Anda di halaman 1dari 2

Anggota Kelompok 2 :

1. Syauqi (201910110311
2. Andi Mona Rahman (201910110311285)
3. Asla Lival (201910110311
4. Muhammad Adam (201910110311
5. Nabila Sekhah (201910110311302)
6. Nadia Natashya Amarilis (201910110311305)

ANALISA KASUS LOGO PT. PERTAMINA (2006)

 
Jika melihat sejarahnya, unsur-unsur logo bintang dan kuda laut, serta
banner berwarna kuning, sudah menjadi logo pertamina sejak tahun 1961, dengan
banner bertulis PERMINA. Baru pada tahun 1968, unsur itu dilengkapi empat
lengkung berwarna dasar biru, dengan banner kuning bertuliskan PERTAMINA
selama 37 Tahun (20 Agustus 1968-10 Desember 2005) orang mengenal logo
“Kuda Laut” sebagai identitas Pertamina.
Pemikiran perubahan logo dimulai setelah terjadinya krisis Pertamina
sekitar tahun 1976. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya
dan diperkuat melalui tim Restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (tim citra)
termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR
dan penghitungan biaya. Program tersebut tidak terlaksana karena adanya
perubahan kebijakan atau pergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap
berlangsung sampai dengan terbentuknya PT.Pertamina (persero) pada tahun
2003.
Tujuan utama perubahan logo itu adalah bahwa Pertamina ingin
menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa pertamina itu telah berubah.
Pertamina melakukan perubahan dalam bentuk retrukurisasi dan reformasi serta
dalam output sehingga berpengaruh dalam perubahan nilai, mindset serta budaya
kerja Pertamina. Perubahan itu dilatar belakangi oleh dinamika dan kemajuan
perusahaan-perusahaan migas new commers milik negara tetangga yang begitu
pesat.
Pada tahun 2006, pembuatan logo baru Pertamina berdampak protes dari
pensiunan karyawan Pertamina. Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina
(SPKP) menilai, tindakan tersebut merupakan bentuk arogansi dari direksi
Pertamina yang dipimpin Widya Purnama (Direktur Utama Pertamina). Widya
Purnama mengganti logo tersebut dengan sesuka hatinya. Menurut ketua Umum
SPKP Binsar Effendi Hutabarat, “penggantian logo tersebut dinilai sebagai bentuk
arogansi dari pimpinan”. Usul pembuatan logo baru itu juga tanpa melalui rapat
direksi atau rapat umum pemegang saham selaku penentu kebijakan tertinggi.
Dana pembuatan logo Pertamina berasal dari keuntungan Pertamina pada tahun
2005 sebesar Rp. 11,3 Triliun. Dan seharusnya penggunaan dana berasal dari
anggaran persero.
Pergantian logo Pertamina yang dilakukan tanpa tender dinilai telah
melanggar praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) mendenda PT Pertamina (Persero) sebesar Rp. 1
Miliar. Dalam penggantian logo tersebut yang dilakukan oleh Dirut Pertamina,
telah melakukan diskriminasi dengan cara memperlakukan Landor yang
merupakan perusahaan branding consultant secara istimewa melalui penunjukan
langsung. PT PERTAMINA telah melanggar Pasal 9 Undang-undnag No.5 Tahun
1999 tentang Praktek monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sebagaimana
pasal 19 UU No.5/1999 berunyi :
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa :
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;
atau
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada
pasar bersangkutan; atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu

Anda mungkin juga menyukai