Abstrak
Peran ayah tradisional Aceh, masih mendominasi pada aspek pemenuhan finansial anak
semata. Namun pergeseran budaya di era modern ini, juga menuntut para ibu berkarir/bekerja
di luar rumah, tentu berdampak signifikan terhadap peran para ayah dalam mendidik mental
spiritual anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: pemahaman dan peran
ayah dalam mendidik mental spiritual anak, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas perannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
melakukan tiga teknik pengumpulan data, yaitu: telaah dokumentasi, observasi langsung,
dan wawancara mendalam yang dilakukan terhadap ayah millenial dan ibu. Analisis data
melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil kajian
menunjukkan bahwa:(1) para ayah memahami dengan baik bahwa tanggungjawab mendidik
anak tidak hanya tanggung jawab seorang ibu; bahkan mendidik anak, tidak hanya untuk hal-
hal yang bersifat duniawi semataa; akan tetapi mental dan spiritual anak juga menjadi
pondasi dasar pendidikan yang harus dibina agar mereka dapat menjadi generasi bangsa yang
religius. Dalam hal mendidik anak, para ayah menjadikan Lukmanul Hakim, Ibrahim, dan
Rasulullah saw sebagai panutan untuk 3 aspek spiritual anak, yaitu: tauhid/iman, ibadah dan
akhlak. (2) Para ayah millenial telah menjalankan perannya dengan baik, baik peran sebagai
pendidik iman/tauhid, pendidik ibadah maupun pendidik akhlak anak dengan melakukan
berbagai aktivitas sehari-hari bersama anak, dan (3) Para ayah dengan:mengikuti berbagai
kegiatan parenting,membersamai seluruh proses tumbuh kembang anak bersama ibu,
membaca berbagai referensi terkait peran pengasuhan ayah dalam keluarga, mengikuti
pengajian-pengajian rutin yang sekiranya dapat menambang nilai-nilai spiritual diri
yang nantinya akan bermanfaat dalam mendidik mental spiritual anak, berkonsultasi
dengan pakar untuk menghadapi sesuatu hal yang sulit dikendalikan atau diperbaiki dari
anak, terutama anak ABK, meningkatkan quality time dengan anak setiap hari dan berupaya
menetapkan prinsip 60 minutes with father, dan mengurangi ego untuk mementingkan
kesenangan/hobi pribadi untuk lebih banyak membersamai keluarga di rumah.
Kata Kunci: Peran, Ayah, Millenial, Mental Spiritual, Anak Usia Dini
183
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
Abstract
The role of the traditional father in Aceh, still dominates in the aspect of fulfilling the
child's financial only. However, the cultural shift in this modern era, which also requires
mothers to have careers / work outside the home, certainly has a significant impact on the
role of fathers in educating the mental spirituality of children. The purpose of this study
was to determine: the understanding and role of fathers in educating children's mental
spirituality and the efforts made to improve the quality of their roles. This study used a
qualitative approach by conducting three data collection techniques, namely: review of
documentation, direct observation, and in-depth interviews conducted with millennial fathers
and mothers. Data analysis through three stages, namely: data reduction, data presentation,
and data verification. The results of the study show that: (1) fathers understand well that
the responsibility of educating their children is not only the responsibility of a mother; even
educating children, not only for worldly things; However, mentally and spiritually, children
are also the basic foundation of education that must be nurtured so that they can become
a religious generation of the nation. In terms of educating children, fathers make
Lukmanul Hakim, Ibrahim, and Rasulullah saw as role models for 3 spiritual aspects of
children, namely: monotheism / faith, worship and morals. (2) Millennial fathers have
performed their roles well, both as faith / tawhid educators, worship educators and
children's morals by carrying out various daily activities with their children, and (3) Fathers
by: participating in various parenting activities, accompanying them. the whole process of
child development with the mother, reading various references related to the role of the
father's parenting in the family, participating in routine recitations that can extract
self-spiritual values which will be useful in educating the child's mental spirituality,
consulting with experts to deal with something that is difficult to control or repair from
children, especially children with special needs, increase quality time with children every
day and strive to establish the principle of 60 minutes with father, and reduce ego to prioritize
personal pleasures / hobbies to be more with the family at home.
