Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PROFESI NERS

DISUSUN OLEH : FITRIANA


NPM : 21149011314
Dosen Pembimbing : Ns. Hili Aulianah, S.Kep M.Kes,

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat

limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan pendahuluan Hipertensi, untuk melengkapi tugas mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari

segi penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan

ilmiah ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan

moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing makul KMB ibu Ns. Hili

Aulianah, S.Kep, M.Kes dan teman-teman kelas A4.

Semoga laporan ini dapat menambah ilmu bagi penulis sendiri, dan dapat menjadi

informasi yang bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Amin ya rabbal alamiin.

Palembang, Oktober 2021

Fitriana
DAFTAR
ISI

KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Hipertensi

1.1 Definisi

IImu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu


meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang
bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola
yang khas. (Wolff.2006 : h 62)

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
“ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)

Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada
pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang
menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)

1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran
melalui saluran tubuh. Arteri membawa darah dari jantung Vena membawa darah ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan
lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam
cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan
kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem
peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau arteri
dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-
beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut
sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per
menit.
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena hingga terbentuk aliran darah yang
menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh
vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan
cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan
sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi
sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta
cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan
tekanan diastole.

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,
dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang
membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas
vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole
menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan
nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan
penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang
bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat
dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah
kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancar. Keadaan
dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)

1.3 Etiologi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan


penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahuipenyebabnya disebut juga hipertensi idio patik. Terdapat sekitar 95%
kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan
hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na
dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5%
kasus.Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit
ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer.2001 : h 518)

1.4 Patofisiologi

Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi


(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan
akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik,
berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan
volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi
eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh
fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung
serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai
dengan penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembuluh darah
koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam
resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama
pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari
gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)

1.5 Tanda dan Gejala

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik


lama,untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak
kiri bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan
5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature.
(Arif Mansjoer. 2001 : h 442).
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan simpatis
yang diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai
hipertomia pada stadium lanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung
berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer.2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan
fungsi distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi
distolik masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan
akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini
kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan
makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif.
(Mansjor, 2001 : h 442).

1.6 Komplikasi

Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain


masa berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai
kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

1.7 Penatalaksanaan

Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi


normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan
moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap
penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis
yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik
menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular
terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer,
2001)

1.8 Pencegahan

1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol


2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus
s egera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic,jalancepat,dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorang yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress. (Bambang Sadewo, 2004)

1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
1.Arti hipertensi non Farmokologis
2. Anti Hipertensi Farmakolologis
3. Gaya Hidup

1.10 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan


terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau
mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap
kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total,
kolestrol HDI, dan EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain
seperti klirens kreatinin protein urine 24 am, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi. (Mansjoer Arif,2000 : 49).

II. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan


dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.(Iyert el, al, 1996)

2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui


kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.(Aziz Alimul. 2009 : h 85).

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)


adalah
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung
koroner katup dan penyakit screbiovakuolar, episode
palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis.
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen
otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)
S4 (pengerasan vertikel kiri /hipertrofi vertical kiri).

3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria
atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral )
faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot
muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,
pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah,
perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik)

6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi
bicara, efek, proses fikir atau memori.

7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa

8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi

- Bunyi nafas tambahan


- Sianosis

9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang
respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus
didukung oleh data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik
definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi
dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin
ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada
saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang
kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan
dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan
hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta
informasi.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang


dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al
(2000) adalah :

Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,


vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :

 Pantau TD
 Catat keberadaan
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

 Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang


keterlibatan/bidang masalah kaskuler
 Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
 Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik
 Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah
jantung
 Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
 Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
 Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit
hipertensi
 Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang
sehingga tak menurunkan TD
 Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah
penting sedikit dan dosis paling rendah.

Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada
saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

 Kaji respon pasien terhadap aktivitas


 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
 Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :
 Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.

Intervensi :

 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam
dan gula sesuai indikasi
 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :

 Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi


 Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat /
memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya
 Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
 Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
 Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis
 Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV

Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh.

Intervensi :

 Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku


 Saraf laporan gangguan tidur
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk
mengatasinya
 Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :

 Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
 Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang
merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
 Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
 Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian / penyuluhan
 Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan BB 0,5 kg/hari
 Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
 Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
 Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

Diagnosa V

Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup


beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.

Intervensi :

 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar


 Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
 Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

 Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi
klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
 Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan
dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
 Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan
 Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang
tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan


b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :

 Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan


perjanjian tindak lanjut
 Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
 Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

 Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
 Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
 Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular
 Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan
frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan
beban kerja miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis


keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h
11)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan
kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien tindakan.

Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :

Diagnosa keperawatan I :

 Memantau TD
 Mencatat keberadaan
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan
 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

 Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas


 Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
 Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan III :

 Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,


garam dan gula sesuai indikasi
 Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
 Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

 Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku


 Mencatat laporan gangguan tidur
 Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
 Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

 Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar


 Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
 Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler
 Membahas pentingnya menghentikan merokok
Diagnosa keperawatan VI :

 Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut
 Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
 Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

Diagnosa I

 Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung


 Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima
 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Diagnosa II

 Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan


 Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
 Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III

 Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol


 Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
 Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

 Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan


 Menunjukkan perubahan pola makan
 Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

Diagnosa V

 Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya


 Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI
 Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
 Mempertahankan Td dalam perimeter normal
BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 DATA UMUM

a. Identitas Pasien

Nama :

Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 57 Tahun

Status Perkawinan :Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jln.Kenten Sukamaju nmr. 391 Sako,


Palembang

Tanggal Masuk : 24/10/2021

No.Register : 06-46-47

Ruangan/Kamar : RC (Penyakit

Dalam )

Golongan Darah : B

Tanggal Pengkajian : 24/10/2021

b. Pola Hidup
Pasien suka memakan makanan yang asin, tidak pernah
mengkonsumsi alkohol dan jarang berolahraga.

c. Riwayat Kesehatan sekarang


Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada
tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku. TD : 180/100mmhg, Nadi :
80x/menit, Suhu: 36,5oC, P: 20x/menit. Pasien mengatakan sulit beraktifitas.
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 2012 dengan
kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan.
e. Riwayat Pengobatan
1. Amlodipine 1x 10mg
2. Captopril 2x 25mg
f. Kemampuan Mengontrol Kesehatan
Sejak terdiagnosa hipertensi pada 2012 lalu, klien sudah mengurangi
garam, tidak minum kopi, tidak makan daging dan mengurangi makanan tinggi
kolesterol.
g. Faktor social ekonomi
Klien ibu rumah tangga, pekerjaan suami sopir, berobat dengan
BPJS kesehatan.
g. Pengobatan Sekarang
Klien mendapatkan obat-obatan berupa :
1. Amlodipine 1x 10mg
2.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c

Keadaan umum : Lemah


Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
daran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk

3.1.8 Pengkajian Pola Fungsional

a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak
dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya
dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas,
semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi
dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung minyak dan
lemak.

2. Eliminasi
BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa
tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam
dan pucat.

4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah
jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana
dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest

5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit
kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.

6. Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1

3.1.9 Data Penunjang

Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :

No Kimia Darah Hasil Normal Unit


1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi

3.1.10 Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 Pasien mengatakan kepala pusing, dan leher Peningkatan tekanan Gangguan rasa nyaman
terasa tegang. darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C

D2 S: Pasien mengatakan tidak selera makan Perubahan jenis diet Gangguan pola nutrisi
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang di
sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat tidur
pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
malam + 2 jam pasien susah
tidur siang
4 : pasien mengatakan kedua kakinya Gangguan pola aktivitas
kelemahan fisik
susah digerakkan

Do : aktivitas pasiens di bantu oleh


keluarga dan perawat

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis
kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam +
2 jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3.1.11 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Ruang : Mengkudu
No.Reg : 06-46-47
Tabel Asuhan Keperawatan
N DATA DIAGNOSA PERENCANAAN
O KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI
TUJUAN
1 Pasien mengatakan kepaGlaangguan rasa nyaman Nyeri dan Atur posisi semifowler Dengan mengatur p
nyeri
pusing, dan leher terasa b/d peningkatan pusing pasien semi fowler pa
tegang. tekanan darah hilang  Berikan istirahat yang diharapkan pasien me
d/d pasien tampak cukup nyaman
DO: : Px tampak meringis meringis kesakitan,  Anjurkan pasien untuk Dengan member
kesakitan, kondisi kondisi badan menghindari makanan istirahat yang cu
badan lemah yang mengandung diharapkan rasa nyeri pa
lemah. berkurang
TD : 170/100 mmHg garam
TD : 170/100
Pols : 90 x/i  Kolaborasi dengan Dengan menghin
mmHg dokter dalam makanan yang mengn
RR : 22 x/i Pols : 90 x/i pemberian obat garam diharapkan d
Temp : 370C RR : 22 x/i menghindari peningk
tekanan darah
Temp : 370C
 Dengan berkolab
dengan dokter dihara
pasien mend
penanganan lebih lanjut.
D2S: Pasien Kebutuhan Beri makan
mengatakan Gangguan pola nutrisi pasien Dengan memberikan
tidak m
selera makan b/d perubahan jenis nutrisi sedikit tapi sering makan pasien sedikit
diet d/d Makanan yang terpenuhi  Beri makanan dalam sering diharapkan pa
DO: pasien tampak lemah, di sajikan habis 1/3 keadaan hangat mudah mencerna mak
Makanan yang di sajikan habis porsi  Beri makanan yang yang dimakannya
1/3 porsi berpariasi  Dengan member
 Beri penjelasan makanan dalam kea
tentang manfaat hangat diharapkan d
makanan menambah nafsu m
pasien
 Dengan member
makanan yang berpa
diharapkan pasien t
bosan dengan makanan
disediakan
 Dengan member
penjelasan makanan
pasien, agar pa
mengetahui ma
makanan
3 DS: Pasien mengatakan Gangguan istirahat Istirahat  Beri pasien ruangan Dengan memberikan pa
susah tidur tidur b/d efek tidur yang nyaman ruangan yang nya
hospitalisasi d/d pasien pasien  Batasi jam berkunjung diharapkan pasien me
DO: pasien tampak pucat, tampak pucat, mata terpenuhi pasien ; pagi jam 10-12 nyaman
mata cekung, tidur cekung, tidur
malam + 2 jam malam + 2 Sore 16-17  Dengan membatasi
pasien susah tidur jam susah tidur Malam 19-21 berkunjung dihara
siang
 Batasi jumlah pasien dapat beristirahat
siang
pengunjung  Dengan membatasi ju
 Hindari keributan pengunjung agar pa
 Rapikan tempat tidur merasa tenang
pasien
 Dengan menghin
keributan diharapkan pa
dapat beristirahat de
nyaman
 Dengan merapikan te
tidur pasien setiap
diharapkan d
meningkatkan kenyam
pasien setiap hari
4 : pasien mengatakan aktivitas  Bantu aktivitas- Dengan
Gangguan pola
kedua kakinya susah pasien pasien membantu pasien un
aktivitas b/d terpenuhi
digerakkan  Beri posisi yang berativitas
kelemahan fisik d/d
Do : aktivitas paiens di nyaman semi Agar kedua kaki
bantu oleh keluarga pasien tampak
fowler pasien tidak terasa
dan perawat susah melakukan  Dekatkan barang- kaku
aktivitas, semua barang dibutuhkan - Dengan memberika
aktivitas dibantu pasien posisi semifowler di
oleh keluarga dan harapkan dapat
perawat mengurangi rasa nye
pada pasien
Pasien dapat menjan
barang-barang
diperlukan pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan
dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus
di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada pembahasan ini penulis akan
menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh


pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat
diperoleh dengan mudah.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3


diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 6
diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi,
iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosa
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan
tulangn secara spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan/daya
ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis
kesakitan, kondisi badan lemas.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam +
2 jam pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
dan perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang
tidak terdapat pada tinjauan kasus

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa kontriksi,
iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan
resiko tinggi terhadap curah jantung
2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau
meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai
mekanisme koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik
dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang diberikan oleh
tim medis.

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada
tinjauan teoritis

1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam +
4 jam susah tidur siang

4.3 Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi


permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan
agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional dan benar-
benar berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi dengan optimal.

4.4 Pelaksanaan

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan
yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan
baik berkat adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim
medis juga tersedianya fasilitas yang memadai.

4.5 Evaluasi

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga
px, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan
jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan oleh perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi


yang dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai. Selanjutnya penulis
akan menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan
pada klien dengan hiperetensi.

Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90
mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang
lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan
keperawatan dalam proses penyembuhan.

5.2 Saran

- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan
terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa
diperhatikan
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan pelaksanaan
dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan
tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim
medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta


Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi
C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta
Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta
Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika, Jakarta.
Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI
p.wolff,2006, hipertensi, penerbit PT BHUANA ILMU POPULER
Http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php hipertensi

Anda mungkin juga menyukai