Anda di halaman 1dari 15

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Shoulder Joint

Shoulder joint merupakan bola-dan-soket dibentuk oleh kepala

humerus dan cavitas glenoida dari scapula. Shoulder joint memungkinkan

untuk fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, aduksi, medial rotasi, lateral

rotasi, sirkumduksi lengan. Bisa dikatakan shoulder joint memiliki lebih

banyak kebebasan bergerak dari pada sendi tubuh lainya karena

kelonggaran capsul articular dan kedangkalan rongga glenoid sehubungan

dengan ukuran besar kepala humerus (Tortora dan Derrickson, 2014).

Keterangan:
1. Sternum
2. Sternoclavicular joint
3. Clavicula
4. Acromioclavicular joint
5. Glenohumeral joint
6. Scapula
7. Rib
8. Humerus

Gambar 2.1Anatomi shoulder joint (Tortora dan


Derrickson, 2014)

1. Humerus Proksimal

Humerus merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari tulang atas.

Humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu proksimal humerus, medial dan

distal. Tulang ini memiliki ujung proksimal seperti bola dan terdapat dua

tonjolan di belakangnya, untuk badannya berbentuk seperti tabung silinder.

4
5

Pada bagian ujung proksimal humerus memiliki bagian terbentuk bundar

yang berartikulasi dengan glenoid cavity pada scapula dan membentuk

glenohumeral joint (Tortora dan Derrickson, 2014)

Gambar 2.2 Anatomi Humerus (Tortora dan Derrickson, 2014)

Keterangan:
1. Greater Tubercle 10. Deltoid tuberosity
2. Lesser tubercle 11. Body
3. Intertubercular sulcus 12. Coronoid fossa
4. Radial fossa 13. Medial epicondyle
5. Lateral Epicondyle 14. Troclea
6. Capitatum 15. Greater tubercle
7. Head 16. Radial groove
8. Anatomical neck 17. Olecranon fossa
9. Surgical neck 18. Lateral epicondyle

B. Patologi Fraktur

1. Pengertian Fraktur

Fraktur merupakan patahnya tulang normal. Fraktur menyebabkan

jaringan lunak disekitarnya terganggu. Tidak hanya keretakan atau

terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering mengakibatkan

5
6

kerusakan yang komplit dan fragment tulang terpisah. Jika kulit atasnya

tetap utuh itu adalah fraktur tertutup (atau sederhana), jika kulit atau salah

satu rongga tubuh terbuka atau sobek itu adalah fraktur terbuka (atau

gabungan), yang mungkin terjadi kontaminasi dan infeksi (Blom, Warwick

dan Whitehouse, 2018).

2. Penyebab fraktur

Tulang relatif rapuh, namun memiliki kekuatan dan ketahanan untuk

bertahan dari kegiatan sehari-hari dengan tekanan normal. Jenis fraktur

terdapat dibedakan menjadi 2 yaitu fraktur terbuka dan tertutup. Pada

bagian fraktur tertutup tidak terjadi adanya luka terluka, sedangkan pada

pada fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya permukaan kulit pada area

fraktur dan pada fraktur terbuka lebih rentan mengalami kerusakan

jaringan (Blom, Warwick dan Whitehouse, 2018).

C. Prosedur pemeriksaan Radiografi Shoulder joint

1. Persiapan pasien

Persiapan pasien pada pemeriksaan shoulder joint tidak ada untuk

melepaskan aksesoris berbahan logam atau plastik yang dapat menutupi

atau mengganggu hasil radiograf (Lampignano dan Kendrick, 2018).

2. Persiapan alat

a. Pesawat sinar x

b. Alat imobilisasi

c. Baju pasien

d. Kaset 24 x 30 cm

6
7

e. Apron

f. Marker R atau L

3. Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint

Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan pada kasus fraktur atau

trauma adalah Anterior posterior (Neutral Rotation), Transhoracic

Lateral, PA Oblique (Scapular Y lateral), proyeksi Tangential

(Supraspinatus Outlet), AP Apical Oblique), (Lampignano dan Kendrick,

2018).

a. Proyeksi Anterior Posterior (Neutral Rotation)

1) Posisi pasien

Pasien di posisikan erect (jika kondisi pasien memungkinkan) bahu

sedikit dirotasikan sehingga bahu benar-benar menempel pada

kaset.

2) Posisi objek

Pasien diposisikan sehingga sendi scapula–humeral terletak pada

pertengahan kaset. Lengan pasien pada posisi neutral.

3) Arah sumbu sinar

Horizontal tegak lurus terhadap kaset.

4) Titik bidik

Pada pertengahan scapulahumeral joint (2 cm kearah inferior dan

lateral dari processus coracoideus).

