Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sendi bahu merupakan satu persendian yang mempunyai pergerakan yang


luas berbagai arah sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pada bahu.
Menurut data klinis, ada terdapat 1000 kasus keluhan bahu dalam satu tahun.

Shoulder impingement merupakan keluhan muskuloskeletal ke-3. Sedangkan


penyebab utama shoulder pain kebanyakan dari rotator cuff tendon. 75% non-
traumatic shoulder pain di diagnosis impingement syndrome (Luime, Koes,
Verhagen, SJR, 2004).

Kasus bahu yang paling sering terjadi adalah shoulder impingement


syndrome dan tendinitis rotator cuff. Shoulder impingement syndrome terjadi
saat jaringan lunak di daerah sub acromial tertekan oleh coracoacromial arch.
Shoulder impingement syndrome dibagi menjadi dua: primer dan sekunder
(Michael D. Bang PT, Gail D. Deyle, MPT, 0CS)

Shoulder impingement syndrome dibagi menjadi dua: primer dan sekunder.

Mikrotrauma pada jaringan subacromial dikarenakan overuse ataupun


pembebanan yang terus menerus dikategorikan sebagai shoulder impingement
syndrome primer. Pada shoulder impingement syndrome primer seringkali
ditemukan adanya tendinopathies rotator cuff, kekakuan kapsul sendi bagian
posterior dan kelemahan otot-otot gelang bahu.

Sedangkan shoulder impingement syndrome sekunder seringkali terjadi pada


atlit dengan aktivitas lengan sering di atas kepala (overhead activities)
sehingga menyebabkan bahu menjadi hypermobile dan cenderung terjadinya
dislokasi sendi. Secara klinis terdapat ROM yang berlebihan pada eksorotasi,

1
kelemahan otot endorotator dan penurunan daya tahan otot-otot eksorotator dan
abduktor.

Kasus shoulder impingement syndrome diperkirakan memerlukan tidakan


operasi sebesar 15 – 28% dari kasus. Secara umum, pengobatan kasus ini
adalah dengan pemberian obat anti radang non-steroid, modalitas thermal dan
suntikan pada daerah sub acromial. Terapi latihan sangat disarankan untk
memperbaiki mobilitas dan stabilitas sendi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisishoulder impingement
2. Bagaimana patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan fisioterapi
pada klien shoulder impingement

C. TUJUAN UMUM                 


Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan fisioterapi pada
pasienshoulder impingement.

D. TUJUAN KHUSUS
1. Mendapatkan gambaran tentang shoulder impingement.
2. Mengatahui patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan fisioterapi
pada klien shoulder impingement

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. KAJIAN TEORI

A. Anatomi dan Biomekanik

Anatomi

Shoulder merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia


karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Dimana sendi ini sangat
menunjang untuk gerakan di sholder . Shoulder kompleks terdiri atas 3
sendi sinovial dan 2 sendi non – sinovial. Tiga sendi sinovial adalah
1. Sternoclavicular joint,
2. Acromioclavicular joint dan
3. glenohumeral joint.
Sedangkan 2 sendi non – sinovial yaitu:
4. supra-humeral (coracoclavicular) joint dan
5. scapulothoracic joint.
Sendi glenohumeral merupakan sendi yang paling mobile ditubuh. Sendi
ini merupakan sendi ball and socket yang sangat dangkal dengan cavitas
glenoidalis-nya. Besarnya mobilitas sendi ini merugikan stabilitas,oleh
karna itu tidak mengherankan banyak masalah timbul di sendi ini.

Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena


menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (flexi – ekstensi, abduksi- adduksi,
exorotasi-endorotasi) dan sirkumduksi.

Struktur tulang bahu yang terpenting adalah:


1. scapula,
2. clavicula,
3. humerus, acromion, dan
4. Coracoideus.

3
Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsul sendi yaitu : subscapularis,
supraspinatus, infrapinatus, dan teres minor dikenal dengan Rotator cuff
dan juga dibantu oleh tendon caput longum biceps brachii.

