Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra bersifat imajinatif, estetik, khayalan, dan menyenangkan
pembaca, Hal ini sejalan dengan pendapat Damono (1984:1), Bahwa karya satra
diciptakan pengarang atau sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan
oleh masyarakat dalam kehidupan. Sastra adalah sebuah ide atau gagasan yang
keluar dari pemikiran seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial,
yang berada disekelilingnya dan menggunakan bahasa yang indah. Sastra
merupakan karya fiksi yang memiliki pemahaan yang mendalam bukan hanya
sekedar khayal saja tapi merupakan wujud dari kreativitas pengarang yang mampu
mengolah ide dalam pemikirannya.
Salah satu bentuk karya sastra adalah sastra lisan. sastra lisan adalah
Kabata merupakan sebuah sastra lisan atau seni tutur. Kabata merupakan
bahasa yang mengandung arti dan makna. Kabata diwariskan oleh leluhur dari
generasi ke generasi. Di beberapa daerah di Maluku bahasa yang digunakan dalam
setiap acara-acara adat biasanya disebut sebagai Bahasa Tana. Bahasa Tana ini
dianggap lebih tinggi dan sacral dibandingkan bahasa yang digunakan sehari-hari.
Di Kepulauan Banda Bahasa Tana yang digunakan dalam syair atau
nyanyia-nyanyian adat yang biasanya disebut “Kabata” yang dilantunkan ketika
dilaksanakannya acara-acara adat. Di setiap desa adat di kepulauan Banda
memiliki kabata masing-masing. Tidak banyak masyarakat di kepulauan adat ini
paham dan mengerti arti dan makna dari setiap kabata yang dilantunkan, hal ini
disebabkan oleh nilai Kesakralan yang dimiliki oleh Kabata tersebut.
Setiap Kabata yang dimiliki oleh masing-masing Desa Adat mangandung
makna dan nilai-nilai yang berbeda-beda dan terkadang nilai-nilai tersebut
menjadi pedoman hidup masyarakat di setiap Desa Adat yang berada di
Kepulauan Banda. Salah satunya yang diteliti ini khususnya negeri lontor,
memiliki nyanyian atau syair-syair yang biasa disebut Kabata. Terkhususnya
nyanyian Kabata Siamale yang ada di negeri lontor.
Nyanyian Kabata siamale digunakan pada tarian Siamale diacara-acara
kampung atau pada acara
B. Rumusan Maalah

berdasarkan pernyataan latar belakang di atas, maka rumusan masalah


yaitu; nilai sosial apa sajakah yang terdapat pada kabata siamale negeri lonthoir

C. Tujuan Penelitian

untuk mengetahui nilai-nilai sosial yang terdapat dalam kabata siamale


negeri lonthoir

D. Manfaat penelitian

berdasarkan hasil uraian permasalahan dan tujuan dari penelitian yang


dilakukan diharapkan nantinya bermanfaat, baik secara teoritis dan praktis

a. penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai


yang terkandung dalam kabata siamale
b. dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti sejenis

E. Definisi Operasiaonal

Untuk mendapatkan pemahaman, maka peneliti memberikan penjelaan


terhadap beberapa konep yang terkait dengan judul penelitian ini

a. nilai moral
nilai moral adalah bentuk gambaran objektif ata sisi kebenaran yang
dijalankan oleh seseorang didalam lingkungan masyarakat
b. kabata
c. desa lonthoir
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sasra Lisan
Menurut Zaimar dalam Pudentia (2015:374) mengatakan bahwa sastra
lisan adalah semua cerita yang sejak awalnya disampaikan secara lisan, tidak ada
naskah tertulis yang dapat dijadikan pegangan. Zaimar melanjutkan bahwa bentuk
dari sastra lisan berupa puisi, drama maupun prosa. Sastra lisan bersifat naratif
namun, sastra lisan juga tidak selalu bersifat naratif misalnya lagu-lagu, teka-teki,
humor, jampi-jampi dukun pada waktu mengobati orang sakit dan yang lainnya.

B. Pengertian Nilai
C. Nilai Moral
D. Moral Dalam Karya Sastra
E. Jenis Nilai Moral Dalam Karya Sastra
F. Pengertian Kabata

Nilai-Nilai Sosial
Nilai merupakan abstrak dalam diri manusia mengenai yang baik dan
apa yang buruk (Soekanto dalam Widiawati, 2015:55). Nilai memiliki
pengertian sebagai suatu dasar untuk mengukur suatu hal yang berguna, berharga
dan bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan nilai-nilai sosial.
Nilai sosial adalah nilai yang mendasari, menuntun dan menjadi
tujuan tindakan dan hidup sosial manusia dalam melangsungkan, mempert
ahankan dan mengembangkan hidup sosial manusia (Sukatman dalam Febriana
2018:42).
Nilai sosial sebagai pedoman manusia dalam berperilaku dan menentukan
baik buruknya seseorang dalam bertindak dan berpikir di kehidupan
bermasyarakat. Suatu perilaku dapat dikatakan baik jika sesuai dengan nilai-
nilai yang telah menjadi kesepakatan antarmasyarakat. Nilai sosial mengatur
norma hubungan manusia yang hidup sebagai makhluk sosial dan berkelompok.
Nilai sosial merupakan kualitas dari tindakan, pikiran serta sifat yang
diterima secara luas oleh masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk.
Notonegoro (dalam Febriana, 2018: 45) menjelaskan ada beberapa macam
nilai sosial antara lain:
a. Nilai Material
Nilai yang meliputi segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia. Nilai yang berwujud, mudah diraba dan dilihat, dan memiliki
karakteristik mudah berubah. Nilai material relatif mudah diukur oleh alat ukur.
Berikut contoh nilai material adalah sandang, pangan dan papan.
b. Nilai Vital
Nilai yang meliputi segala sesuatu yang berguna bagi manusia
dalam melaksanakan berbagai aktivitas. Contoh nilai vital adalah buku pelajaran
yang berguna bagi siswa saat belajar.

c. Nilai Kerohanian
Nilai yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kebutuhan rohani manusia. Salah satu contoh nilai kerohanian adalah
beribadah. Nilai kerohanian dibedakan lagi menjadi empat (4), yaitu :
1. Nilai Kebenaran
Nilai yang bersumber dari rasio (akal manusia) misalnya sesuatu
dianggapbaik dan benar atau salah karena akal manusia memiliki kemampuan
untuk memberi penilaian. bersumber dari benar atau tidaknya segala
sesuatu yang didasarkan pada fakta atau bukti - bukti secara ilmiah. Nilai ini
lebih banyak bersumber dari logika manusia serta empiris. Contoh dari
nilai kebenaran antara lain garam rasanya asin, matahari adalah bintang, bumi
berbentuk bulat.
2. Nilai Keindahan
Nilai yang bersumber pada unsur perasaan, misalnya daya tarik
suatu benda, sehingga daya tarik atau pesona yang melekat pada benda dapat
dihargai. Nilai keindahan didasarkan pada pertimbangan dalam nilai
keindahan bentuk, keindahan tata warna, keindahan suara, keindahan
gerak dan lain - lain.
3. Nilai Moral
Nilai yang bersumber pada unsur kehendak, terutama pada tingkah
laku manusia, antara penilaian perbuatan yang dianggap baik atau buruk,
mulia atau hina menurut tatanan yang berlaku dalam kelompok sosial. Nilai-
nilai moral berlaku secara umum walaupun setiap masyarakat memiliki tata
nilai yang berbeda-beda. Dalam penerapannya sedikit memiliki perbedaan
yang merupakan karakteristik khas dari corak budaya masyarakat tertentu.
4. Nilai Religius
Nilai yang bersumber pada kitab suci ( wahyu Tuhan ). Merupakan
nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia. Contoh nilai religius yaitu beribadah, membaca kitab
masing-masing sesuai agama, bersedekah, berdoa dan lain sebagainya. Nilai
sosial sangat penting dalam mengatur setiap kehidupan individu dalam
bermasyarakat dan statusnya sebagai makhluk hidup sosial. Dalam
kehidupan bermasyarakat pasti memiliki nilai sosial, yang dijadikan
pedoman dalam menimbang suatu perilaku apakah itu baik atau buruk,
diperintahkan atau tidak, perilaku yang diperbolehkan atau tidak. Namun
semua itu berbeda-beda, tergantung dari kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Sebab ada perilaku yang menurut suatu masyarakat itu baik namun di sisi
masyarakat lain perilaku tersebut adalah perilaku yang tidak sesuai dengan
norma sosial yang berlaku.
Salah satu aspek kebudayaan yang sangat potensial mengatur pergaulan
hidup manusia dalam hubunganya dengan nilai social adalah suatu sistem nilai.
Sistem nilai tersebut tumbuh sebagai hasil pengalaman manusia di dalam
mengadakan proses interaksi sosial. Nilai-nilai budaya tersebut merujuk
kepada nilai-nilai sosial. Nilai-nilai budaya yang merujuk kepada nilai-nilai
sosial yaitu, nilai dan dalam tatanan masyarakat. Nilai-nilai sosial yang
terdapat dalam tatanan keluarga dan masyarakat terdiri atas nilai sosial kasih
sayang, maaf-memaafkan, kepatuhan, kesopanan/keramahan, musyawarah,
gotong royong, rasa kemanusiaan, kebijaksanaan/keadilan, menghargai orang
lain, tanggung jawabv (Djamaris dalam Widiawati, 2015), adapun uraiannya
dalah sebagai berikut:
a. Kasih Sayang
Dalam tatanan keluarga harus menjunjung tinggi rasa kasih sayang
sebagai dasar dalam menciptakan kebahagiaan lahir dan batin. Orangtua, anak
dan keluarga sudah sepatutnya tetap memelihara rasa kasih sayang diantara
mereka. Kasih sayang merupakan mata rantai tidak putus.
b. Maaf-memaafkan
Orang yang suka meminta maaf adalah orang yang rendah hati dan
tidak pendendam. Orang yang tidak pendendam selalu dengan ikhlas memaafkan
kesalahan orang lain. Saling memaafkan baik dalam lingkungan keluarga
atau bermasyarakat, sangatlah penting untuk tetap menjaga tali silaturahmi.
Setiap manusia pasti pernah khilaf melakukan sebuah kesalahan, dengan saling
memaafkan tentunya akan saling menyadari apa saja batasan yang telah
dilanggar sehingga tidak mengulanginya di kemudian hari.

