Anda di halaman 1dari 2

Seperti yang kita ketahui bahwa Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat diminati oleh

wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Oleh karena itu banyak sekali wisatawan yang datang
ke Bali. Hal ini tentunya membawa dampak yang positif, namun juga membawa dampak yang negative.
Salah satunya adalah maraknya penyebaran virus HIV/AIDS di Bali. Selain kasus tersebut, yang juga
muncul adalah kasus narkoba. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kasus
ini. Seperti melakukan sosialisasi, penyebaran brosur, pemasangan spanduk, dll. Akan tetapi hal tersebut
tidak berpengaruh terhadap generasi muda, apalagi kegiatan sosialisasi yang dilakukan menoton, dan
cenderung membuat peserta merasa bosan. Oleh karena itu diperlukan sebuah kreativitas sehingga
informasi yang diberikan dipahami dan diminati oleh masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, saya melakukan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada generasi
muda di Desa Sakti, kecamatan Nusa Penida dalam sosialisasi HIV/AIDS dan Narkoba yang dikemas
dalam suatu program seni yang terintegrasi dalam pelestarian seni dan budaya Bali yang saya beri judul
Bokasi (Bondres Edukasi) Sebagai upaya sosialisasi HIV/AIDS dan Narkoba. Pengabdian ini dalam bentuk
pelatihan seni bondres. Jadi seni bondres itu adalah perpaduan antara seni pertunjukan, seni music
tradisional bali, seni tari, dan seni tembang (lagu). Kegiatan ini dilakukan selama 2 bulan, di mana setiap
bulannya dilakukan 8 kali pertemuan, jadi totalnya 16 kali pertemuan. Pelatihan ini dilakukan secara
bertahap dimulai dari pengenalan seni bondres, sampai dengan pementasan seni bondres untuk
sosialisasi HIV/AIDS dan Narkoba. Luaran dari program ini adalah adanya sebuah sanggar seni Bondres
Edukasi sbg upaya untuk mensosialisasikan beragai materi. Sehingga dengan adanya sanggar ini
keberlanjutan program ini tetap berkesinambungan sampai saat ini, hal ini terbukti dengan Sanggar
Bondres Edukasi ini telah diundang beberapa kali oleh pemerintah Bali untuk mensosialisasikan
HIV/AIDS dan Narkoba, rabies dan lain sebagainya.

Bali selain menjadi tempat destinasi wisata alam juga menjadi destinasi wisata religi. Hal ini karena
Banyaknya pura yang ada di Bali. Salah satunya yaitu Pura Dalem Ped yang terletak di Pulau Nusa penida
yang menjadi destinasi wisata religi. Jumlah pengunjung yang melakukan persembahyangan setiap
harinya bisa mencapai 100 orang dan pada hari tertentu mencapai 1000 orang per hari. Pengunjung
yang akan melakukan persembahyangan biasanya membawa persembahan banten pejati. Salah satu
sarana yang ada di dalam banten ini adalah buah kelapa. Setelah selesai persembahyangan buah kelapa
itu menjadi limbah yg tidak dimanfaatkan dan kadang dikumpulkan oleh tukang sapu pura untuk dijual
per butir seharga rp. 1000. Tukang sapu yang ada di pura itu merupakan pegawai konrak selama 2 th
dan digaji 500 ribu per bulan. Hal ini tentunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kluarganya.
Sedangkan tukang sapu tidak bisa mencari pekerjaan sampingan di luar pura.

Berdasarkan permasalahan itu, saya melakukan pengabdian kepada masyrakat tukang sapu pura dalam
bentuk pelatihan pembuatan VCO dari limbah buah kelapa banten pejati. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2017 lalu yaitu dari tahap persiapan yaitu
sosialisasi tentang VCO, pelatihan membuat VCO, Pengemasan produk, dan Pemasaran. Hasil pelatihan
ini memberikan dampak yang baik bagi penghasilan para tukang sapu, karena setiap minggunya setiap
orang mampu membuat 2-5 liter VCO yang dilakukan di sela-sela bekerja sebagai tukang sapu. Setiap
liternya seharga Rp.70.000, dan jika dikemas dalam botol lebih kecil, maka setiap liternya bisa mencapai
keuntungan Rp. 100.000. Buah kelapa pejati yang awalnya hanya dijual murah, sekarang menjadi produk
yang bernilai ekonomis. Keberlanjutan program ini adalah di pura dalem ped sudah dibuatkan tempat
untuk memproduksi VCO, selain itu juga bekerja sama dengan Undiksha skaligus membantu dalam
pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai