Anda di halaman 1dari 19

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN
Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial pada

do
gu tingkat kasasi memutus sebagai berikut dalam perkara antara:
KIM SE JONG, bertempat tinggal di Kondominium Simpruk Teras

In
Suite 202 Tower A, Jalan Teuku Nyak Arief, Arteri Simpruk By
A
Pass Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada Bayu
Putra Wicaksono, S.H., dan kawan-kawan, Para Advokat,
ah

lik
berkantor di Perkantoran Mitra Sunter, Blok B Nomor 26 ,Jalan
Yos Sudarso Kav 89 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
am

ub
tanggal 7 Agustus 2015;
Pemohon Kasasi dahulu Penggugat;
Lawan
ep
k

P.T. KEDAP SAYAAQ, berkedudukan di Komplek Bussiness


ah

Center Tinggi Diraja Blok A Nomor 10 Jalan Sendawar Raya Blok


R

si
A Nomor 10-11 Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai
Barat, Kalimantan Timur, diwakili oleh Nam Taiq Ryeol, Direktur,

ne
ng

dalam hal ini memberi kuasa kepada H. Murtiman, S.H., M.M.,


karyawan P.T. Kedap Sayaaq, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

do
tanggal 20 Oktober 2015;
gu

Termohon Kasasi dahulu Tergugat;


Mahkamah Agung tersebut;
In
A

Membaca surat-surat yang bersangkutan;


Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
ah

lik

Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan


terhadap Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat di depan persidangan
m

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda, pada


ub

pokoknya sebagai berikut:


ka

1. Bahwa pada tanggal 9 Februari 2015 telah dibuat dain ditanda-tangani


ep

Perjanjian Kerja antara Penggugat selaku karyawan dengan Tergugat (PT.


Kedap Sayaaq) yang telah ditandatangani oleh Penggugat selaku karyawan
ah

pada tanggal 07 Februari 2015;


es

2. Bahwa sebelum membuat dan menanda-tanganl Perjanjian Kerja dengan


M

ng

Tergugat, Penggugat selaku Pekerja telah mengurus Visa dan KITAS (Kartu
on

Halaman 1 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Izin Tinggal Terbatas) yang menjadi persyaratan untuk bekerja di Indonesia

si
dengan biaya sendiri dan telah dijanjikan oleh Tergugat akan mengganti
biaya yang dikeluarkan oleh pekerja;

ne
ng
3. Bahwa Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI telah mengeluarkan Izin Mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing (IMTA) kepada Tergugat atas nama Penggugat dengan Nomor :

do
gu KEP.007 47/MEN/B/IMTA/KET-2/2015 tanggal 12 Maret 2015 dimana yang
berlaku hingga 30 November 2015;

In
A
4. Bahwa pada tanggal 27 Februari 2015 pihak Tergugat mengeluarkan Surat
Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak kepada Penggugat yang
ah

lik
diumumkan kepada Direksi dan Karyawan Tergugat lainnya;
5. Bahwa pada tanggal 2 Maret 2015, Tergugat telah secara resmi
mengeluarkan Surat Pemutusan Hubungan Kerja dengan Nomor:
am

ub
001/KS/HRD/SK-PHK/III/2015 tentang Pengakhiran Hubungan Kerja yang
ditandatangani oleh Direktur Utama Tergugat dan dltujukan kepada
ep
Penggugat;
k

6. Bahwa berdasarkan surat PHK pada posita Penggugat pada angka 5


ah

tersebut diatas, maka jelas-jelas Tergugat telah melanggar ketentuan


R

si
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang
tercantum pada:

ne
ng

a. Pasal 151:
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksvd dalam ayat: 2 f benar-

do
gu

benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat


memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh
penetapan dari lembaga penyelesaian hubungan industrial;
In
A

b. Pasal 155:
(1) Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud
ah

lik

dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum.(2) Selama putusan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan
m

ub

baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala


kewajibannya;
ka

(3) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan


ep

dimaksud dalam ayat (2) berupa tindakan skorsing kepada pekerja/buruh


ah

yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap


R

wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima


es

pekerja/buruh;
M

ng

on

Halaman 2 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Pasal 161: (1), dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran

si
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja/peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan

ne
ng
hubungan kerja setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan di
berikan surat peringatan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut;
7. Bahwa atas perbuatan Tergugat yang telah memutuskan hubungan kerja

do
gu dengan Penggugat secara sepihak tersebut diatas, maka jelaslah sudah
Penggugat merasa telah dirugikan oleh tindakan Tergugat tersebut, oleh

In
A
karena itu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
Penggugat menggugat Tergugat melalui kepaniteraan Pengadilan
ah

lik
Hubungan Industrial Samarinda pada Pengadilan Negeri di Samarinda;
8. Bahwa sebelum gugatan ini diajukan oleh Penggugat melalui Kepaniteraan
Pengadilan HUbungan Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda, antara
am

ub
Penggugat selaku Pekerja dengan Tergugat selaku perusahaan telah
melakukan perundingan Bipartit pada tanggal 22 April 2015, tetapi tidak
ep
menemui titik temu, karena pada pokoknya Penggugat bersedia untuk
k

dipekerjakan kembali oleh Tergugat tetapi Penggugat meminta agar


ah

gaji/upah yang belum dibayar dari bulan Februari 2015 hingga Bulan April
R

si
2015 dibayarkan terlebih dahulu, tetapi permintaan tersebut ditolak oleh
Tergugat selaku perusahaan dan Tergugat tetap bertahan pada

ne
ng

pendapatnya tidak mau memperkejakan kembali Penggugat dan hanya mau


memberikan kompensasi atau pesangon 1 bulan gaji dan tiket pesawat

do
gu

Penggugat dan keluarganya pulang ke Negara Penggugat;


9. Bahwa karena perundingan secara Bipartit antara Penggugat dengan
Tergugat tidak menemui kesepakatan, maka kemudian Penggugat selaku
In
A

pekerja telah mengajukan permohonan mediasi melalui Disnakers


Kabupaten Kutai Barat untuk menyelesakan perselisihan pemutusan
ah

lik

hubungan kerja a quo, kemudian DIsnaker Kutai Barat mengeluarkan surat


Nomor: 567/314/II-DTK/III/2015 tanggal 23 Maret 2015, perihal bahwa
m

ub

secara administrasi kedinasan penempatan TKA yang bersangkutan beserta


Tenaga Kerja Pendampingnya belu memenuhi syarat kerja mediasi pada
ka

pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Barat yaitu belum dilaporkan
ep

secara resmi, oleh karena itu sesuai ketentuan, DInas Tenaga Kerja Kutai
ah

Barat tidak bias memproses atau menindaklanjuti permohonan mediasi yang


R

diajukan oleh Penggugat dan Pihak DInas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai
es

Barat mediasi diajukan melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi


M

ng

Republik Indonesia;
on

Halaman 3 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
10.Bahwa berdasarkan permohonan dari Penggugat, kemudian

si
Kemenakertrans RI memfasilitasi perselisihan hubungan industrial
tersebut,namun mediasi yang telah dilakukan olek Kemenkertrans juga tidak

ne
ng
menemukan titik temu, kemudianKemenakertrans selaku mediator telah
mengeluarkan Anjuran dengan Nomor :B.151/PHIJSK/PPHI/VII/2015, pada
tanggal 03 Juli 2015 dengan isi surat Anjuran adalah sebagai berikut:

do
gu 1) Agar Pengusaha membayar upah pekerja selama 1(satu) bulan sebesar
USD. 8.000 dan biaya pulang pekerja beserta keluarga ke Negara asal

In
A
pekerja;
2) Agar kedua belah pihak memberikan jawaban atas anjuran tersebut
ah

lik
selambat-lambatnya dalam jangka 10( sepuluh) hari kerja setelah
menerima surat anjuran;
11.Bahwa pendapatan mediator didalam anjurannya yang mendasarkan pada
am

ub
adanya perjanjian kerja yang belum ditandatangni oleh Tergugat selaku
Pihak Pengusaha, maka dengan demikian perjanjian kerja tersebut belum
ep
mengikat secara hokum bagi para pihak yang terlibat di dalam hubungan
k

kerja sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, pertimbangan


ah

Kemenakertrans selaku mediator didalam anjurannya yang mendasarkan


R

si
pada hak tersebut diatas dapat menimbulkan ketidak pastian hukum, karena
jelas-jelas perjanjian kerja tersebut dibuat dan disodorkan oleh Tergugat

ne
ng

selaku Pihak Pengusaha, apalagi secara factual Penggugat selaku Pekerja


telah bekerja di perusahaan milik Tergugat selaku Pengusaha, hal mana

do
gu

telah diakui oleh Tergugat selaku pihak Pengusaha, oleh karna itu jika
mediator beralasan bahwa Perjanjian Kerja a quo belum mengikat secara
hukum bagi pada pihak sebagaimana diatur dalam KUHPerdata pasal 1338
In
A

dan Perjanjian Kerja tersebut belum dapat dijadikan pedoman bahwa pekerja
telah terikat hubungan kerja dengan statsu PKWT sangatlah tidak tepat,
ah

lik

karena Kerja Transmigrasi telah Mengeluarkan IMTA kepada Pihak


Tergugat, padahal salah satu persyaratan unutk dikeluarkannya IMTA
m

ub

adalah copy Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) sesuai dengan pasal
24 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.
ka

02/MWN/III/2008;
ep

12.Bahwa Penggugat tidak dapat menerima anjuran yang dikeluarkan oleh


ah

Kemenakertrans RI selaku Mediator sebagaimana surat Nomor


R

B.151/PHIJSK/PPHI/VII/2015,tanggal 3 Juli 2015 perihal Anjuran


es

Perselisihan PHK, dengan alasan bahwa Kemenakertrans RI selaku


M

ng

mediator didalam membuat anjuran hanyalah mempertimbangkan dan


on

Halaman 4 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
medengarkan keterangan sepihak Dari pihak Tergugat selaku pengusaha

si
saja dengan mengesampingkan dan tanpa menerapkan seutuhnya pasal-
pasal yang ada pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

ne
ng
Ketenagakerjaan serta adanya salah satu persyaratan permohonan IMTA
yang dilakukan oleh Pengusaha adalah harus melampirkan Copy draft
perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 24 Ayat (1) Peraturan

do
gu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.02/MEN/III/2008,
sehingga sesuai peraturan pada Pasal 62 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

In
A
2003, apabila salah satu pihak, baik itu pekerjaan maupun pengusaha,
hendang mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu,
ah

lik
maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan untuk membayar
ganti rugi sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya
perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT/kontrak;
am

ub
13.Bahwa berdasarkan penolakan Penggugat terhadap anjuran a quo yang
dikeluarkan oleh Kemenakertrans RI selaku mediator, maka berdasarkan
ep
aturan hokum yang berlaku, penggugat selaku pekerja mempunyai hak
k

unutk mengajukan gugatan perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja


ah

terhadap Tergugat selaku pengusaha melalui Kepaniteraan Pengadilan


R

si
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda, sebagaimana
diatur dalam pasal 14 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 tahun 2004, yang

ne
ng

mengatur bahwa dalam hal anjuran ditolak oleh salah satu pihak atau para
pihak, maka para pihak atau salah satu pihak dapat melanjutkan

do
gu

penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial;


14.Bahwa sejak diangkat sebagai karyawan dan mendapatkan KITAS serta
IMTA sampai dengan gugatan ini dajukan Penggugat selaku pekerja tidak
In
A

pernah mendapatkan hak-haknya yaitu berupa gaji/upah, padahal


berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
ah

lik

Ketenagakerjaan pada Pasal 155 ayat (2) telah diatur bahwa:“selama


putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum
m

ub

ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/burh harus tetap melaksanakan


segala kewajibannya”;
ka

15.Bahwa dengan dilakukannya Pemutusan Hubungan Kerja oleh Tergugat


ep

terhadap Penggugat maka Tergugat berkewajiban unutk memberikan


ah

pesangon atau kompensasi terhadap Penggugat sebagaimana yang diatur


R

dalam Pasal 62 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu sebagai


es

berikut:
M

ng

on

Halaman 5 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Gaji Pokok X jangka waktu berakhirnya PKWT/IMTA (Februari 2015 s/d

si
November 2015) US$ 8.000 X 10 bulan = US$ 80.000
Biaya Pengurusan Visa dan Kitas US$ 900

ne
ng
Total US$ 80.900
(Delapan puluh ribu Sembilan ratus Dollar Amerika);
Biaya tiket pesawat pengurusan visa Rp8.295.300,00;

do
gu (delapan juta dua ratus Sembilan puluh lima ribu tiga ratus rupiah);
16.Bahwa padahal secara factual ternyata hingga gugatan ini diajukan Tergugat

In
A
selaku Pengusaha telah tidak melaksanakan kewajibannya kepada
Penggugat, yaitu membayarkan hak-hak Penggugat selaku pekerja berupa
ah

lik
upah/gaji sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kerja yang
telah dibuat dan ditandatangani oleh Penggugat selaku Karyawan dan
Tergugat selaku pengusaha sejak Bulan Februari 2015 hingga gugatan ini
am

ub
diajukan (Agustus 2015) yang apabila dikalkulasikan maka jumlah
seluruhnya sebesar US$ 8.000 X 7 (Bulan) = US$ 56.000,- (lima puluh enam
ep
ribu Dolar Amerika), padahal menurut peraturan perundang sebagaimana
k

uraian pada angka 6 tersebut diatas, jelas-jelas telah diatur bahwa Tergugat
ah

selaku pengusaha tetap berkewajiban untuk membayarkan upah/gaji yang


R

si
menjadi hak Penggugat selaku karyawan,yaitu sebagaimana yang
diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja tanggall 9 Pebruari 2015, yaitu sebesar

ne
ng

US$ 8.000 setiap bulannya sampai dengan proses penyelesaian


Perselisihan Hubungan Industrial ini mempunyai kekuatan hukum tetap

do
gu

(inkracht van gewijsde) dan sebagaimana yang telah dijanjikan oleh


Tergugat kepada Penggugat, maka Tergugat juga berkewajiban unutk
membayar biaya pengurusan visa serta biaya tiket pesawat unutk
In
A

pengurusan visa sebesar Rp 8.295.300,00 (delapan juta dua ratus Sembilan


puluh lima ribu tiga ratus rupiah), yang telah dikeluarkan oleh Penggugat;
ah

lik

17.Bahwa karena sengketa dalam perkara a quo adalah sengketa


ketenagakerjaan dan sebagaimana yang telah diatur dalam undang –undang
m

ub

nomor 2 tahun 2004 tentang perselisihan Hubungan Industrial pada Pasal 96


ayat yang mengatur bahwa:
ka

“(1) apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak


ep

pengusaha terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana


ah

dimaksud dalam Pasal 155 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003
R

tentang Ketenagakerjaan, Hakim Ketua Sidang harus segera menjatuhkan


es

putusan sela berupa perintah kepada Pengusaha unutk membayar upah


M

ng

beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh yang


on

Halaman 6 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bersangkutan. putusan sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

si
dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari persidangan kedua.
(2) Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan

ne
ng
putusan sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak juga dilaksanakan
oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang memerintahkan sita jaminan dalam
sebuah Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial;

do
gu (3) Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan Penetapan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diajukan perlawanan

In
A
dan/atau tidak dapat digunakan upaya hukum”;
18.Bahwa berdasarkan uraian pada angka 17 tersebut di atas dan agar tidak
ah

lik
terjadi kerugian yang lebih besar lagi yang akan diderita oleh Penggugat,
karena belum dibayarkannya upah/gaji yang menjadi hak Penggugat oleh
Tergugat sejak Pebruari 2015 sampai dengan gugatan ini diajukan, yaitu
am

ub
sebesar US$. 8.000,- X 7 (tujuh) bulan = US$. 56.000,- (lima puluh enam
ribu Dollar Amerika Serikat) dan tetap mambayarkan upah.gaji penggugat
ep
setiap bulannya sebesar US$. 8.000,- sampai dengan adanya putusan yang
k

berkekuatan hukum tetap (in karcht van gewijsde), maka Penggugat mohon
ah

kepada Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan


R

si
Negeri Samarinda, yang memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara
a quo, agar sudilah kiranya memberikan putusan Provisi terlebih dahulu

ne
ng

yang dituangkan dalam putusan Sela;


19.Bahwa selama proses pemeriksaan perkara a quo berlangsung, Penggugat

do
gu

selaku Pekerja yang telah di PHK oleh Tergugat selaku Pengusaha,


berkeinginan unutk bekerja kembali di tempat lain, oleh karena itu
Penggugat mohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
In
A

Negeri Samarinda agar sudilah kiranya berkenan memberikan Putusan


Provisi dalam Putusan Sela tersebut di atas, berupa Penetapan terlebih
ah

lik

dahulu yang menetapkan bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah


terjadi Pemutusan Hubungan Kerja;
m

ub

20.Bahwa menghindari Tergugat lari dari tanggung jawabnya untuk membayar


kewajibannya kepada Penggugat yaitu berupa pembayaran upah/gaji yang
ka

seharusnya diterima oleh Penggugat dan unutk melindungi Penggugat dari


ep

itikad tidak baik Tergugat, yang hendak mengalihkan dan atau memindahkan
ah

hartanya baik yang dihaminkan maupun yang tidak dijaminkan adalah


R

sangat beralasan secara hukum apabila Penggugat memohon kepada


es

Ketua/Majelis Hakim Yang Mulia agar meletakkan sita jaminan terlebih


M

ng

dahulu (conservatior beslaag) atas tanah dan bangunan serta harta


on

Halaman 7 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kekayaan baik harta bergerak maupun tidak bergerak milik Tergugat, yaitu

si
masing-masing berupa:
a. Tanah dan bangunan yang terletak dan setempat dan dikenal sebagai

ne
ng
Business Center Tinggi Diraja, Jalan Sendawar Raya Blok A Nomor 10-
11, Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan
Timur, Berikut denga segala sesuatu yang betada diatasnya.

do
gu b. Apartemen Pasific Place Tower B Lantai 19, Kawasan SCBD, Jalan
Jendral Sudirman Kaveling 52-53 Jakarta Selatan;

In
A
Untuk permohonan sita jaminan ini Penggugat akan mengajukan
permohonan sita jaminan tersendiri;
ah

lik
21.Bahwa karena gugatan ini adalah gugatan ketenagakerjaan dan diajukan
berdasarkan bukti-bukti yang cukup, sebagaimana didalam Pasal 180 HIR,
maka sudah seyogyanya Putusan dalam Perkara a quo dapat dilaksanakan
am

ub
terlebih dahulu walaupun ada perlawanan, verzet maupun kasasi.
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan oleh Penggugat tersebut
ep
diatas, dengan ini perkenankanlah Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan
k

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda, agar berkenan kiranya


ah

menunjuk Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan


R

si
Negeri Samarinda untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara ini,
selanjutnya memberikan Putusan dengan amar putusan sebagai berikut :

ne
ng

Dalam Provisi:
1. Merintahkan kepada Tergugat selaku pengusaha unutk memberikan hak-hak

do
gu

Penggugat selaku pekerja antara lain berupa gaji/upah Penggugat sejak


Bulan Februari 2015 hingga gugatan ini diajukan (Agustus 2015) dengan
perincian sebagai berikut:
In
A

Gaji/Upah Penggugat yang belum dibayar selama 7 (tujuh bulan) sebesar =


7(bulan) x US$ 8.000,- = US$ 56.000,- (lima puluh enam ribu Dollar
ah

lik

Amerika);
Dan memerintahkan kepada Tergugat untuk tetap membayar upah/gaji yang
m

ub

menjadi hak penggugat selanjutnya yaitu sebesar US$ 8.000 setiap


bulannya sampai dengan proses penyelesaian Perselisihan Hubungan
ka

Industrial ini mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);


ep

2. Menetapkan bahwa antara Penggugat selaku Pekerja dengan Tergugat


ah

selaku Pengusaha telah terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dengan


R

segala akibat hukumannya;


es

Dalam Pokok Perkara:


M

ng

1. Mengabulkan gugatan Penggugat antara Seluruhnya;


on

Halaman 8 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Menyatakan bahwa hubungan kerja antara Penggugat selaku pekerja

si
dengan Tergugat selaku Pengusaha berakhir karena Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK);

ne
ng
3. Menghukum Tergugat untuk membayar pesangon atau kompensasi kepada
Penggugat sebesar US$. 80.000,- (delapan puluh ribu US Dollar) dan
Rp8.295.300,00 (delapan juta dua ratus sembilan puluh lima ribu tiga ratus

do
gu rupiah), dengan perincian sebagai berikut:
Gaji Pokok X janga waktu berakhirnya PKWT/IMTA (dari sejak bulan februari

In
A
2015 s/d bulan November 2015):
US$ 8.000 X 10 Bulan = US$ 80.000
ah

lik
Biaya pengurusan VISA dan KITAS US$ 900
Total US$ 80.900
(delapan puluh ribu Sembilan ratus Dolla Amerika);
am

ub
Biaya tiket pesawat pengurusan visa Rp8.295.300,00 (delapan juta dua ratus
Sembilan puluh lima ribu tiga ratus rupiah);
ep
4. Menghukum dan sekaligus memerintahkan kepada Tergugat secara
k

sukarela dan atau dengan bantuan Ketua Pengadilan Hubungan Industrial


ah

Samarinda pada Pengadilan Negeri Samarinda unutk membayarkan


R

si
pesangon atau kompensasi kepada Penggugat sebesar US$ 80,000,-
(delapan puluh ribu US Dolla) dan Rp. 8.295.300,- (delapan juta dua ratus

ne
ng

Sembilan puluh lima ribu tiga ratus rupiah), dengan perincian sebagai
berikut:

do
gu

Gaji Pokok X janga waktu berakhirnya PKWT/IMTA (dari sejak bulan februari
2015 s/d bulan November 2015):
US$ 8.000 X 10 Bulan = US$ 80.000
In
A

Biaya pengurusan VISA dan KITAS US$ 900


Total US$ 80.900
ah

lik

(delapan puluh ribu Sembilan ratus Dolla Amerika);


Biaya tiket pesawat pengurusan visa Rp8.295.300,00 (delapan juta dua ratus
m

ub

Sembilan puluh lima ribu tiga ratus rupiah);


5. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar
ka

Rp5.000.000 (lima juta rupiah) /hari setiap kali Tergugat lalai memenuhi isi
ep

putusan dalam perkara ini terhitung sejak putusan ini diucapkan hingga
ah

dilaksanakan;
R

6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas harta kekayaan milik
es

Tergugat yaitu berupa:


M

ng

on

Halaman 9 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. Tanah dan bangunan yang terletak dan setempat dan dikenal sebagai

si
Business Center Tinggi Diraja, Jalan Sendawar Raya Blok A Nomor 10-
11, Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan

ne
ng
Timur, Berikut denga segala sesuatu yang betada diatasnya;
b. Apartemen Pasific Place Tower B Lantai 19, Kawasan SCBD, Jalan
Jendral Sudirman Kaveling 52-53 Jakarta Selatan;

do
gu 7. Menghukum dan sekaligus memerintahkan kepada Tergugat untuk tundut
dan patuh pada seluruh isi putusan dalam perkara ini;

In
A
8. Menyatakan bahwa putusan dalam perkara ini dapat dialksanakan terlebih
dahulu walaupun ada upaya perlawanank, verzet maupun Kasasi (uit
ah

lik
Voerbaar bajvoorraad);
9. Menghukum tergugat unutk membayar seluruh biaya perkara yang timbul
akibat adanya perselisihan Bungan industrian ini;
am

ub
Atau, apabila Majelis Hakim yang memerisa, mengadili dan memutuskan
perkara ini berpendapat lain, mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aeuo et
ep
bono);
k

Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada


ah

Pengadilan Negeri Samarinda telah memberikan putusan Nomor 62/Pdt.Sus-


R

si
PHI/2015/PN.Smr. tanggal 22 Desember 2015 yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Provisi:

ne
ng

Menyatakan Provisi Penggugat tidak dapat diterima;


Dalam Pokok Perkara:

do
gu

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;


2. Menyatakan tidak ada hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat;
3. Menghukum Tergugat membayar secara tunai dan sekaligus kepada
In
A

Penggugat biaya pengurusan VISA dan KITAS sebesar US$ 900 serta biaya
tiket pesawat pengurusan Visa sebesar Rp8.295.300,00;
ah

lik

4. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;


5. Membebankan biaya perkara ini kepada Tergugat sebesar Rp431.000,00
m

ub

(empat ratus tiga puluh satu ribu rupiah);


Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada
ka

Pengadilan Negeri Samarinda tersebut telah diucapkan dengan hadirnya


ep

Penggugat dan kuasa Tergugat pada tanggal 22 Desember 2015, terhadap


ah

putusan tersebut, Penggugat melalui kuasanya berdasarkan Surat Kuasa


R

Khusus tanggal 7 Agustus 2016 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal


es

5 Januari 2016, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor


M

ng

01/KAS/2016/PHI.Smr. Jo Nomor: 62/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Smr. yang dibuat


on

Halaman 10 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
oleh Panitera Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

si
Samarinda, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang diterima
di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

ne
ng
Samarinda pada tanggal 18 Januari 2016;
Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Tergugat pada tanggal
25 Februari 2016, kemudian Tergugat mengajukan kontra memori kasasi yang

do
gu diterima di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri Samarinda pada tanggal 3 Maret 2016;

In
A
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-
keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama,
ah

lik
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam
undang-undang, sehingga permohonan kasasi tersebut secara formal dapat
diterima;
am

ub
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:
ep
Keberatan Pertama:
k

Adanya Kesalahan Penerapan Hukum:


ah

Bahwa Pemohon Kasasi/Pengggugat tidak sependapat dan sangat


R

si
keberatan dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pegadilan Negeri Samarinda selaku Judex Facti yang dalam

ne
ng

pertimbangan putusannya pada halaman 21 alinea ke 3, alinea ke 4 dan alinea


ke 5 telah salah dan keliru dalam penerapan hukum, oleh karena itu putusan

do
gu

yang demikian haruslah dibatalkan, adapun pertimbangan hukum pada halaman


21 alinea ke 3, alinea ke 4 dan Alinea ke 5 pertimbangannya yang dikutip
sebagai berikut :
In
A

“Menimbang, bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi RI Nomor 12 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga
ah

lik

Kerja Asing telah mengatur dan mewajibkan kepada setiap Pengusaha dan/atau
Pemberi Kerja berbentuk badan usaha yang akan mempekerjakan Tenaga
m

ub

Kerja Asing haruslah terlebih dahulu mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga


Kerja Asing (IMTA) dari Kementrian Tenaga Kerja dan transmigrasiRepublik
ka

Indonesia”;
ep

“Menimbang, bahwa berdasarkan Undang Undang dan Peraturan


ah

Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia maka sebelum Perjanjian Kerja


R

dibuat dan ditandatangani oleh Pengusaha dan Pekerja/Buruh Asing maka yang
es

wajib terlebih dahulu dimohonkan adalah Pemberian Izin Mempekerjakan


M

ng

on

Halaman 11 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tenaga Kerja Asing (IMTA) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

si
RI”;
“Menimbang, Bahwa Perjanjian Kerja yang dibuat oleh Tergugat dan telah pula

ne
ng
ditandatangani oleh Penggugat sebelum Tergugat selaku pemberi kerja
mendapatkan IMTA adalah cacat prosedural dan demi hukum belum sah
sebagai sebuah perjanjian kerja antara Tergugat dengan Penggugat”;

do
gu Bahwa Pemohon Kasasi/Penggugat tidak sependapat dan sangat
keberatan dengan pertimbangan Judex Facti karena, jelas-jelas pertimbangan

In
A
Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pegadilan Negeri
Samarinda selaku Judex Facti sebagaimana pertimbangan tersebut di atas,
ah

lik
pada alinea ke 3, alinea ke 4 dan alinea ke 5 telah salah dan keliru, jika
dicermati pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industial pada
Pengadilan Negeri Samarinda, bahwa tidak pernah ada Peraturan Menteri
am

ub
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 tahun 2003 tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing, oleh karena itu Judex Facti telah salah dan
ep
keliru dalam menerapkan hukum dan peraturan per-Undang-undangan;
k

Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial


ah

pada Pegadilan Negeri Samarinda selaku Judex Facti yang menyatakan


R

si
sebelum Perjanjian Kerja dibuat dan ditandatangani oleh Pengusaha dan
Pekerja/Buruh Asing maka yang wajib terlebih dahulu dimohonkan adalah

ne
ng

Pemberian Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dari Kementerian


Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI telah salah dan keliru, karena dalam Pasal

do
gu

31 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 tahun
2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang dikutip
sebagaiberikut:
In
A

“Dalam hal Ditjen Imigrasi telah mengabulkan permohonan visa untuk dapat
bekerja atas nama TKA yang bersangkutan dan menerbitkan surat
ah

lik

pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa, maka pemberi kerja TKA


mengajukan permohonan IMTA dengan melampirkan:
m

ub

a. Copy draft perjanjian kerja;


b. Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank
ka

pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri;


ep

c. Copy polis asuransi;


ah

d. Copy surat pemberitahuan tentang persetujuan peberian visa;dan


R

e. Foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar”;


es

Bahwa secara fakta dengan dikeluarkannya IMTA oleh Kementrian


M

ng

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia atas nama Pemohon


on

Halaman 12 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kasasi/Penggugat pada tanggal 12 Maret 2015 jelas-jelas membuktikan bahwa

si
persyaratan untuk mengajukan permohonan IMTA telah dipenuhi oleh pemberi
kerja dalam hal ini Termohon Kasasi/Tergugat yang salah satu persyaratannya

ne
ng
adalah copy draft perjanjian kerja;
Bahwa Pemohon Kasasi/Penggugat tidak sependapat dan sangat
keberatan dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial

do
gu pada Pegadilan Negeri Samarinda selaku Judex Facti yang telah
memberptimbangkan bahwa “Perjanjian Kerja yang dibuat oleh Tergugat dan

In
A
telah pula ditandatangani oleh Penggugat sebelum Tergugat selaku pemberi
kerja mendapatkan IMTA adalah cacat prosedural dan demi hukum belum sah
ah

lik
sebagai sebuah perjanjian kerja antara Tergugat dengan Penggugat”, karena
berdasarkan Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 12 tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga
am

ub
Kerja Asing menyebutkan bahwa salah satu persyaratan permohonan IMTA
adalah copy draft perjanjian kerja, dengan demikian Perjanjian Kerja yang
ep
dibuat oleh Tergugat yang ditandatangani oleh Penggugat sebelum Tergugat
k

selaku pemberi kerja mendapatkan IMTA adalah tidak cacat prosedural dan sah
ah

sebagai sebuah perjanjian dikarenakan perjanjian kerja a quo dibuat untuk


R

si
memenuhi persyaratan permohonan IMTA seperti yang dipersyaratkan oleh
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 tahun 2013

ne
ng

tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing Pasal 31 ayat (1);
Bahwa hubungan kerja antara Pemohon Kasasi/Penggugat selaku

do
gu

Pekerja dengan Termohon Kasasi/Tergugat selaku perusahaan telah terjadi,


karena jelas-jelas unsur-unsur didalam hubungan kerja antara Pemohon
Kasasi/Penggugat dengan Termohon Kasasi/Tergugat telah terpenuhi yaitu :
In
A

1. Unsur adanya pekerjaan;


2. Unsur adanya upah;
ah

lik

3. Unsur adanya perintah;


4. Unsur adanya waktu tertentu;
m

ub

Bahwa mengenai adanya Perjanjian Kerja yang telah dibuat dan hanya
ditanda-tangani oleh Pemohon Kasasi/Penggugat saja tanpa ditanda-tangani
ka

oleh Termohon Kasasi/Tergugat, telah sah sebagai suatu hubungan kerja tanpa
ep

adanya Perjanjian Kerja, karena walaupun menurut Pasal 50 Undang-undang


ah

Nomor 15 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”), disyaratkan bahwa


R

“Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara Pengusaha dan
es

pekerja/buruh”, akan tetapi didalam Pasal 51 Undang Undang Nomor 15 tahun


M

ng

2003 juga telah menyebutkan bahwa perjanjian kerja dapat dibuat baik secara
on

Halaman 13 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“tertulis” ataupun “lisan”, sehingga apabila dihubungkan dengan perkara a quo,

si
maka dapat diasumsikan bahwa karena Perjanjian Keja antara Pemohon
Kasasi/Penggugat hanya ditanda-tangani oleh Pemohon Kasasi/Penggugat saja

ne
ng
tanpa ditanda-tangani oleh Termohon Kasasi/Tergugat, sehingga perjanjian
terebut dianggap tidak pernah ada, akan tetapi walaupun demikian berdasarkan
fakta-fakta dan bukti-bukti yang telah disampaikan oleh Pemohon Kasasi

do
gu diantaranya Pemohon Kasasi/Penggugat telah ditempatkan bekerja di tambang
milik Termohon Kasasi/Tergugat dan adanya surat PHK yang telah dikeluarkan

In
A
oleh Termohon Kasasi/Tergugat selaku pengusaha, serta IMTA yang telah
diterima oleh Pemohon Kasasi/Penggugat, maka telah dapat dibuktikan bahwa
ah

lik
secara “lisan” telah terjadi hubungan kerja antara Pemohon Kasasi/Penggugat
selaku pekerja dengan Termohon Kasasi/Tergugat selaku pengusaha, oleh
karena itu karena antara Pemohon Kasasi/Penggugat dengan Termohon
am

ub
Kasasi/Tergugat telah terjadi hubungan kerja untuk waktu tertentu, maka
apabila Termohon Kasasi/Tergugat memberhentikan (PHK), secara sepihak
ep
sudah sepatutnya Termohon Kasasi/Tergugat berkewajiban untuk memberikan
k

hak-hak Pemohon Kasasi/Penggugat secara patut dan layak berdasarkan


ah

peraturan perundang-undangan yang berlaku;


R

si
Keberatan Kedua:
Bahwa Pengadilan Hubungan Industrial pada Pegadilan Negeri

ne
ng

Samarinda selaku Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 21 alinea


ke 7 dan halaman 22 alinea ke 1 dan alinea ke 2 telah salah dan keliru dalam

do
gu

penerapan hukum, sehingga menyebabkan putusan dalam perkara a quo dapat


dibatalkan;
Bahwa pertimbangan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pegadilan
In
A

Negeri Samarinda selaku judex factie pada halaman 21 alinea ke 7 dan


halaman 22 alinea ke 1 dan alinea ke 2, telah mempertimbangkan sebagai
ah

lik

berikut :
“Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 54 ayat (1) huruf h maka perjanjian
m

ub

kerja secara tertulis “sekurang-kurangnya” memuat tempat dan tanggal


perjanjian kerja dibuat, dan tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
ka

Apabila salah satu pihak tidak menandatangani perjanjian kerja karena tanpa
ep

tanda tangan suatu perjanjian akan menjadi tidak sah sebagai alat bukti tulisan.
ah

Tanpa tanda tangan sebuah perjanjian tidak akan dikenali siapa para pihak
R

yang membuatnya dan tidak ada kesepakatan atau klausul-klausul di dalamnya.


es

Ketiadaan tanda tangan menurut Majelis Hakim merupakan penyebab tidak


M

ng

on

Halaman 14 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sahnya perjanjian karena tidak memenuhi syarat subjektif yaitu para pihak atau

si
salah satu pihak tidak;
Tergugat tetapi belum ditandatangani oleh Tergugat dan ternyata memberikan

ne
ng
kata sepakatnya;
Menimbang, bahwa perjanjian kerja yang dibuat oleh sudah ditandatangani oleh
Penggugat, maka sebagai pemberi kerja, Tergugat belum dinyatakan sepakat

do
gu dengan klausul-klausul yang terdapat di dalam isi Perjanjian Kerja dimaksud
meskipun Penggugat sebagai penerima kerja sudah menandatanganinya.

In
A
Ditambah lagi pada saat dibuatnya perjanjian kerja ternyata pihak penerima
kerja yang merupakan Warga Negara Korea Selatan dikategorikan sebagai
ah

lik
Tenaga Kerja Asing sehingga kepada dirinya sebelum menandatangani
Perjanjian Kerja wajib dimohonkan oleh Pemberi Kerja suatu syarat yaitu, Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) sebagaimana yang diatur di dalam
am

ub
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 12 tahun 2003
tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing sehingga secara objectif
ep
Perjanjian Kerja yang dibuat oleh Tergugat dan telah ditandatangani oleh
k

Penggugat pada tanggal 9 Februari 2015 adalah tidak memenuhi kriteria “suatu
ah

sebab yang terlarang” sebagaimana yang dimaksudkan di dalam Pasal 1320


R

si
KUH Perdata uang berakibat batal demi hukum suatu perjanjian;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

ne
ng

Majelis Hakim berpendapat Perjanjian Kerja yang dibuat pada tanggal 9


Februari 2015 (vide bukti P-2 dan bukti T-1)yang belum ditandatangani oleh

do
gu

Tergugat sebagai pemberi kerja akan tetapi telah ditandatangani oleh


Penggugat sebagai pekerja asing adalah perjanjian kerja yang tidak sempurna
karena perjanjian kerja tersebut belum pula dilengkapi dengan Izin
In
A

Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang secara faktual baru diterbitkan
oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI pada tanggal 12 Maret 2015
ah

lik

(vide bukti P-3) sehingga perjanjian kerja yang demikian dinyatakan batal demi
hukum dan dianggap tidak pernah ada”;
m

ub

Bahwa pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan


Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda selaku Judex Facti dalam putusan
ka

perkara a quo sebagaimana tersebut diatas, menurut Pemohon


ep

Kasasi/Penggugat telah salah dan keliru, sehingga menyebabkan Majelis


ah

Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda


R

selaku Judex Factie menjadi salah dalam penerapan hukum, karena jelas-jelas
es

bahwa Perjanjian Kerja tanggal 9 Februari 2015 dibuat oleh pihak Termohon
M

ng

Kasasi/Tergugat yang sebelumnya telah dibicarakan antara Pemohon


on

Halaman 15 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kasasi/Penggugat sebagai penerima kerja dengan Termohon Kasasi/Tergugat

si
sebagai pemberi kerja dan dituangkan dalam suatu Perjanjian Kerja yang telah
ditandatangani oleh Pemohon Kasasi/Penggugat dan mulai tanggal 9 Februari

ne
ng
2015 Pemohon Kasasi/Penggugat sudah diakui sebagai karyawan dari
Termohon Kasasi/Tergugat dengan jabatan sebagai Manager Marketing seperti
yang tertuang dalam perjanjian kerja yang telah disodorkan dan ditandatangani

do
gu oleh Pemohon Kasasi/Penggugat, dengan dibuktikan Pemohon
Kasasi/Penggugat langsung ditugaskan di wilayah tambang milik Termohon

In
A
Kasasi/Tergugat, juga diakui oleh Termohon Kasasi/Tergugat dalam Mediasi di
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, bahwa Pemohon
ah

lik
Kasasi/Penggugat baru bekerja 17 hari (vide bukti P-8 dan T-4) dalam
perusahaan Termohon Kasasi/Tergugat serta dikuatkan pula dengan surat
Pemutusan Hubungan Kerja Nomor 001/KS/HRD/SK-PHK/III/2015 yang
am

ub
dikeluarkan pada tanggal 2 Maret 2015 (vide bukti P-7) yang berarti secara tidak
langsung Termohon Kasasi/Tergugat mengakui bahwa Pemohon
ep
Kasasi/Penggugat adalah karyawannya, maka sesuai penjelasan diatas cukup
k

jelas bahwa sebenarnya Termohon Kasasi/Tergugat yang telah membuat


ah

Perjanjian Kerja tanggal 09 Februari 2015, yang berarti secara logika Termohon
R

si
Kasasi/Tergugat sangat mengetahui dan memahami serta menyetujui isi dari
klausul-klausul Perjanjian Kerja a quo, jadi ketiadaan tanda tangan dari

ne
ng

Termohon Kasasi/Tergugat tidak menjadikan batalnya Perjanjian Kerja a quo,


karena baik Pemohon Kasasi/Penggugat dan Termohon Kasasi/Tergugat

do
gu

sebelumnya telah sepakat dengan point-point pada Perjanjian Kerja a quo dan
dituangkan dalam suatu perjanjian kerja yang dibuat oleh Termohon
Kasasi/Tergugat, belum ditandatanganinya Perjanjian Kerja yang Termohon
In
A

Kasasi/Tergugat buat sendiri menandakan adanya indikasi dari Termohon


Kasasi/Tergugat mempunyai itikad tidak baik terhadap Pemohon
ah

lik

Kasasi/Penggugat untuk menghindari kewajibannya sebagai pemberi kerja


untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya seperti yang tertuang dalam isi
m

ub

Perjanjian Kerja a quo;


Bahwa dalam pertimbangannya Majelis Hakim Pengadilan Hubungan
ka

Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda selaku Judex Facti menggunakan


ep

dasar hukum Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 12


ah

tahun 2003 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, padahal
R

Peraturan yang dimaksud itu tidak pernah ada, karena dasar hukum yang
es

digunakan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan


M

ng

on

Halaman 16 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Negeri Samarinda selaku Judex Facti telah salah maka sudah seharusnya

si
putusan Judex Facti dibatalkan;
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan

ne
ng
Negeri Samarinda selaku Judex Facti telah salah dalam penerapan hukum
dimana dalam pertimbangannya Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri Samarinda selaku Judex Facti yang telah menyebutkan

do
gu bahwa pada saat dibuatnya Perjanjian Kerja ternyata pihak penerima kerja yang
merupakan warga negara Korea Selatan dikategorikan sebagai Tenaga Kerja

In
A
Asing sehingga kepada dirinya sebelum menandatangani perjanjian kerja wajib
dimohonkan oleh Pemberi Kerja suatu syarat yaitu, Izin Mempekerjakan Tenaga
ah

lik
Kerja Asing (IMTA) sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 12 tahun 2003 tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing sehingga secara objektif Perjanjian Kerja yang
am

ub
dibuat oleh Tergugat dan telah ditandatangani oleh Penggugat pada tanggal 9
Februari 2015 adalah tidak memenuhi kriteria “suatu sebab yang terlarang”
ep
sebagaimana yang dimaksudkan di dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang
k

berakibat batal demi hukum suatu perjanjian, jelas salah dan mengada-ada,
ah

karena jelas jelas dalam Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
R

si
Transmigrasi Nomor 12 tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga
Kerja Asing menyebutkan bahwa salah satu persyaratan permohonan IMTA

ne
ng

adalah copy draft perjanjian kerja, dengan telah dikeluarkannya IMTA atas
nama Pemohon Kasasi/Penggugat oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

do
gu

RI maka syarat pengajuan IMTA telah dipenuhi oleh Termohon Kasasi/Tergugat


yang salah satunya adalah copy draft perjanjian kerja, dari hal tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
In
A

telah mengeluarkan IMTA telah mengakui Perjanjian Kerja yang dilampirkan


untuk permohonan IMTA adalah sah dan telah memenuhi kriteria “suatu sebab
ah

lik

yang halal” yang merupakan syarat subyektif dari suatu perjanjian sesuai Pasal
1320 KUHPerdata dikarenakan Perjanjian Kerja tersebut bukanlah obyek yang
m

ub

terlarang dan tidak melanggar undang-undang yang berlaku;


Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah
ka

Agung berpendapat:
ep

bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah


ah

meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 18 Januari 2016 dan kontra
R

memori kasasi tanggal 30 November 2015 dihubungkan dengan pertimbangan


es

Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
M

ng

on

Halaman 17 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Negeri Samarinda tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan

si
sebagai berikut:
- Bahwa perjanjian kerja yang dibuat antara Penggugat dan Tergugat

ne
ng
batal demi hukum karena perjanjian dibuat pada tanggal 9 Februari
2015, dan IMTA baru diterbitkan pada tanggal 12 Maret 2015, lagi
pula perjanjian itu baru ditanda tangai oleh Penggugat;

do
gu Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata
bahwa Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

In
A
Samarinda dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang, sehingga permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
ah

lik
Kasasi: KIM SE JONG tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena nilai gugatan dalam perkara ini
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) ke atas, sebagaimana
am

ub
ditentukan dalam Pasal 58 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004, maka biaya
perkara dalam tingkat kasasi ini dibebankan kepada Pemohon
ep
Kasasi/Penggugat;
k

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


ah

Ketenagakerjaan, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian


R

si
Perselisihan Hubungan Industrial, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

ne
ng

Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang


Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3

do
gu

Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;


M E N G A D I L I:
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi KIM SE JONG
In
A

tersebut;
Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya
ah

lik

perkara dalam tingkat kasasi ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah)
m

ub

Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada


Mahkamah Agung pada hari Selasa tanggal 8 November 2016 oleh Dr. Irfan
ka

Fachruddin, S.H., C.N., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
ep

Agung sebagai Ketua Majelis, H. Dwi Tjahyo Soewarsono, S.H., M.H., dan
ah

Dr. Fauzan, S.H.,M.H., Hakim-Hakim Ad Hoc PHI, masing-masing sebagai


R

Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada
es

hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota
M

ng

on

Halaman 18 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tersebut dan oleh Ninil Eva Yustina, S.H., M.Hum., Panitera Pengganti tanpa

si
dihadiri oleh para Pihak.
Hakim - Hakim Anggota, Ketua Majelis,

ne
ng
ttd./ ttd./
H. Dwi Tjahyo Soewarsono, S.H., M.H. Dr. Irfan Fachruddin, S.H., C.N.,
ttd./

do
gu Dr. Fauzan, S.H.,M.H.,
Panitera Pengganti,

In
A
ttd./
Ninil Eva Yustina, S.H., M.Hum.,
ah

lik
Biaya-biaya:
1. M e t e r a i…………….. Rp 6.000,00
2. R e d a k s i…………….. Rp 5.000,00
3. Administrasi kasasi……….. Rp489.000,00
am

ub
Jumlah …………………. Rp500.000,00
ep
k
ah

Untuk Salinan
R
Mahkamah Agung RI

si
a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata Khusus

ne
ng

do
gu

Rahmi Mulyati, S.H.,M.H.,


NIP: 19591207 1985 12 200
In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Halaman 19 dari 19 hal.Put.Nomor 774 K/Pdt.Sus-PHI/2016


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Anda mungkin juga menyukai