183
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
184
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
185
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
sebelumnya; baik dari segi metode, hasil memfasilitasi mereka dengan penuh kasih
dan temuannya, meskipun kesemuanya sayang.
berpusat pada peran ayah dalam Untuk menentukan jumlah responden
pengasuhan anak. Sehingga hasil yang diwawancarai, yakni para ayah
penelitian ini dapat memperkaya millenial, peneliti bekerjasama dengan
penelitian-penelitian sebelumnya tentang ketua yayasan, kepala sekolah dan guru
peran ayah dalam mengasuh anak, kelas di PAUD Inklusi Kasya Kota Banda
dikarenakan menggunakan metode dan Aceh; sehingga ditentukan sebanyak 19
objek penelitian dengan kultur budaya orang responden ayah dan ibu siswa yang
yang berbeda. akan diwawancarai dan diobservasi untuk
diperoleh data guna menjawab
permasalahan dalam penelitian ini.
HASIL PENELITIAN DAN Namun dengan keterbatasan interaksi
dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan
PEMBAHASAN
via telpon/media sosial penunjang; maka
A. HASIL PENELITIAN yang berhasil dihimpun untuk memperoleh
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 data hasil penelitian hanya 9 orang yang
bulan sejak tanggal 15 Juli 2020 sampai selain diakibatkan oleh keterbatasan
dengan 25 Agustus 2020. Pergeseran dan penelitian yang telah disebutkan; pada
percepatan waktu pelaksanaan dari jadwal tahap mewawancara 9 orang ayah tersebut
yang telah direncanakan dalam proposal juga telah mencapai titik jenuh, dimana
oleh karena mempertimbangkan protokol hampir semua jawaban responden
kesehatan social distancing sebagai menunjukkan jawaban yang sama
dampak di masa pandemi covid 19 yang (snowball). Dengan demikian, peneliti
membatasi interaksi massa pada suatu memadakan wawancara hanya untuk 9
instansi. Namun demikian peneliti orang ayah saja bersama 3 orang ibu yang
berupaya melakukan berbagai teknis untuk dipilih secara acak dari 9 orang ayah yang
memperoleh data hasil penelitian yang telah diwawancara sebelumnya.
memadai. Adapun data yang diperoleh dari
PAUD Inklusi Kasya Kota Banda hasil wawancara, observasi dan
Aceh yang didirikan sejak tahun 2009 dokumentasi dapat dirincikan secara
adalah lapangan pelaksanaan penelitian deskriptif sebagai berikut:
merupakan sekolah swasta yang telah
menerapkan metode inklusi dengan 1. Pemahaman Ayah Mellenial dalam
menerima anak dari berbagai kondisi dan Mendidik Mental Spiritual Anak di
latar belakang; baik sosial, budaya dan PAUD Inklusi Kasya Kota Banda
ekonomi. PAUD Kasya Day Care and Aceh
School (KDCCS) ini berlokasi di Jalan M. Para ayah di PAUD Inklusi Kota
Tuha No. 01 Gampong Ceurih Kecamatan Banda Aceh secara umum telah memahami
Ulee Kareng, Kota Banda Aceh. dan memiliki kemampuan yang memadai
Sekolah ini didirikan oleh Shadia dalam membentuk mental spritual anak.
Marhaban yang didasari oleh Hal ini dikarenakan PAUD Inklusi Kasya
kekhawatirannya terhadap anak sebagai sekolah tempat anak-anaknya
berkebutuhan khusus yang bernama Kasya dipercaya untuk dididik; senantiasa
yang didiagnosa dokter Down Syndrome, merangkul para ayah tidak hanya ibu untuk
autistic dan brain damage (kerusakan mengambil peran besar dalam
otak). Atas dasar tersebut PAUD Inklusi membersamai tumbuh kembang anak.
