Kelompok 9
Anggota :
1. Dilla Nurul Aini
2. Miftahul Zannah
3. Miftahul Raudah
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Penulisan
makalah berjudul ‘3 KERAJAAN BESAR’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam. Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:
1. Ibu Arbayyah, M.Pd
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan
3. anggota kelompok 09
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok 09
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................III
B. Rumusan Masalah..........................................................................................IV
c. Tujuan..............................................................................................................V
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti usmani..............................................................................................VI
B. Dinasti Safawiyah............................................................................... ...........................VII
C. Dinasti Mughal India...................................................................................VIII
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan.....................................................................................................XI
B. Saran................................................................................................................X
C. Daftar Pustaka.............................................................................................XIV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempurnaan ajaran Islam telah berhasil membuat perubahan besar bagi peradaban
manusia. Sejarah mencatat, sejak ajaran yang dibawa nabi Muhammad tersebut disampaikan
kepada umat manusia, mampu membuat kemajuan disemua bidang kehidupan, bukan hanya
bidang duniawi semata tetapi juga bidang sosial budaya, mental, dan spiritual. Bangsa Arab,
tempat diturunkannya ajaran Islam, sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang diliputi zaman
jahiliyah, setelah Islam datang mereka mampu tampil menjadi bangsa yang berperadaban dan
meraih kehidupan yang maju serta menjadi pelopor diantara bangsa-bangsa yang lain.
Madinah sebagai awal terbentuknya masyarakat yang menerapkan kehidupan yang dijiwai
dengan ajaran Islam, dipimpin oleh Rasulullah, dilanjutkan oleh Khulafa al-Rasyidin, Bani
Umayah, Bani Abasiyah hingga berbagai wilayah dipermukaan bumi, termasuk dinasti Turki
Usmani, dinasti Safawi dan dinasti Mugal. Makalah ini akan membahas tentang sejarah
peradaban Islam tiga kerajaan besar yaitu pada masa dinasti Turki Usmani, dinasti Safawi
dan dinasti Mugal. Dinasti Turki Usmani (1300-1922 M) berpusat di Istanbul, dinasti
Shafawi (1501-1732 M) berpusat di Persia dan dinasti Mughal berpusat di India.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis menarik sebuah masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Utsmani di Turki?
2. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Syafawi di persia?
3. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Mughal India?
C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
Untuk mengetahui dan menambah wawasan Mahasiswa tentang Sejarah Tiga Kerajaan Besar
Islam dan sekaligus sebagai bahan diskusi atau belajar kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DINASTI USMANI
1. Usman I
1258-1323
1300-1326
2. Orkhan
1288-1359
1326-1359
3. Murad I
1326- Juni 1389
1359-1389
4. Bayazid I
1360- 8 Maret 1403
1389-1403
5.Muhammad I
1379- 26 Mei 1421
1402-1421
6. Murad II
1403- 3 Februari 1451
1421-1451
7. Muhammad II
1432- 3 Mei 1481
1451-1481
8.Bayazid II
14447- 26 Mei 1512
1481-1512
9.Salim I
1466- 22 September 1520
1512-1520
10. Sulaiman I
1494- 5 September 1566
1520-1566
11. Salim II
1524- 13 Desember 1574
1566-1574
14. Ahamd I
1590- 22 November 1617
1603-1617
15. Musthafa I
1592- 20 Januari 1639
1617-1618
16. Usman II
1604- 20 Mei 1622
1618-1622
17. Musthafa II
1592- 20 Januari 1639
1622-1623
18. Murad IV
1612- 9 Februari 1640
1623- 1640
19. Ibrahim
1615- 18 Agustus 1648
1640-1648
20. Muhammad IV
1642- 6 Januari 1693
1648-1687
21. Sulaiman II
1642- 23 Juni 1691
1687-1691
22. Ahamad II
1642- 8 Februari 1693
1691-1695
25. Mahmud I
1696- 16 Desember 1754
1730-1754
27. Musthafa IV
1717- 21 Januari 1774
1757-1773
30. Musthafa V
1774- 16 November 1808
1807-1808
31. Mahmud II
1785- 1 Juli 1839
1808-1839
36. Muhammad VI
1861- 15 Mei 1926
1918-1923
2. Bidang pemerintahan.
Sistem pemerintahan kerajaan Mughal didasarkan kepada sistem feodal.
4. Bidang intelektual.
a. Terdapat tiga buah surat kabar yang muncul pada saat ini, yaitu berita harian Takvini Veka
(1831 M), Jurnal Tasviri Efkyar (1862 M) dan Terjumani abval (1860 M).
b. Dalam bidang pendidikan, dinasti Usmani melakukan pengorganisasian sebuah sistem pendidikan
madrasah yang tersebar luas.
