Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anatomi Thorax

Rangka dada atau thorax adalah tulang yang tersusun dari sternum,

tulang rusuk dan tulang vertebrae untuk melindungi paru-paru dan jantung.

Rangka dada juga berguna untuk menopang dinding rongga pleura dan

diafragma untuk proses respirasi. Thorax berbentuk seperti kerucut karena

pada bagian atas lebih sempit daripada bagian bawah (Bruce dkk., 2016).

Keterangan:
1 1. Sternum
2. Paru-paru
3. Tulang rusuk/costae
2

Gambar 2. 1 Anatomi Thoraxmia


(Lampignano P & Kendrick E, 2018)

a. Sternum

Sternum adalah tulang dada yang memiliki bentuk yang pipih yang

memanjang dan terdapat pada tengah dinding thorax bagian anterior.

Pada orang dewasa tulang sternum terbagi menjadi 3 bagian yaitu

Manubrium bagian teratas pada sternum yang berartikulasi dengan

corpus sterni pada manubriosternal joint dan juga berartikulasi dengan


9
klavikula dan costae pertama, Body terletak pada bagian tengah

sternum, berbentuk lebih Panjang. Bagian ini berartikulasi dengan

manubrium dan xiphoid process melalui xiphisternal joint dan juga pada

body sternum berartikulasi dengan costae kedua sampai costae ketujuh.

Xiphoid process terletak pada bagian paling bawah dari sternum dan

sangat tipis. Pada bayi disebut tulang rawan dan menjadi tulang yang

kaku saat beranjak dewasa (Wineski, 2016).

4
5 Keterangan :
1. Manubrium
6 2. Sternal angle
3. Body
4. Suprasternal notch
1 5. Faset for clavicle
7 6. Faset for first costal
2 cartilage
8 7. Faset for second costal
cartilage
3 8. Faset for third costal
9 cartilage
9. Faset for fourth costal
cartilage
10 10. Faset for fifth costal
cartilage
11. Faset for sixth costal
11 cartilage
12. Faset for seventh costal
12 cartilage
13. Processus xiphoideus
13
Gambar 2. 2 Sternum
(Wineski, 2016)

10
b. Costae atau Tulang Rusuk

Tulang rusuk atau costae adalah tulang pipih, memanjang dan

melengkung yang membentuk sebagian besar dinding thorax. Tulang

rusuk memiliki 12 pasang tulang yang terdiri dari 7 pasang tulang rusuk

sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu dan 2 pasang tulang rusuk

melayang. Tulang rusuk memiliki head, neck, Tubercle, body, angle dan

costal groove. Bagian head terletak pada ujung posterior. Pada bagian

neck terletak diantara head of costae dan Tubercle of rib. Tubercle of

ribs adalah sebuah penonjolan pada permukaan posterior tulang rusuk.

Body of ribs atau shaft berbentuk Panjang, tipis, pipih dan memutar,

bagian ini memanjang dari tuberculum menuju ke ujung anterior dari

tulang rusuk (Wineski, 2016).

11 10 Keterangan :
1. Tuberkulm
9 costae
2. Angle of rib
1 8 3. Costal groove
4. Costal cartilage
2 5. Sternum
7
6. Neck of rib
6 5 7. Head of rib
8. Intervertebral
disc
9. Body of
vertebra
3 4 10. Demifacet for
head of rib
Gambar 2. 3 Costae 11. Faset for
(Wineski, 2016) tubercle of rib

c. Thoracic Cavity

1) Paru-paru

11
Paru-paru adalah salah satu organ yang mengisi rongga dada

atau thorax yang memiliki fungsi sebagai sistem pernapasan. Paru-

paru memiliki mekanisme untuk memasukkan oksigen kedalam

darah dan mengeluarkan karbondioksida dari darah. Paru-paru

disebelah kanan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan

dengan paru-paru disebelah kiri karena harus berbagi tempat

dengan jantung. Setiap paru-paru terbungkus dalam lapisan dinding

ganda dari kantung membrane serosa yang disebut dengan pleura

(Bruce et al., 2016).

2) Pleura

Pleura adalah membrane yang melapisi paru-paru dengan erat,

masuk kedalam fissure kemudian memisahkan lobus satu dengan

yang lainnya. Pleura terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pleura

parietalis yang membungkus dada, pleura costalis yang

membungkus costae dan pleura diagfragmatis yang membungkus

diafragma (Bruce et al., 2016).

3) Mediastinum

Mediastinum adalah organ yang terletak diantara sternum, dua

rongga pleura dan kolom vertebrae. Mediastinum dibagi menjadi

mediastinum superios dan inferior oleh bidang imajiner.

Mediastinum inferior dibagi lagi menjadi bagian tengah

mediastinum yang terdiri dari pericardium dan jantung. Bagian

anterior mediastinum yang merupakan ruang antara pericardium

dan sternum, dan posterior mediastinum yang terletak diantara

pericardium dan kolom vertebral (Wineski, 2016).

12
2. Patologi Covid-19

a. Definisi

Wabah atypical pneumonia yang disebabkan oleh virus corona

dilaporkan terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada bulan

Desember 2019. The International Comitte on Taxonomy of Viruses

(ICTV) dan World Health Organization (WHO) kemudian menamai virus

ini dengan nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus

(SARS-coV-2) dan Corona Virus Desease-2019 (Covid-19). Penderita

covid-19 biasanya mengalami gejala seperti demam, batuk kering,

sesak nafas, hemoptisis, diare, anosmia dan ageusia. Meskipun

patologi ini membutuhkan pengobatan yang efektif namun sampai saat

ini belum ditemukannya pengobatan yang spesifik untuk covid-19

(Tsang et al., 2021).

b. Penyebaran Covid-19

Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan atau lebih tepatnya pada

Huanan seafood market pada tanggal 31 Desember 2019 karena

sample yang diambil dari Huanan seafoof market memiliki hasil yang

positif sehingga bisa dipastikan kasus penularan pertama terdapat

disana. Pada tanggal 7 Januari 2020 virus covid-19 diidentifikasi

sebagai coronavirus yang memiliki 95% homologi dengan coronavirus

kelelawar dan memiliki 70% kemiripan dengan SARS-CoV. Virus ini

ditularkan melalui tetesan cairan atau droplets yang dihasilkan saat

seseorang yang memiliki gejala covid-19 batuk dan bersin tetapi bisa

juga terdapat pada seseorang yang tidak memiliki gejala. Pasien yang

13
terinfeksi covid-19 bisa menularkan virus ini selama gejala covid-19

berlangsung bahkan pada saat pasien sudah pemulihan secara klinis

(Singhal, 2020). Selain dari droplet yang dihasilkan saat batuk dan

bersin, covid-19 juga bisa menyebar dari aerosol atau tetesan

pernapasan yang menempel pada udara selama berjam-jam

(Sommerstein et al., 2020), maka dari itu resiko dari penularan virus ini

sangat tinggi sehingga masyarakat harus menggunakan masker dan

mencuci tangan untuk memutuskan rantai penularan covid-19. Bagi

petugas Kesehatan yang memegang peranan penting dalam membantu

pasien yang terinfeksi covid-19 ini wajib menggunakan APD seperti

kacamata googles, masker, gloves dan gown untuk meminimalisir

penularan covid-19 antara pasien dan petugas Kesehatan (Wilcha,

2021).

Menurut peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 27

tahun 2017 pasal 1 ayat 1 tentang pedoman pencegahan dan

pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan Kesehatan adalah upaya

untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,

petugas Kesehatan dan masyarakat di sekitar fasilitas pelayanan

Kesehatan, pada Instalasi Radiologi dirumah sakit dilakukan dengan

membungkus kaset radiograf dan alat radiograf lainnya dengan kantong

plastic politilen dianggap mencegah infeksi pada alat rumah sakit (No &

Nakano, 2018) karena tidak adanya kontak langsung antara seseorang

yang terinfeksi covid dengan alat rumah sakit.

c. Pemeriksaan Penunjang

14
Survei epidemiologis menunjukan bahwa populasi umum sangat

rentan terhadap covid-19 ini sehingga spektrum covid-19 berkisar dari

ringan hingga dapat menyebabkan kematian. Gejala paling umum yang

dapat dirasakan adalah demam meskipun banyak orang yang memiliki

penyakit bawaan mungkin akan mengalami demam dikemudian hari.

Gejala umum lainnya adalah batuk, kehilangan nafsu makan, sesak

nafas, nyeri otot dan sendi. Sedangkan gejala yang memiliki presentase

bervariasi terdapat mual, muntah dan diare. Dalam beberapa kasus

covid-19 telah berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan

akut dan kegagalan fungsi organ. Namun dengan adanya gejala diatas,

tidak menutup kemungkinan seseorang yang tidak memiliki gejala tidak

terinfeksi covid-19, oleh karena itu untuk seseorang yang baru saja

berkontak dengan seseorang yang terinfeksi covid-19 diharapkan untuk

melakukan pemeriksaan penunjang (Khan et al., 2020).

Mendeteksi infeksi covid-19 secara aktif sangat penting untuk

mengidentifikasi virus ini karena seseorang bisa saja terinfeksi covid-19

namun tidak merasakan gejala yang seharusnya sehingga seseorang

dapat menjadi pembawa virus untuk orang lain atau carier. Banyak

metode yang telah ditemukan untuk mendiagnosis covid-19 seperti

(Stogiannos et al., 2020):

1) Swab

Metode pertama yang digunakan untuk mendiagnosa covid-19.

Pemeriksaan ini menggunakan sample pernafasan pada

nasofaring.

2) Tes Darah

15
Pemeriksaan ini akan dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah sel

darah putih yang berbeda.

3) Radiografi Thorax

Pemeriksaan ini merupakan pencitraan yang paling sering

digunakan untuk kasus suspect covid-19. Dengan sinar-x yang

mampu memperlihatkan organ dada dari seseorang menjadi

sebuah gambar radiografi. Apabila seseorang terinfeksi covid-19

maka radiografi thorax akan menunjukan opasitas ground-glass,

konsolidasi dan opasifikasi pneumonia bilateral.

4) CT-Scan Thorax

Pemeriksaan menggunakan CT-Scan biasanya dilakukan untuk

pasien dengan gejala parah dan memiliki prevalensi thrombosis

paru yang tinggi.

d. Pencegahan Penularan Covid-19

1) Masyarakat

Meningkatnya kasus covid-19, World Health Organization telah

mengeluarkan pernyataan bahwa isolasi dan pengendalian

penularan adalah Langkah yang penting dalam mengendalikan

penularan covid-19 dengan cara karantina mandiri di rumah (home

quarantine), menghindari kontak langsung dengan orang orang-

orang luar, melakukan social distancing, menghindari kerumunan,

mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer

dengan kadar alcohol minimal 60%, menggunakan masker dan face

shield (WHO, 2020).

2) Petugas Kesehatan

16
Dengan adanya virus covid-19, seluruh petugas kesehatan

berada digaris terdepan untuk merawat dan mengatasi covid-19.

Petugas kesehatan mempunyai resiko tertular covid-19 lebih besar

dibandingkan orang lain, sehingga petugas kesehatan memerlukan

Alat Pelindung Diri dalam merawat pasien. Ada beberapa tingkat

dalam Alat Pelindung Diri untuk petugas kesehatan, yaitu (Zanardo

et al., 2020):

a) Persyaratan minimum: masker bedah sekali pakai, topi bedah,

sarung tangan sekali pakai

b) Kasus suspect covid-19 : masker bedah sekali pakai, topi bedah,

kacamata googles, pelindung baju atau gown, sarung tangan

sekali pakai, pelindung sepatu sekali pakai. Pada akhir

pemeriksaan akan dilakukan prosedur sanitasi seperti mencuci

tangan.

c) Kasus terkonfirmasi covid-19 : masker bedah sekali pakai, topi

bedah, kacamata googles, pelindung baju atau gown, sarung

tangan sekali pakai, pelindung sepatu sekali pakai. Jika aerosol

dihasilkan oleh pasien covid-19, respirator seperti N95/99

diperlukan. Pada akhir pemeriksaan akan dilakukan prosedur

sanitasi seperti mencuci tangan.

3) Peralatan Kesehatan

Instalasi Radiologi adalah salah satu divisi rumah sakit yang

mempunyai peran yang besar dalam mendiagnosis covid-19.

Bukan hanya pasien dengan kasus suspect covid-19 yang

membutuhkan pemeriksaan di Instalasi Radiologi tetapi pasien

17
dengan kasus non-suspect covid juga membutuhkan pemeriksaan

di Instalasi Radilogi sebagai penunjang pemeriksaan dalam

mediagnosis penyakit. Sebagai bentuk pencegahan penularan

covid-19, pasien dengan kasus suspect covid-19 akan

menggunakan pasawat radiografi portable untuk meminimalisir

pergerakan pasien dan apabila pasien membutuhkan pesawat

radiografi yang tidak memiliki portable seperti MRI dan CT Scan

maka pasien akan dipindahkan menggunakan rute yang telah

ditentukan untuk mengurangi resiko penyebaran virus dan kontak

antara pasien lainnya maupun pertugas Kesehatan. untuk pesawat

radiografi yang digunakan sebagai pemeriksaan penunjang covid-

19 akan dibersihkan menggunakan pembersih anti-microbial dan

membungkus semua area yang akan berkontak dengan pasien,

setelah pemeriksaan selesai dilakukan plastic pembungkus akan

dibuang dan alat-alat yang digunakan akan dibersihkan memakai

pembersih anti-microbial dan akan dilakukan penyinaran UV-C,

proses dekontaminasi ini akan memakan waktu 20 menit hingga 90

menit (Chen et al., 2020).

3. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax

a. Persiapan alat dan bahan (Bruce et al., 2016)

1) Pesawat Sinar-x

2) Kaset Ukuran 35x43 cm

3) Bucky table atau Bucky stand

4) Computed Radiography (CR)

b. Persiapan pasien (Bruce et al., 2016)

18
1) Menjelaskan kepada pasien tentang alur pemeriksaan secara

umum yang akan dilakukan.

2) Pasien di instruksikan untuk melepas semua benda di area dada

dan leher, seperti pakaian, benda logam, atau benda apapun yang

dapat menjadi artefak pada gambar radiografi.

c. Proyeksi Pemeriksaan

1) Proyeksi Posterior Anterior (PA) (Bruce et al., 2016)

a) Posisi Pasien

Pasien berdiri tegak dengan dada menghadap kearah

bucky stand, dagu diletakkan di penyangga bucky stand.

Kedua tangan pasien berada di panggul dengan bahu didorong

kedepan.

b) Posisi Objek

I. Mengatur MSP pasien berada di pertengahan kaset

II. Memastikan tidak ada rotasi pada tubuh

III. Memastikan seluruh lapangan dada tecakup dalam kaset

radiograf

c) Arah sumbu sinar

I. Central Ray : Horizontal tegak lurus pada kaset

II. Central Point : pada T7 atau 18 cm, dibawah

vertebrae prominens.

III. FFD : 183 cm

d) Kriteria Radiografi

19
I. Posisi objek true PA, tidak terjadi rotasi, jarak

sternoclavicular joint dan jarak lateral kosta sama dari

vertebrae thoracalis.

II. Batas atas apex paru tidak terpotong.

III. Inspirasi maksimal, ditandai dengan Nampak tulang iga 1-

9diatas diagfragma

Gambar 2. 4 Proyeksi Posterior Anterior


(Bruce et al., 2016)

20
Gambar 2. 5 Hasil Radiograf Proyeksi Posterior Anterior
(Bruce et al., 2016)

2) Proyeksi Lateral (Lampignano P & Kendrick E, 2018)

a) Posisi Pasien

Pasien berdiri tegak dengan sisi kiri pasien menempel

pada bucky stand, kedua tangan diangkat diatas kepala.

b) Posisi Objek

I. Memastikan MCP pasien berada tepat dipertengahan

kaset

II. Memastikan batas atas kaset setinggi bahu pasien

c) Arah Sumbu Sinar

I. Central Ray : Horizontal Tegak Lurus pada kaset

II. Central Point : Setinggi T7

III. FFD : 183 cm

21
d) Kriteria Radiograf

I. Terlihat gambaran paru dari apex sampai sinus

costaeprenicus

II. Posisi objek true lateral, ditandai dengan bagian kanan

dan kiri costae saling superposisi

III. Tidak ada pergerakan objek, batas antara diafragma dan

paru-paru terlihat jelas.

Gambar 2. 6 Proyeksi Lateral


(Lampignano P & Kendrick E, 2018)

3) Proyeksi Antero Posterior (AP) (Bruce et al., 2016)

a) Posisi Pasien

Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan.

b) Posisi Objek

I. Posisikan dada diatas kaset

II. Mengatur batas atas 3.8 cm diatas bahu pasien

III. Memastikan MSP pasien berada pada pertengahan

kaset
22
IV. Letakkan tangan pasien dibawah kepala

c) Arah Sumbu Sinar

I. Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

II. Central Point : Setinggi T7

III. FFD : 100- 183 cm

d) Kriteria Radiograf

I. Jantung Nampak lebih besar dikarenakan FFD yang

lebih kecil

II. Inspirasi maksimal ditandai dengan nampaknya tulang

iga 1-9 diatas diagfragma

Gambar 2. 7 Proyeksi Anterior Posterior


(Bruce et al., 2016)

23
Gambar 2. 8 Hasil Radiograf Proyeksi Anterior Posterior
(Bruce et al., 2016)

4. Kualitas Citra Radiograf

Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan disbanding dengan

harapannya (Kotler, 2012). Begitupun dalam dunia medis terlebih lagi pada

Instalasi Radiologi dalam menampakan kualitas citra radiograf, sebuah

radiograf diharuskan bisa memberikan informasi yang jelas dalam upaya

menegakkan sebuah diagnosa. Sebuah radiograf dikatakan memiliki

kualitas yang tinggi apabila radiograf mempunyai semua informasi yang

24
dibutuhkan dalam meneggakkan diagnosa. Terdapat beberapa aspek-aspek

yang dapat menentukan kualitas sebuah radiograf yaitu Densitas, Kontras,

Ketajaman dan Detail (Rahman, 2009).

1) Densitas

Densitas adalah derajat kehitaman pada sebuah film atau radiograf.

Secara spesifik densitas merupakan sebuah perbandingan antara

instensitas cahaya yang masuk kedalam film terhadap intensitas cahaya

yang keluar melewati film. Alat pengukur densitas biasanya

menggunakan densitometer. Densitas dipengaruhi oleh tegang arus,

kuat arus, waktu, FFD, luas lapangan dan ketebalan objek (Rahman,

2009).

2) Kontras

Kontras radiografi merupakan perbedaan antara dua area pada

gambar radiografi. Istilah kontras digunakan untuk menggambarkan

perbedaan densitas atau luminance. Semakin besar perbedaan struktur

dalam denistasnya maka semakin besar nilai kontras gambarnya

(Rahman, 2009).

3) Ketajaman atau Sharpness

Ketajaman atau sharpness merupakan bagaimana densitas pada

setiap perbatasan antara daerah yang berdekatan. Hal yang

mempengaruhi ketajaman adalah focal spot (Rahman, 2009).

4) Detail

Detail adalah kemampuan sebuah radiograf untuk menampilkan

perbedaan dari setiap bagian anatomi. Kriteria kualitas ini didapat jika

25
pada ukuran objek besar maupun kecil, detail yang dihasilkan dapat

terlihat dengan baik dan jelas (Rahman, 2009).

5. Makroradiografi

Makroradiografi sering juga disebut dengan maginfikasi radiografi yang

berarti proses membuat sesuatu sehingga nampak lebih besar serta dengan

menggunakan perbandingan atau rasio antara ukuran bayangan yang

nampak dengan ukuran objek yang sebenarnya (Curry,1984).

Pengertian radiografi makro adalah suatu metode pembesaran secara

langsung dari pencitraan dengan meletakkan subjek diantara tabung sinar-

X dan film sejauh jarak tertentu yang kemudian menghasilkan pembesaran

bayangan (Magnifikasi).

1) Prinsip Makroradiografi

Prinsip dasar makroradiografi adalah perubahan ukuran menjadi

lebih besar daripada ukuran objek aslinya. Perbedaan makroradiografi

dengan maginifikasi yaitu makroradiografi dalam ilmu teknik radiografi

adalah suatu teknik pemeriksaan dengan hasil pembesaran bayangan

sedangkan maginfikasi adalah sesuatu yang harus dihindari. Semakin

besar nilai OID maka ketidaktajaman gambaran meningkat, untuk

mengantisipasi ketidaktajaman gambar akibat magnifikasi dalam teknik

makroradiografi, maka digunakan ukuran focus yang kecil.

Untuk mendapatkan radiografi makro, maka cara yang dilakukan

adalah merubah jarak sumber radiasi ke objek (FOD) dengan jarak

sumber sinar ke bayangan (FFD) yang tetap atau merubah jarak sumber

sinar ke bayangan (FFD) dengan jarak sumber radiasi ke objek (FOD)

26
yang tetap dengan konsekuensi teknik ini terdapat koreksi pemilihan

faktor eksposi.

FO
FF D
D

OF
D

Gambar 2. 9 Skema variabel pembentukan bayangan


(Fundamental physic of radiology, merideth 2017)

Magnifikasi gambar dirumuskan sebagai berikut:

Dengan :

M = magnifikasi

FFD = focus film distance

OFD = objek film distance

27
2) Faktor Geometri

Hasil radiografi pembesaran gambar citra anatomi yang dihasilkan

terproyeksi lebih besar dari struktur aslinya sehingga diharapkan detail

anatomi yang diperiksa akan terlihat dengan jelas, dalam artian detail

kecil menjadi lebih jelas. Adanya jarak antara objek dengan film juga

teknik radiografi makro menghasilkan kontras gambar yang lebih baik,

sebab secara tidak langsung teknik ini mempresentasikan teknik celah

udara. Kelemahan teknik radiografi ini adalah menurunkan kertajaman

gambar disebabkan timulnya ketidaktajaman gambar yang disebabkan

oleh faktor geometri. Faktor geometri pembentukan bayangan meliputi

ukuran focal spots (F), FFD, OFD, FOD.

Gambar 2. 10 Skema pembentukan ketidaktajaman geometri


(Fundamental physic of radiology, merideth 2017)

Akibat sumber sinar berupa bidang maka suatu objek dengan

ukuran PQ (gambar 2.10) akan terproyeksikan di film menjadi bayangan

yang terdiri dari P’Q’ yang merupakan pusat bayangan dikenal dengan

istilah umbra (bayangan sejati) yang dikelilingi bayangan BP’ dan O’S
28
yang dibentuk oleh beberapa titik dari fokal spot yang disebut daerah

penumbra (setengah bayangan) dengan densitas lebih rendah dan lebih

kabur. Besarnya ketidak tajaman geometri pada prinsipnya adalah

menghitung lebar daerah penumbra (RP’ atau Q’S). dari gambar 2.10

dengan rujukan gambar 2.9 maka ukuran penumbra (RP’ atau Q’S)

yang disebut ketidak tajaman geometri (Ug) dirumuskan :

Dengan :

Ug = ketidak tajaman geometri

F = fokal spot

FFD = focus film distance

OFD = object film distance

Dari rumus ini tampak jelas, ketidaktajaman geomteri bertambah jika

ukuran focus bertambah (F) dan jarak objek ke bayangan (OFD)

bertambah.

6. Plastik

Plastik merupakan salah satu material yang penggunaannya sangat

besar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meningkatnya penduduk,

penggunaan plastik juga meningkat karena sifatnya yang praktis (Sujana &

Wicaksono, 2022). Penggunaan plastik yang tidak sesuai dengan

persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan karena dapat

mengakibatkan pemicu kanker dan bersifat karsinogenik karena plastic

mengandung PCB (polychlorinated Biphenyl), hidrokarbon aromatic,

29
pestisida organoklorin, ftalat dan zat-zat lainnya yang memang ditambahkan

saat produksi (Karuniastuti, 2013). Limbah plastik bukan hanya dihasilkan

dari masyarakat saja melainkan plastik berkarakter infeksius juga dihasilkan

oleh rumah sakit. Pencemaran lingkungan dalam penularan virus di dalam

bangsal rumah sakit masih menjadi perdebatan, mengingat penyebaran

varian virus covid-19 (Faezeh seif et al., 2021).

Dengan adanya pandemi covid-19, penggunaan plastik sebagai sampah

infeksius sangat meningkat. Untuk instalasi radiologi dibutuhkan plastik

untuk melapisi kaset radiograf setidaknya 2 lapis untuk pasien dengan kasus

Covid-19, agar tidak ada kontak langsung antara pasien dengan kaset

radiografi dan kaset tetap aman untuk digunakan Kembali pada pasien yang

tidak terkena covid-19. Pada rumah sakit, penggunaan bekas plastik yang

melapisi kaset radiograf ini menurut Kementrian Kesehatan termasuk

kedalam limbah B3 Medis Padat. Limbah B3 medis padat adalah barang

atau bahan sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan Kembali dan berpotensi

terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan pasien

ataupun petugas di Fasyankes yang menangani covid-19. Langkah-langkah

pengolahan limbah B3 medis padat menutu Kementrian Kesehatan adalah

sebagai berikut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 202 C.E.) :

1. Limbah B3 medis dimasukkan kedalam wadah/bin yang

dilapisi kantong plastik berwarna kuning yang bersimbol

“biohazard”

2. Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat

dimasukan kedalam kantong plastik limbah B3 medis.

3. Bila didalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang

30
ke tempat penampungan air limbah yang disediakan atau

lubang diwastafel atau WC yang mengalirkan kedalam IPAL

(Instalasi Pengolahan Air Limbah)

4. Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3

dikemas dan diikat rapat.

5. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus

diangkut, dicatat dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau

tempaat yang khusus

6. Petugas wajib menggunakan APD lengkap

7. Pengumpulan limbah B3 medis padat ke TPS Limbah B3

dilakukan dengan menggunakan alat transportasi khusus

limbah infeksis dan petugas menggunakan APD

8. Berikan symbol infeksius dan label, serta keterangan “Limbah

Sangat Infeksius. Infeksius Khusus”

9. Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam

wadah/bin harus diangkut dan disimpan pada TPS Limbah B3

atau tempat yang khusus

10. Pada TPS Limbah B3 kemasan sampah/limbah B3 Covid-19

dilakukan disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan

(sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan) pada plastik

sampah yang telah terikat

11. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan

disinfektan seperti klorin 0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain

12. Limbah B3 Medis padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi

menggunakan disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5%

31
bila akan diangkut ke pengolah

13. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat

transportasi khusus limbah dan petugas menggunakan APD.

14. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD

dan segera mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan

air mengalir

15. Untuk Fasyankes yang tidak memiliki peralatan tersebut dapat

langsung melakukan penguburan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Limbah di disenfektan terlebih dahulu dengan

disenfektan berbasis klor 0,5%

b) Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak

dapat digunakan Kembali.

c) Dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada

peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

nomor P.56 tahun 2015.

Dengan ketetapan diatas, perlunya sebuah alternatif

yang dapat digunakan dalam mengurangi limbah plastik

terutama dalam Tindakan radiografi yaitu dengan

menggunakan alat pelapis dari mika akrilik sebagai

pengganti plastik.

7. Mika Akrilik

Akrilik berbahan dasar polymethyl methacrylate yang berupa

polimer sintetis dari metil metakrilat yang bersifat mencair apabila

32
dipanaskan dan bentuknya menyerupai kaca. Namun, akrilik

mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan kaca, mulai

dari kelenturan, beratnya dan bersifat tidak mudah pecah. Selain

memiliki sifat yang tidak mudah pecah, akrilik juga dijadikan

material yang ideal di tempat-tempat dimana pecahnya material

akan berakibat fatal seperti jendela kapal selam. Menurut (Edilla,

2017), beberapa penelitian terdahulu akrilik banyak digunakan

sebagai wadah atau membungkus sesuatu. Akrilik memiliki

beberapa keunggulan yaitu :

1. Lebih ringan dibandingkan kaca

2. Lebih tahan benturan dibandingkan kaca

3. Dapat di daur ulang

4. Ramah lingkungan dan tidak mengandung racun

5. Mudah dibersihkan dan dirawat

6. Transportasi dan pemasangan bahan bangunan akrilik lebih mudah dan

murah

7. Mudah didapat

8. Mudah dibentuk

Dalam penggunaan akrilik sebagai pelapis kaset radiograf

yang bersifat reusable sehingga dapat mengurangi limbah plastik,

perlunya proses sterilisasi untuk mencegah adanya virus covid-19

yang menempel pada permukaan mika akrilik, biasanya pada

rumah sakit akan mengirimkan pada instalasi sterilisasi atau biasa

disebut dengan CSSD.

33
8. Sterilisasi Alat Kesehatan

Dengan meningkatnya penggunaan peralatan medis yang

kompleks dalam pengaturan perawatan kesehatan, perlunya

memastikan pembersihan dan disinfeksi instrument yang memadai.

Menjaga peralatan kesehatan untuk tetap aman digunakan oleh

pasien adalah tanggung jawab seluruh petugas kesehatan. Dalam

proses sterilisasi alat kesehatan dibagi menjadi beberapa

klasifikasi untuk menentukan tingkat sterilisasinya berdasarkan

risiko terhadap keselamatan pasien dari kontaminasi pada

perangkat seperti sterilisasi, disinfeksi tingkat tinggi, disinfeksi

tingkat rendah. Pada peralatan rumah sakit yang bersifat re-usable

atau digunakan secara berulang harus dibersihkan secara

menyeluruh sebelum disinfeksi atau sterilisasi. Petugas kesehatan

yang bertugas dalam proses sterilisasi ini harus menggunakan Alat

Pelindung Diri yang sesuai. Proses pembersihan harus mencakup

protokol yang ada untuk pembongkaran, penyortiran, perendaman,

pembersihan manual atau mekanis, pembilasan dan pengeringan.

Setelah peralatan rumah sakit telah dibersihkan, kemudian akan di

periksa lalu dikemas (M.L. et al., 2018).

B. Kerangka Teori
- Melepas
aksesoris
Persiapan
- Berganti baju
pasien
memakai
baju pasien

Pemeriksaan Persiapan - Pesawat X-ray Kualitas


Radiografi Alat dan - Kaset Citra
Thorax Bahan Radiograf
34 Radiografi
Suspect ukuran 35x34
Covid - Computed
Radiograf

Teknik Alat Pelapis


Radiografi Kaset Radiograf
dari Mika Acrylic

Anda mungkin juga menyukai