Kasya senantiasa memfokuskan Bahkan untuk itu, PAUD Inklusi Kasya
pendidikannya pada anak-anak ABK dan
186
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
tidak pernah memberlakukan tes bagi anak, dalam al-Quran dalam hal pendidikan
melainkan tes bagi orangtua melalui proses anak, yaitu: Lukmanul Hakim. Hal ini
wawancara kepada kedua orangtua untuk menurut para ayah menjadi motivasi utama
menilai ada tidaknya komitmen yang akan urgensi peran mereka dalam
besinergi untuk membersamai tumbuh membentuk anak-anak yang shalih.
kembang anak yang sepatutnya menjadi Para ayah menyatakan bahwa ada 3
tanggungjawab orangtua yang utama, ruang lingkup peran dalam membentuk
selebihnya baru sekolah dan mental spirtual anak yang mereka
masyarakat/lingkungan. implementasikan, yaitu:
Selain itu, orangtua juga memahami a. Mendidik Iman Anak
bahwa mendidik anak, tidak hanya untuk - Para ayah bersama ibu sering
hal-hal yang bersifat duniawi saja; akan mengajak berjalan-jalan untuk
tetapi mental anak juga menjadi pondasi menunjukkan alam semesta
dasar pendidikan yang harus dibina agar bersama seluruh keindahannya
mereka dapat menjadi generasi bangsa sebagai bukti adanya Allah swt
yang religius. Untuk itu mereka kerap sebagai sang pencipta.
menjadikan Lukmanul Hakim, Ibrahim, - Memfasilitasi anak film-film yang
dan Rasulullah saw sebagai panutan dalam bernuansa islami dalam mendidik
mendidik 3 aspek spiritual anak, yaitu: keimanan
tauhid/iman, ibadah dan akhlak. - Menunjukkan kasih sayang sebagai
salah satu sifat Rahman dan Rahim
2. Peran Ayah Millenial dalam Allah swt.
Mendidik Mental Spiritual Anak di - Mendongeng untuk mendidik iman
PAUD Inklusi Kasya Kota Banda anak secara bergantian dengan ibu.
Aceh
Para ayah mengakui bahwa saat ini b. Mendidik Ibadah Anak
mereka tidak sungkan lagi untuk - Mengajak anak untuk shalat
mengambil peran yang sama dengan ibu berjamaah di rumah ataupun di
dalam mendidik anak, bahkan mereka mesjid
menyadari ada peran ayah yang tidak dapat - Membiasakan anak membaca al-
digantikan oleh siapapun; seumpama Quran setelah selesai shalat magrib
dalam mendidik ego anak. Hal ini hanya dan memutar murattal di waktu-
dapat diajarkan oleh sang ayah sebagai waktu tertentu.
leader/pemimpin dalam keluarga. - Mendampingi anak menghapalkan
Demikian pula dalam hal kasih sayang al-Quran (surat-surat pendek)
laki-laki yang hanya dapat diberikan oleh sesuai kemampuan anak
sang ayah kepada anak perempuannya; - Melatih anak untuk bersedekah dan
sehingga sang anak tidak akan cepat berkurban, dan sebagainya.
tergiur dengan kasih sayang laki-laki di - Membiasakan anak untuk
luar rumah. Dan perilaku gagah berani menggunakan pakaian yang syar’i.
yang hanya bisa diteladani anak laki-laki
pada ayahnya, sehingga sang anak c. Mendidik Akhlak Anak
terhindar dari perilaku yang menyamai - Menjadi teladan utama sebagai
perempuan, dan sebagainya. contoh bagi anak dalam
Para ayah juga menyadari bahwa berperilaku, bersikap dan berucap
peran mereka dalam membentuk mental sesuai norma-norma Islam.
spiritual anak demikian besar, hal ini - Membudayakan sikap saling
sebagaimana diabadikan sebuah nama menghargai di rumah.
