Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH:

Apt. EKA SISWANTO SYAMSUL, M.Sc

Apt. TRISWANTO SENTAT, M.Farm.Klin.

PRODI S1 FARMASI

STIKES SAMARINDA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Penuntun ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami materi dan
melaksanakan praktikum dengan sebaik-baiknya. Materi dalam penuntun secara umum
meliputi:

NO MATERI

1 Orientasi & pengenalan

2 Rute Pemberian

3 Analgetik

4 Diuretik

5 Trombosit darah

6 Toksisitas Akut

Tersusunnya buku petunjuk praktikum ini berkat kerja sama yang baik dosen/staf
pembimbing praktikum dan karyawan/laboran Laboratorium Terpadu III-Farmakologi Stikes
Samarinda. Semoga jerih payah ini bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan para
mahasiswa dalam menekuni ilmu farmasi pada umumnya dan farmakologi pada khususnya.
Guna penyempurnaan buku ini pada edisi-edisi berikutnya, saran dan kritik dari para
mahasiswa dan pembaca sungguh diharapkan. Dan akhirnya, dengan segala kekurangannya,
semoga buku ini bermanfaat, Amin.
.

Samarinda, Maret 2021


Tim Dosen Prak. Farmakologi

i
FORMAT LAPORAN

1. Menggunakan kertas ukuran A4.

2. Batas kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm, dan bawah 3 cm.

3. Laporan di buat KELOMPOK dan di KETIK.

4. Tiap kelompok membuat hanya 1 laporan.

5. Laporan wajib di JILID.

6. Susunan laporan meliputi:

Halaman judul

I. Tujuan percobaan

II. Dasar Teori (minimal 4 halaman)

III. Metodologi percobaan

A. Alat yang digunakan

B. Bahan-bahan yang digunakan

C. Gambar alat

D. Prosedur percobaan

IV. Hasil percobaan

V. Pembahasan

VI. Kesimpulan

VII. Daftar Pustaka

ii
Contoh Halaman Cover (khusus halaman cover diketik)

JUDUL LAPORAN

LOGO STIKSAM

Disusun Oleh Kelompok:

Nama dan NIM : Utama Farma (......12.08) AKTIF


Nama dan NIM : Bujur Banar (......12.09) TIDAK AKTIF
Hari/ Tgl praktikum :
Dosen Pembimbing :

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PRODI S1 FARMASI
STIKES SAMARINDA
2021

iii
Petunjuk Kerja Laboratorium Farmakologi (Offline)

1. Diperlukan kerja yang serius dan mengetahui tentang Farmakologi Dasar. Sebelum mulai

bekerja perlu mempelajari serta memahami petunjuk dan prosedur percobaan.

2. Memperhatikan protokol kesehatan (memakai masker dan membawa Hand sanitizer)

3. Tiga hal yang perlu diperhatikan selama bekerja di laboratorium farmakologi.

a. Kebersihan

Selama bekerja, laboratorium selalu dijaga kebersihannya dan pakailah jas praktikum

yang bersih. Demikian pula alat-alat yang dipakai untuk praktikum.

Setelah selesai melakukan percobaan, bersihkan dan keringkan alat-alat. cuci wadah

binatang dan kembalikan ke tempat semula, kertas-kertas atau benda-benda lain yang tidak

berguna dimasukkan ke dalam keranjang sampah dan tinggalkan laboratorium dalam

keadaan bersih, rapi seperti pada waktu Anda memasukinya. Dalam beberapa hal mungkin

perlu pembersihan dengan desinfektan. Sampah biologis seperti sisa jaringan, sampel

darah, atau hewan mati, perlu dibungkus plastik untuk selanjutnya diinsinerasi (diabukan).

b. Ketepatan

Ketepatan yang harus diperhatikan:

 Ketepatan dalam menimbang.

 Ketepatan dalam mengukur volume larutan, suspensi atau sediaan obat lain yang

akan diberikan.

 Ketepatan dalam menentukan dosis yang akan diberikan.

 Ketepatan cara pemberian.

c. Pengamatan

Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan dilakukan secara layak,

teliti, dan setiap perubahan yang terjadi harus segera dicatat.

iv
4. Praktikan harus datang 30 MENIT sebelum praktikum dimulai. Bagi yang berhalangan

hadir, wajib memberikan keterangan yang jelas dan bertanggung jawab beberapa waktu

sebelumnya.

5. Setiap kali praktikum, akan diadakan tes untuk masing-masing percobaan.

6. Tidak diadakan praktikum ulang (inhal). Tiga kali tidak mengikuti praktikum, dinyatakan

gugur dan dipersilahkan mengikuti praktikum tahun berikutnya.

7. Praktikan tidak boleh meninggalkan laboratorium selama praktikum berlangsung, kecuali

dengan izin khusus dari pembimbing praktikum.

8. Para praktikan akan dibagi menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok bertannggung

jawab atas peralatan yang dipakai, dan percobaan yang dilakukan. Dalam semua

percobaan, perlu ada pembagian tugas dalam suatu kelompok. Misalnya, sebagian

menyiapkan alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis yang digunakan dan menetapkan

kadar obat dalam sampel biologis. Sebagian lain, menyiapkan binatang percobaan dan

memberikan obat pada binatang percobaan tersebut, sisanya melakukan pengamatan dan

mencatat hasil pengamatan.

9. Laporan praktikum harus diserahkan sebelum melakukan percobaan berikutnya.

10. Untuk beberapa percobaan, hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya

memerlukan hasil-hasil dari kelompok lain untuk dihitung secara statistik.

11. Setiap kerusakan atau gangguan harus segera dilaporkan secepatnya.

12. Sebelum mulai percobaan, alat-alat yang diperlukan dicek.

13. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang. Hal ini akan membantu praktikan

dalam melakukan percobaan dan mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki yang

disebabkan karena takut dan sebagainya. Binatang jangan disakiti.

14. Hewan uji dipelihara oleh masing-masing kelompok.

v
Cara Bekerja Dengan Binatang Percobaan

1. Setiap orang, baik praktikan maupun periset, yang bekerja di laboratorium dengan

menggunakan binatang percobaan sebaiknya membaca:

a) Petunjuk memelihara dan menggunakan binatang percobaan.

b) Dasar-dasar pemeliharaan binatang percobaan.

2. Perlakukanlah binatang percobaan dengan kasih saying dan jangan disakiti.

3. Cara memperlakukan binatang:

a) Kelinci dan marmot

Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan pembuluh darah dapat

terganggu.

b) Tikus dan mencit

Peganglah binatang ini pada ekornya, tetapi hati-hati jangan sampai binatang tersebut

membalikkan tubuhnya dan menggigit Anda. Karena itu, selain ekornya, peganglah juga

bagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.

Catatan:

Adakalanya diperlukan kaos tangan dari kulit atau karet yang cukup tebal untuk

melindungi tanagn dari gigitan binatang. Akan tetapi, bagi yang sudah terbiasa lebih baik

tanpa kaos tangan sebab kontak langsung dengan binatang akan memudahkan

mengontrol gerakan binatang.

4. Menggunakan kembali binatang yang telah dipakai.

Untuk menghemat biaya, bila memungkinkan dan diperbolehkan, gunakan suatu

binatang percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian, jika binatang tersebut telah

digunakan dalam suatu periode percobaan dan obat yang digunakan pada percobaan

sebelumnya masih berada di dalam tubuh binatang, kemungkinan hasil percobaan

vi
berikutnya akan memberikan data yang tidak benar. Hal ini terutama terdapat pada kasus

pemberian inductor dan inhibitor enzim. Dengan dasar ini, maka binatang tersebut baru

boleh digunakan lagi untuk percobaan berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari.

vii
KRITERIA PENILAIAN

PRAKTIKUM (60%) UJIAN TOTAL NILAI


KUIS KEHADIRAN/PRAKTIK LAPORAN AKHIR 60% NILAI PRAKTIKUM +
20% 20% 20% 40% 40% NILAI UJIAN AKHIR

viii
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

BAB I
ORIENTASI DAN PENGENALAN
Tujuan
Mengetahui pengelolaan hewan uji (karakteristik, memegang, pemeliharaan, pakan,
dan kenyamanan hewan uji)
Pada bab pertama ini akan diuraikan dengan singkat karakteristik beberapa
hewan uji dan penanganannya. Pengetahuan tentang karakteristik hewan uji menjadi
sangat penting untuk diketahui oleh para peneliti atau praktikan, karena sering kali
karakteristik hewan uji menjadi dasar dalam pemilihan hewan. Beberapa kesalahan
peneliti juga dapat terjadi karena ketidaktahuan tentang karakteristik hewan yang akan
mereka gunakan.

A. Hewan Uji
 Definisi: Hewan yang digunakan untuk menguji suatu sediaan, antara lain:
Mencit, Tikus, Kelinci, Marmot
 Cara bekerja dengan hewan percobaan:
1. Praktikan hendaklah memahami cara memelihara dan menggunakan hewan
uji
2. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang dan jangan disakiti
3. Cara memperlakukan binatang:
a. Kelinci dan Marmot
Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan
pembuluh darah dapat terganggu.
b. Tikus dan Mencit
Peganglah pada ekornya, serta pegang juga bagian leher belakang dekat
kepala dengan ibu jari dan telunjuk.
4. Menggunakan kembali binatang yang telah dipakai
 Untuk hemat biaya boleh memakai hewan percobaan lebih dari satu kali
 Bila binatang digunakan dalam satu periode dan obat yang digunakan
dalam percobaan sebelumnya masih terdapat ditubuh binatang
sebelumnya maka percobaan dilakukan setelah 14 hari.

1
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

 Pemeliharaan Hewan Uji:


1. Rumah
 Rumah hewan uji harus menggunakan ruangan yang berventilasi
memadai, sehingga selalu terjaga pertukaran aliran udara
 Suhu sesuai dengan kenyamanan dan kesehatan
 Cahaya yg menerangi ruangan harus terjaga intensitasnya
2. Kandang
 Kandang uji harus memadai ukuran dan jenis bahannya
 Sebaiknya terbuat dari plastik yang diberi alas grajen atau kawul
(diganti setiap 3 hari sekali)
3. Pakan
 Disesuaikan dengan ukuran pertumbuhan hewan uji
4. Minuman
 Dapat diberikan minuman setelah direbus dengan volume pemberian
secukupnya sesuai dengan jenis hewan uji.
 Wadah sebaiknya dicuci setiap paling tidak 3 hari sekali
 Luka Gigitan Hewan Uji:
Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang bekerja dengan binatang
percobaan (terutama bila kena luka gigitan agak dalam)
Mencit

Gambar 1. Mencit
Karakteristik
 Mudah ditangani
 Bersifat penakut, fotofobik
 Cenderung berkumpul sesamanya

2
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

 Cenderung untuk bersembunyi


 Lebih aktif pada malam hari
 Kehadiran manusia akan menghambat mencit
Cara Memperlakukannya :
 Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan
kanan
 Biarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya
 Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari
 Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke antara jari manis dan kelingking
tangan kiri sehingga mencit cukup erat dipegang
 Pemberian obat dapat dimulai
Tikus

Gambar 2. Tikus
Karakteristik
 Relatif lebih resisten terhadap infeksi
 Sangat cerdas
 Umumnya tenang dan mudah ditangani
 Tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderung
berkumpul sesamanya juga tidak begitu besar
 Aktivitas tidak begitu terganggu dengan adanya manusia di sekitarnya
 Bila diperlakukan kasar akan mengalami defisiensi nutrisi dan akan menjadi
galak dan menyerang si pemegang
Cara Memperlakukannya :
 Tikus dapat diperlakukan sama dengan mencit
 Sebaiknya dipegang pada bagian pangkal ekor

3
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

 Dapat diangkat dengan memegang perutnya/ diangkat dari kandangnya dengan


memegang tubuh/ ekornya dari belakang
 Letakan diatas permukaan kasar
 Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala dan ibu jari
diselipkan ke depan untuk menjepit kaki kanan dpn tikus antara jari dgn
telunjuk
 Untuk pemberian obat secara ip/im tikus dipegang pada bagian belakang. Hal
ini dilakukan tanpa ragu-ragu
 Tikus tidak pernah mengelak bila dipegang dr atas, tetapi bila terpojok, ia akan
menjadi panik dan mengigit

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Binatang Percobaan


Karakteristik Mencit Tikus

1. Puberitas 35 hari 40-60 hari


2. Masa beranak Sepanjang tahun Sepanjang tahun
3.Hamil 19-20 hari 6-8 minggu
4.Jumlah sekali lahir 4-12 (biasanya 6-8) 6-8
5.Lama hidup 2-3 thn 2-3 tahun
6.Masa laktasi 21 hari 21 hari
7.Frekuensi kelahiran/tahun 4 7
8.Suhu tubuh 37,9-39,2 0 C 37,7-38,8 0 C
9.Kecepatan respirasi 136-216/menit 100-150/menit
10.Tekanan darah 147/106 S/D 130/150 S/D
11.Volum darah 7,5 % BB 7,5 % BB

B. Perlakuan pada Hewan Uji


Penggunaan berulang
Untuk menghemat biaya bila memungkinkan diperbolehkan memakai hewan
coba lebih dari satu kali. Tetapi perlu diingat! tidak boleh langsung menggunakan
hewan uji yang baru saja digunakan dalam percobaan/penelitian tanpa jeda waktu. Jika
hewan tersebut telah digunakan dalam suatu periode dan obat yang digunakan pada
percobaan masih ada dalam tubuh hewan kemungkinan hasil percobaan berikutnya

4
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

akan memberikan data yang tidak tepat, pengaruh obat pada percobaan sebelumnya
dapat membiaskan efek dari obat yang akan diujikan kemudian, apalagi jika terjadi
interaksi antar obat. Hal ini terutama pada kasus pemberikan induktor atau inhibitor
enzim . Dengan kata lain HEWAN TERSEBUT BARU BOLEH DIGUNAKAN LAGI
UNTUK PERCOBAAN BERIKUTNYA SETELAH SELANG WAKTU TERTENTU,
BIASANYA MINIMAL 14 HARI. Periode jeda waktu ini disebut Washing Time /
Washing Periode.

Anastesi dan Pengorbanan Hewan Uji


Senyawa yg dpt digunakan utk anestesi mencit dan tikus adlh
 Eter dan CO2, keduanya digunakan untuk anestesi singkat. Caranya dgn
meletakkan obat pada dasar desikator, kemudian hewan dimasukan dalam
wadah tertutup. Apabila hewan sudah kehilangan kesadaran maka dikeluarkan
dan dapat mulai dibedah. Penambahan eter dapat dilakukan dengan kapas
sebagai masker.
 Halotan
 Pentobarbital natrium (45-60 mg/kg cara ip)
Cara mengorbankan hewan uji
Mencit
 Menggunakan CO2 dalam wadah khusus (terbaik)
 Inj Na pentobarbital 135-180 mg/kg
 Dengan fisik yaitu dislokasi leher. Hewan dipegang pada ekornya kemudian
ditempatkan pada permukaan yang terjangkau, pada tengkuknya ditempetkan
penahan(pensil) yang dipegang dengan satu tangan. Lalu tangan yg lain
menarik ekornya dengan keras sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit
akan mati.
Tikus
 Cara kimia dengan CO2, eter dan pentobarbital dengan dosis yang sesuai
 Cara fisik dengan meletakkan tikus pada sehelai kain, kemudian bungkus kedua
kakinya, bunuh dengan salah satu cara yaitu : pukullah bagian belakang
telinganya dengan tongkat, pegang tikus dengan perut menghadap ke atas
kemudian pukul bagian belakang kepala kepada permukaan yang keras. Hewan

5
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

yang mati dibungkus dengan kantong plastik dan dibungkus dengan kertas,
letakkan pada tas plastik, tutup dan simpan dalam almari pendingin atau
langsung diabukan.

6
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

BAB II
RUTE PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT
Tujuan
Mengetahui pengaruh rute pemberian pada absorbsi obat, konversi dosis, dan
perhitungan dosis
A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Untuk mencapai efek farmakologis seperti yang dinginkan, obat dapat
diberikan dengan berbagai cara. Diantaranya melalui oral, sub kutan, intra muscular,
intra peritoneal, rectal dan intra vena. Masing-masing cara pemberian ini mempunyai
keuntungan dan manfaat tertentu.
Suatu senyawa atau obat mungkin efektif jika diberikan melalui salah satu rute
pemberian, akan tetapi dapat pula tidak atau kurang efektif jika diberikan melalui rute
yang lain. Perbedaan ini salah satunya dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
hal kecepatan absorbsi dari berbagai rute pemberian tersebut, yang selanjutnya akan
berpengaruh pada efek atau aktivitas farmakologinya.
Alat Suntik
1. Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan ps kelinci, marmut
dan anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih pada tikus dan
mencit.
2. Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum tersebut, semprotkan cairan ke
dalam gelas beker dan jarum suntik dipegang erat-erat lakukan 3 kali.
Dosis dan Rute Pemberian
a. Pemberian per-oral
1. Bentuk suspensi, larutan atau emulsi
2. Dengan jarum suntik yg ujungnya tumpul (bentuk bola/kanulla)
3. Kanulla dimasukan dengan perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi langit-
langit ke belakang sampai esopagus
b. Pemberian secara ip (intraperitoneal)
1. Peganglah tikus/mencit pada ekornya dengan tangan kanan
2. Biarkan mereka mencekram anyaman kawat dg kaki depannya
3. Dengan tangan kiri tengkuk tikus berada diantara jari telunjuk dan jari tengah

7
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

4. Pindahkan ekor tikus dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri sehingga
kulit abdomennya menjadi tegang
5. Pada saat penyuntikan posisi kepala mencit lbh rendah dr abdomennya
6. Jarum disuntikan membentuk 24 derajat denga abdomen. Agak menepi dr garis
tengah utk menghindari dgn kandung kencing. Jangan terlalu tinggi agar tidak
kena hati
7. Volume untuk mencit umumnya 1 ml/100 g BB dan untuk tikus adalah 0,2-,03
ml/100 g BB. Kepekatan untuk larutan obat yang disuntikan, disesuaikan
dengan volume yang dapat disuntikan tersebut.
Tabel 2. Volume maksimum larutan yang bisa diberikan pada hewan percobaan
Volume maximum pemberian
Binatang
iv Im ip Sc Po
Mencit (20-30g) 0.5 0.05 1 0.5-1.0 1
Tikus (100g) 1 0.1 2.0-5.0 2.0-5.0 5
Kelinci (2,5 kg) 5.0-10 0.5 10.0-20.0 5.0-10.0 20
Volume cairan yang diberikan pada hewan uji = ½ vol. maksimum

Konversi Dosis

Dosis yang diujikan pada manusia tentu berbeda dengan hewan uji. banyak versi atau
cara yang dapat digunakan dalam penentuan konversi dosis dari manusia ke hewan dan
sebaliknya dari hewan ke manusia, namun yang paling banyak digunakan dan praktis
adalah dengan perbandingan luas permukaan tubuh.
Tabel 3. Perbandingan luas permukaan hewan percobaan-untuk konversi dosis
Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera Anjing Mns 70
20 g 200g 400g 1.5 kg 4 kg 12 kg kg

Mencit 20 g 1 7 12.25 27.8 64.1 124.2 387.9

Tikus 200 g 0.14 1 1.74 3.9 9.2 17.8 56

Marmut 400 g 0.08 0.57 1 2.25 5.2 10.2 31.5

Kelinci 1.5 kg 0.04 0.25 0.44 1 2.4 4.5 14.2

Kera 4 kg 0.016 0.11 0.19 0.42 1 1.9 6.1


Anjing 12 kg 0.008 0.06 0.1 0.22 0.52 1 3.1

Mns 70 kg 0.0026 0.018 0.031 0.07 0.16 0.32 1


(Laurance dan Bacharach,1964)

8
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Contoh Pengerjaan :
Bila diinginkan dosis absolute pd manusia 70 kg dr dosis 10mg/kg pada anjing maka
dihitung dulu dosis absolute pada anjing
12 kgx 10mg/kg = 120 mg.
Faktor konversi pd tabel sebesar 3,1, maka diperoleh dosis utk manusia 70 kg adalah
120 mg x 3,1 = 372 mg
Jadi dapat diramalkan efek farmakologi yg timbul pd manusia 372mg/70 kg adalah
sama dgn yg timbul pd anjing dengan dosis 10mg/kg BB dari suatu obat yg sama
b. Tujuan
Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan rute pemberian obat terhadap
kecepatan absorbsinya dengan mengunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.

B. Penyajian
a. Bahan

Alprazolam 1 mg (Actazolam 0,5mg®), Aqua pro injeksi


b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung tangan,
Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit

C. Cara Kerja
1. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
2. Masing-masing kelompok mendapat 5 mencit
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam beberapa kelompok, 1 mencit untuk
kontrol, 1 mencit perlakuan per-oral (PO), 1 mencit intra peritoneal (IP), 1 mencit
intra muscular (lM)
4. Kelompok kontrol negatif mendapat larutan aqua pro injeksi 0,2 ml per 20 gram
BB

9
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Tulis hasil pengamatan pada kolom berikut :


Kel Rute / Dosis No BB Vol Tidur Bangun Onset Durasi
men (gr) cairan (pukul) (pukul) (jam) (jam)
cit (ml)
I KONTROL PO 1
I PO perlakuan 2
I IP perlakuan 3
I IM perlakuan 4
I SC perlakuan 5
II KONTROL IP 6
II PO perlakuan 7
II IP perlakuan 8
II IM perlakuan 9
II SC perlakuan 10
III KONTROL IM 11
III PO perlakuan 12
III IP perlakuan 13
III IM perlakuan 14
III SC perlakuan 15

e. Pengumpulan Data

Setelah hewan uji mendapat perlakuan, amati dengan cermat dan catat waktu

hilangnya reflek balik badan ditandai dengan hilangnya kemampuan hewan uji

untuk membalikkan badan dari keadaan terlentang (mencit ditelentangkan dan

diamati). Hitung onset dan durasi waktu tidur Alprazolam dari masing-masing

kelompok percobaan.

10
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Buat pembahasan :
1. Perbedaan onset menurut rute pemberian
2. Perbedaan durasi menurut rute pemberian
3. Manakah urutan rute pemberian dari tercepat ke paling lambat
memberikan efek?

11
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

BAB III
EFEK ANALGETIKA
Tujuan
Mengetahui jumlah geliat dan perhitungan persen analgetika

A. Pendahuluan
a. Deskripsi singkat
Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetika
dibagi dalam dua golongan yaitu analgetik non narkotik (asetosal, parasetamol)
dan analgetik narkotik (morfin).
Analgetika yang diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang
dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis. Rasa nyeri
tersebut terjadi akaibat terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya bradikinin,
prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri
di ujung syaraf prifer ataupun di tempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya
rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh syaraf sensoris
melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.

Analgetik-
Narkotik/opioid Antipiretik
analgesik
Analgetika
AINS

Non Narkotik

Mekanisme kerja analgetika narkotika dihasilkan oleh adanya pengikatan obat


dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan
reseptor juga menimbulkan efek euphoria dan rasa mengantuk.
Menurut Beckett dan casy, reseptor turunan morfin mempunyai tiga sisi yang
sangat penting untuk timbulnya aktivitas analgesik, yaitu :

12
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

1. Struktur Bidang datar, yang mengikat cincin aromatic obat melalui ikatan van der
waals.
2. Tempat anionik, yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.
3. Lubang dengan orientasi yang sesuai untuk menampung bagian –CH2-CH2- dari
proyeksi cincin piperidin, yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin
aromatik dan pusat dasar.
Analgetika Non Narkotika digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan
sampai moderat, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan
dan sebagai anti radang untuk pengobatan rematik. Analgetika non Narkotika
bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat.
Mekanisme kerja dari golongan ini terbagi atas :
1. Analgesik; Menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis
biosintesis prostaglandin, misalnya : enzim siklooksigenase (COX), sehingga
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit.
2. Antipiretik; Bekerja dengan meningkatkan eliminasi panas, dengan suhu badan
tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh dara perifer dan mobilisasi air
sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.
3. Antiradang; Menimbulkan efek anti radang melalui beberapa kemungkinan,
antara lain adalah menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin dengan
cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan
gejala keradangan.

Berdasarkan atas rangsang nyeri yang dipergunakan, maka terdapat berbagai


metode penetapan daya analgetik suatu obat. Salah satu diantaranya menggunakan
rangsang kimia sebagai penimbul rasa nyeri, seperti yang akan dipraktekkan kali
ini.
b. Tujuan
Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan daya analgetik asam
mefenamat, parasetamol dan Piroxicam menggunakan metode rangsang kimia.

13
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

B. Penyajian
a. Bahan
Larutan Tragakan 0,5% dalam air, suspensi asam mefenamat dalam tragakan
0,5%, suspensi parasetamol 0,5% dalam tragakan, suspensi Piroxicam dalam
tragakan 0,5%, larutan steril asam asetat 1% v/v
b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung
tangan, Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit
d. Cara Kerja
i. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
ii. Masing-masing kelompok mendapat 4 mencit
iii. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 4 kelompok
iv. Kelompok kontrol diberi larutan tragakan 0,5% melalui oral dengan
volume 0,2 ml/ 20 gram BB
v. Kelompok asam mefenamat diberi suspensi asam mefenamat 150
mg/kg BB dalam tragakan 0,5% melalui oral
vi. Kelompok parasetamol diberi suspensi parasetamol 150 mg/kg BB
dalam tragakan 0,5% melalui oral
vii. Kelompok Piroxicam diberi suspensi Piroxicam 150 mg/kg BB dalam
tragakan 0,5% melalui oral
viii. 30 menit kemudian seluruh kelompok hewan yang telah mendapat
perlakuan disuntik dengan larutan steril asam asetat 0,5% v/v secara
intra peritoneal dengan dosis 75 mg/kg BB
ix. Beberapa menit kemudian mencit akan mengeliat, dihitung 1 (satu)
geliat apabila mencit menempelkan perutnya ke lantai dan kaki ditarik
ke belakang
x. Tulis hasil pengamatan pada kolom berikut :

14
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Ke Rute / Dosis No B Vo Vo Jumlah geliat tiap 5 menit ( X/5 Ku


l me B l l menit) mu
nci gr p.o i.p latif
t ml ml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2
I KONTROL 1
I Asmef 150 2
I Parasetamol 3
150
I Piroxicam 4
150

II KONTROL 5
II Asmef 150 6
II Parasetamol 7
150
II Piroxicam 8
150
III KONTROL 9
III Asmef 150 10
III Parasetamol 11
150
III Piroxicam 12
150
IV KONTROL 13
IV Asmef 150 14
IV Parasetamol 15
150
IV Piroxicam 16
150

15
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

e. Pengumpulan Data
Setelah hewan uji mendapat perlakuan, amati dengan cermat dan catat jumlah
kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit dengan total waktu
selama 60 menit (12 kali pencatatan).

Buat pembahasan :
Hitung rata-rata persen daya analgetik masing-masing kelompok obat dengan
rumus berikut :
% daya analgetik = 100 – (P/K x 100)

P = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat


K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi tragakan 0,5% (kontrol)
Buatlah urutan daya analgetik masing-masing obat, dan buatlah
pembahasannya

16
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

BAB IV
EFEK DIURETIKA
Tujuan
Mengetahui pengaruh pemberian terhaadap aktivitas Diuretika

A. Pendahuluan
a. Deskripsi singkat
Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskresi urin,
dengan demikian dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun di jaringan,
misalnya pada udem, dan dengan demikian akan memulihkan keseimbangan elektroli
dan beebrapa metabolit, jika ginjal sendiri tidak sanggunp memelihara homeostatis.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat
terlarut dalam air.
Selain itu beberapa diuretik, misalnya HCT sifat diuretiknya dapat digunakan
pada pasien, guna menormalkan tekanan darah. Diuretik umumnya dikelompokkan
dalam 3 golongan besar, yaitu diuretik pengasam, diuretik osmotik, dan diuretik renal.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
menjadi normal. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli
inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam
dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong
(kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan
kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti
glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah
melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah”
perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.

17
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus
coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir
disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid).
2. Loop diuretik (furosemid, asam etakrinat, torsemid, bumetanid)
3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
5. Osmotik (manitol, urea)
b. Tujuan
Memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok diuretic, sehingga dapat
memperoleh gambaran cara evaluasi efek diuretik.

B. Penyajian
a. Bahan
Furosemida, Herba A, B dan C, Larutan NaCl 0,9%, Alkohol 70%
b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung tangan,
Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit

C. Cara Kerja
1. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
2. Masing-masing kelompok mendapat 5 mencit
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 3 kelompok, 1 mencit untuk kontrol
normal, 1 mencit perlakuan dengan furosemide, dan 3 mencit perlakuan dengan
Herba A, B dan C
4. Kelompok kontrol normal mendapat larutan NaCl 0,9% 0,2 ml per 20 gram BB

18
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Tulis hasil pengamatan pada kolom berikut :

Ke Rute / Dosis No BB Vol Vol Mulai Onset Durasi


l mencit (gr) cairan obat kemih (jam) (jam)
(ml) (ml) (mnt)
I Kontrol Normal 1
I Furosemid 2
I Herbal A dosis 1 3
I Herbal A dosis 2 4
I Herbal A dosis 3 5

II Kontrol Normal 6
II Furosemid 7
II Herbal B dosis 1 8
II Herbal B dosis 2 9
II Herbal B dosis 3 10

III Kontrol Normal 11


III Furosemid 12
III Herbal C dosis 1 13
III Herbal C dosis 2 14
III Herbal C dosis 3 15

e. Pengumpulan Data
1. Hitung untuk masing-masing mencit persentase volume kumulatif urin yang
diekresikan sebagai :
Volume urin yang diekresikan dalam ml/jam X 100%
Volume air yang diberikan / dibebankan peroral

Gunakan kriterium efek positif jika persentase melebihi 75% dari volume air yang
digunakan

19
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Atau dapat menggunakan rumus:

2. Bandingkan onset dan jumlah urin antara furosemid dan herba A, B, dan C
3. Buatlah pembahasannya!

20
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

BAB V
PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT

A. Tujuan
Mengetahui jumlah trombosit per mm3 darah.

B. Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker dengan pengenceran 100x
kemudian dihitung di bawah mikroskop dengan bantuan bilik hitung Improved
Neubaeur 25 kotak, jumlah sel trombosit dihitung menggunakan faktor
perhitungan yang ada dan dinyatakan dalam satuan per mm3 darah.

