Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skema

Faktor Penyebab
Kehilangan Gigi
Gigi Tiruan
Jembatan

Indikasi & Prinsip Tujuan Syarat


Definisi Kontraind Preparasi Komponen Keuntungan Jenis
GTJ Pemasangan Pemasangan
ikasi

2.2 Klasifikasi Gigi Tiruan Jembatan


a. Berdasarkan lokasi abutment
 Konvensional: Abutment terletak berdekatan dengan ruang edentulous dan
pontik didukung di kedua sisi.

Gambar 1. Gigi tiruan jembatan konvensional.


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Cantilever: Abutment terletak berdekatan dengan ruang edentulous tetapi
pontic hanya didukung di satu sisi/ hanya satu sisi saja yg melekat pada
retainer
Gambar 2. Cantilever bridge.
(Mohamed, Kasim., et all, 2018)

 Spring cantilever: Abutment tidak terletak berdekatan dengan ruang


edentulous dan pontik menerima dukungan dari satu sisi saja. Abutment
umumnya premolar, digunakan untuk menggantikan gigi anterior dan
konektor digunakan untuk menghubungkan abutment dan pontic.
Konektornya kaku dan disebut 'konektor loop'. Hal ini paling sering
ditunjukkan dalam menggantikan gigi insisivus sentralis rahang atas yang
hilang. Tidak digunakan untuk gigi rahang bawah karena konektor dapat
menyebabkan gangguan lidah

Gambar 3. Spring cantilever.


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

b. Berdasarkan Tipe Material yang Digunakan


 All metal: Ini hanya digunakan untuk menggantikan gigi posterior dan tidak
estetis.
Gambar 4. Gigi tiruan jembatan all metal
(Mohamed, Kasim., et all, 2018)

 Metal with resin facings: Menyerupai metal with ceramic facing kecuali
bahwa bukan keramik, tapi menggunakan akrilik atau resin komposit.
Perbedaan yang lain dengan metal with ceramic facing adalah bahwa resin
veneer tidak boleh menutupi tepi insisal dan semua kontak harus terbuat dari
metal. Metal with acrylic facing (Logam dengan permukaan akrilik) – akrilik
tidak menutupi tepi insisal.

Gambar 5. Metal with resin facings


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

 All ceramic: Ini dibuat hanya menggunakan keramik tanpa komponen logam.
Disebut juga restorasi 'keramik bebas logam'.
 Metal keramik
1. Metal with complete ceramic coverage: dalam hal ini ada inti logam
yang pas di penyangga dan sepenuhnya ditutupi oleh keramik baik
secara facial maupun lingual/palatally.
Gambar 6. Metal with complete ceramic coverage.
(Mohamed, Kasim., et all, 2018)

2. Metal with ceramic facing: dalam restorasi ini, meskipun semua


permukaannya terbuat dari logam, keramik menutupi logam di labial /
bukal permukaan saja.

Gambar 7. Metal ceramic facing


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

3. Metal with resin facing: digunakan sebagai pengganti keramik, resin


aklik atau kompist yang akan dilapiskan pada permukaan fasial/ bukal dari
logam bawahnya (Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017).

4. Fibre-reinforced composite: pontik komposit ini dibuat di sekitar serat


resin yang memberikan kekuatan (Rangarajan, V., TV Padmanabhan,
2017).

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Jembatan


Indikasi :
 Jika gigi hilang satu atau lebih
 Jika gigi penyangga di kedua sisi dapat mendukung jumlah gigi yang hilang
 Jika gigi penyangga secara periodontal sehat
 Untuk menjaga ruang dalam kasus ortodontik
 Jika jangkauan edentulous pendek dan lurus
 Memulihkan gigi yang hilang untuk mencegah gigi yang berdekatan
bergeser ke dalam space/celah
 Untuk mengembalikan mulut ke fungsi lengkap bebas dari gangguan.
(M,Lovely.2017).
 Gangguan Kemampuan Mengunyah.
 Gangguan Estetik.
Setiap kerusakan gigi yang berada diarea estetik/anterior maka
diusahakan mengembalikan kepercayaan diri pasien dengan
mengembalikan estetik gigi pasien
bisa jadi mahkota atau gigi rusak karena patah, trauma, ataupun karies.
 Ketidaknyamanan Fisik dan Gangguan Emosi Pasien.
Membuat pasien kurang percaya diri dengan giginya yang hilang/rusak.
 Struktur Gigi yang Lemah.
Pada gigi dentinogenesis dan amelogenesis imperfecta
restorasi akan melindungi mahkota dari erosi ataupun kerusakan mahkota
yang terlalu cepat.
 Gangguan Bicara pada Pasien.
Kehilangan gigi sering juga membuat pasien kesulitan mengucap
beberapa kata tertentu
 Ketidak Seimbangan Lengkung Gigi.
Bisa karena gigi drifting atau karena kekosongan gigi
 Menstabilkan Pergerakan Gigi.
(Anselm Wiskott, 2011)

Kontraindikasi :
- Rasio mahkota-akar yang tidak menguntungkan
- Ruang edentulous yang besar
- Ruang edentulous tanpa abutment distal
- Bilateral edentulous tanpa abutment distal
- Gigi berujung kasar (lebih dari 22°)
- Gigi dengan periodontal lemah
- Gigi dengan mahkota klinis pendek
- Resorpsi tulang yang parah
- Usia muda dengan ruang pulpa yang besar
- Lidah besar/large tongue
- Karies yang luas dengan kebersihan mulut yang buruk
- Pasien kurang mampu secara finansial
- Jika pasien tidak dapat menjaga kebersihan mulut
- Dalam kasus kebiasaan parafungsional—dengan beban kekuatan yang berlebihan pada
gigi penyangga (bruxism).
(M,Lovely.2017).

2.4 Komponen Gigi Tiruan Jembatan

Gambar 8. Komponen gigi tiruan jembatan


(Lakshmi, S, 2018)

a. Connector
Pontic dihubungkan ke Reteiner dengan konektor
 Rigid connector./sambungan kaku tidak bergerak yang menghubungkan retainer
dan pontik.
Gambar 9. Rigid connector.
(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

 non-rigid connector./sambungan dapat bergerak dengan bebas atau tidak terikat


dari pergerakan komponen lainnya.
(M,Lovely.2017).
1. Tenon-mortise connector
The tenon (male component) melekat pada pontik dan the mortise (female
component) melekat pada retainer.
2. Split pontic connector
Pontik dibagi menjadi bagian mesial dan distal, yang melekat pada
retainernya masing-masing. Shoe/ key dimasukkan ke bagian mesial dan
keyway (alur pasak) di bagian distal.
3. Cross-pin and wing connectors
Menyerupai split pontic konektor dan digunakan untuk gigi abutment yang
miring . Sayap/wing melekat pada distal retainer, yang disemen terlebih
dahulu dan pontik melekat ke mesial retainer, kemudian dilakukan final
cementation.
(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
Gambar 10. Tenon-mortise connector.
(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

Gambar 11. Split pontic connector.


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
Gambar 12. Cross-pin and wing connector.
(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

b. Abutment
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer. Selain itu
abutment sendiri memiliki beberapa persyaratan, yaitu :
 Gigi yang dijadikan abutment masih vital, apabila nonvital maka gigo
tersebut sudah dilakukan PSA.
 Bentuk dan ukuran normal.
 Posisi normal didalam lengkung rahang.
 Memiliki jaringan periodontal yang baik
 Memenuhi hukum ante, yaitu luas gigi penyangga harus lebih besar sama
dengan luas gigi yang digantikan.
 Panjang diastema
 Memiliki tekanan kunyah local, apabila tekanan berat maka perlu dilakukan
pertimbangan untuk tambahan abutment
(Soeprapto, Andrianto. 2017. Buku Pedoman dan Tatalaksana Praktik
Kedokteran Gigi. Yogyakarta : STPI Bina Insan Mulia.

c. Span Lenght
Short span—One missing tooth
Medium span—Two missing tooth
Long span—More than two missing tooth. (M,Lovely.2017).

Gambar
A 13. (A) Short span gigi tiruan jembatan.
B (B) Long span gigi tiruan jembatan.
(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

d. Pontic
Pemilihan desain pontik sangat tergantug atas lokasi daerah edentulus. aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam memilih desain pontik untuk mempertimbangkan
desain dalam hal tuntutan mekanis, biologis dan estetika. Sifat-sifat ideal pontik, yaitu
sifat biologis, mekanik dan estetik. Desain pontik secara umum dibedakan atas 2
kategori yaitu, pontik yang berkontak dengan mukosa dan pontik yang tidak
berkontak dengan mukosa. Pontik yang berkontak dengan mukosa diantaranya
pontik ridge lap, pontik modified ridge lap, pontik ovate, dan pontik conical, yang
tidak berkontak dengan mukosa terdiri dari pontik sanitary/hygienic. (Tiku, Y. G.
S., & Jubhari, E. H.2019).
Gambar 14. Tipe-tipe pontik.
(Lakshmi, S, 2018)

 Saddle pontic. (ridge lap pontic)./Pontik berkontak dengan lingir membentang di


luar garis tengah edentulous ridge atau sudut tajam pada aspek linguogingiva dari
jaringan yang berkontak. (Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E. H.2019).

Gambar 15. Saddle pontic


(Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E. H.2019).
 Pontik Modified Ridge-lap
Permukaan dasar cembung yang terletak di daerah ridge alveolar yang kecil.
Pontik modified ridge lap menggabungkan fitur terbaik dari desain pontik
hygienic dan sadel, menggabungkan estetika dengan pembersihan yang mudah.
Hampir semua permukaannya cembung untuk memudahkan pembersihan.
Permukaan lingual harus memiliki kontur sedikit deflektif untuk mencegah
impaksi makanan dan meminimalkan akumulasi plak. (Tiku, Y. G. S., & Jubhari,
E. H.2019).

Gambar 16. Pontik Modified Ridge-lap


(Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E. H.2019).

 Hygienic pontic adalah pontik yang dibuat pendek dengan dengan celah besar
tujuan menciptakan ruang proksimal bagi embrasur gigi dan menjaga pontik agar
tidak bersentuhan dengan jaringan lunak. Desain ini dirancang untuk memberikan
ruang yang memadai antara permukaan pontik dengan jaringan mukosa. (Tiku, Y.
G. S., & Jubhari, E. H.2019).
 Conical pontic adalah pontik yang berbentuk kerucut bulat dan mudah
dibersihkan, dengan ujung pontik yang kecil. Desain ini digunakan pada lingir
mandibula yang tipis namun bila digunakan pada lingir yang luas dan datar akan
menghasilkan celah berbentuk segitiga yang besar di sekitar kontak jaringan
sehingga terkumpul debris pada daerah tersebut. (Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E.
H.2019).
Gambar 17.Conical pontic
(Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E. H.2019).
 Ovate pontic adalah pontik yang masuk kedalam soket sehingga seolah-olah gigi
tsb adalah gigi asli yang menyatu dengan gusi. Pontic ovate adalah desain yang
paling menarik secara estetik. Permukaan pontik cembung menekan jaringan
lunak atau berongga pada lingir, sehingga tampak gigi secara alami muncul dari
lingir.

Gambar 18. Ovate pontic


(Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E. H.2019).

e. Retainer
Class I—Extracoronal restorations
Retainer yang retensi berada diluar gigi penyangga.
A. Mahkota dengan cakupan penuh
 All-metal crowns.
 All-ceramic crown.
 Metal–ceramic crown.
 Acrylic-fused-to-metal crown.
 Metal-free composites.
B. Mahkota dengan cakupan sebagian
 Posterior tooth
- Mesial one-half crown
- Three-quarter crown
- Reverse three-quarter crown
- Seven-eight crown.
 Anterior tooth
- Three-quarter crown
- Variations of three-quarter crown (Selberg crown).
Class II—Intracoronal restorations
Retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota gigi penyangga.
 Inlays.
 Onlays.
 Pin ledge.
 Combinations.
Class III—Radicular retainers
Retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke saluran akar yang
telah dirawat dengan sempurna.
 Cast core.
 Blue island posts.
 Para post techniques.
 Kurer technique.
(M,Lovely.2017).

2.5 Anatomi Landmark Gigi Tiruan Jembatan

A. Anatomi

Gambar 19.Anatomi
(Field, James ., Storey, Claire, 2020)
Gambar 20.Anatomi
(Field, James ., Storey, Claire, 2020)
a) Membrane mucous yaotu melapisi rongga mulut termasuk residual alveolar ridges
dan bertindak sebagai bahan bantalan antara residual ridges dan gigi tiruan.
Mukosa diklasifikasikan sebagai pengunyahan, khusus dan submukosa. Untuk
mukosa khusus yaitu menutupi permukaan dorsal lidah. Mukosa yang palatum
durum dan puncak residual ridge disebut sebagai mukosa pengunyahan dan
dibentuk oleh epitel skuamosa berlapis keratin dan lapisan tipis jaringan ikat,
lamina propria. Submucosa dibentuk oleh jaringan ikat dan membentuk sebagian
besar membran mukosa. Submukosa bervariasi dalam ketebalan dan karakter dari
jaringan ikat areolar padat hingga longgar
B. Rahang atas
a) Struktur Pendukung
 Hard palate: terdiri dari dua maksila dan tulang palatina, pada posterolateral,
submucosa mengandung jaringan kelenjar dan memberikan dukungan utama
karena mengalami resorpsi paling dikit

Gambar 21. Hard Palate


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Rugae
Merupakan area terangkat dari jaringan ikat padat yang ada di sepertiga anterior
palatum berada pada sudut terhadap residual ridge.

Gambar 22. Rugae


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Residual alveolar ridge
Merupakan jaringan lunak yang tersisa setelah pencabutan gigi.

b) Struktur Pembatas
 Labial Frenulum
Merupakan membrane mukosa yang terdapat di garis tengah yang memanjang
dari aspek labial ridge residual ke bibir

Gambar 23. Labial frenulum


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Labial Vestibulum
Merupakan bagian rongga mulut yang di satu sisi dibatasi oleh gigi, gingiva dan
alveolar ridge dan di sisi lain oleh bibir anterior ke nukal freni/frenum.
 Frenulum bukal
Memisahkan vestibulum labial dan bukal dan menutupi otot levator anguli oris.
 Vestibulum bukal
Membentang dari frenulum bukal ke hamular notch.
 Hamular Notch
Merupakan lekukan antara tuberositas maksila dan hamulus pterygoid.

Gambar 24. Hamular Notch


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Fovea Palatina
Merupakan dua lubang ductus kelenjar mukosa palatal lainnya.

Gambar 25. Fovea Palatina


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Posterior Palatal Seal
Merupakan jaringan lunak sepanjang pertemuan antara palatum keras dan lunak
dimana tekanan dalam batas fisiologis dapat diterapkan oleh protesa gigi.

Gambar 26. Posterior Palatal Seal


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
c) Area Relief
 Sutura Midpalatina
Merupakan Submukosa di bawah sutura palatal median sangat tipis membuat
mukosa di atasnya tidak elastis. Selama pemeriksaan intraoral, area ini harus
dipalpasi untuk menentukan nyeri tekan.

Gambar 27. Sutura Midpalatina


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Papila Incisivus

Gambar 28. Papila Incisivus


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Torus Palatinus
Merupakan pembesaran tulang yang terjadi di tengah langit-langit.

C. Rahang Bawah
a) Struktur Pendukung
 Bukal Shelf
Merupakan area utama yang menahan tekanan pada mandibula.
Gambar 29. Bukal Shelf
(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)

 Residual Alveolar Ridge

Gambar 30. Residual Alveolar Ridge


(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)
 Frenulum Labial
Membentang antara frenum labial ke frenum bukal dan menampung flensa labial.
Panjang flensa labial gigi tiruan dibatasi oleh otot-otot—orbicularis oris dan labii
inferioris insisivus yang dimasukkan dekat dengan puncak ridge.
 Frenulum Bukal
Melapisi depressor anguli oris dan bergerak secara vertikal dan
horizontal,membutuhkan jarak bebas yang lebar.
 Vestibulum Bukal
Membentang dari frenum bukal ke bantalan retromolar dan menampung flens
bukal. Otot buccinator mempengaruhi luasnya flens
 Retromolar pad
Merupakan jaringan berbentuk segitiga di ujung distal ridge. Mukosanya terdiri
dari epitel tipis tidak berkeratin dan submukosa mengandung jaringan areolar
longgar, beberapa jaringan kelenjar, serat buccinator (bukal), konstriktor superior
(lingual), rapha pterigomandibular (superoposterior) dan tendon temporalis. Ini
membatasi tekanan dan ekstensi di pad.

Gambar 31. Retromolar Pad

(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)


 Lingual frenulum
Merupakan perlekatan anterior lidah dan menutupi otot genioglossus

Gambar 32. Lingual Frenulum

(Rangarajan, V., TV Padmanabhan, 2017)


D. Klasifikasi kehilangan gigi berdasarkan Kennedy:
a. Kelas I: daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa
secara bilateral,
b. Kelas II: daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa
secara unilateral,
c. Kelas III: daerah edentulous terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anterior secara unilateral,
d. Kelas IV: daerah edentulous terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih
ada dan melewati garis median.
SUMBER :

1. Lakshmi, S. 2018. Preclinical Manual of Prosthodontics 3rd edition. India: Elsevier


2. M,Lovely.2017. Exam Preparatory Manual for Undergraduates: Fixed Partial
Dentures.New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publishers.
3. Mohamed, Kasim., et all. 2018. The Art of Learning Preclinical Prosthodontics. Chennai:
Notion Press
4. Rangarajan, V., TV Padmanabhan. 2017. Textbook of Prosthodontics 2nd edition. India:
Elsevier
5. Tiku, Y. G. S., & Jubhari, E. H. (2019). Selection of pontic design. Makassar Dental
Journal, 8(3).
6. Rosential SF, Land MF, dan Fujimoto J. Contemporary fixed Prosthodontics 5th Ed. St.
Louis: Mosby Elsevier; 2016.
7. Jehuda Lontaan, Krista Veronica Siagian, dan Damayanti H.C. Pangemanan. Jurnal
KEDOKTERAN KLINIK (JKK). Pola Kehilangan Gigi pada Pasien Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Volume 1 No 3, April 2017.
8. Field , James, Storey, Claire.2020.Removable Prosthodontics at a Glance. John Wiley
and Sons Ltd

Anda mungkin juga menyukai