Modul Prak Farmakologi 2021
Modul Prak Farmakologi 2021
FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH:
PRODI S1 FARMASI
STIKES SAMARINDA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Penuntun ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami materi dan
melaksanakan praktikum dengan sebaik-baiknya. Materi dalam penuntun secara umum
meliputi:
NO MATERI
2 Rute Pemberian
3 Analgetik
4 Diuretik
5 Trombosit darah
6 Toksisitas Akut
Tersusunnya buku petunjuk praktikum ini berkat kerja sama yang baik dosen/staf
pembimbing praktikum dan karyawan/laboran Laboratorium Terpadu III-Farmakologi Stikes
Samarinda. Semoga jerih payah ini bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan para
mahasiswa dalam menekuni ilmu farmasi pada umumnya dan farmakologi pada khususnya.
Guna penyempurnaan buku ini pada edisi-edisi berikutnya, saran dan kritik dari para
mahasiswa dan pembaca sungguh diharapkan. Dan akhirnya, dengan segala kekurangannya,
semoga buku ini bermanfaat, Amin.
.
i
FORMAT LAPORAN
2. Batas kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm, dan bawah 3 cm.
Halaman judul
I. Tujuan percobaan
C. Gambar alat
D. Prosedur percobaan
V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
ii
Contoh Halaman Cover (khusus halaman cover diketik)
JUDUL LAPORAN
LOGO STIKSAM
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PRODI S1 FARMASI
STIKES SAMARINDA
2021
iii
Petunjuk Kerja Laboratorium Farmakologi (Offline)
1. Diperlukan kerja yang serius dan mengetahui tentang Farmakologi Dasar. Sebelum mulai
a. Kebersihan
Selama bekerja, laboratorium selalu dijaga kebersihannya dan pakailah jas praktikum
Setelah selesai melakukan percobaan, bersihkan dan keringkan alat-alat. cuci wadah
binatang dan kembalikan ke tempat semula, kertas-kertas atau benda-benda lain yang tidak
keadaan bersih, rapi seperti pada waktu Anda memasukinya. Dalam beberapa hal mungkin
perlu pembersihan dengan desinfektan. Sampah biologis seperti sisa jaringan, sampel
darah, atau hewan mati, perlu dibungkus plastik untuk selanjutnya diinsinerasi (diabukan).
b. Ketepatan
Ketepatan dalam mengukur volume larutan, suspensi atau sediaan obat lain yang
akan diberikan.
c. Pengamatan
Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan dilakukan secara layak,
iv
4. Praktikan harus datang 30 MENIT sebelum praktikum dimulai. Bagi yang berhalangan
hadir, wajib memberikan keterangan yang jelas dan bertanggung jawab beberapa waktu
sebelumnya.
6. Tidak diadakan praktikum ulang (inhal). Tiga kali tidak mengikuti praktikum, dinyatakan
jawab atas peralatan yang dipakai, dan percobaan yang dilakukan. Dalam semua
percobaan, perlu ada pembagian tugas dalam suatu kelompok. Misalnya, sebagian
menyiapkan alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis yang digunakan dan menetapkan
kadar obat dalam sampel biologis. Sebagian lain, menyiapkan binatang percobaan dan
memberikan obat pada binatang percobaan tersebut, sisanya melakukan pengamatan dan
10. Untuk beberapa percobaan, hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya
13. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang. Hal ini akan membantu praktikan
dalam melakukan percobaan dan mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki yang
v
Cara Bekerja Dengan Binatang Percobaan
1. Setiap orang, baik praktikan maupun periset, yang bekerja di laboratorium dengan
Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan pembuluh darah dapat
terganggu.
Peganglah binatang ini pada ekornya, tetapi hati-hati jangan sampai binatang tersebut
membalikkan tubuhnya dan menggigit Anda. Karena itu, selain ekornya, peganglah juga
bagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.
Catatan:
Adakalanya diperlukan kaos tangan dari kulit atau karet yang cukup tebal untuk
melindungi tanagn dari gigitan binatang. Akan tetapi, bagi yang sudah terbiasa lebih baik
tanpa kaos tangan sebab kontak langsung dengan binatang akan memudahkan
binatang percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian, jika binatang tersebut telah
digunakan dalam suatu periode percobaan dan obat yang digunakan pada percobaan
vi
berikutnya akan memberikan data yang tidak benar. Hal ini terutama terdapat pada kasus
pemberian inductor dan inhibitor enzim. Dengan dasar ini, maka binatang tersebut baru
boleh digunakan lagi untuk percobaan berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari.
vii
KRITERIA PENILAIAN
viii
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
BAB I
ORIENTASI DAN PENGENALAN
Tujuan
Mengetahui pengelolaan hewan uji (karakteristik, memegang, pemeliharaan, pakan,
dan kenyamanan hewan uji)
Pada bab pertama ini akan diuraikan dengan singkat karakteristik beberapa
hewan uji dan penanganannya. Pengetahuan tentang karakteristik hewan uji menjadi
sangat penting untuk diketahui oleh para peneliti atau praktikan, karena sering kali
karakteristik hewan uji menjadi dasar dalam pemilihan hewan. Beberapa kesalahan
peneliti juga dapat terjadi karena ketidaktahuan tentang karakteristik hewan yang akan
mereka gunakan.
A. Hewan Uji
Definisi: Hewan yang digunakan untuk menguji suatu sediaan, antara lain:
Mencit, Tikus, Kelinci, Marmot
Cara bekerja dengan hewan percobaan:
1. Praktikan hendaklah memahami cara memelihara dan menggunakan hewan
uji
2. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang dan jangan disakiti
3. Cara memperlakukan binatang:
a. Kelinci dan Marmot
Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan
pembuluh darah dapat terganggu.
b. Tikus dan Mencit
Peganglah pada ekornya, serta pegang juga bagian leher belakang dekat
kepala dengan ibu jari dan telunjuk.
4. Menggunakan kembali binatang yang telah dipakai
Untuk hemat biaya boleh memakai hewan percobaan lebih dari satu kali
Bila binatang digunakan dalam satu periode dan obat yang digunakan
dalam percobaan sebelumnya masih terdapat ditubuh binatang
sebelumnya maka percobaan dilakukan setelah 14 hari.
1
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Gambar 1. Mencit
Karakteristik
Mudah ditangani
Bersifat penakut, fotofobik
Cenderung berkumpul sesamanya
2
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Gambar 2. Tikus
Karakteristik
Relatif lebih resisten terhadap infeksi
Sangat cerdas
Umumnya tenang dan mudah ditangani
Tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderung
berkumpul sesamanya juga tidak begitu besar
Aktivitas tidak begitu terganggu dengan adanya manusia di sekitarnya
Bila diperlakukan kasar akan mengalami defisiensi nutrisi dan akan menjadi
galak dan menyerang si pemegang
Cara Memperlakukannya :
Tikus dapat diperlakukan sama dengan mencit
Sebaiknya dipegang pada bagian pangkal ekor
3
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
4
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
akan memberikan data yang tidak tepat, pengaruh obat pada percobaan sebelumnya
dapat membiaskan efek dari obat yang akan diujikan kemudian, apalagi jika terjadi
interaksi antar obat. Hal ini terutama pada kasus pemberikan induktor atau inhibitor
enzim . Dengan kata lain HEWAN TERSEBUT BARU BOLEH DIGUNAKAN LAGI
UNTUK PERCOBAAN BERIKUTNYA SETELAH SELANG WAKTU TERTENTU,
BIASANYA MINIMAL 14 HARI. Periode jeda waktu ini disebut Washing Time /
Washing Periode.
5
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
yang mati dibungkus dengan kantong plastik dan dibungkus dengan kertas,
letakkan pada tas plastik, tutup dan simpan dalam almari pendingin atau
langsung diabukan.
6
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
BAB II
RUTE PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT
Tujuan
Mengetahui pengaruh rute pemberian pada absorbsi obat, konversi dosis, dan
perhitungan dosis
A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Untuk mencapai efek farmakologis seperti yang dinginkan, obat dapat
diberikan dengan berbagai cara. Diantaranya melalui oral, sub kutan, intra muscular,
intra peritoneal, rectal dan intra vena. Masing-masing cara pemberian ini mempunyai
keuntungan dan manfaat tertentu.
Suatu senyawa atau obat mungkin efektif jika diberikan melalui salah satu rute
pemberian, akan tetapi dapat pula tidak atau kurang efektif jika diberikan melalui rute
yang lain. Perbedaan ini salah satunya dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
hal kecepatan absorbsi dari berbagai rute pemberian tersebut, yang selanjutnya akan
berpengaruh pada efek atau aktivitas farmakologinya.
Alat Suntik
1. Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan ps kelinci, marmut
dan anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih pada tikus dan
mencit.
2. Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum tersebut, semprotkan cairan ke
dalam gelas beker dan jarum suntik dipegang erat-erat lakukan 3 kali.
Dosis dan Rute Pemberian
a. Pemberian per-oral
1. Bentuk suspensi, larutan atau emulsi
2. Dengan jarum suntik yg ujungnya tumpul (bentuk bola/kanulla)
3. Kanulla dimasukan dengan perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi langit-
langit ke belakang sampai esopagus
b. Pemberian secara ip (intraperitoneal)
1. Peganglah tikus/mencit pada ekornya dengan tangan kanan
2. Biarkan mereka mencekram anyaman kawat dg kaki depannya
3. Dengan tangan kiri tengkuk tikus berada diantara jari telunjuk dan jari tengah
7
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
4. Pindahkan ekor tikus dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri sehingga
kulit abdomennya menjadi tegang
5. Pada saat penyuntikan posisi kepala mencit lbh rendah dr abdomennya
6. Jarum disuntikan membentuk 24 derajat denga abdomen. Agak menepi dr garis
tengah utk menghindari dgn kandung kencing. Jangan terlalu tinggi agar tidak
kena hati
7. Volume untuk mencit umumnya 1 ml/100 g BB dan untuk tikus adalah 0,2-,03
ml/100 g BB. Kepekatan untuk larutan obat yang disuntikan, disesuaikan
dengan volume yang dapat disuntikan tersebut.
Tabel 2. Volume maksimum larutan yang bisa diberikan pada hewan percobaan
Volume maximum pemberian
Binatang
iv Im ip Sc Po
Mencit (20-30g) 0.5 0.05 1 0.5-1.0 1
Tikus (100g) 1 0.1 2.0-5.0 2.0-5.0 5
Kelinci (2,5 kg) 5.0-10 0.5 10.0-20.0 5.0-10.0 20
Volume cairan yang diberikan pada hewan uji = ½ vol. maksimum
Konversi Dosis
Dosis yang diujikan pada manusia tentu berbeda dengan hewan uji. banyak versi atau
cara yang dapat digunakan dalam penentuan konversi dosis dari manusia ke hewan dan
sebaliknya dari hewan ke manusia, namun yang paling banyak digunakan dan praktis
adalah dengan perbandingan luas permukaan tubuh.
Tabel 3. Perbandingan luas permukaan hewan percobaan-untuk konversi dosis
Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera Anjing Mns 70
20 g 200g 400g 1.5 kg 4 kg 12 kg kg
8
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Contoh Pengerjaan :
Bila diinginkan dosis absolute pd manusia 70 kg dr dosis 10mg/kg pada anjing maka
dihitung dulu dosis absolute pada anjing
12 kgx 10mg/kg = 120 mg.
Faktor konversi pd tabel sebesar 3,1, maka diperoleh dosis utk manusia 70 kg adalah
120 mg x 3,1 = 372 mg
Jadi dapat diramalkan efek farmakologi yg timbul pd manusia 372mg/70 kg adalah
sama dgn yg timbul pd anjing dengan dosis 10mg/kg BB dari suatu obat yg sama
b. Tujuan
Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan rute pemberian obat terhadap
kecepatan absorbsinya dengan mengunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.
B. Penyajian
a. Bahan
C. Cara Kerja
1. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
2. Masing-masing kelompok mendapat 5 mencit
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam beberapa kelompok, 1 mencit untuk
kontrol, 1 mencit perlakuan per-oral (PO), 1 mencit intra peritoneal (IP), 1 mencit
intra muscular (lM)
4. Kelompok kontrol negatif mendapat larutan aqua pro injeksi 0,2 ml per 20 gram
BB
9
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
e. Pengumpulan Data
Setelah hewan uji mendapat perlakuan, amati dengan cermat dan catat waktu
hilangnya reflek balik badan ditandai dengan hilangnya kemampuan hewan uji
diamati). Hitung onset dan durasi waktu tidur Alprazolam dari masing-masing
kelompok percobaan.
10
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Buat pembahasan :
1. Perbedaan onset menurut rute pemberian
2. Perbedaan durasi menurut rute pemberian
3. Manakah urutan rute pemberian dari tercepat ke paling lambat
memberikan efek?
11
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
BAB III
EFEK ANALGETIKA
Tujuan
Mengetahui jumlah geliat dan perhitungan persen analgetika
A. Pendahuluan
a. Deskripsi singkat
Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetika
dibagi dalam dua golongan yaitu analgetik non narkotik (asetosal, parasetamol)
dan analgetik narkotik (morfin).
Analgetika yang diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang
dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis. Rasa nyeri
tersebut terjadi akaibat terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya bradikinin,
prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri
di ujung syaraf prifer ataupun di tempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya
rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh syaraf sensoris
melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.
Analgetik-
Narkotik/opioid Antipiretik
analgesik
Analgetika
AINS
Non Narkotik
12
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
1. Struktur Bidang datar, yang mengikat cincin aromatic obat melalui ikatan van der
waals.
2. Tempat anionik, yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.
3. Lubang dengan orientasi yang sesuai untuk menampung bagian –CH2-CH2- dari
proyeksi cincin piperidin, yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin
aromatik dan pusat dasar.
Analgetika Non Narkotika digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan
sampai moderat, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan
dan sebagai anti radang untuk pengobatan rematik. Analgetika non Narkotika
bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat.
Mekanisme kerja dari golongan ini terbagi atas :
1. Analgesik; Menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis
biosintesis prostaglandin, misalnya : enzim siklooksigenase (COX), sehingga
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit.
2. Antipiretik; Bekerja dengan meningkatkan eliminasi panas, dengan suhu badan
tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh dara perifer dan mobilisasi air
sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.
3. Antiradang; Menimbulkan efek anti radang melalui beberapa kemungkinan,
antara lain adalah menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin dengan
cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan
gejala keradangan.
13
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
B. Penyajian
a. Bahan
Larutan Tragakan 0,5% dalam air, suspensi asam mefenamat dalam tragakan
0,5%, suspensi parasetamol 0,5% dalam tragakan, suspensi Piroxicam dalam
tragakan 0,5%, larutan steril asam asetat 1% v/v
b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung
tangan, Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit
d. Cara Kerja
i. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
ii. Masing-masing kelompok mendapat 4 mencit
iii. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 4 kelompok
iv. Kelompok kontrol diberi larutan tragakan 0,5% melalui oral dengan
volume 0,2 ml/ 20 gram BB
v. Kelompok asam mefenamat diberi suspensi asam mefenamat 150
mg/kg BB dalam tragakan 0,5% melalui oral
vi. Kelompok parasetamol diberi suspensi parasetamol 150 mg/kg BB
dalam tragakan 0,5% melalui oral
vii. Kelompok Piroxicam diberi suspensi Piroxicam 150 mg/kg BB dalam
tragakan 0,5% melalui oral
viii. 30 menit kemudian seluruh kelompok hewan yang telah mendapat
perlakuan disuntik dengan larutan steril asam asetat 0,5% v/v secara
intra peritoneal dengan dosis 75 mg/kg BB
ix. Beberapa menit kemudian mencit akan mengeliat, dihitung 1 (satu)
geliat apabila mencit menempelkan perutnya ke lantai dan kaki ditarik
ke belakang
x. Tulis hasil pengamatan pada kolom berikut :
14
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
II KONTROL 5
II Asmef 150 6
II Parasetamol 7
150
II Piroxicam 8
150
III KONTROL 9
III Asmef 150 10
III Parasetamol 11
150
III Piroxicam 12
150
IV KONTROL 13
IV Asmef 150 14
IV Parasetamol 15
150
IV Piroxicam 16
150
15
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
e. Pengumpulan Data
Setelah hewan uji mendapat perlakuan, amati dengan cermat dan catat jumlah
kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit dengan total waktu
selama 60 menit (12 kali pencatatan).
Buat pembahasan :
Hitung rata-rata persen daya analgetik masing-masing kelompok obat dengan
rumus berikut :
% daya analgetik = 100 – (P/K x 100)
16
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
BAB IV
EFEK DIURETIKA
Tujuan
Mengetahui pengaruh pemberian terhaadap aktivitas Diuretika
A. Pendahuluan
a. Deskripsi singkat
Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskresi urin,
dengan demikian dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun di jaringan,
misalnya pada udem, dan dengan demikian akan memulihkan keseimbangan elektroli
dan beebrapa metabolit, jika ginjal sendiri tidak sanggunp memelihara homeostatis.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat
terlarut dalam air.
Selain itu beberapa diuretik, misalnya HCT sifat diuretiknya dapat digunakan
pada pasien, guna menormalkan tekanan darah. Diuretik umumnya dikelompokkan
dalam 3 golongan besar, yaitu diuretik pengasam, diuretik osmotik, dan diuretik renal.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
menjadi normal. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli
inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam
dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong
(kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan
kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti
glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah
melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah”
perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.
17
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus
coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir
disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid).
2. Loop diuretik (furosemid, asam etakrinat, torsemid, bumetanid)
3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
5. Osmotik (manitol, urea)
b. Tujuan
Memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok diuretic, sehingga dapat
memperoleh gambaran cara evaluasi efek diuretik.
B. Penyajian
a. Bahan
Furosemida, Herba A, B dan C, Larutan NaCl 0,9%, Alkohol 70%
b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung tangan,
Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit
C. Cara Kerja
1. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
2. Masing-masing kelompok mendapat 5 mencit
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 3 kelompok, 1 mencit untuk kontrol
normal, 1 mencit perlakuan dengan furosemide, dan 3 mencit perlakuan dengan
Herba A, B dan C
4. Kelompok kontrol normal mendapat larutan NaCl 0,9% 0,2 ml per 20 gram BB
18
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
II Kontrol Normal 6
II Furosemid 7
II Herbal B dosis 1 8
II Herbal B dosis 2 9
II Herbal B dosis 3 10
e. Pengumpulan Data
1. Hitung untuk masing-masing mencit persentase volume kumulatif urin yang
diekresikan sebagai :
Volume urin yang diekresikan dalam ml/jam X 100%
Volume air yang diberikan / dibebankan peroral
Gunakan kriterium efek positif jika persentase melebihi 75% dari volume air yang
digunakan
19
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
2. Bandingkan onset dan jumlah urin antara furosemid dan herba A, B, dan C
3. Buatlah pembahasannya!
20
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
BAB V
PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT
A. Tujuan
Mengetahui jumlah trombosit per mm3 darah.
B. Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker dengan pengenceran 100x
kemudian dihitung di bawah mikroskop dengan bantuan bilik hitung Improved
Neubaeur 25 kotak, jumlah sel trombosit dihitung menggunakan faktor
perhitungan yang ada dan dinyatakan dalam satuan per mm3 darah.
D. Reagen
- Larutan Rees Ecker = Na Sitrat 3,8 gram; larutan formaldehida 40% 2 ml;
Briliant Cresyl Blue 30 mg
- EDTA
E. Cara Kerja
a. Metode Tabung
- Pipet 1.990 µl larutan Res Ecker ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan darah EDTA/Kapiler sebanyak 10 µl dan homogenkan
- Diamkan ± 3 menit agar sel Trombosit terwarnai
21
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
22
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
BAB VI
TOKSISITAS AKUT
Tujuan
Mengetahui pelaksanaan uji toksisitas akut untuk pengujian suatu obat, mencari Nilai
LD50.
A. Pendahuluan
Pada umumnya segala metode uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua golongan.
Golongan pertama terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi
keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan eksperimental, atau disebut juga
dengan tipe toksisitas non spesifik. Golongan yang kedua adalah terdiri dari uji
toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi dengan rinci tipe toksisitas spesifik.
Uji toksisitas akut adalah termasuk salah satu uji toksikologi non spesifik (Loomis,
1978).
Uji ketoksikan akut merupakan bagian dari uji ketoksikan tak khas yang dirancang
untuk mengevaluasi keseluruhan spektrum efek toksik suatu senyawa pada aneka
ragam hewan uji. Uji ketoksikan akut, yaitu: derajad efek toksik suatu senyawa yang
terjadi dalam waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal, oleh karena itu
pada uji ketoksikan akut pengamatan dilakukan selama 24 jam (Lu, 1995).
Uji toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu senyawa kepada hewan uji pada
satu saat. Maksud uji tersebut adalah untuk menentukan suatu gejala sebagai akibat
pemberian suatu senyawa dan untuk menentukan peringkat letalitas senyawa itu.
Prosedur awalnya adalah untuk mendapatkan satu seri kisaran dosis dari suatu senyawa
pada suatu spesies tunggal. Untuk keperluan ini dituntut adanya pemilihan jalur
pemberian, penyiapan senyawa dalam suatu bentuk sediaan yang sesuai yang diberikan
melalui jalur yang telah dipilih, dan pemilihan spesies uji yang cocok (Loomis, 1978).
23
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Apabila hewan itu masih tampak sehat pada akhir masa 24 jam tersebut, maka
yang diberikan kemungkinan besar memiliki potensi untuk berakumulasi bila dosis
Pada dasarnya, segala uji toksisitas akut awal dilakukan pada tikus atau mencit
karena ekonomis, mudah didapat dan kenyataan bahwa pada spesies ini tersedia data
toksikologi acuan yang melimpah untuk sebagian besar senyawa. Data yang
dikumpulkan dalam uji ketoksikan akut berupa tolak ukur ketoksikan kuantitatif
(kisaran dosis letal) dan tolak ukur ketoksikan kualitatif (gejala klinis, wujud, dan
mekanisme efek toksik). Tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk
menyatakan kisaran dosis letal, yaitu: dosis letal tengah (LD50) yang menyatakan dosis
tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan 50% hewan uji (Lu, 1995).
Metode perhitungan harga LD50 yang dapat digunakan adalah metode kertas grafik
probit logaritmik Miller & Tainner, metode rata – rata bergerak Thomson – Weil
(berdasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang menunjukkan
respon), serta metode dari Farmakope Indonesia. Uji ketoksikan akut merupakan
bagian uji toksikologi yang pada akhirnya bermanfaat untuk mengetahui potensi
ketoksikan suatu obat, sehingga dapat digunakan untuk merancang uji ketoksikan
subkronis/kronis, dan digunakan untuk menentukan dosis awal atau dosis terapi
Nilai LD50 memiliki kegunaan untuk mengklasifikasikan zat kimia sesuai dengan
toksisitas relatifnya. Adapun klasifikasi yang lazim dapat dinyatakan sebagai berikut :
24
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Kategori LD50
B. Penyajian
a. Bahan
Obat dosis tinggi, Eter, Larutan NaCl 0,9%, Alkohol 70%.
b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung tangan,
Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit
C. Cara Kerja
i. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
ii. Masing-masing kelompok mendapat 2 mencit
iii. Satu hari sebelum praktikum, praktikan memejankan sediaan uji secara peroral
dosis 15 mg/ ml
iv. Tiap mencit dikorbankan
v. Pengamatan gejala-gejala klinik/ toksik
vi. Hitung LD50
vii. Pengamatan histopatologi organ
25
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
D. Pengumpulan Data
1. Amati gejala-gejala klinik (Tremor, midriasis, miosis, salivasi,dll)
2. Catat jumlah kematian tiap-tiap kelompok (jika ada) untuk dihitung
LD50 nya
3. Buatlah pembahasannya!
4. Lakukan pengukuran berat organ (jantung, paru, hati ginjal) jika perlu
untuk mengetahui kerusakan organ yang diberikan setelah pemejanan
melalui histopatologi organ
26
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
27
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
Mycek MJ., Harvey RA., Champe PC., Fisher BD., 2001, Farmakologi: Ulasan
Bergambar, (diterjemahkan oleh: Prof.dr.H. Azwar Agoes), Widya Medika, hal
259-263.
Neal, M.J., 2001, Medical Pharmacology of A Glance, 5th edition, Blackwell
Publishing Ltd.
Roep BO, 2007, Diabetes: Missing links, J.Nature, 450 : 799-800.
Suwiti, N.K. 2010. Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca Pemberian
Daun Mengkudu (Morinda citrofilia Linn). Buletin Veteriner Udayana Vol 2.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Tan, H.T., Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi V. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo Gramedia.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia
Yoon JW, 2001, Autoimmune destruction of pancreatic beta cell, Annals New York
Academy Of Sciences., 200-211.
28
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)
NO MATERI
1 Pengarahan
2 Orientasi & pengenalan
3 Rute Pemberian
4 Analgetik
5 Diuretik
6 Trombosit darah
7 Toksisitas Akut
8 Ujian
29