c. Kepatuhan
Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang nilai-nilai keteladanan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Kepatuhan dan ketaatan adalah hal yang
sama yaitu melakukan pekerjaan dengan aturan, norma, dan adat istiadat yang
berlaku di tempatnya. Kepatuhan merupakan ketundukan akan segala aturan yang
ada, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dalam kehidupan
berkeluarga, sudah selayaknya anak menuruti dan mematuhi perintah orang
tuanya. Selama tidak bertentangan dengan norma yang ada. Begitu juga di
kehidupan bermasyarakat kepatuhan dapat diwujudkan dengan sikap patuh
serta taat pada aturan, norma dan adat istiadat yang berlaku di lingkungan
masyarakat itu.
d. Kesopanan/Keramahan
Bersikap ramah dan sopan terhadap orang lain merupakan salah satu
sifat yang terpuji. Dalam kehidupan bermasyarakat, terhadap sesama manusia
haruslah bersikap ramah, sehingga keakraban dapat terjalin dengan baik.
Dalam kehidupan keluarga kesopanan dan keramahan harus diterapkan saat
sedang berhadapan dengan setiap orang, terutama orang yang usianya lebih
tua. Bersikap ramah juga akan mendatangkan dampak positif bagi anggota
keluarga tersebut.
e. Musyawarah
Musyawarah adalah salah satu kegiaatan untuk menyatukan pendapat
jika terdapat masalah yang belum dapat diatasi. Musyawarah untuk mencapai
mufakat, merupakan kebiasaan yang sering dilakukan dalam masyarakat,
terutama untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pemecahan masalah
dipikirkan bersama-sama dengan dibicarakan dalam forum musyawarah.
Dalam musyawarah, segala keputusan didasarkan pada pemikiran-pemikiran
dan pertimbangan-pertimbangan dari para peserta musyawarah itu
f. Gotong Royong
Gotong royong bisa juga disebut dengan bekerjasama untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Gotong royong merupakan suatu bentuk kerja sama yang
dilakukan masyarakat dalam mencapai suatu tujuan bersama. Sementara itu,
dalam kehidupan keluarga gotong royong dapat dilakukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan secara bersama-sama agar pekerjaan tersebut terasa lebih ringan
dan cepat terselesaikan.
g. Rasa Kemanusiaan
Manusia mempunyai harga yang tidak dapat dinilai dengan benda atau
barang apapun juga. Untuk itu haruslah menjunjung tinggi dan memelihara harkat
martabat manusia lainnya antara lain melalui rasa simpati serta upaya membantu
penderitaan. Rasa kemanusiaan dapat berupa kepedulian, rasa simpati dan
empati sehingga mendorong kita untuk membantu sesama.
h. Kebijaksanaan/Keadilan
Nilai kebijaksanaan berhubungan dengan kepemimpinan orang yang
dituakan. Seorang pemimpin disaat menghadapi permasalahan harus mampu
mengambil keputusan dengan bijaksana. Keadilan artinya tidak boleh melanggar
hak-hak orang lain, tetapi memandang setiap manusia sama kedudukannya.
Orang yang bijaksana adalah orang yang dapat menggunakan akal budinya
dan mempunyai ingatan yang kuat.
i. Menghargai Orang Lain
Menghargai perasaan oranglain sering juga disebut dengan tenggangrasa.
Didalam masyarakat tidak boleh semena-mena. Saling menghargai dan
menghormati sebagai manusia yang sama kedudukannya di hadapan Tuhan. Jadi
sangat perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa terhadap siapapun.
j. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran akan segala tingkah laku dan
perbuatan. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung, memikul
tanggung jawab, wajib memenuhi segala akibat yang timbul dari perbuatan.
Seseorang mau bertanggung jawab karena sadar akan perbuatan dan akibatnya.
Nilai berfungsi sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam setiap
tingkah laku manusia. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
pandangan hidup manusia dalam bermasyarakat. Sebuah interaksi atau hubungan
sosial memerlukan nilai, demi terwujudnya hak dan kewajiban. Oleh itu, nilai
mengandung standar yang normatif dalam bertingkah laku. Secara umum, nilai
sosial memiliki fungsi sebagai berikut: (Febriana, 2018:50)
1. Sebagai Petunjuk Arah dan Pemersatu
Cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat umumnya diarahkan
oleh nilai-nilai sosial yang berlaku. Pendatang baru pun secara moral diwajibkan
mempelajari aturan-aturan sosio-budaya masyarakat yang didatangi, mana
yang dianggap baik mana yang dianggap buruk. Agar dapat menyesuaikan diri
sesuai norma, tingkah laku, dan pola pikir yang diharapkan. Nilai sosial juga
berfungsi sebagai pemersatu. Dengan kata lain, nilai sosial menciptakan dan
meningkatkan solidaritas antar manusia.
2. Sebagai Benteng Perlindungan
Nilai sosial menjadi tempat perlindungan bagi manusia. Karena
kekuatan perlindungan yang besar, maka manusia harus berjuang demi
mempertahankan nilai-nilai tersebut.
3. Pendorong
Nilai berfungsi sebagai pendorong (motivator) dan sekaligus menuntun
manusia untuk berbuat baik. Kehadiran nilai sosial yang dijunjung tinggi dan
dijadikan sebagai cita-cita manusia yang berbudi pekerti luhur dan bangsa yang
beradab itulah manusia menjadi sungguh-sungguh beradab. Nilai sosial berguna
sebagai pedoman untuk mengarahkan seseorang dalam berperilaku agar terjadi
suatu keharmonisan dalam masyarakat sesuai apa yang diharapkan. Nilai
sosial mejadi sebuah pedoman yang berguna mengarahkan seseorang sesuai
dengan apa yang telah disepakati bersama dalam hidup bermasyarakat. Nilai
sosial mengatur aktivitas seseorang agar tidak masuk ke norma-norma yang
dipandang buruk dan tidak pantas oleh masyarakat sekitar, agar tidak terjadi adaya
pengasingan dan kecaman dari masyarakat akan perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai sosial yang telah disepakati bersama.

II.1 Hkikat Kabata


III.METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, artinya yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi.
Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan hasil harya yang
diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk membangun persepsi alamiah
sebuah objek, jadi peneliti mendekatkan diri kepada objek secara utuh (holistik).
Hal ini sejalan dengan pendapat (Aminuddin, 2000:16). Pendekatan kualitatif
adalah cara kerja penelitian yang menekankan pada aspek pendalaman data
demi mendapatkan kualitas dari hasil suatu penelitian. Menurut Ibrahim
(2015:33).
Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memaparkan dan menjelaskan tentang nilai-nilai sosial yang terkandung di dalam
sebuah bahasa adat atau bahasa tana atau biasa disebut juga dengan sebutan
“Kabata” pada tarian Siamale dari kampunmg adat Desa Lonthoir Kecamatan
Banda kabupaten Maluku Tengah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama lebih kurang 1
(satu) bulan yang berlokasi di Desa Lonthoir Kecamatan Banda.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para informan yang mengetahui peristiwa
yang berkaitan dengan kabata siamale
1. Kepala adat desa lonthoir
2. Bapak imam desa lonthoir
D. Prosedur Penelitian
Adapun yang menjadi kegiatan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Persiapan dan koordinasi untuk melakukan penelitian
2. Pengurusan surat ijin penelitian
3. Persiapan penelitian dilakukan seminar awal
4. Pengumpulan data dengan melakukan observasi wawancara mendalam dan
catatan dokumen. Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan
5. Tahapan analisis, dalam tahap analisis ini apabila data yang telah diperoleh
belum mencukupi maka peneliti kembali ke lapangan untuk melengkapi
data yang masih kurang. Apabila sudah lengkap kemudian diverifikasi dan
disimpulkan sebagai temuan penelitian.
6. Penyusunan hasil laporan penelitian dan diseminarkan.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mampu menjawab permasalahan penelitian ini maka teknik


pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara
dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan cara tanya jawab antarpeneliti
dengan beberapa narasumber (informan), dan dilakukan secara terbuka agar dapat
memberikan kesempatan kepada narasumber tersebut dalam rangka menjawab
secara bebas. Ini bermaksud untuk memperoleh kejelasan dari sumber-sumber
data tersebut yang mungkin belum dapat dipahami oleh peneliti. Hal tersebut juga
bermaksud untuk memperoleh pengertian maupun penjelasan yang lebih
mendalam tentang objek yang diteliti.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang digunakan dalam
situasi dimana seorang peneliti menggunakan penilaiannya dalam memilih
informan dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Ada beberapa pertimbangan
yang dilakukan dalam menentukan informan dalam penelitian, di antaranya:
(Bungin, 2011)
1. Informan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan masalah yang
diteliti.
2. Usia orang yang bersangkutan telah dewasa.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Informan bersifat netral tidak mempunyai kepentingan menjelekkan orang
lain.
5. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman yang luas mengenai
masalah yang diteliti.
Berdasarkan kriteria di atas maka dalam penelitian ini, yang akan
dijadikan informan adalah kepala adat dan masyarakat Desa Desa Lonthoir yang
secara pribadi memperhatikan dan memiliki informasi yang cukup.
b. Rekam
Dalam melakukan penelitian ini agar penelitian tidak terlewatkan disetiap
tuturan dari narasumber, maka peneliti berinisiatif untuk menggunakan alat
perekam sehingga peneliti tidak terlewatkan point penting dari setiap tuturan
dari narasumber disamping itupun peneliti tidak merepotkan narasumber yang
mana apabila peneliti lupa untuk menulis maka tinggal diputar kembali,
sehingga hasil dari rekaman tersebut jadi catatan lapangan
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dimaksudkan sebagai cara pengumpulan data
dengan melakukan pemotretan tempat atau apapun yang bisa menjadi sumber
informasi penelitian, pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang bisa
menjadi sumber informasi penelitian dan berkaitan dengan masalah penelitian.
Hal ini juga berfungsi untuk menjelaskan objek yang diteliti dan sebagai data
yang diperoleh dari hasil wawancara. Penulis akan mengumpulkan data atau foto-
foto dokumentasi yang kemudian digunakan untuk melengkapi data-data yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.

a. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat dalam sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti
itu sendiri. Peneliti kualitatif atau human instrument, berfungsi untuk
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data
penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuan yang sudah
diperolehnya.
Instrumen dalam penelitian ini adalah data-data yang sifanya dokumen
yaitu berupa buku-buku atau catatan-catatann yang berkenaan dengan yang
diteliti.

b. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Adapun data-data yang dimaksud penjelasannya adalah:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi
penelitian setelah melakukan wawancara dan observasi terhadap objek-
objek permasalahan yang akan diteliti. Sumber data primer dalam penelitian
ini yaitu Informan yang terdiri dari kepala adat dan masyarakat Desa Lonthoir
Kecamaan Banda.
b. Data sekunder merupakan data yang terkumpul diperoleh dari studi
kepustakaan (library research) laporan penelitian, buku-buku, literatul, serta
sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

c. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul melalui prosedur pengumpulan data, maka
langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisa data. Dalam
menganalisa data yang tersedia peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Proses reduksi data yang dilakukan oleh peneliti adalah menelaah data-data
yang diperoleh kemudian membuat rangkuman dari setiap pertemuan
dengan responden. Setelah itu peneliti kemudian melakukan reduksi yaitu
dengan cara memilih data atas dasar tingkat relevansi, dan kemudian
menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.
2. Sajian Data
Dalam tahap ini peneliti menyusun data-data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Peneliti juga mengkaitkan fenomena-fenomena yang timbul di lapangan
dengan data-data yang diperoleh dari responden.
3. Verifikasi Data
Pada langkah ini peneliti melakukan penarikan kesimpulan, dan
memaknai data-data yang diperoleh. Pemaknaan data dilakukan dengan
pemaknaan secara spesifik, serta menarik kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT. Sinar Baru
Algesindo
Arista, Tri. 2018. Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pasar Oleh
Pemerintah Desa Karang Anyar. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung Bandar Lampung.
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana.
Febriana, Erizka. 2018. Nilai-Nilai Sosial Yang Tercermin Dalam Novel
Chinmoku Karya Shusaku Endo. Skripsi. Program Studi Strata Bahasa dan
Kebudayaan Jepang. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro .
Ibrahim. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Widiawati, Mira. 2018. Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Padang Ilalang Di
Belakang Rumah Karya Nh. Dini. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

Anda mungkin juga menyukai