B. DINASTI SAFAWIYAH
Pada saat Ismail I berkuasa selama kurang lebih 23 tahun (1501-1524 M) ia berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, ia juga dapat menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Aq-qayunlu di Hamadan
1503 M, menguasai provinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd pada tahun 1504 M, Diyar
Bakr 1505-1507, Baghdad dan daerah barat daya persia pada tahun 1508 M, Sirwan 1509 M dan
Khurasan pada tahun 1510 M. Ismail I hanya memerlukan waktu selama sepuluh tahun untuk
menguasai seluruh Persia. Ambisi politik mendorong Ismail I adalah untuk memperluas daerah
kekuasaannya ke Turki Utsmani, namun karena Turki Utsmani merupakan dinasti yang sangat kuat
pada masa itu akhirnya Ismail I mengalami kekalahan. Kekalahan itu meruntuhkan kebanggaan dan
kepercayaan diri Ismail. Akibatnya, kehidupannya menjadi berubah. Ismail I lebih suka berfoya-foya
dan keadaan tersebut menimbulkan dampak negatif bagi Dinasti Safawiyah, yaitu timbulnya
perebutan kekuasaan diantara pimpinan-pimpinan suku-suku Turki, pejabat-pejabat Persia, dan
Qizilbash. Sepeninggal Ismail I, kekuasaan Dinasti Safawiyah dilanjutkan oleh Tahmasp I (1524-1576
M), lalu setelah itu dilanjutkan oleh Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khubanda (1577-1587
M). Namun, pada pemerintahan ketiga sultan tersebut Dinasti Safawiyah mengalami kemunduran.
Kemunduran tersebut terus berlangsung sampai pada akhirnya Abbas I naik tahta. Pada masa Abbas I,
Dinasti Safawiyah perlahan-lahan mengalami kemajuan. Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I
dalam memajukan dinasti Safawiyah diantaranya adalah :
1.Berusaha menghilangkan dominasi Qizilbash atas Dinasti Safawiyah dengan cara membentuk
pasukan-pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang berasal dari tawanan-tawanan
bangsa Georgia, Armania, dan Sircassia yang ada sejak pemerintahan Tahmasp I.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani. Di samping itu, Abbas I berjanji untuk tidak
akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman
bin Affan dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut, Abbas I
menyerahkan saudara sepupunya yaitu Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.
Setelah Dinasti Safawiyah menjadi kuat kembali, Abbas I mulai melakukan ekspansi dan merebut
kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang telah hilang. Abbas I juga melakukan penyerangan
kepada Turki Utsmani. Pada saat itu Turki Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad II,
Abbas I menyerang Turki Utsmani dan berhasil menaklukan wilayah Tabriz, Sirwan, dan Baghdad.
Seterlah itu Abbas I juga berhasil menguasai kota Nakhchivan Erivan, Ganja dan Tiflish pada tahun
1605-1606 M. Pada tahun 1622 M, Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah
pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Abbas. Pada pemerintahan Abbas I merupakan puncak
kejayaan Dinasti Safawiyah. Secara politik Abbas I dapat mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri
yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang dulu pernah
direbut dinasti lain pada pemerintahan sultan-sultan sebelumnya. Kemajuan lain yang dicapai Dinasti
Safawiyah antara lain:
a. Bidang Ekonomi
Setelah Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi
pelabuhan Abbas, maka jalur dagang yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis
sepenuhnya berhasil dikuasai oleh dinasti ini.
b. Bidang Pendidikan
Pada Dinasti Safawiyah muncul banyak sekali ilmuwan-ilmuwan terkenal diantaranya Baha’ al-Dîn
al-‘Amili (generalis ilmu pengetahuan), Sadr al-Dîn al-Syîrâzî (filsuf) dan Muhammad Baqir ibn
Muhammad Damad (filsuf, ahli sejarah, teolog, yang pernah mengadakan observasi atas kehidupan
lebah).
Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abbas I. Enam sultan setelahnya
tidak mampu untuk mempertahankan kemajuan yang sudah diraih oleh pendahulunya. Para Sultan
juga lemah dalam memimpin dan memiliki sifat buruk yang juga mempengaruhi jalannya
pemerintahan. Sehingga kerajaan Safawiyah banyak mengalami kemunduran dan tidak mengalami
perkembangan. Sepeninggal Abbas I, pemerintahan diambil alih oleh Safi Mirza (1628-1642), ia
merupakan cucu dari Abbas I. Pada masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai sultan yang lemah dan
kejam terhadap para pembesar-pembesar kerajaan. Ia juga tidak mampu mempertahankan kemajuan-
kemajuan yang berhasil dilakukan Abbas I. Selain itu, kota Kandahar berhasil dikuasai oleh Dinasti
Mughal dipimpin oleh Sultan Syah Jihan. Begitu pula dengan Baghdad yang berhasil direbut oleh
Turki Utsmani. Setelah Safi Mirza, pemerintahan dipegang oleh Abbas II (1642-1667). Ia adalah
sultan yang suka minum-minuman keras, suka menaruh curiga terhadap para pembesar dan
memperlakukannya dengan kejam. Rakyatpun tidak begitu peduli dengan pemerintahan Abbas II.
