
Sehingga terjadi konflik antara Junaid dengan penguasa Turki. Keterlibatan tarekat Safawiyah dalam
perpolitikan yang semakin besar mengantarkan tarekat Safawiyah berhadapan dengan kekuatan besar
yang berkuasa saat itu yaitu Turki Utsmani. Pada saat Junaid memiliki konflik dengan Qara Qayunlu,
ia mengalami kekalahan dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat itu Junaid mendapat perlindungan
dari penguasa Diyar Bakr yang juga bangsa Turki. Junaid tinggal di istana Uzun Hasan yang pada saat
itu menguasai sebagian Persia. Selama dalam pengasingan, Junaid tidak tinggal diam. Ia
mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Junaid mencoba
merebut Ardabil tetapi gagal. Lalu pada tahun 1460 M Junaid mencoba merebut kota Sircassia tetapi
pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Junaid pun pada akhirnya terbunuh dalam
pertempuran tersebut. ampuk kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya diberikan kepada putera
Junaid, Haidar, tetapi Haidar masih sangat kecil pada waktu itu. Setelah menunggu beberapa tahun,
Haidar sudah cukup dewasa dan mempersunting salah satu putri Uzun Hasan. Dari perkawinan
tersebut lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi pendiri dinasti Safawi di Persia.

c. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Safawiyah

Pada saat Ismail I berkuasa selama kurang lebih 23 tahun (1501-1524 M) ia berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, ia juga dapat menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Aq-qayunlu di Hamadan
1503 M, menguasai provinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd pada tahun 1504 M, Diyar
Bakr 1505-1507, Baghdad dan daerah barat daya persia pada tahun 1508 M, Sirwan 1509 M dan
Khurasan pada tahun 1510 M. Ismail I hanya memerlukan waktu selama sepuluh tahun untuk
menguasai seluruh Persia. Ambisi politik mendorong Ismail I adalah untuk memperluas daerah
kekuasaannya ke Turki Utsmani, namun karena Turki Utsmani merupakan dinasti yang sangat kuat
pada masa itu akhirnya Ismail I mengalami kekalahan. Kekalahan itu meruntuhkan kebanggaan dan
kepercayaan diri Ismail. Akibatnya, kehidupannya menjadi berubah. Ismail I lebih suka berfoya-foya
dan keadaan tersebut menimbulkan dampak negatif bagi Dinasti Safawiyah, yaitu timbulnya
perebutan kekuasaan diantara pimpinan-pimpinan suku-suku Turki, pejabat-pejabat Persia, dan
Qizilbash. Sepeninggal Ismail I, kekuasaan Dinasti Safawiyah dilanjutkan oleh Tahmasp I (1524-1576
M), lalu setelah itu dilanjutkan oleh Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khubanda (1577-1587
M). Namun, pada pemerintahan ketiga sultan tersebut Dinasti Safawiyah mengalami kemunduran.
Kemunduran tersebut terus berlangsung sampai pada akhirnya Abbas I naik tahta. Pada masa Abbas I,
Dinasti Safawiyah perlahan-lahan mengalami kemajuan. Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I
dalam memajukan dinasti Safawiyah diantaranya adalah :
1.Berusaha menghilangkan dominasi Qizilbash atas Dinasti Safawiyah dengan cara membentuk
pasukan-pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang berasal dari tawanan-tawanan
bangsa Georgia, Armania, dan Sircassia yang ada sejak pemerintahan Tahmasp I.

2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani. Di samping itu, Abbas I berjanji untuk tidak
akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman
bin Affan dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut, Abbas I
menyerahkan saudara sepupunya yaitu Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.
Setelah Dinasti Safawiyah menjadi kuat kembali, Abbas I mulai melakukan ekspansi dan merebut
kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang telah hilang. Abbas I juga melakukan penyerangan
kepada Turki Utsmani. Pada saat itu Turki Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad II,
Abbas I menyerang Turki Utsmani dan berhasil menaklukan wilayah Tabriz, Sirwan, dan Baghdad.
Seterlah itu Abbas I juga berhasil menguasai kota Nakhchivan Erivan, Ganja dan Tiflish pada tahun
1605-1606 M. Pada tahun 1622 M, Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah
pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Abbas. Pada pemerintahan Abbas I merupakan puncak
kejayaan Dinasti Safawiyah. Secara politik Abbas I dapat mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri
yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang dulu pernah
direbut dinasti lain pada pemerintahan sultan-sultan sebelumnya. Kemajuan lain yang dicapai Dinasti
Safawiyah antara lain:

a. Bidang Ekonomi
Setelah Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi
pelabuhan Abbas, maka jalur dagang yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis
sepenuhnya berhasil dikuasai oleh dinasti ini.

b. Bidang Pendidikan
Pada Dinasti Safawiyah muncul banyak sekali ilmuwan-ilmuwan terkenal diantaranya Baha’ al-Dîn
al-‘Amili (generalis ilmu pengetahuan), Sadr al-Dîn al-Syîrâzî (filsuf) dan Muhammad Baqir ibn
Muhammad Damad (filsuf, ahli sejarah, teolog, yang pernah mengadakan observasi atas kehidupan
lebah).

c. Bidang Pembangunan Fisik Tata Kota dan Seni


Para penguasa dinasti ini mengubah Isfahan, yang merupakan ibu kota dinasti ini menjadi kota yang
sangat indah. Isfahan merupakan kota yang sangat penting bagi tujuan politik dan ekonomi. Di kota
tersebut berdiri bangunan-bangunan megah seperti masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan
raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Satun. Kota Isfahan semakin indah dengan dibuatnya
taman-taman wisata. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802
penginapan, dan 273 pemandian umum. Pada bidang seni, terlihat dari arsitektur bangunan-
bangunannya yaitu seperti yang terlihat pada masjid Shah dan masjid Syaikh Lutf Allah. Unsur seni
lainnya juga terlihat pada hasil kerajinan tangan, keramik, permadani, karpet, pakaian, tembikar dan
lain-lain. Seni lukis juga sudah mulai muncul pada masa ini tepatnya pada saat sultan Tahmaps I
berkuasa.

d. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Syafawiyah

Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abbas I. Enam sultan setelahnya
tidak mampu untuk mempertahankan kemajuan yang sudah diraih oleh pendahulunya. Para Sultan
juga lemah dalam memimpin dan memiliki sifat buruk yang juga mempengaruhi jalannya
pemerintahan. Sehingga kerajaan Safawiyah banyak mengalami kemunduran dan tidak mengalami
perkembangan. Sepeninggal Abbas I, pemerintahan diambil alih oleh Safi Mirza (1628-1642), ia
merupakan cucu dari Abbas I. Pada masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai sultan yang lemah dan
kejam terhadap para pembesar-pembesar kerajaan. Ia juga tidak mampu mempertahankan kemajuan-
kemajuan yang berhasil dilakukan Abbas I. Selain itu, kota Kandahar berhasil dikuasai oleh Dinasti
Mughal dipimpin oleh Sultan Syah Jihan. Begitu pula dengan Baghdad yang berhasil direbut oleh
Turki Utsmani. Setelah Safi Mirza, pemerintahan dipegang oleh Abbas II (1642-1667). Ia adalah
sultan yang suka minum-minuman keras, suka menaruh curiga terhadap para pembesar dan
memperlakukannya dengan kejam. Rakyatpun tidak begitu peduli dengan pemerintahan Abbas II.
Abbas II meninggal dikarenakan sakit. Selanjutnya dipimpin oleh Sulaiman (1667-1694), ia memiliki
kebiasaan buruk seperti Abbas II yang juga seorang pemabuk. Banyak terjadi penindasan dan
pemerasan. Terutama terhadap para ulama dan penganut paham Sunni serta cenderung memaksakan
paham Syiah. Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada masa pemerintahannya. Keadaan
semakin bertambah buruk pada masa pemerintahan Husein ( 1694-1722). Ia memberikan kebebasan
kepada para ulama Syiah untuk memaksakan paham Syiah dan pendapatnya terhadap penganut Sunni.
Hal ini memicu kemarahan dari golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka melakukan
pemberontakan. Bangsa Afghan melakukan pemberontakkan pertama kali pada tahun 1709 dipimpin
Mir Vays dan berhasil merebut wilayah Qandahar. Disisi lain pemberontakan terjadi di Herat yang
dilakukan oleh suku Ardabil Afghanistan dan berhasil menduduki Marsyad. Mir Vays diganti oleh
Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dan pasukan Ardabil. Sehingga ia mampu
merebut kembali wilayah-wilayah Afghan dari kekuasaan Safawiyah.
Syah Husein merasa terdesak karena ancaman-ancaman dari Mir Mahmud. Akhirnya, Syah Husein
mengakui kekuasaan dan mengangkat Mir Mahmud menjadi Gubernur di Qandahar dengan gelar
Husein Quli Khan (budak Husein). Kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Mir Mahmud untuk memperluas
wilayah. Ia berhasil merebut Kirman dan Isfahan serta kembali memaksa Syah Husein untuk
menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Syah Husein menyerah dan pada 25
Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan. Kemudian Mir Mahmud
digantikan oleh Asyraf untuk menguasai Isfahan. Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan oleh salah
seorang putera Husein bernama Tahmasp II (1722-1732), ia mendapat dukungan penuh dari suku
Qazar dari Rusia. Dengan demikian, ia memproklamasikan dirinya sebagai penguasa yang sah dengan
pusat pemerintahan di kota Astarabad. Tahmasp II melakukan kerjasama dengan Nadir Khan dari
suku Afshar untuk menaklukan bangsa Afghan yang berada di Isfahan pada tahun 1726 M. Pasukan
Nadir Khan berhasil merebut Isfahan pada tahun 1729 M. Asyraf terbunuh dalam peperangan itu.
Dinasti Syafawiyah kembali berkuasa. Namun, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan
oleh Abbas III (1733-1736) yang merupakan anak dari Nadir Khan. Anaknya masih sangat kecil,
sehingga pada 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sendiri sebagai sultan. Pada masa
pemerintahan Nadir Khan, Dinasti Safawiyah berhasil ditaklukan oleh Dinasti Qazar. Maka
berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawiyah di Persia.

C. DINASTI MUGHAL INDIA

A. Asal- Usul Kesultanan Mughal


Kesulatanan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi. Sebab ia menandai puncak
perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India Muslim yang didasarkan pada sebuah
sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Kesultanan Mughal ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M). Secara
geneologis Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan keturunan Jenghi Khan dari pihak
ibu. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya
ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang
menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi
karena mendapat bantuan dari dinasti Shafawi, Ismail akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand
pada tahun 1494 M.
Kesultanan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan
India yang asli. Meskipun demikan, kesultanan Mughal telah memberi warna tersendiri bagi
peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.
Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudannasir menulis, “Dia bukan orang Mughal,
didalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh. Kesultanan yang
didirikannya dikenal sebagai kesultanan Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi
para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur Lenk dan semua
pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit. Nasib merekalah
untuk dicap dengan nama itu”.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.

B. Raja- raja Mughal


Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja.Raja-raja yang
sempat memerintah adalah:
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan.Awal
kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan
Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal.
2. Tahta kesultanan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama Nashiruddin Humayun (1530-
1556 M).
3. Akbar Khan (1556- 1605 M).Gelarnya adalah Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan.
4. Jahangir (1605- 1627 M), adalah putra Akbar.Masa pemerintahannya kurang lebih 23 tahun.
5. Syah Jehan (1628- 1658 M).

C. Kemajuan yang Dicapai Kesultanan Mughal


1. Bidang politik dan militer.
Sistem yang menonjol adalah politik Sulh-e-Kul atau toleransi universal.

2. Bidang ekonomi.
Memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan
kapas.

3. Bidang seni dan arsitektur.


Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan
kombinasi warna-warni.Bangunan yang menimbulkan ciri ini antara lain : Benteng Merah, istana-
istana, makam kerajaan dan yang paling mengagumkan adalah Taj Mahal di Aghra.

4. Bidang agama.
Kesultanan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, dimana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi.[17]

D. Sebab- sebab Kemunduran dan Keruntuhan Kesultanan Mughal


Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator
sebagaimana berikut :

1. Internal : Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.

2. Eksternal : Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara,


gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah
invasi Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal.Pada waktu itu EIC
mengalami kerugian.Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC
mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar.Karena rakyat
merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan
pemberontakan.Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam
rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan.Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India
terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan
mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak.Mereka
diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja
Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M).Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti
Mughal di daratan India.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-
wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.Kemerosotan moral dan
hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang
negara.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.Semua pewaris tahta kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kerajaan Utsmani berasal dari suku bangsa pengembara Qoyigh Oghuz, beribukota di Syukud. Pada tahun
1300 M, Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut
Utsman I. Dinasti Utsmani berkuasa kurang lebih selama tujuh abad, dengan sekitar 36 sultan selama
kekuasaannya. Pasukan Janissary bentukan Orkhan yang terkenal tangguh merupakan pasukan pertama yang
berhasil menaklukkan beberapa wilayah sehingga daerah kekuasaan Utsmani semakin luas. Peradaban yang
dihasilkan meliputi bidang militer, pemerintahan, ilmu pengetahun dan budaya. Kemunduran Utsmani dimulai
ketika wafatnya sultan Sulaiman al-Qoruni tahun 1566 M.
2. Kerajaan Syafawi berdiri sejak 1503-1722 M. Kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat
Syafawiyah, yang didirikan di Ardabil. Nama Syafawiyah diambil dari nama pendirinya, Syafi al-Din. Nama
Syafawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik, bahkan hingga gerakan ini berhasil
mendirikan kerajaan. Hasil peradaban kerajaan Syafawi meliputi bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, bagunan
fisik dan seni. Kemunduran Syafawi berturut-turut sepeninggal Abbas I.

3. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur (1526 - 1530 M). dan Peradaban yang diukir oleh
kerajaan Mughal yakni pada bidang ekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan. Kemunduran Kerajaan Mughal
disebabkan karena terjadi strategi dalam pembinaan kekuatan, kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan
elit politik, pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-idenya, semua pewaris
tahta kerajaan adalah orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan.

B. Saran
Tentunya makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kririk dan sarannya dari berbagai pihak manapun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Dan mudah-mudahan dapat dijadikan referensi untuk menambah khasanah
keilmuan kita. Amin…

DAFTAR PUSTAKA

07 Januari 2014
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
2004.
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki Putra.
Semarang
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai