(Studi Kasus Upaya Penangkapan Presiden Sundan Omar Al-Bashir oleh ICC)
Oleh:
PENDAHULUAN
Hubungan antar Negara satu dengan lainnya atau hubungan internasional dalam
berbangsa dan bernegara adalah hal lumrah akan terjadi itulah mengapa perlu adanya
hukum untuk mengatur hubungan internasional tersebut agar tidak timbul perselisihan
adalah statuta Roma yang mendasari didirikannya Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Sejak berlaku tahun 2002, hingga sekarang Statuta Roma sudah diratifikasi oleh 123 negara.1
international yang dibentuk oleh negara-negara yang memliki tujuan yang sama, yaitu
memberikan kemananan bagi seluruh masyarakat internasional atau global civil society.
Terdapat 4 (empat) Yurisdiksi kejahatan yang dianggap serius oleh Mahkamah Pidana
Internasional yaitu: The crime of genocide, Crimes against humanity, War crimes, The crime
of aggression.2
1
Situngkir.D.A. Urgensi Ratifikasi Statuta Roma Bagi Indonesia. UIR Law Review, 2,378
2
Pasal 5 Statuta Roma.
Mahkamah Pidana Internasional merupakan Keberadaan yang dianggap sebagai
pengadilan pidana internasional pertama bersifat permanen dan merupakan cara yang efektif
dalam perlindungan terhadap hak asasi manusia karena Keberadaan Mahkamah untuk
menghilangkan kekebalan (impunity) yang dimiliki pelaku atau orang yang harus menjadi
pelaksana atas apa yang selama ini sulit diadili melalui proses peradilan.
Pada Konvensi Wina 1961 hak imunitas yaitu bentuk kekebalan yurisdiksi pidana
serta perdata serta tidak bisa diganggu sama sekali. Tidak cuma dirasakan oleh pejabat tetapi
juga anggota keluarganya. Untuk kekebalan serta keistimewaan para pejabat negara-negara
bisa diklasifikasikan pada 2 arti, yakni immunity serta inviolability. immunity dimaksudkan
sebagai kekebalan kepada yurisdiksi pengadilan negara penerima baik dalam bidang hukum
kekebalan kepada unsur-unsur pemerintah atau alat kekuasaan negara penerima, serta
kekebalan kepada semua gangguan yang bisa merugikan juga hak guna memperoleh
Dengan artian, kepala negara serta pejabat pemerintahan tidak terikat terhadap
regulasi negara lain. Hak imunitas tersebut diberikan oleh hukum internasional. berlandaskan
Genewa Convention on Diplomatic Relation 1961 (Konvensi Jenewa 1961). 3 Hak imunitas
secara umum mempunyai makna jika para pimpinan negara, pejabat pemerintahan memiliki
Pejabat negara yang menikmati kekebalan hukum adalah aspek kebebasan guna
berbuat yang diberikan oleh pemerintah negara. Kekebalan ditujukan guna menghindari
kebiasaan pejabat kepada good will pemerintah sebab kebiasaan bisa berdampak untuk
3
Anugrah Andara Putra, Penerapan Hak Imunitas yang dimiliki oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Urgensi Forum Previlegiatum, Diponegoro Law Review, Vol. 5, No. 2, (Januari, 2016),
hlm. 5.
kelancaran realisasi tugas terutama pada penentuan sebuah kebijakan. Kekebalan itu
Pelanggaran hukum yang dilakukan seorang pejabat negara tersebut, bukan demi kepentingan
negara, Kekebalan hukum itu tidak dapat berfungsi. Salah satu contoh kasus yang terkait
dengan imunitas kepala Negara yaitu Presiden Sudan yang diduga menlanggar kejahatan
Kemanusiaan serta Kejahatan Genosida di Darfur oleh Jaksa ICC Luis Moreno. Perkara yang
menimpa Presiden Sudan Omar Al-Bashir berujung pada dibuatnya surat perintah
yang masuk dalam ICC seperti kejahatan terhadap kejahatan perang, pembantaian serta
kemanusiaan kepada suatu bangsa dan suku dengan tujuan memusnahkan bangsa tersebut dan
di lakukan dengan kesengajaan kejahatan itu sangat berat dalam pelanggaran ham.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Penyelesaian Kasus Presiden Omar Al-Bashir Kepala Negara Sudan oleh
Pembahasan
4
Sumaryo Suryokusumo, 1995, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Penerbit Alumni-Bandung, hal 56
Kronologi Kasus
Konflik atas tuduhan Omar Al-Bashir tersebut dimulai atas krisis yang terjadi pada
daerah negara Sudan terkhususnya daerah darfur. Sejumlah hal misalnya perubahan keadaan
secara drastis, kekeringan, politik peluang politik, serta pertumbuhan yang cepat, secara
Lalu, letak kawasan yang sisi barat Sudan ini berubah jadi lokasi yang terasingkan
oleh karena minimnya perhatian dan tirani bagi warga nonarab dari pemerintah Sudan. 5 Yang
perlawanan dari ketidakadilan yang dialami daerah itu, yakni Justice and Equality Movemen
(JEM) dan Sudan Liberation Army (SLA) pada awal tahun 2003. Kedua kelompok
pemberontak ini memulai perlawananya dan berhasil menguasai kota Gulu pada awal
Pemerintah Sudan yang belum siap guna melakukan tindakan balasan disebabkan
minimnya aparat militer, melibatkan suku-suku sekitar guna turut menyerang pemberontak.
Suku-suku tersebut yaitu, suku nomaden Arab6 untuk diposisikan milisi. Milisi ini yang
selanjutnya dinamakan "Janjaweed" adalah mayoritas yang personilnya diambil atas Suku
Arab Baggara. Janjaweed ini berperan guna menunjang pemerintah Sudan selanjutnya
menciptakan persoalan baru khususnya pada pelanggaran HAM berat, bukan hanya
pemberontak yang menjadi fokus penyerangan tetapi juga penduduk sipil turut menjadi
korban serangan.7
Permasalahan Penyelesaian
5
Kriminalisasi-Presiden-Sudan matanews.com/ diakses pada, 14 Januari 2021
6
Sudan Memprotes ICC, KOPAS.Com, Jum’at 6 Maret 2009. diakses pada 14 Januari 2021
7
Kejahatan yang Memicu Eksodus,, Kompas.com . Jum’at 6 Maret 2009. diakses, 14 Januari 2021
Prinsip non-impunity yang dianut Statuta Roma sebagaimana yang dituangkan pada
Preamble Statuta Roma pada alinea kelima, “to put an end to impunity for the perpetrators of
threes crimes” Alinea kelima tersebut adalah dampak logis atas ketentuan alinea keempat,
yang menyatakan, “that the most serious crimes of concern to the international community as
dari hasil penyelidikan perkara pelanggaran berat HAM yang mengharuskan sampai pada
“senior state officials” di negara yang tersebut alhasil ICC membutuhkan kerjasama atas
Didalam istilah “par in parem non habet imperium” (an equal has no power over an
equal), aspek imunitas di Statuta Roma ini tidak bisa diterima sebab ICC yang mempunyai
kewenangan serta berperan untuk menjalankan yurisdiksi atas perbuatan penangkapan juga
penahanan itu (pada aspek unwilling serta inability negara).9 Implementasinya sudah jelas
bahwa prinsip ini bertolak belakang terhadap hak imunitas bagi yang mempunyai kedudukan
publik seperti pada kasus Presiden Sudan Omar Al-Bashir lalu berujung dengan ditetapkan
Upaya Penyelesaian
Penyelesaian krisis yang terjadi di Darfur langsung dilakukan oleh PBB. Dewan
Keamanan PBB serta Perdamaian Uni Afrika selanjutnya mendirikan African Union Mission
in Sudan berperan dalam campur tangan atau pengambilan andil secara langsung dalam krisis
Darfur. Kemudian pada tanggal 8 April 2004 dibarengi dengan kesepakatan Humanitarian
Ceasefire Agreement diantara pemerintah Sudan serta 2 organisasi pemberontak, yakni SLA
juga JEM.
8
Gunawan, Yordan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, hlm. 14
9
Pasal 17 Statuta Roma
AMIS menganggap kesepakatan tersebut jadi landasan guna beroperasi dengan
provokasi pada pemerintah sampai tentara UA (Uni Afrika) terbunuh oleh karena perjanjian
itu dianggap tidak memuaskan apalagi usai mempelajari perjanjian yang dilaksanakan oleh
kedua belah pihak yaitu, pemerintah Sudan terhadap The Sudan People’s Liberation Army.
SPLA pada kawasan selatan dan berujung pada berakhirnya Omar Al- Bashir yang
menyandang posisi pimpinan SPLA selaku pejabat senior pada pemerintahan di Sudan. Guna
mengakhiri krisis Darfur tersebut telah melalui berbagai upaya tetapi malah bertambah rumit
apalagi dengan sikap pemerintah Sudan yang tidak memperbolehkan pengintervensian atas
pihak luar dari segala kepentingan yang terjdai pada negerinya sebagai contoh adalah
penolakan pada tahun 2007 terhadap kedatangan tentara perdamaian PBB serta UA di
Darfur.10
Juli 2008, Jaksa ICC menyatakan 10 (sepuluh) ddugaan kejahatan perang kepada Presiden
Sudan Omar Al- Bashir. Kesepuluh dugaan itu terbentuk atas 2 (dua) dugaan terhadap
kejahatan perang, 3 (tiga) dugaan terhadap genosida dan5 (lima) dugaan terhadap kejahatan
kemanusiaan.
Pernyataan Jaksa ICC jika Omar Al-Bashir adalah pelaku utama sekaligus yang
mayoritas kesukuan mereka adalah non arab.11 7 (tujuh) Sebelum itu, Jaksa ICC juga
10
“AMIS”, African Union Mission in The Sudan, dalam www.amis -sudan.org, diakses pada tanggal 14 Januari
2021
11
Peter Walker, "Darfur genocide charges for Sudanese president Omar Al-Bashir",
http://www.guardian.co.uk/world/2008/jul/14/sudan.warcrimes1?gusrc=rss&feed=worldnews,
mengeluarkan suratperintah penangkapan pada Ahmed Haroun sebagai mantan Mendagri
Sudan, yang saat ini berposisi selaku Menteri Humaniter Sudan, serta Kepala Milisi
Janjaweed Ali Kushavb saat bulan April 2007 terhadap dugaan kejahatan kemanusiaan serta
warga negaranya itu ke Den Haag menggunakan dalil ICC yang tidak mempunyai
ICC yang memiliki yuridiksi untuk pelaksanaan pengadilan bagi para pelaku
kejahatan dengan catatan kejahatan tersebut dilakukan pada wilayah negara yang merupakan
anggota ICC atau pada wilayah negara non anggota yang telah menyatakan persetujuan untuk
menerima yuridiksi pengadilan atas kejahatan tersebut. Namun dengan adanya kejahatan
serius dalam suatu negara yang berimplikasi mengancam perdamaian dan keamanan
menggambarkan situasi tersebu pada ICC sesuai piagam PBB bab VII dengan memberikan
yuridiksi.13
Karena ICC berperan sebagai suatu pengadilan yang permanen dan dibentuk memiliki
maksud guna pemwujudan perdamaian juga keamanan internasional.14 Tujuan ini yang
kemudian sejalan terhadap pengakuan dalam Statuta Roma dengan menekankan jika
mengikuti proses konferensi Roma. Golongan pertama diwakilkan negara maju seperti
Kanada dan Norwegia yang setuju dalam pembentukan ICC yang memiliki kewenangan atau
yuridksi melewati batas negara, golongan kedua adalah golongan negara-negara anggota dari
Security Council kecuali Inggris yang menginginkan kewenangan ICC juga harus
berkembang seperti India dan Meksiko yang setuju atas sifat independen yang dilakukan oleh
ICC.15
independen yang bermarkas di Den Haag, Belanda dimana hal tersebut mempertegas bahwa
ICC tidak akan menerima adanya kepentingan dari para negara-negara anggota. Disisi lain
ICC bukan sebuah pengadilan utama dalam penanganan sebuah kasus di suatu negara,
melainkan pengadilan terakhir yang bergerak atas permintaan negara yang terkait atau negara
yang terkait itu tidak dapat atau tidak mau melakukan pengadilan bagi aktor individu yang
ICC memiliki tiga cara yang telah dilakukan untuk mengupayakan terjadinya
pengadilan terhadap aktor-aktor yang bertanggung jawab, khususnya Omar Al-Bashir. Ketiga
diberikan oleh DK PBB terhadap ICC melalui resolusi 1593, sehingga nantinya ICC
15
Kirsch, P., & Holmes, J. T. (1999). The Rome conference on an international criminal court: the negotiating
process. The American Journal of International Law, 93(1), 2-12.
16
Totten, C. D., & Tyler, N. (2008). Arguing for an integrated approach to resolving the crisis in Darfur: the
challenges of complementarity, enforcement, and related issues in the International Criminal Court. The Journal
of Criminal Law and Criminology, 1069-1118.
17
Anggreni, I. A. K. N., Mangku, D. G. S., & Yuliartini, N. P. R. (2020). Analisis Yuridis Pertanggungjawaban
Pemimpin Negara Terkait Dengan Kejahatan Perang Dan Upaya Mengadili Oleh Mahkamah Pidana
Internasional (Studi Kasus Omar Al-Bashir Presiden Sudan). Jurnal Komunitas Yustisia, 2(3), 227-236.
akan menggunakan resolusi tersebut untuk melakukan proses investigasi. Hal tersebut
mendapatkan bukti-bukti, maka ICC dapat menjalankan proses pra peradilan yang
sebagai mana telah dilakukan oleh ICC terhadap Al Bashir yaitu Pre Trial Chamber
3) Karena ICC merupakan lembaga peradilan pidana internasional yang dibuat oleh
melakukan kerjasama, seperti contohnya apabila target utama ICC yaitu Al Bashir
Sebagaimana pasal 25 Piagam PBB menyebutkan jika semua bangsa anggota PBB
menyepakati penerimaan serta penjalanan ketetapan sesuai dengan dibuat oleh DK-PBB. Hal
tersebut tergolong pada Resolusi DK-PBB No. 1593 dengan keputusan yang dibuat oleh DK-
PBB. Resolusi adalah konsekuensi yang timbul pada muatan Pasal 13 (b) Statuta Roma 1998
yang memberi kewenangan terhadap DK-PBB dalam pengajuan suatu “Situasi” pada ICC
yang berjalan mengacu pada Bab VII Piagam PBB. Pada Bab VII Piagam PBB menentukan
Setelah mendapatkan yuridiksi dari DK PBB, Jaksa penuntut ICC, Moreno Ocampo,
dilakukan Al Bashir berupa data yang berisikan ide-ide dan strategi yang dibuat oleh Al
Bashir untuk melancarkan serangan secara sistematis kepada etnis Fur, Masalit dan
Zaghawa.18
18
artikel situs online resmi Mahkamah Pidana Internasional yang berjudul “ICC Prosecutor presents case against
Sudanese President, Hassan Ahmad Al Bashir, for genocide, crimes against Humanity dan War Crimes”
Sesuai aturan ICC dan Pasal 53 Statuta Roma 1998, memutuskan berlandaskan “surat
permintaan penuntutan berdasarkan pasal 58” yang menyatakan Omar Al Bashir sebagai
pelaku utama yang bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan Pasal 25 (3)(a) serta di
tanggal 4 maret 2009 menerbitkan surat penahanan. Resolusi DK-PBB N0. 1593 menyatakan
secara tegas jika Pemerintah Sudan mengharuskan bekerja sama penuh terhadap ICC pada
pelaksanaan proses penyidikan serta penuntutan sesuai dengan resolusi itu. Pengharusan
pernyataan lagi tentang Sudan bukanlah negara Pihak dari Statuta Roma, berdasarkan
pernyataan tersebut berarti Sudan sudah tidak mempunyai keharusan sedikitpun guna patuh
peradilan, serta pemerhatian tentang ketentuan Pasal 458 Statuta Roma tentang pemberian
perintah penahanan atau panggilan pengadilan pada sidang praperadilan. Karena itu, sudah
sesuai dengan hukum internasional, surat perintah penangkapan Omar Al-Bashir (Omar
diperbuat olehnya di Sudan. Menurut Pasal 25, paragraf 33 (b) dalam Statuta Roma, Omar
Al-Bashir didakwa sebagai pelaku utama (pelaku tidak langsung dan pelaku tidak langsung)
Meratifikasi Statuta Roma adalah suatu cara bagi negara dapat memenuhi ketentuan
sebagai anggota Mahkamah Pidana Internasional. Hal ini dikarenakan Mahkamah Pidana
Internasional merupakan lembaga yang lahir melalui perjanjian internasional, oleh karena itu
19
Bahar, A. (2015). Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Hak Imunitas Kepala Negara Di Hadapan
Pengadilan International Criminal Court (ICC) (Doctoral dissertation).
jika suatu negara ingin tunduk pada yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional, negara yang
bersangkutan wajib meratifikasi Statuta Roma terlebih dahulu. karenanya, ketentuan Statuta
Roma yang berlaku di bangsa-bangsa yang telah meratifikasi Statuta Roma dan atau bangsa-
Sudan sebagai suatu negara, bukan merupakan bagian dari pihak dalam Statuta Roma,
akibatnya ketentuan Statuta Roma tidak berlaku untuk Sudan serta tidak mempunyai
internasional tidak mencantumkan kewajiban atau hak kepada negara ketiga tanpa ratifikasi
internasional sesuai terhadap Pasal 234 Konvensi Wina 1969, Oleh karena itu, dapat
disimpulkan regulasi Statuta Roma tidak berlaku untuk Sudan dengan kondisi apapun.
Namun, Sudan merupakan anggota PBB dari tanggal 12 Nopember 1956. Alhasil
Sudan wajib tunduk regulasi yang terdapat pada Resolusi DK PBB No 1593 sebab Sudan
adalah Negara anggota PBB walaupun Sudan bukan Negara Pihak Statuta Roma.
Pelaksanaan Resolusi DK-PBB No. 1593 tentang situasi di Darfur adalah perkara perdana
DK-PBB yang membuat ICC menyelidiki perkara berlandaskan Pasal 13 (b) Statuta Roma
1998 yaitu “Suatu situasi (kasus) di mana satu atau lebih kejahatan yang tampak telah
dilakukan tersebut diteruskan kepada Penuntut Umum oleh Dewan Keamanan yang bertindak
berdasarkan Bab VII Piagam Perserikatan BangsaBangsa”. Meskipun Sudan bukan anggota
Statuta Roma 1998 dan menolak atas resolusi itu, tetapi selaku negara anggota PBB Sudan
harus tunduk terhadap ketetapan itu serta mengikuti DK-PBB dalam bekerjasama terhadap
ICC. 21
20
Rulandika, P. (2014). Hak Kekebalan (Immunity Right) Kepala Negara Di Hadapan Yurisdiksi International
Criminal Court (ICC) Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional (Studi Kasus Upaya Penangkapan Presiden
Sudan Omar Al-Bashi (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
21
Ibid
Pada ICC sekarang tidak mengakui istilah imunitas dari kejahatan internasional yang
tergolong kewenangannya. Juga pada kasus Omar Al-Bashir, berdasarkan pasal 27 Statuta
Roma dimana tidak diterimanya hubungan posisi kepala negara selaku kelebihan pembedaan
pelaksanaan statute. Kemudian kasus dapat terus berjalan tanpa hambatan pada realisasi
prosesnya atau dihalangi oleh adanya imunitas yang over atas pemerintah Sudan.
Namun, proses terhadap penahanan ini masih menuai pro dan kontra di dunia
internasional. Bukan sebuaah kejutan, jika penahanan Omar Al-Bashir ini bisa
berkepanjangan karena sebelumnya di Sudan pernah dibuat surat penahanan untuk Ahmad
terulangnya praktek impunitas yang waktu timbul dalam sebuah kasus yang menyasar pejabat
negara atau kepala negara yang kemungkinanya cukup besar menilik peran Omar Al-bashir
yang dipandang penting pada proses perdamaian di Sudan, layaknya sebab yang sudah
dikatakan oleh The Sudan Workers Trade Unions Federation and the Sudan International
Defence Group.
Penyelesaian Kasus Kepala Negara Sundan Omar Al- Bashir Dalam Pandangan
Hukum Internasional
ICC adalah pelengakap missing link pada keberadaan sistem hukum internasional,
hingga sebelum berdirinya ICC yang mayoritas oleh ICJ dengan negara selaku pihak yang
sifatnya ad hoc serta nenggunakan keadilan selektif kepada suatu locus delicti serta tempus
delicti.
22
Surat Perintah Penangkapan ICC-02/05-01/07
23
Sefriani, S. (2007). Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998. Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, 14(2).
Kofie Anan menyatakan jika ICC selaku, “ a gift of hope to future generations, and a
giant step forward in the march forward universal human right and the rule of law.” Maka
dari itu jika perintah penahanan \ kepada Al-Bashir itu tidak bisa dijalankan dengan syarat
serta realita yang terungkap memenuhi kerangka yuridis berdasarkan Statuta Roma.
Bermodalkan kepercayaan awal kepada proses penahanan ini, ICC bisa mulai menampakkan
ICC sebagai mahkamah permanen yang bertujuan sebagai instansi yang berdiri untuk
jangka panjang. Yang dampaknya pada persoalan status hukum akan ICC jadi hal yang
dipandang penting. Sisi lain berkaitan kinerja ICC pada hubungan internasional, pun tentang
seberapa jauh realisasi fungsi dan perwujudan tujuan ICC itu sendiri. Secara umum hal
tersebut dapat dihubungkan terhadap dua aspek yang saling berhubungan, yakni legal
capacity (kapasitas hukum) serta legal personality (personalitas hukum). Personalitas hukum
Legal Personality yang menempatkannya selaku status atau suatu entitas yang dinilai selaku
subyek hukum intenasional khusus dan bisa mempunyai hak juga dibebankan kewajiban
Pembentukan ICC dapat dikategorikan jadi dua, yakni general spirit dan specific
spirit. General spirit dalam pendirian ICC yaitu semangat universal guna mengamankan
penghormatan untuk HAM serta kebebasan dasar, sementara specific spirit dalam Statuta
atas pihak-pihak yang disinyalir atau sudah terbukti dalam menjalankan pelanggaran HAM
Dalam Pasal 27 Statuta Roma 1998 menyatakan bahwa tidak mengakui hak-hak
istimewa yang dipunyai serta menyertai terhadap kedudukan publik seperti kepala negara
atau menteri atau pejabat publik yang ditugaskan atas nama negara pada negara asing.
Regulasi tersebut jelas guna penyelarasan kehendak akan Statuta Roma layaknya pada
Preamble Statuta Roma mengingat jika kekejaman kepada kejahatan-kejahatan di dunia lebih
banyak dijalankan oleh pejabat yang memiliki kewenangan, juga kepala negara.
praktek kenegaraan.24 Artinya hal itu tidak mutlak dapat diambil oleh seorang pimpinan
hukum internasional bagi tiap seseorang memiliki kedudukan yang sserupa di hadapan
hukum termasuk pejabat negara yang melanggar hukum internasional tetaplah wajib diproses
praktek pengadilan internasional kontemporer serta Preamble Statuta Roma bissa digunakan
sebagai pedoman dalam perkembangan itu yang memang selanjutnya jadi suatu latar
adanya yurisdiksi. Tanpa terkecuali semua negara bisa mengklaim serta menerapkan
yurisdiksinya berlandaskan asas universal. Beberapa perbuatan pidana yang dikarenakan sifat
guna dapat mengklaim yurisdiksinya atas sebuah perbuatan pidana yang bersebrangan
timbulnya.
Surat perintah penangkapan serta penahanan kepada Omar Al-Bashir oleh ICC telah
sesuai dengan regulasi Statuta Roma 1998. Pengusulan perkara oleh DK PBB lewat Resolusi
DK No. 1593 tahun 2005 yang berdasarkan dengan pasal 13 (b) Statuta Roma 1998
memungkinkan ICC melaksanakan kewenangannya, termasuk Negara Sudan yang bukan jadi
memperhatikan Pasal 58 Statuta Roma, mengenai pengeluaran Surat perintah penahanan atau
Surat panggilan menghadap oleh sidang Pra-Peradilan. Oleh karena itu status Surat
PENUTUP
Kesimpulan
Surat perintah penangkapan serta penahanan Omar Al-Bashir oleh ICC sesuai dengan
muatan Statuta Roma 1998. Berlandaskan ketetapan Pasal 13 ( b ) Statuta Roma 1998 Sudan ,
v v 2 v 3 v v v v v
bahkan jika Kesultanan bukan merupakan pihak dalam Statuta Roma 1998, Pengadilan
v
Kriminal Internasional dapat menerapkan yurisdiksi kasus ini di Sudan. Roma. Oleh karena
itu, menurut hukum internasional, surat perintah penangkapan ICC Omar Al-Bashir sebagai
v v v v v v v
vPresiden Sudan berlaku. Oleh karena itu status Surat penangkapan Omar Al-Bashir adalah
sah menurut hukum internasional. Hambatan ketika penyelesaian kasus Omar Al Bashir
diakibatkan dari kerumitan yang ditimbulkan oleh para pihak yang memiliki kepentingan di
Sudan dan lemahnya motivasi para pihak yang berseteru misalnya pemerintah Sudan,
Saran
Hambatan ICC menyelesaikan kasus Omar Al Bashir karena Sudan bukan negara
yang meratifikasi Statuta Roma, maka sebaiknya Statuta Roma 1998 disetujui terhaddap
tidak disingkirkan oleh bangsa-bangsa lain dengan dalih tidak meratifikasi Statuta Roma
1998 dan memandang dirinya tidak berhak guna diadili berdasarkan kejahatan internasional
Intervensi dari negara lebih baik dibatasi atas perintah Dewan Keamanan PBB dan
Mahkamah Pidana Internasional agar waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus
Daftar Pustaka
Buku
Suryokusumo, S, 1995. Hukum Diplomatik Teori dan Kasus. Bandung: Penerbit Alumni.
Jurnal
Anugrah Andara Putra, Penerapan Hak Imunitas yang dimiliki oleh Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Urgensi Forum Previlegiatum, Diponegoro Law
Umboh, E. C. (Feb/2019). Hak Imunitas Kepala Negara Yang Melakukan Kejahatan . Lex Et
Totten D, Christopher & Tyler, Nicholas.Arguing for an integrated approach to resolving the
Artikel online
Artikel situs online resmi International Criminal Court yang berjudul “ICC Prosecutor
presents case against Sudanese President, Hassan Ahmad Al Bashir, for genocide, crimes
Bahar, A. (n.d.). Skripsi tinjauan Hukum Internasional Terhadap Hak Imunitas Kepala
Negara Di Hadapan Pengadilan International Criminal Court (Icc) (Studi Kasus Omar Al-
Bashier).
Final Bekerja
(0-100)
lengkap
Al-Fatihah materi
lengkap