5) FFD

Jarak yang digunakan dari sumber sinar-X sampai objek 102 cm

7
8

6) Kaset

24 x 30 cm, Landscape

7) Eksposi

Pasien tahan nafas saat eksposi

8) Kriteria radiograf

a) Tampak sepertiga humerus bagian atas, scapula bagian

atas, 2/3 clavicula bagian lateral, termasuk persendian antara

humeral –head dengan glenoid cavity.

b) Posisi dengan netral rotasi dengan greater dan lesser tubercle

superposisi dengan humeral –head.

c) Densitas yang optimal tanpa adanya pergerakan objek akan

mampu menampilkan struktur trabekula tulang yang tajam.

d) Garis besar medial dari head humeral terlihat melalui glenoid

cavity dan detail jaringan lunak harus terlihat untuk

menunjukan kemungkinan calcium.

Gambar 2.3 Proyeksi AP Neutral (erect) (Lampignano dan Kendrick, 2018)

8
9

Gambar 2.4 Proyeksi AP Neutral (supine) (Lampignano dan Kendrick, 2018)

Keterangan :
1. Cocacoid process
2. Scapulohumeral joint
3. Greater tubercle
4. Lesser tubercle
5. Scapula
6. Proksimal humerus
7. Acromion

Gambar 2.5 radiograf proyeksi AP Neutral rotation


(Lampignano dan Kendrick, 2018)

b. Proyeksi Transhoracic Lateral

1) Posisi pasien

Pasien dalam posisi erect (jika memungkinkan) atau supine (jika

tidak memungkinkan).

2) Posisi objek

Sisi yang akan diperiksa diposisikan pada rotasi netral dan jika

memungkinkan bahu diturunkan. Bahu yang berlawanan diangkat

setinggi mungkin dan tangan diangkat diatas kepala. Posisi bahu

diatur sehingga surgical neck terletak pada pertengahan kaset.

9
10

Posisi thorax diatur agar true lateral atau sisi yang periksa sedikit

dirotasikan kedepan utuk memperkecil superposisi dengan

vertebrathoracal.

3) Arah sumbu sinar

Tegak lurus terhadap kaset

4) Titik bidik

Tepat pada surgical neck

5) FFD

Jarak yang digunakan dari sumber sinar-x sampai objek 102 cm

6) Kaset

24 x 30 cm portrait

7) Eksposi

Pasien tahan nafas saat eksposi

8) Kriteria Radiograf :

a) Tampak bagian humerus bagian atas dari sisi lateral, sendi

gleno-humeral, Tampak sebagian humerus bagian atas dari

sisi lateral, sendi gleno-humeral tampak tanpa superposisi

dengan bahu lainya.

b) Posisi yang tepat akan menampakan outline dari shaft

humerus tidak superposisi dengan vertebra serta dapat

memperhatikan hubungan humeral-head dan glenoid cavity.

Tampak jaringan lunak di keempat sisi shoulder.

10
11

Gambar 2.6 Proyeksi Transhoracic Lateral (erect) (Lampignano dan Kendrick,


2018)

Gambar 2.7 Proyeksi Transhoracic Lateral (supine) (Lampignano dan


Kendrick, 2018)

Keterangan :
1. Clavicle
2. Greater tubercle
3. Intertubercle groove
4. Lesser tubercle
5. Shaft of humerus
6. Head of humerus
7. Scapula

Gambar 2.8 Radiograf Proyeksi Transhoracic Lateral


(Lampignano dan Kendrick, 2018)

11
12

c. Proyeksi PA Oblique (Scapula Y Lateral)

1) Posisi pasien

Pasien diposisikan erect atau recumbent.

2) Posisi objek

Pasien diposisikan menghadap kaset dengan tubuh dirotasikan

sehingga scapula terletak lateral. Besar rotasi pada pasien rata–

rata 45º -60º anterior obliq. Pusatkan scapulohumeral joint pada

CR dan pada pertengahan kaset.

3) Arah sumbu sinar

Horizintal tegak lurus

4) Titik bidik

Scapula humeral joint (5 cm ke arah inferior dari bahu superior)

5) Kaset

24 x 30 cm potrait

6) FFD

Jarak dari sumber sinar-X sampai objek 102 cm

7) Eksposi

Pasien tahan nafas saat eksposi

8) Kriteria radiograf

a) Tampak scapula hingga ujung tanpa superposisi, acromion,

dan coracoids process tampak simetris membentuk huruf Y.

b) Tampak scapula dengan true lateral, proksimal humerus, dan

sendi scapulohumeral.