 Adapun otot utama yang memperkuat sendi shoulder ini adalah :


1. m supraspinatus
2. m infraspinatus
3. m teres minor dan
4. m subscapularis
ke empat ototdiatas sering juga di sebut otot rotator cuff dimana otot
inilah yang sangat menjaga stabilitas sendi ini.

Biomekanik

Range of Motion sendi bahu:

Elevasidari abduksi dan fleksi (0-180°):

Rata-rata elevasi pada pria : 167°

Rata-rata elevasi pada wanita : 171°

Scapular motion : 60°

Glenohumeral motion : 120°

4
Endorotasi : 70-80°

Eksorotasi : 80-90°

Scapulohumeral Rhythm

Scapulohumeral Rhythm adalah pergerakan yang proporsional antara


humeri dengan scapula. Irama yang terjadi setidaknya terdiri dari beberapa
tahap gerakan:

1. Pada awal gerak abduksi 0-300 terjadi gerak humerus 300dan scapula pd
posisi diam atau sedikit adduksi.
2. Pada range 300 - 600 terjadi gerak proporsional antara abduksi humerus :
scapula sebesar 2 : 1.
3. Selanjutnya pd abduksi 600 –1200 juga terjadi humerus external rotation
secara bertahap sebesar 900 menghindari benturan acromion dan head of
humerus. Sementara gerak proporsional antara humerus dan scapula
tetap 2 : 1.
4. Pd abduksi 1200 – 1800gerak proporsional tetap berlanjut. Pd range ini
mulai terjadi gerak intervertebral dan costae bermakna pada akhir ROM

5
Berikut adalah serangkaian mobilitas gerak elevasi Bahu:

1. 2/3 dari Glenohumeral


2. 1/3 dari ScapuloThoracal
3. Mobilitas Stercoclavicula Joint dan Acroimoclavicula Joint penting
untuk fungsi mengarahkan dan membatasi gerak supaya tidak
berlebihan.

Sedangkan stabilitas sendi bahu terdiri dari 2 struktur

1. Static Stabilizers- joint morphology and capsuloligamentous complex


2. Dynamic Stabilizers- rotator cuffdan otot -otot lain

B. Pengertian Shoulder Impingement

Shoulder impingement syndrome adalah kumpulangejala nyeri bahu


yang diakibatkan jepitan atau penekanan pada tendon dan atau bursa pada
daerah sub acromial.

C. Patofisiologi

Tendon otot supraspinatus yang paling sering mengalami jepitan atau


penekanan khususnya pada aktivitas yang menggerakan lengan melampaui
kepala secara berulang (gerakan overhead). Gerakan-gerakan ini akan
menyebabkan caput humeri bergesekan dengan sebagian sendi bahu dan
tendon otot supraspinatus, sehingga timbul reaksi radang lokal dan
pembengkakan. Akibat peradangan dan pembengkakan yang terjadi, tendon
otot supraspinatus dan bantalan sendinya akan semakin terjepit dan tertekan
di antara tulang lengan atas dengan tonjolan tulang belikat bagian atas
(akromion).
Kondisi ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya bila diistirahatkan
dari gerakan-gerakan yang memicu gesekan tersebut, namun proses jepitan
dan penekanan tendon dan bursa dapat berlanjut menjadi robekan tendon

6
(Rotator Cuff Tear) apabila bahu tetap dipaksakan melakukan aktivitas
mengangkat lengan terus menerus. 

Tanda dan Gejala


Gejala khas adalah nyeri yang timbul saat lengan diangkat maupun
ketika lengan diturunkan dari posisi tinggi, adanya kesulitan menggerakkan
lengan mencapai belakang punggung, disertai kelemahan otot bahu. 

Proses ini berjalan secara kronis. Timbulnya gejala dikaitkan dengan


beban aktivitas yang memicu timbulnya proses impingement tersebut, dan
juga usia penderita. 
Gejala awal mungkin ringan, penderita sering tidak mencari pengobatan
pada tahap awal. Gejala dapat berupa:
1. Nyeri. Pada awalnya nyeri dirasakan ringan di bahu bagian atas dan
timbul hanya saat beraktivitas, terutama pada gerakan-gerakan
mengangkat lengan. Namun secara perlahan, nyeri akan dirasakan setiap
waktu bahkan saat beristirahat.
2. Nyeri dapat menjalar dari bagian depan bahu ke sisi lengan.
3. Otot kehilangan kekuatan dan kemampuan gerak terutama pada gerakan-
gerakan yang menempatkan lengan di belakang punggung.
4. Semakin lama, semua gerakan semakin terbatas dan terasa menyakitkan.

7
D. Pemeriksaan Shoulder Impingement
Untuk memastikan adanya shoulder impingement, diperlukan adanya
pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan khusus pada kasus shoulder impingement antara lain:
1. Painful arc
Tes dilakukan posisi berdiri (atau duduk). Gerak abduksi-elevasi bahu
dalam bidang scapulae (scaption field).
Hasil positif jika terjadi nyeri pada sudut antara 600 -1200.

2. Jobe’s test/ empty can


Posisi bahu abduksi dan endorotasi. Kemudian pasien kontraksi
isometrik ditahan ke arah gerak abduksi.
Nyeri terutama inflamasi otot supraspinatus

8
3. Neer test
Gerak abduksi dalam scaption field, fiksasi dan ditahan di atas acromion.
Nyeri muncul jika ada penekanan jaringan di area sub-acromial.

4. Hawkin Kennedy test


Posisi bahu abduksi 900, siku fleksi 900. Kemudian secara pasif,
gerakkan bahu ke arah endorotasi.
Nyeri muncul jika adabursitis atau cuff tears.

5. External rotation isometrik test


Bahu posisi netral dengan siku fleksi 900. Kemudian pasien kontraksi
isometrik ke arah eksorotasi ditahan.

9
Hasil nyeri positif jika ada iritasi pada tendon otot supraspinatus.

E. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Shoulder Impingement


Anatomic Impairment target:
1. Ultrasound
2. SWD contra planar tepat untuk kapsul yang tegang
3. Scapular mobilization
4. Shoulder joint mobilization, traction at end range position and Roll
glide
5. Stabilizing exercise tepat untuk kelemahan otot bahu.
Functional Impairment target:
1. Latihan mobilisasi sendi
2. Latihan stabilisasi bahu

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran rodiografi sendi yang menyokong diagnosis Shoulder
impingement ialah:
a. Terlihat penebalan pada bursa subacromial

10
b. Terlihat status kalsifikasi pada tendon rotator cuff sebagai indikasi
adanya peradangan

G. Pemeriksaan Fungsional
Pemeriksaan fungsional menggunakan instrumen SPADI (Shoulder Pain
and Disability Index)
Skala Nyeri
N
Deskripsi Nilai
o
1 Nyeri saat parah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Tidur miring ke sisi bahu sakit 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 Meraih benda di rak tinggi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 Menyentuh leher belakang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 Mendorong denganlengan yang sakit 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 = tidak nyeri ; 10= Nyeri tak tertahankan
Skor = ( jumlah/ 50 )100%

Skala

No Deskripsi Nilai
1 Mencuci rambut 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Menggosok punggung 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 Memakai kaos atau sweater 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 Memakai kemeja dengan kancing di depan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 Memakai celana 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 Menatuh benda di rak tinggi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7 Membawa beban 4,5kg 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 Mengambil benda di saku belakang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 = tidak sulit ; 10 = Sangat sulit; membutuhkan bantuan
Skor = ( jumlah/ 80 )100%

Ketidakmampuan

Algoritma

11
Pasien mengeluhkan nyeri area
deltoid terutama saat mengangkat
lengan

Neer test

Hawkin kennedy test

Sholder Impingement

Problematik Fisioterapi
Impairment :
1. Inflamasi Pada Bahu Kanan
2. nyeri gerak
Funtional Limitation
1. kesulitan memakai baju sendiri
2. gerak menjangkau ke belakang atau samping tubuh
Patricipation Restriction
1. Keterbatasan dalam aktifitas sehari -hari

Modalitas Terpilih :
1. MWD
2. Ultrasound
3. Myofascial Release
4. Streching
5. manipulasi

Out Come :

1. Nyeri Berkurang
2. Aktifitas Fungsional meningkat

12
II. STATUS KLINIS

LAPORAN STATUS KLINIS

LAPORAN STATUS KLINIK


Kondisi/kasus : Shoulder Impingement

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn.R
Tanggal lahir : 11 November 1971
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekejaan : PNS
Alamat : umban sari rumbai
Nomor RM : 00150637

II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT


(Diagnosa medis,catatan klinis,medika mentosa,hasil lab,foto ronsen,dll)
Diagnosa medis : Frozen Shoulder

III. SEGI FISIOTERAPI

13
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan utama
TN.R datang dan mengeluh nyeri pada bahu kanan sejak 2 minggu
yang lalu dengan penyebab yang tidak diketahui.
b. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 2 minggu yang lalu Tn.R mengeluh nyeri pada bahu kanan.
Keluhan menigkat saat bangun pagi dan gerak mengangkat lengan
(abduksi elevasi) dan gerak menjangkau benda di belakang atau di
samping tubuh.

2. Riwayat Keluarga Dan Status Sosial


a. Riwayat keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang
sama
b. Lingkungan kerja
Kondisi pendingin udara di kantor seringkali menyebabkan
keluhan nyeri bertambah.
c. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal dan aktivitas di dalamnya tidak
berpotensi meningkatkan keluhan atau keparahan.
d. Aktivitas sosial
Tidak ada keterbatasan aktivitas sosial

3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta


a. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi (-), Diabetes (-)
b. Riwayat penyakit penyerta
Hipertensi (-), Diabetes (-)

14
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
-Tekanan darah : 120/80 mmHg
-Denyut nadi : 62 kali/menit
-Pernapasan : 24 kali /menit
-Temperatur : 36° C
-Kesadaran : mentis
-Status gizi : baik

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi/Observasi
Statis : Tidak ditemukan postur yang unbalance (level
bahu sama)
Dinamis : Nyeri gerak saat bergerak abduksi elevasi pada
sudut 750 – 1200
b. Quick test
Nyeri gerak saat bergerak abduksi elevasi pada sudut 750 – 1200
c. Tes khusus
- Painful arc : Hasil tes (+)pada sudut 750
– 1200
- Jobe’s test : Hasil tes (+)
- Neer test : Hasil tes (-)
- Hawkin Kennedy test : Hasil tes (+)

15
- External rotation isometric test : Hasil tes (+)
d. Pengumpulan data tertulis pemeriksaan penunjang
Tidak ada data penunjang
e. Pemeriksaan Fungsional
Pemeriksaan fungsional menggunakan instrumen SPADI
(Shoulder Pain and Disability Index)

C. PENEGAKAN DIAGNOSIS FISIOTERAPI


1. Impairment
- Inflamasi pada bahu kanan
- Nyeri gerak
2. Functional Limitation
- Kesulitan memekai baju sendiri
- Gerak menjangkau ke belakang atau samping tubuh
3. Disability/Participation restriction
- Keterbatasan dalam pekerjaan
4. Diagnosa fisioterapi
Nyeri gerak bahu karena adanya tendonitis otot supra spinatus

D. RENCANA PELAKSANAAN
1. Tujuan : untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien
sehingga bisa beraktifitas seperti biasnya
2. Prinsip terapi
- Mengurangi impairment dan memperbaiki fungsi
- Melindungi sendi dari kerusakan lebih lanjut
- Mencegah disabilitas dan menurunnya kesehatan yang terjadi
sekunder karena inaktifitas dengan meningkatkan level aktifitas
fisik sehari-hari dan memperbaiki daya tahan fisik

16
3. Konseling / edukasi
- Melakukan home program yang diberikan secara disiplin
- Mengurangi aktifitas menjangkau benda terlalu jauh

E. PROGNOSIS
Pasien dapat sembuh bila ditangani dengan segera dan tepat.

F. SARANA DAN PRASARANA


- Sarana : bed, bantal, ultrasound, TENS, diathermy, taping
- Prasarana : ruang fisioterapi

G. TINDAKAN FISIOTERAPI
1. MWD : 100w, 10 menit
2. Ultrasound : 0,5 w/cm2, 8 menit
3. Myofascial Release : trapezeus, deltoid,teres major-minor,
supraspinatus
4. Stretching : otot-otot anterior dan Posterior
5. Manipulasi : Glenohumeral dan Scapula mobilization
6. Edukasi & Home Program

H. EVALUASI
Evaluasi dilakukan setiap selesai sesi program terapi. Terapi dilakukan
sebanyak 4 kali. Poin evaluasi yang diukur adalah nyeri dan
aktivitasfungsional menggunakan SPADI ( Shoulder Pain and Disability
Index).
Evaluasi
No Tanggal SPADI
Total Nilai
Nyeri Disabilitas

17
1 29 novenber 46% 27,5% 34,6%

2 1 desember 40% 23,7% 30%

3 3 desember 30% 18% 23%

4 6 desember 18% 12,5% 14%

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Shoulder impingement adalah kondisi peradangan jaringan lunak di daerah
subacromial. Pergerakan sendi bahu yang relatif luas dan banyak berpotensi jika
terjadi peradangan daerah tersebut menyebabkan recovery membutuhkan waktu
yang ralatif lenih lama. Maka diperlukan penanganan yang intensif dan harus
disertai dengan home program dan edukasi yang teapt agar kesembuhan dan
pemulihan bisa lebih efektif dan efesien.

Saran
1. Bagi Fisioterapis

18
Penulis menyarankan kepada fisioterapis, dalam memberikan suatu
tindakan terapi perlu diawali dengan pemeriksaan yang teliti, penegakkan
diagnosa yang baik, pemilihan modalitas yang tepat, pemberian edukasi yang
tepat pula, dan mengevaluasi hasil terapi agar dapat memperoleh hasil terapi yang
optimal dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu juga fisioterapis harus selalu
menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga medis, pasien, dan keluarga.

2. Bagi pasien
Hindari hal-hal yang membahayakan yang dapat menyebabkan
bertambahnya kerusakan sendi, melakukan latihan-latihan seperti gerakan-
gerakan ringan dan peregangan otot. Melakukan fisioterapi rutin 3 kali dalam
seminggu ke rumah sakit.

3. Bagi keluarga pasien


Kepada keluarga, agar selalu memberikan dorongan atau motivasi mental
dan pengertian dengan sabar kepada pasien membantu pasien untuk melaksanakan
program terapi, dalam hal ini terapi latihan atau terapi yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Kuntono, H. P., 2008; Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu;


http//www.fisiosby.com.
Donatelli, Robert 1987 ; Physical Therapy of The Shoulder ; Churcil Livingstone,
London.
Noor Helmi, Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba
Medika, Jakarta, hal. 226-231, 534-535.
Saputra, Lyndon., 2009; Kapita Selekta Kedokteran Klinik; Binarupa Aksara
Publisher, Tangerang, hal. 298-299.

19
Apley, A. G. and Solomon., L., 1995; Buku Ajar Orthopedi & Fraktur Sistem
Apley; Edisi 7, diterjemahkan oleh dr. Edy Nugroho, Widya Medika,
Jakarta, Bab Bahu hal. 1-9.
Mardiman, S., dkk.,2002; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi
(DPPPFT); Poltekkes Surakarta Jurusan Fisioterapi, Surakarta, hal 10-40.
Sujatno, dkk, 2002; Sumber Fisis; Poltekkes Surakarta Jurusan Fisioterapi,
Surakarta, hal. 208-226.
Priatna, H, 1985 ; Exercise Theraphy; Akademi Fisioterapi Surakarta, Surakarta.
Licht, S., 1978; Therapeutic Exercise; dalam Basmajian, J. V. (ed); Therapeutic
Exercise; Third Edition, The William & Wilkins Co., USA, hal. 1.
Kisner, C. and Colby, L. A., 1996; Therapeutic Exercise Foundation and
Technique; Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 47-49,
160-161, 163-164,184, 282-283.
Soegijanto, Seminar dan Workshop Shoulder Impingement, Mei 2016

20

Anda mungkin juga menyukai