187
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
188
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
189
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
lupa bahwa anak tidak hanya anak dengan melakukan berbagai aktivitas
membutuhkan uang semata (Harian sebagaimana yang dinyatakan dalam
Kompas, Edisi 13 November 2017). proses wawancara, antara lain:
Senanda dengan pendapat di atas, al- a. Aktivitas peran ayah sebagai pendidik
Qarashi (2003:55) menyatakan bahwa para iman anak diwujudkan dengan cara:
ayah tidak hanya bertanggung jawab 1) menjadikan alam semesta sebagai
menjamin para tanggungannya dengan objek/laboratorium menambah
berbagai kebutuhan keuangan, tapi ia juga keimanan anak dalam setiap
diharuskan untuk memberikan pendidikan, tour/wisata;
disiplin, moral serta tuntunan. Sang ayah 2) memfasilitasi anak dengan tontonan
hendaknya menanamkan sifat-sifat luhur bernuansa islami, terutama yang
serta meluruskan tindakan buruk anak- mengandung nilai-nilai ketauhidan;
anaknya. Namun demikian, masih banyak 3) senantiasa menjadi teladan dengan
ayah yang belum memahami peran dan menunjukkan kasih sayang sebagai
tanggung jawabnya dalam pendidikan manifestasi sifat rahman dan
anak, dikarenakan adanya ayah yang rahimnya Allah swt; dan
kurang memahami urgensi fathering, 4) menceritakan kisah-kisah teladan
sehingga ia lebih terpacu untuk mengejar yang dapat meningkatkan keimanan
anak.
target-target kebahagiaan duniawi dan
melalaikan kebahagiaan ukhrawi yang Menurut Rusyanto (2018), selain
hakiki; yaitu untuk menghadirkan Allah berbagai aktivitas yang dikemukakan oleh
swt dan perintah-Nya dalam kehidupan para ayah millenial di atas, beberapa
pribadi anak-anaknya. aktivitas lain yang dapat diterapkan dalam
Keseluruhan keutamaan peran ayah mendidik keimanan anak usia dini di
ini telah dipahami dengan seksama oleh antaranya:
umumnya para ayah di PAUD Inklusi 1) ajari setiap kosa kata baru dengan
Kasya Kota Banda Aceh, oleh karena itu menambah kata “Allah” di dalam
mereka menyadari secara penuh bahwa penyampaiannya,
tanggungjawab mereka dalam mendidik 2) segala aktivitas libatkan nama
anak merupakan sebuah keniscayaan yang “Allah”,
tidak dapat ditawar atau digantikan; 3) membiasakan anak untuk bertasbih
bahkan nilai-nilai pendidikan yang dan berdzikir,
ditanamkan tidak hanya hal yang bersifat 4) membiasakan anak menggunakan
kata-kata yang baik,
duniawi, namun harus mampu membentuk
5) mengajarkan anak berdoa setiap
sang anak menjadi pribadi yang
kali menginginkan sesuatu, dan
shaleh/religius dengan mendidik mental 6) mengajarkan anak tentang surga
spiritual anak dalam seluruh aspek dan neraka, dsb.
kehidupan anak, baik tauhid/keimanan,
ibadah dan akhlaknya. b. Aktivitas peran ayah sebagai pendidik
ibadah anak sebagai salah satu
2. Peran Ayah Millenial dalam komponen membentuk mental spiritual
Mendidik Mental Spiritual Anak anak dibuktikan dengan cara:
1) membiasakan anak untuk shalat
Dari hasil penelitian jelas bahwa para berjamaah dimanapun berada,
ayah millenial di PAUD Inklusi Kasya 2) membiasakan anak membaca dan
Kota Banda Aceh telah berupaya mentadabburi isi al-Quran setiap
menjalankan perannya dengan baik, baik harinya, mendengarkan murattal al-
peran sebagai pendidik iman/tauhid,
pendidik ibadah maupun pendidik akhlak
190
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
191
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
pemimpin keluarga merupakan pihak yang kekuatan”. Setiap individu yang tergabung
paling bertanggungjawab atas segala dalam sebuah keluarga, saling mengikat
kelemahan generasi ini. Dengan demikian diri dengan kencang dan menguatkan satu
mendidik anak dengan nilai-nilai agama sama lainnya. Keluarga merupakan unit
yang mumpuni; terutama pendidikan iman sosial terpenting bagi proses pembangunan
dan akhlak merupakan suatu keniscayaan umat. Selain itu juga merupakan salah satu
yang tidak dapat diabaikan oleh seorang pondasi penyangga bangunan masyarakat
ayah. muslim. Allah swt menegaskan peran ayah
Secara spesifik terkait peran ayah sebagai pendidik melalui beberapa contoh
dalam mendidik mental spiritual anak, interaksi ayah dan anak yang diabadikan
‘Ulwan (2012:111-112) mengutarakannya dalam Al-Quran, salah satunya surah
sebagai wujud tanggungjawab ayah untuk Luqman ayat 13.