Abbas II meninggal dikarenakan sakit. Selanjutnya dipimpin oleh Sulaiman (1667-1694), ia memiliki
kebiasaan buruk seperti Abbas II yang juga seorang pemabuk. Banyak terjadi penindasan dan
pemerasan. Terutama terhadap para ulama dan penganut paham Sunni serta cenderung memaksakan
paham Syiah. Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada masa pemerintahannya. Keadaan
semakin bertambah buruk pada masa pemerintahan Husein ( 1694-1722). Ia memberikan kebebasan
kepada para ulama Syiah untuk memaksakan paham Syiah dan pendapatnya terhadap penganut Sunni.
Hal ini memicu kemarahan dari golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka melakukan
pemberontakan. Bangsa Afghan melakukan pemberontakkan pertama kali pada tahun 1709 dipimpin
Mir Vays dan berhasil merebut wilayah Qandahar. Disisi lain pemberontakan terjadi di Herat yang
dilakukan oleh suku Ardabil Afghanistan dan berhasil menduduki Marsyad. Mir Vays diganti oleh
Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dan pasukan Ardabil. Sehingga ia mampu
merebut kembali wilayah-wilayah Afghan dari kekuasaan Safawiyah.
Syah Husein merasa terdesak karena ancaman-ancaman dari Mir Mahmud. Akhirnya, Syah Husein
mengakui kekuasaan dan mengangkat Mir Mahmud menjadi Gubernur di Qandahar dengan gelar
Husein Quli Khan (budak Husein). Kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Mir Mahmud untuk memperluas
wilayah. Ia berhasil merebut Kirman dan Isfahan serta kembali memaksa Syah Husein untuk
menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Syah Husein menyerah dan pada 25
Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan. Kemudian Mir Mahmud
digantikan oleh Asyraf untuk menguasai Isfahan. Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan oleh salah
seorang putera Husein bernama Tahmasp II (1722-1732), ia mendapat dukungan penuh dari suku
Qazar dari Rusia. Dengan demikian, ia memproklamasikan dirinya sebagai penguasa yang sah dengan
pusat pemerintahan di kota Astarabad. Tahmasp II melakukan kerjasama dengan Nadir Khan dari
suku Afshar untuk menaklukan bangsa Afghan yang berada di Isfahan pada tahun 1726 M. Pasukan
Nadir Khan berhasil merebut Isfahan pada tahun 1729 M. Asyraf terbunuh dalam peperangan itu.
Dinasti Syafawiyah kembali berkuasa. Namun, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan
oleh Abbas III (1733-1736) yang merupakan anak dari Nadir Khan. Anaknya masih sangat kecil,
sehingga pada 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sendiri sebagai sultan. Pada masa
pemerintahan Nadir Khan, Dinasti Safawiyah berhasil ditaklukan oleh Dinasti Qazar. Maka
berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawiyah di Persia.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
2. Bidang ekonomi.
Memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan
kapas.
4. Bidang agama.
Kesultanan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, dimana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi.[17]
1. Internal : Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-
wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.Kemerosotan moral dan
hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang
negara.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.Semua pewaris tahta kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kerajaan Utsmani berasal dari suku bangsa pengembara Qoyigh Oghuz, beribukota di Syukud. Pada tahun
1300 M, Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut
Utsman I. Dinasti Utsmani berkuasa kurang lebih selama tujuh abad, dengan sekitar 36 sultan selama
kekuasaannya. Pasukan Janissary bentukan Orkhan yang terkenal tangguh merupakan pasukan pertama yang
berhasil menaklukkan beberapa wilayah sehingga daerah kekuasaan Utsmani semakin luas. Peradaban yang
dihasilkan meliputi bidang militer, pemerintahan, ilmu pengetahun dan budaya. Kemunduran Utsmani dimulai
ketika wafatnya sultan Sulaiman al-Qoruni tahun 1566 M.
2. Kerajaan Syafawi berdiri sejak 1503-1722 M. Kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat
Syafawiyah, yang didirikan di Ardabil. Nama Syafawiyah diambil dari nama pendirinya, Syafi al-Din. Nama
Syafawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik, bahkan hingga gerakan ini berhasil
mendirikan kerajaan. Hasil peradaban kerajaan Syafawi meliputi bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, bagunan
fisik dan seni. Kemunduran Syafawi berturut-turut sepeninggal Abbas I.
3. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur (1526 - 1530 M). dan Peradaban yang diukir oleh
kerajaan Mughal yakni pada bidang ekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan. Kemunduran Kerajaan Mughal
disebabkan karena terjadi strategi dalam pembinaan kekuatan, kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan
elit politik, pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-idenya, semua pewaris
tahta kerajaan adalah orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan.
B. Saran
Tentunya makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kririk dan sarannya dari berbagai pihak manapun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Dan mudah-mudahan dapat dijadikan referensi untuk menambah khasanah
keilmuan kita. Amin…
DAFTAR PUSTAKA
07 Januari 2014
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
2004.
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki Putra.
Semarang
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta