Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN STRATEGI

PT. Gajah Tunggal Tbk

disusun oleh:

Virgin Vinenzia
(01012681822010)

Hana Lestari Ningsih


(01012681822009)

Fardhan Abadah
(01012681822008)

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Emitmen di sector industry ban kembali menaikkan harga jual produk, akibat melonjaknya
biaya pembelian bahan baku karet hingga 300% dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini
dilakukan, sebagai strategi agar margin keuntungan tidak semakin tergerus. Pada kuartal 1 tahun
ini, PT Gajah Tunggal Tbk telah menaikkan harga jual ban sebesar 10%. Bulan lalu opsi
peningkatan harga jual ban, guna menjaga margin keuntungan.
Direktur gajah tunggal, catharina widjaya mengatakan pada saat ini terdapat peningkatan
harga bahan baku karet sebesar 80%-90% dibebankan kepada konsumen, seiring dengan
kenaikan harga jual ban. Menurutnya perseroan akan melihat perkembangan harga bahan baku
karet dan akan kembali melakukan penyesuaian harga jual ban, jika diperlukan. Kenaikan harga
karet sudah mulai sejak kuartal terakhir tahun lalu. Kami sudah menaikkan ASP (harga jual rata-
rata) sebesar 10% jelasnya. (Bisnis Indonesia, 22 Juni 2011)

II. Rumusan Masalah


Rumusan Masalah pada laporan ini ialah
1. Bagaimana analisis SWOT pada PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)?
2. Bagaimana analisis BCG pada PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)?
3. Bagaimana perkembangan bisnis inti yang digeluti oleh perusahaan PT Gajah Tunggal
Tbk?
4. Bagaimana lingkungan persaingan dan industry dari bisnis PT Gajah Tunggal Tbk?
5. Bagaimana analisis internal PT Gajah Tunggal Tbk?
6. Apa strategi yang ditetapkan PT Gajah Tunggal Tbk ?
7. Apa pertimbangan yang perlu diperhatikan PT Gajah Tunggal Tbk dalam memilih
strategi yang dijalankan perusahaan?

III. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian pada laporan ini ialah
1. Memaparkan analisis SWOT pada PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
2. Memaparkan analisis BCG pada PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
3. Menganalisis strategi perusahaan yang digunakan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)

IV. Manfaat Penelitian


Dapat menjadi referensi sudut pandang lain perusahaan mengenai bagaimana berjalannya
perusahaan serta strategi perusahaan sehinggan dapat mewujudkan strategi yang lebih baik dan
sempurna untuk kejayaaan perusahaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Profil Umun PT. Gajah Tunggal Tbk


PT Gajah Tunggal Tbk adalah salah satu perusahaan pembuat ban di Indonesia. Perusahaan
ini didirikan pada 1951 dengan memproduksi dan mendistribusikan ban luar dan ban
dalam sepeda. Selanjutnya perusahaan ini berkembang memperluas produksi dengan membuat
variasi produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh ban bias untuk mobil
penumpang dan niaga pada tahun 1981. Awal tahun 90-an, Perusahaan mulai memproduksi ban
radial untuk mobil penumpang dan truk.
Pada saat ini Perusahaan mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam yang telah
dimutakhirkan untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, ban bias dan ban sepeda
motor, serta 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber) yang
terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban ini berlokasi di
Tangerang, sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik SBR milik
Perusahaan berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km disebelah barat
Jakarta. Pada tahun 2005, Perusahaan mulai melaksanakan program perluasan yang ditujukan
untuk meningkatkan kapasitas terpasang ban radial dan ban sepeda motor serta ban dalam sepeda
motor di lokasi yang berdekatan dengan pabrik ban yang sekarang ini berada. Berdasarkan
program ini, kapasitas terpasang ban radial akan meningkat dari 30.000 ban/hari menjadi 45.000
ban/hari. Perluasan ini akan dikerjakan dalam tiga tahap. Kapasitas terpasang ban sepeda motor
akan meningkat dari 37.000 ban/hari pada tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari juga dalam
tahap penyelesaian. Pada saat ini kapasitas ban sepeda motor sudah mencapai 75.000 ban/hari,
sedangkan kapasitas ban radial meningkat menjadi 37.000 ban/hari.
Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi serta menjamin kelancaran
pasokan bahan baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan dengan
cara mengakuisisi aset-aset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan Perusahaan
dalam proses produksinya. Pada tahun 2004 Perusahaan mengintegrasikan aset produksi kain ban
dan karet sintetis. Pada tahun 2010, sekitar 60% hasil produksi kain ban dari produksi SBR
Perusahaan digunakan untuk produksi ban, sedangkan sisanya dijual kepada pihak ketiga.
Sejarah PT. Gajah Tunggal Tbk ialah:
 1951 - PT Gajah Tunggal didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan ban luar dan
ban dalam sepeda.
 1973 - Persetujuan bantuan teknis ditandatangani dengan Inoue Rubber
Company, Jepang untuk memproduksi ban sepeda motor.
 1981 - Perusahaan mulai memproduksi ban bias untuk kendaraan penumpang dan niaga
dengan bantuan teknis dari Yokohama Rubber Company, Jepang.
 1990 - PT Gajah Tunggal Tbk terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
 1991 - PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi GT Petrochem Industries, sebuah produsen
kain ban (TC) dan benang nilon.
 1993 - Perusahaan mulai memproduksi secara komersial ban radial untuk mobil
penumpang dan truk ringan.
 1994 - PT Gajah Tunggal Tbk menerima sertifikasi mutu, seperti E-mark dari Komunitas
Eropa dan memenuhi syarat dan peraturan Departemen Transportasi yang diperlukan untuk
pasar Amerika Serikat.
 1995 - PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Langgeng Baja Pratama (LBP), produsen
kawat baja.
 1996 - PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Meshindo Alloy Wheel Corporation, produsen
velg aluminium terbesar kedua di Indonesia. PT GT Petrochem Industries, anak perusahaan
PT Gajah Tunggal Tbk, memperluas lingkup operasinya dengan memperoduksi karet
sintetis, atilena glikol, benang poliester dan serat poliester.
 1997 - PT Gajah Tunggal Tbk membuat perjanjian off-take dengan Pirelli Tyre untuk
memproduksi ban radial untuk mobil penumpang yang dirancang Pirelli untuk
wilayah Amerika Utara dan Eropa, namun perjanjian ini dihentikan atas persetujuan kedua
belah pihak pada tahun 2001. Pabrik ban radial PT Gajah Tunggal Tbk memperoleh
sertifikasi ISO 9001 untuk sistem mutu disain, pengembangan dan instalasinya.
 2001 - Perusahaan membuat perjanjian produksi dengan Nokian Tyres Group, sebuah
perusahaan manufaktur ban terkemuka yang berbasis di Finlandia, untuk memproduksi
beberapa jenis ban mobil penumpang, termasuk ban untuk musim dingin (salju), untuk
pasar di luar Indonesia.
 2002 - Perusahaan menerima sertifikasi mutu QS 9000, satu dari syarat-syarat yang
dibutuhkan untuk mendistribusikan produk di Amerika Serikat. PT Gajah Tunggal Tbk
menyelesaikan restrukturisasinya karena timbulnya krisis keuangan Asia, yang
memungkinkan Perusahaan untuk menurunkan beban hutangnya lebih dari US$ 200 juta
dan mengkonversi hutang ke FRN.
 2004 - Selesainya restrukturisasi Perusahaan dengan terlaksananya dekonsolidasi laporan
keuangan Perusahaan dengan PT GT Petrochem Industries dan pada saat bersamaan
mengakuisisi aset TC dan SBR. Divestasi saham Langgeng Bajapratama yang merupakan
produsen kawat baja.
 Dimulainya perjanjian off-take dengan Michelin yang mana Gajah Tunggal akan
memproduksi 5 juta ban per tahun untuk Michelin untuk pasar ekspor hingga tahun 2010.
Peluncuran gerai-gerai TireZone.
 2005 Perusahaan menerbitkan Obligasi Global senilai US$ 325 juta. Dana hasil dari
obligasi tersebut digunakan untuk membeli kembali sejumlah wesel bayar dan untuk
membiayai ekspansi perusahaan. Divestasi saham Meshindi Alloy Wheel yang merupakan
produsen velg aluminium.
 Perusahaan menerima sertifikasi mutu ISO/TS 16949, sebuah peningkatan dari QS 9000 yang
diperoleh pada tahun 2002. Dimulainya produksi ban untuk Michelin melalui program off-
take.
 2006 - PT Gajah Tunggal Tbk menerima penghargaan “Best managed Company in
Indonesia” dari Euromoney Magazine.
 2007 - Tambahan dana sebesar US$ 95 juta berasal dari penawaran tambahan obligasi
global untuk membiayai ekspansi yang sedang berjalan dan untuk pengeluaran modal guna
membiayai riset dan pengembangan produk baru. Perusahaan juga kembali memasuki
pasar modal dengan melakukan emisi saham dengan perbandingan 10:1 dengan nilai emisi
sebesar Rp 158,4 miliar (sekitar US$ 17 juta) untuk memenuhi modal kerja.
 2008 - Gajah Tunggal menerima penghargaan Primaniyarta dari Presiden Republik
Indonesia. Micheline off-take mencapai 2,8 juta ban.
 2009 - Gajah Tunggal berhasil menyelesaikan penawaran pertukaran terhadap obligasi
yang belum dibayarkan. Perusahaan menerima penghargaan, sebagian besar penghargaan
‘Anugerah Produk Asli Indonesia’ tahun 2009 dari Bisnis Indonesia. Perusahaan juga
menerima sertifikasi ISO 14001 untuk sistem manajemennya.
 2010 - Peluncuran Champiro Eco, ban Indonesia pertama yang ramah lingkungan,
oleh Menteri Perdagangan ibu Mari Elka Pangestu.

Visi & Misi PT. Gajah Tunggal Tbk


Pengembangan operasional Gajah Tunggal selalu berpedoman pada visi dan misi yang
membantu Perusahaan tetap fokus dalam meraih pencapaian keberhasilan. Visi dan misi ini
membantu Gajah Tunggal untuk selalu berupaya mencapai idealisme dengan mengingatkan
manajemen serta karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang sama, yang
akan menjadi sumbangan dalam keberhasilan jangka panjang Perusahaan.
Visi perusahaan ialah Menjadi Good Corporate Citizen dengan posisi keuangan yang
kuat, pemimpin pasar di Indonesia, dan menjadi perusahaan produsen ban yang berkualitas
dengan reputasi global. Dengan misi menjadi produsen yang memimpin dan terpercaya sebuah
portfolio produk ban yang optimal, dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang unggul di
saat yang sama terus meningkatkan ekuitas merek produk kami, melaksanakan tanggung jawab
sosial kami, dan memberikan profitabilitas/hasil investasi kepada para pemegang saham serta
nilai tambah untuk semua stakeholder perusahaan.

II. Pengertian SWOT

SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan lebih baik dibahas
dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan
baik hubungan dari setiap aspek.

Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai
tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar
matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)
yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats)
yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Analisis SWOT terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :

 Strength (Kekuatan) atau disingkat dengan “S”, yaitu karakteristik organisasi ataupun
proyek yang memberikan kelebihan / keuntungan dibandingkan dengan yang lainnya.
 Weakness (Kelemahan) atau disingkat dengan “W”, yaitu karakteristik yang berkaitan
dengan kelemahan pada organisasi ataupun proyek dibandingkan dengan yang lainnya.
 Opportunities (Peluang) atau disingkat dengan “O”, yaitu Peluang yang dapat
dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di kemudian hari.
 Threats (Ancaman) atau disingkat dengan “T”, yaitu Ancaman yang akan dihadapi oleh
organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat perkembangannya.

Dari keempat komponen dasar tersebut, Strength (kekuatan) dan Weakness (Kelemahan) adalah
faktor internal organisasi/proyek itu sendiri, sedangkan Oppoturnities (Peluang)
dan Threats (Ancaman) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan
organisasi ataupun proyek. Oleh karena itu, Analisis SWOT juga sering disebut dengan Analisis
Internal-Eksternal (Internal-External Analisis) dan Matriks SWOT juga sering dikenal dengan
Matrix IE (IE Matrix).
Cara Menggunakan Analisis SWOT

Untuk melakukan Analisis SWOT, kita perlu membuat beberapa pertanyaan dan menjawabnya
sendiri seperti contoh-contoh berikut ini :

Strength (Kekuatan)
 Kelebihan apa yang dimiliki oleh organsiasi ?
 Apa yang membuat organisasi lebih baik dari organisasi lainnya?
 Keunikan apa yang dimiliki oleh organisasi ?
 Apa yang menyebabkan kita mendapatkan penjualan ?
 Apa yang dilihat atau dirasakan oleh konsumen kita sebagai suatu kelebihan ?
Weakness (Kelemahan)
 Apa yang dapat ditingkatkan dalam organisasi ?
 Apa yang harus dihindari oleh organisasi ?
 Faktorapa yang menyebabkan kehilangan penjualan ?
 Apa yang dilihat atau dirasakan oleh konsumen kita sebagai suatu kelemahan organisasi
kita ?
 Apa yang dilakukan oleh pesaing sehingga mereka dapat lebih baik dari organisasi kita ?
Opportunities (Peluang)
 Kesempatan apa yang dapat kita lihat ?
 Perkembangan tren apa yang sejalan dengan organisasi kita ?
Threats (Ancaman)
 Hambatan apa yang kita hadapi sekarang ?
 Apa yang dilakukan oleh pesaing organisasi ?
 Perkembangan Teknologiapa yang menyebabkan ancaman bagi organisasi ?
 Adakah perubahan peraturan pemerintah yang akan mengancam perkembangan
organisasi ?

Faktor yang Mempengaruhi Analisis SWOT

Faktor-faktor yang mempengaruhi keempat komponen dasar Analisis SWOT diantaranya adalah
:
Faktor Internal (Strength dan Weakness)
 Sumber daya yang dimiliki
 Keuangan atau Finansial
 Kelebihan atau kelemahan internal organisasi
 Pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya (baik yang berhasil maupun yang gagal)
Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)
 Tren
 Budaya, Sosial Politik, Ideologi, perekonomian
 Sumber-sumber permodalan
 Peraturan Pemerintah
 Perkembangan Teknologi
 Peristiwa-peristiwa yang terjadi
 Lingkungan

III. Analisis BCG


Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk membantu
perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan perencanaan strategis
jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut agar dapat mengambil
keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan produknya. Matrik BCG ini
juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian sumber daya dan sebagai alat
analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis
Portofolio.
Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an. Bruce Henderson
juga merupakan pendiri Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah perusahaan konsultan
manajemen global yang terkemuka yang pernah menduduki peringkat ketiga perusahaan terbaik
untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014.
Karena Matriks ini dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group (BCG) maka matriks
ini dinamakan dengan Matrik BCG yang singkatan dari Boston Consulting Group. Matriks BCG
ini juga berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products life cycle) sehingga sering disebut
juga dengan Product Portfolio Matrix (Matriks Portofolio Produk). Nama-nama lain Matriks
BCG diantaranya adalah BCG Growth-Share Matrix (Matriks Pertumbuhan dan Pangsa Pasar
BCG), Boston Box dan Portfolio Diagram (Diagram Portofolio).
Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau terdiri dari 4 sel
(4 kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4 kategori portofolio produk perusahaan dari
2 dimensi klasifikasi bisnis unit yaitu Relative Market Share (pangsa pasar relatif) dan Market
Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori tersebut masing-masing diwakili
oleh Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows), Anjing (Dogs) dan Tanda Tanya (Question
Marks).

Stars (Bintang) : Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah produk atau
unit bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan pertumbuhan yang cepat serta
menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini berarti produk-produk yang dihasilkan
merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar. Perusahaan membutuhkan
banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk-produk tersebut dan untuk mendukung
pertumbuhan lebih lanjut serta mempertahankan keunggulan-keunggulan atas produk tersebut
agar dapat tetap bersaing dengan produk kompetitor lainnya. Produk-produk di kategori Bintang
ini dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash Cows) apabila mereka tetap dapat
mempertahankan keberhasilan mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan.
Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi Perah
adalah produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar, menghasilkan uang atau
pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya.
Produk atau unit bisnis pada kategori ini memiliki pangsa pasar yang tinggi namun prospek
pertumbuhan kedepan akan sangat terbatas. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows ini
biasanya digunakan sebagai pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru
yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau membayar hutang-hutang
perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan disarankan untuk tetap
berinvestasi pada produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk mempertahankan
produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif bagi perusahaan.
Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan, yang
termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar
rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk-produk pada kategori ini
biasanya hanya memberikan kontribusi keuntungan yang sangat rendah atau bahkan harus
menderita kerugian. Produk atau bisnis unit kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi
perusahaan karena dapat menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya
perusahaan. Unit bisnis atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya akan
mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen perusahaan.
Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang disebut juga
dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam kategori Question Marks ini
adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi tetapi pangsa
pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) yang didapat umumnya tidak sebanding
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan). Namun
karena prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk berubah
menjadi Stars atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut disarankan untuk tetap berinvestasi
pada produk atau bisnis unit yang berada dalam kategori Question Marks ini karena
pertumbuhan yang tinggi.
Setelah mengetahui posisi produk dan bisnis unit kita berada, tahap selanjutnya adalah
menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar dan tingkat persaingan yang ada. Berikut
ini terdapat empat strategi yang dapat diterapkan pada bisnis unit atau produk-produk yang
berada dalam Matriks BCG.
1. Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit bisnis agar
dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan untuk mendorong
produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi Stars dan akhirnya menjadi Cash
Cows.
2. Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-produk agar
tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya digunakan pada kategori Stars.
3. Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan mencoba untuk
mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari produk atau meningkatkan
profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini biasanya digunakan pada produk-produk
atau unit bisnis yang berada di kategori Cash Cows.
4. Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan usaha atau
likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami kerugian atau produk yang
memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada produk atau
unit bisnis yang berada di kategori Dogs.
BAB III

PEMBAHASAN

I. Analisis SWOT PT Gajah Tunggal Tbk


Berikut analisis swot pada PT Gajah Tunggal Tbk.
Kekuatan:
 PT GJTL memiliki banyak kegiatan bisnis yakni mencakup bidang produksi dan
pemasaran ban, kain ban, SBR, dan bidang usaha Investment holding, sehingga mampu
memenuhi permintaan pasar dan merangkul banyak konsumen dari berbagai sector.
 PT GJTL merupakan produsen ban terbesar di dalam negeri.
 PT GJTL pada proses produksi terintegrasi dengan bahan bakunya berupa kain dan SBR
(Karet sintetis) sehingga mempermudah proses produksi
 PT GJTL memiliki kapasitas produksi yang besar
 PT GJTL menguasai 53% pangsa pasar ban kendaraan roda dua.
 PT GJTL memiliki perkembangan kinerja keuangan yang memuaskan pada kuartal
pertama 2010 dibandingkan pada kuartal pertama di tahun lalu.
 Laporan keuangan Gadjah Tunggal menunjukkan bahwa perusahaan ini terus-menerus
memperbaiki asset tetapnya.
 Pada akhir tahun 2004, PT GJTL telah berhasil melaksanakan restrukturisasi usaha, guna
melaksanakan pembangunan fasilitas produksi baru.
 PT GJTL melepas saham PT Polychem Indonesia Tbk, sebagai langkah untuk focus pada
bisnis inti, Ini berarti bahwa perusahaan benar-benar berkonsentrasi penuh pada usaha
pembuatan ban.

Kelemahan:
 PT GJTL memiliki beban hutang yang tinggi sehingga perkembangan perusahaan sempat
mengalami masalah.

Peluang:
 Pada saat ini pertumbuhan kendaraan bermotor secara domestic dan global sedang
berkembang sehingga produksi industry ban meningkatkan kapasitas produksinya.
 Adanya korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan penjualan ban, jika pertumbuhan
ekonomi tinggi, maka daya beli masyarakat meningkat. Sehingga dapat dijadikan acuan
mengenai potensi industry ban.
 IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai 6,2%, merupakan
peluang yang baik di industry ban.
 Pertumbuhan pasar otomotif di luar negeri ikut dinikmati oleh produsen-produsen ban
nasional di dalam negeri.
 Penjualan ban mobil produksi local selama 5 bulan pertama tahun 2010 meningkat
41,9%.
 Data APBI menunjukkan terdapat penguatan penjualan ban kendaraan roda empat yang
cukup signifikan di tingkat eceran, terutama untuk ban pengganti dan ekspor.

Ancaman:
 Bahan baku ban yaitu karet naik hingga 300% sehingga emiten di sector industry ban
akan menaikkan harga jual produk.
 Perusahaan ban ke 7 di dunia Hankook Co Ltd asal Korea akan membangun pabrik ban
baru di Bekasi dengan kapasitas produksi 6 juta/ tahun.
 Para pesaing PT GJTL melakukan investasi untuk menaikkan kapasitas produksi ban.

II. Analisis BCG PT Gajah Tunggal Tbk

III. Perkembangan Bisnis PT Gajah Tunggal tbk


Perusahaan Gajah Tunggal merupakan produsen ban yangdikontrak oleh beberapa
perusahaan ban terkemuka di dunia. GajahTunggal pernah memproduksi ban bagi perusahaan-
perusahaan banterkemuka seperti Yohohama dan Pirelli Berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak, kontrak-kontrak ini telah dihentikan pada tahun 1995dan tahun 2001. Sejak tahun
2001 Gajah Tunggal melakukan kerjasamaproduksi dengan N o k i a n Tyres Group,
sebuah Perusahaan banterkemuka dari Finlandia, untuk memproduksi ban mobil
berpenumpang,termasuk ban musim dingin (salju), untuk pasar di luar Indonesia.
Perusahaan memberikan tingkat kupon bunga sebesar 10.25% per tahun dengan jangka
waktu lima tahun yang akan jatuh tempo pada 2010.Obligasi ini dikeluarkan anak usaha Gajah
Tunggal yang ada diBelanda dengan di jamin oleh induk perusahaan. Dana dari hasilpenerbitan
obligasi sebesar US$220 juta ini di gunakan untuk melunasisebagian floating rate note (FRN)
dan sisanya untuk ekspansi usaha.Komposisi pemegang saham perseroan ini adalah
GaribaldiVenture Fund ltd sebesar 43.6%, Global Union Fiber Investment Ltdsebesar 11%,
Compagnie Financiere Michelin sebesar 10%, dan publik35.4%.
Perusahaan Gajah Tunggal merupakan produsen ban yangdikontrak oleh beberapa
perusahaan ban terkemuka di dunia. GajahTunggal pernah memproduksi ban bagi perusahaan-
perusahaan banterkemuka seperti Yohohama dan Pirelli . Berdasarkan kesepakatankedua
belah pihak, kontrak-kontrak ini telah dihentikan pada tahun 1995dan tahun 2001. Sejak tahun
2001 Gajah Tunggal melakukan kerjasamaproduksi dengan N o k i a n Tyres Group,
sebuah Perusahaan banterkemuka dari Finlandia, untuk memproduksi ban mobil
berpenumpang,termasuk ban musim dingin (salju), untuk pasar di luar Indonesia.
Gajah Tunggal memang sudah menjadi perusahaan taraf Internasional, bukan saja karena
jumlah ekspor perusahaan yangmencapai 46 persen dari total penjualan perusahaan pada tahun
2007,tapi juga karena berbagai standarisasi dan sertifikasi internasional yangberhasil
diperolehnya, antara lain: E-Mark (Eropa), TUV CERT (Jerman),BPS (Filipina), Inmetro
(Brazil), PAI (Kuwait), SASO (Arab Saudi), danBVQI (Kolumbia). Ini tentunya mempermudah
GJTL untuk menembuspasar internasional, terutama Eropa, yang sangat ketat dalam
halstandarisasi produk. Karena itu, kalau kita melakukan search di google.com (bukan yang versi
Indonesia) dengan keyword “GT Radial”, kebanyakan hasil di halaman utama adalah mengenai
penggunaan ban merek ini di negara-negara seperti Australia, Kanada, dan Inggris. Memang
produk ini cukupdikenal sebagai sebagai ban pilihan untuk pembeli yang value oriented
diberbagai negara. Beberapa masyarakat Indonesia pun mungkin
awalnya juga tidak menyangka kalau merek ini berasal dari Indonesia, sebelummenyadari bahwa
GT adalah singkatan dari Gajah Tunggal.Dengan kemampuan menghasilkan produk yang sesuai
denganstandar internasional, Gajah Tunggal berhasil mendapatkan kepercayaandari merek-merek
luar negeri yang ingin melakukan produksi ban diIndonesia. Dua perusahaan yang dulu pernah
bekerja sama adalah Pirelli(hingga 2001) dan Yokohama (hingga 1995). Sedangkan
perusahaandunia yang kini masih mempercayai Gajah Tunggal untuk produksi merekban mereka
adalah Nokian sejak 2001 dan Michelin sejak 2004.Kepercayaan Michelin yang tinggi terhadap
Gajah Tunggal mungkin dapatdilihat dari volume produksi yang dilakukan. Tahun 2007, Gajah
Tunggalmemproduksi sekitar 2,1 juta ban untuk mereka, dengan target kedepansebesar 5 juta
ban per tahun pada tahun 2010.Demi untuk mendukung berbagai kerjasama external ini
mungkinalasan mengapa Gajah Tunggal mulai melakukan langkah e k s p a n s i padat ahun
2005. Target perusahaan adalah meningkatkan kapasitas produksiban radial menjadi 45.000 ban
per hari dari 30.000 perhari saat ini, dankapasitas produksi ban sepeda motor menjadi 105.000
ban per hari darisekitar 40.000 per hari saat ini.Dengan kekuatan ini, ditambah pengalaman
selama 30 tahun diindustri ban, serta didukung lebih dari 10 ribu karyawan, Gajah
Tunggalmemang bisa dikatakan sebagai salah satu raksasa industri ban diIndonesia. Tapi
tentunya perusahaan tetap ingin memperkuat posisinya,terutama di pasar dimana mereka masih
belum menjadi pemain yang kuat. Salah satunya adalah pasar replacement tire ban radial,
dimanaGajah Tunggal baru memegang sekitar 20 persen pangsa pasar.Upaya Gajah Tunggal
untuk meningkatkan pasar ban radialdomestik adalah dengan mengembangkan Tirezone .Gerai
retail ban yang juga menawarkan pelayanan modern ini berfungsi sebagai outlet produk GT
Radial, Michelin, dan juga BF Goodrich. Tirezone kini memiliki 30cabang yang tersebar di
seluruh Indonesia. Tirezone adalah buahkerjasama dengan Michelin yang notabene memiliki
10 persen dari sahamGajah Tunggal.Dengan mampu terus berkembang memasuki pasar yang
potensialke depan, seperti pasar replacement tire ban radial dan juga pasar OEM,didukung
dengan kerjasama yang kuat dengan berbagai perusahaankelas dunia, Gajah Tunggal akan
berkembang menjadi salah satuprodusen ban yang diperhitungkan tidak hanya di Indonesia,
ataupun Asia, tapi juga di dunia.

IV. Analisis Lingkungan Persaingan


Adapun lingkungan persaingan dan industri PT Gajah Tunggal memiliki beberapa pesaing
besar yaitu: PT. Bridgestone Tire Indonesia, PT. Goodyear Indonesia, PT. Multistrada Arah
Sarana, PT United Kingland Co. Ltd, PT Elang Perdana Prima Niaga & Ind, dll. Dari para
pesaing tersebut, yang menjadi pesaing utama adalah: Bridgestone dan Goodyear. Dalam
perjalanan di industri ban di Indonesia, Gajah Tunggal bersama kedua pesaing utamanya ini
merupakan tiga perusahaan besar dalam industri ban di Indonesia, atau biasa disebut The Big
Three. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Association of Indonesian Tire Producers
(APBI), Bridgestone mempunyai kapasitas produksi untuk kendaraan roda empat sebesar
8.500.000 ban dan kapasitas produksi untuk kendaraan roda dua 240.000. Goodyear memiliki
kapasitas produksi roda empat 6.500.000 ban dan kapasitas roda dua 114.000, PT Multistrada
Arah Sarana memiliki kapasitas produksi roda empat 5.000.000 ban, PT United Kingland Co Ltd
memiliki kapasitas produksi roda empat 5.000.000 dan produksi roda dua sebanyak 5.900.000.
PT Elang Perdana Prima Niaga & Ind memiliki kapasitas produksi roda empat 3.600.000.
Gadjah Tunggal sendiri berada diurutan pertama dengan kapasitas produksi roda empat sebesar
13.500.000 ban dan produksi roda dua 10.500.000.

V. Analisis Internal PT GJTL


Kekuatan:
 PT GJTL memiliki banyak kegiatan bisnis yakni mencakup bidang produksi dan
pemasaran ban, kain ban, SBR, dan bidang usaha Investment holding, sehingga mampu
memenuhi permintaan pasar dan merangkul banyak konsumen dari berbagai sector.
 PT GJTL merupakan produsen ban terbesar di dalam negeri.
 PT GJTL pada proses produksi terintegrasi dengan bahan bakunya berupa kain dan SBR
(Karet sintetis) sehingga mempermudah proses produksi
 PT GJTL memiliki kapasitas produksi yang besar
 PT GJTL menguasai 53% pangsa pasar ban kendaraan roda dua.
 PT GJTL memiliki perkembangan kinerja keuangan yang memuaskan pada kuartal
pertama 2010 dibandingkan pada kuartal pertama di tahun lalu.
 Laporan keuangan Gadjah Tunggal menunjukkan bahwa perusahaan ini terus-menerus
memperbaiki asset tetapnya.
 Pada akhir tahun 2004, PT GJTL telah berhasil melaksanakan restrukturisasi usaha, guna
melaksanakan pembangunan fasilitas produksi baru.
 PT GJTL melepas saham PT Polychem Indonesia Tbk, sebagai langkah untuk focus pada
bisnis inti, Ini berarti bahwa perusahaan benar-benar berkonsentrasi penuh pada usaha
pembuatan ban.
Kelemahan:
 PT GJTL memiliki beban hutang yang tinggi sehingga perkembangan perusahaan sempat
mengalami masalah.
VI. Strategi Yang Ditetapkan PT Gajah Tunggal Tbk
Strategi yang ditetapkan perusahaan PT GJTL adalah melakukan pengurangan saham
dengan melepas sahamnya secara bertahap di PT Polychem Indonesia Tbk, sebagai langkah awal
untuk focus pada bisnis inti dan divestasi anak usaha perseroan tersebut. Alasan strategi tersebut
dijalankan karena Polychem bukan termasuk bisnis inti perseroan PT Polychem bergerak di
bidang manufaktur untuk nilon, polyester, plastic dan bahan kimia. Oleh karena itu dana hasil
pelepasan saham dapat dipergunakan untuk pengembangan bisnis perusahaan ke depan.

VII. Pertimbangan Yang Perlu Diperhatikan PT Gajah Tunggal Tbk Dalam Memilih
Strategi Perusahaan
PT Gajah Tunggal menerapkan strategi konsentrasi. Ini berarti bahwa perusahaan benar-
benar berkonsentrasi penuh pada usaha pembuatan ban dengan melepas saham PT Polychem.

Anda mungkin juga menyukai