mengikat anak-anaknya dengan dasar- Alasan utama pentingnya peran ayah
dasar keimanan, rukun Islam, dan dasar- dalam mendidik anak adalah dikarenakan
dasar syari’at sejak anak telah mengerti perkembangan zaman yang demikian
dan memahami. Sebagai seorang pendidik, dinamis. Upaya penyelamatan karakter
ayah wajib mengajarkan pedoman- bangsa yang kini mengalami dekadensi
pedoman keimanan pada anak-anaknya. dan penyimpangan, tidak dapat
Selain itu sang ayah harus mengajarkan diselesaikan dengan tuntas tanpa adanya
pondasi-pondasi ajaran Islam, sehingga gerakan nyata dan aplikatif untuk
anak akan terikat dengan agama Islam memperbaiki dan menjaga perkembangan
secara akidah dan ibadah, di samping karakter anak sebagai generasi penerus
penerapan metode dan aturan. bangsa dan agama.
Dengan demikian, sang anak tidak Selain itu, pentingnya peran ayah
akan mudah dipengaruhi oleh imun-imun dalam mendidik anak terindikasi dengan
buruk dari luar, karena jiwanya telah ditegaskannya sebanyak 17 kali dalam
diselimuti oleh Islam sebagai bentuk dialog antara ayah dan anak di
agamanya,Al-Quran penuntunnya dan dalam Al-Quran; dibandingkan ibu yang
Rasulullah pemimpin dan panutannya. hanya disebutkan sebanyak 2 kali. Oleh
Tanggung jawab ayah dalam mendidik karena itu untuk membantu optimalisasi
anak sangat terkait dengan perkara peran tersebut, seorang ayah muslim
penanaman nilai-nilai akidah Islam yang sepatutnya membekali diri dan
akan membentuk generasi yang berakhlak mengaplikasikan konsep-konsep fathering
mulia. Oleh karena itu, rujukan dan acuan yang bersumber langsung dari Al-Quran
ideal bagi seorang ayah muslim dalam dan Al-Hadits. Sehingga dengannya sang
mengoptimalkan peran tersebut adalah Al- ayah dapat mewujudkan generasi bangsa
Quran. yang tangguh, mandiri, berkualitas, dan
Al-Quran merupakan kalam Allah rahmatan lil’alamin sesuai dengan tujuan
yang dipandang sebagai keagungan (majid) hidup muslim yang hakiki (QS. Adz-
dan penjelasan (mubin). Selain itu sering Dzariyat ayat 56). Selain itu juga untuk
pula disebut sebagai petunjuk (hidayah) mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
dan buku (kitab) yang berisi segala hal dan akhirat, sebagaimana yang didambakan
petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia oleh setiap muslim.
di dunia maupun di akhirat kelak Para ayah millenial di PAUD Inklusi
(Abdullah, 2005:17-18). Kasya Kota Banda Aceh, pada umumnya
Al-Quran sangat memperhatikan menyadari akan terjadi berbagai hal buruk
masalah kehidupan keluarga dengan istilah pada anak, apabila mereka abai dengan
al-Usr yang bermakna “kekencangan dan peran dan tanggungjawab ini, oleh karena
192
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
itulah para ayah millenial di PAUD Inklusi terasingkan dari wilayah domestik (rumah
Kasya sangat antusias untuk mengikuti tangga).
gerakan masif penyadaran diri akan Dengan adanya kondisi sosial Jepang
pentingnya kehadiran ayah dalam (shoushika) menuntut peran ayah untuk
membersamai tumbuh kembang anak, kembali dimunculkan dalam keluarga.
yang sekiranya akan sangat menentukan Sosialisasi dari pemerintah menjadi peran
kehidupan sang anak di masa depan. penting dalam pembentukan peran ayah
Atas dasar kesadaran tersebut pula, dalam keluarga, terutama dalam hal
para ayah demikian antusias untuk pengasuhan anak.
meningkatkan kompetensi diri dalam
mendidik mental spiritual anak dengan KESIMPULAN
melakukan berbagai upaya peningkatan
kualitas diri, di antaranya dengan: (1) Hasil kejian menunjukkan bahwa
mengikuti berbagai kegiatan parenting di para ayah:
dalam maupun di luar sekolah; (2) 1. Memahami dengan baik bahwa
membersamai seluruh proses tumbuh tanggungjawab mendidik anak tidak
kembang anak bersama ibu; (3) membaca hanya tanggung jawab seorang ibu;
berbagai referensi terkait peran bahkan mendidik anak, tidak hanya untuk
pengasuhan ayah dalam keluarga; (4) hal-hal yang bersifat duniawi semataa;
mengikuti pengajian-pengajian rutin yang akan tetapi mental dan spiritual anak
sekiranya dapat menambang nilai-nilai juga menjadi pondasi dasar pendidikan
spiritual diri yang nantinya akan yang harus dibina agar mereka dapat
bermanfaat dalam mendidik mental menjadi generasi bangsa yang religius.
spiritual anak; (5) berkonsultasi dengan Dalam hal mendidik anak, para ayah
pakar untuk menghadapi sesuatu hal yang menjadikan Lukmanul Hakim, Ibrahim,
sulit dikendalikan atau diperbaiki dari dan Rasulullah saw sebagai panutan
anak, terutama anak ABK, (6) meningkatkan untuk 3 aspek spiritual anak, yaitu:
quality time dengan anak setiap hari dan tauhid/iman, ibadah dan akhlak.
berupaya menetapkan prinsip 60 minutes 2. Telah menjalankan perannya dengan
with father; serta (7) mengurangi ego baik, baik peran sebagai pendidik
untuk mementingkan kesenangan/hobi iman/tauhid, pendidik ibadah maupun
pribadi untuk lebih banyak membersamai pendidik akhlak anak dengan
keluarga di rumah. melakukan berbagai aktivitas sehari-
Antusiasme para ayah dalam hari bersama anak, dan
meningkatkan kualitas diri dalam mendidik 3. Berupaya untuk meningkatkan peran
anak ini akan lebih efektif, apabila adanya dengan: mengikuti berbagai kegiatan
dukungan dari pemerintah dan diperkuat parenting, membersamai seluruh proses
dalam undang-undang yang menjadi suatu tumbuh kembang anak bersama ibu,
program yang wajib dijalankan oleh membaca berbagai referensi terkait
seluruh ayah di Indonesia. Hal ini peran pengasuhan ayah dalam keluarga,
sebagaimana yang telah dilakukan di mengikuti pengajian-pengajian rutin
Jepang sebagaimana dideskripsikan dalam yang sekiranya dapat menambang nilai-
penelitian Ghiamitasya (2013) berjudul: nilai spiritual diri yang nantinya akan
Perubahan Peran Ayah dalam Pengasuhan bermanfaat dalam mendidik mental
Anak di Jepang pada Era Shoushika, spiritual anak, berkonsultasi dengan
menunjukkan hasil bahwa peran tradisional pakar untuk menghadapi sesuatu hal
ayah adalah sebagai pencari nafkah dan yang sulit dikendalikan atau diperbaiki
193
Journal of Education Science (JES), 6(2), Oktober 2020
Herawati, Murnia Suri
194