12
13

c) Humeral head superposisi dengan Y apabila tidak terjadi

superposisi

d) Densitas yang optimal tanpa adanya pergerakan objek akan

mampu menampilkan garis tepi scapula dan humerus bagian

atas dengan jelas.

Gambar 2.9 Proyeksi oblique anterior (Lateral Y scapula) (Lampignano dan


Kendrick, 2018)

Gambar 2.10 Radiograf proyeksi lateral Y scapula tanpa dislokasi


(Lampignano dan Kendrick, 2018)

13
14

Keterangan :
1. Acromion
2. Head Of Humerus
3. Body Of Scapula
4. Inferior Angle
5. Humerus
6. Clavicle
7. Coracoid Process

Gambar 2.11 Radiograf lateral Y scapula


(Lampignano dan Kendrick, 2018)

d. Proyeksi Tangential (Supraspinatus Outlet)

1) Posisi paisen

Pasien diposisikan erect atau recumbent.

2) Posisi objek

Pasien diposisikan menghadap kaset dengan tubuh dirotasikan

sehingga scapula terletak lateral. Besar rotasi tubuh pada pasien

rata–rata 45º-60º anterior obliq. Tepi scapula diraba untuk

memastikan posisinya scapulo humeral joint diatur sehingga

terletak dipertengahan kaset. Lengan diabduksikan agar humerus

bagian atas tidak superposisi dengan costae.

3) Arah sumbu sinar

Menyudut 10º - 15º kearah caudad

4) Titik bidik

Pada 2,5 superior mid medial border scapula

5) FFD

Jarak yang digunakan dari sumber sinar-X sampai objek 102 cm

14
15

6) Kaset

24 x 30 potrait

7) Eksposi

Pasien tahan nafas saat eksposi

8) Kriteria radiograf

a) Acromion dan coracoids process tampak simetris membentuk

huruf Y Tampak humerus bagian atas superposisi dengan

scapula dan tidak superposisi dengan costae

b) Humeral head superposisi dan tampak ditengah fossa glenoid

tepat dibawah daerah supraspinatus.

c) Supraspinatus outletta mpak terbuka, terbebas dari superposisi

dengan humerus head

Gambar 2.12 Proyeksi tangential (Supraspinatus Outlet) (Lampignano dan


Kendrick, 2018)

15
16

Gambar 2.13 Radiograf tangential (Supraspinatus Outlet) (Lampignano dan


Kendrick, 2018)

e. Proyeksi Proyeksi AP Apical Oblique axial

1) Posisi pasien

Pasien diposisikan erect (berdiri) atau posisi supine. Posisi erect

biasanya lebih nyaman, bila pasien dalam kondisi yang

memungkinkan. Tubuh pasien dirotasi 45° ke arah sisi yang sakit

(bagian posterior bahu yang sakit meja pemeriksaan)

2) Posisi objek

Tempatkan sendi scapulo humeral pada CR dan pertengahan meja

pemeriksaan. Sesuaikan IR sehingga 45° CR akan

memproyeksikan scapulo humeral joint ke pertengahan meja

pemeriksaan. Menekuk siku dan letakkan tangan di dada, atau

apabila dengan pasien trauma, letakkan lengan di samping

3) Arah sumbu sinar

Menyudut 45° ke arah caudad

4) Titik bidik

Pada pertengahan scapulo humeral joint

16
17

5) FFD

Jarak yang digunakan dari sumber sinar-X sampai objek 102 cm

6) Kaset

24 x 30 cm portrait

7) Eksposi

Pasien tahan nafas saat eksposi

8) Kriteria radiograf

a) Caput humerus, glenoid cavity, serta scapula tervisualisasikan

dengan baik tanpa superposisi.

b) Coracoid process diproyeksikan di atas caput humerus dan

tampak memanjang.

c) Akromion dan sendi acromioclavicular terlihat lebih tinggi dari

caput humerus.

d) Densitas (kecerahan) dan kontras yang optimal dengan tidak

ada pergerakan, trabekula tulang yang tajam serta detail

jaringan atau soft tissueuntuk melihat kemungkinan adanya

kalsifikasi.

Gambar 2.14 Proyeksi AP Apical Oblique Axial (Lampignano dan Kendrick,


2018)

17
18

Keterangan:
1. Coracoid process
2. Fracture at anatomical nect
3. Glenoid cavity
4. Acromion
5. Scapular head
(lateral angle)
6. Scapular neck
7. Clavicula

Gambar 2.15 Radiograf AP Apical Oblique (Lampignano dan Kendrick, 2018)

Gambar 2.16 Radiograf AP Apical Oblique Caudad 45° (Lampignano dan


Kendrick, 2018)

18

Anda mungkin juga menyukai