C. Alat dan Bahan


- Pipet thoma
- Bilik hitung Improved Neubaeur
- Tabung reaksi
- Mikroskop
- Kapas alcohol
- Spuit

D. Reagen
- Larutan Rees Ecker = Na Sitrat 3,8 gram; larutan formaldehida 40% 2 ml;
Briliant Cresyl Blue 30 mg
- EDTA

E. Cara Kerja
a. Metode Tabung
- Pipet 1.990 µl larutan Res Ecker ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan darah EDTA/Kapiler sebanyak 10 µl dan homogenkan
- Diamkan ± 3 menit agar sel Trombosit terwarnai

b. Mengisi bilik hitung


- Bersihkan bilik hitung dengan tissue/kain halus

21
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

- Pasang kaca penutup khusus bilik hitung


- Letakkan pipet thoma “untuk metode pipet thoma” dan pipet tetes “untuk
metode tabung” pada bagian tepi kaca penutup
- Teteskan campuran Res Ecker dan darah secara perlahan
- Biarkan campuran tersebut mengalir dengan gaya kapileritasnya sampai
memenuhi bagian dari bilik hitung
- Diamkan beberapa menit agar sel mengendap
c. Pembacaan
- Posisikan meja mikroskop pada posisi paling rendah dan tutup kondensor
- Letakkan bilik hitung pada meja benda
- Gunakan perbesaran 40x10 untuk menghitung jumlah sel Trombosit
- Sel Trombosit dihitung pada 5 kotak sedang seperti pada gambar dibawah
ini

Gambar .1 Bilik Hitung Improved Neubaeur

22
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

BAB VI
TOKSISITAS AKUT
Tujuan
Mengetahui pelaksanaan uji toksisitas akut untuk pengujian suatu obat, mencari Nilai
LD50.

A. Pendahuluan
Pada umumnya segala metode uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua golongan.

Golongan pertama terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi

keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan eksperimental, atau disebut juga

dengan tipe toksisitas non spesifik. Golongan yang kedua adalah terdiri dari uji

toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi dengan rinci tipe toksisitas spesifik.

Uji toksisitas akut adalah termasuk salah satu uji toksikologi non spesifik (Loomis,

1978).

Uji ketoksikan akut merupakan bagian dari uji ketoksikan tak khas yang dirancang

untuk mengevaluasi keseluruhan spektrum efek toksik suatu senyawa pada aneka

ragam hewan uji. Uji ketoksikan akut, yaitu: derajad efek toksik suatu senyawa yang

terjadi dalam waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal, oleh karena itu

pada uji ketoksikan akut pengamatan dilakukan selama 24 jam (Lu, 1995).

Uji toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu senyawa kepada hewan uji pada

satu saat. Maksud uji tersebut adalah untuk menentukan suatu gejala sebagai akibat

pemberian suatu senyawa dan untuk menentukan peringkat letalitas senyawa itu.

Prosedur awalnya adalah untuk mendapatkan satu seri kisaran dosis dari suatu senyawa

pada suatu spesies tunggal. Untuk keperluan ini dituntut adanya pemilihan jalur

pemberian, penyiapan senyawa dalam suatu bentuk sediaan yang sesuai yang diberikan

melalui jalur yang telah dipilih, dan pemilihan spesies uji yang cocok (Loomis, 1978).

23
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Apabila hewan itu masih tampak sehat pada akhir masa 24 jam tersebut, maka

disisihkan dan diamati kemungkinan munculnya toksisitas tertunda, sebab senyawa

yang diberikan kemungkinan besar memiliki potensi untuk berakumulasi bila dosis

berulang-ulang senyawa itu diberikan dengan laju hari (Loomis, 1978).

Pada dasarnya, segala uji toksisitas akut awal dilakukan pada tikus atau mencit

karena ekonomis, mudah didapat dan kenyataan bahwa pada spesies ini tersedia data

toksikologi acuan yang melimpah untuk sebagian besar senyawa. Data yang

dikumpulkan dalam uji ketoksikan akut berupa tolak ukur ketoksikan kuantitatif

(kisaran dosis letal) dan tolak ukur ketoksikan kualitatif (gejala klinis, wujud, dan

mekanisme efek toksik). Tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk

menyatakan kisaran dosis letal, yaitu: dosis letal tengah (LD50) yang menyatakan dosis

tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan 50% hewan uji (Lu, 1995).

Metode perhitungan harga LD50 yang dapat digunakan adalah metode kertas grafik

probit logaritmik Miller & Tainner, metode rata – rata bergerak Thomson – Weil

(berdasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang menunjukkan

respon), serta metode dari Farmakope Indonesia. Uji ketoksikan akut merupakan

bagian uji toksikologi yang pada akhirnya bermanfaat untuk mengetahui potensi

ketoksikan suatu obat, sehingga dapat digunakan untuk merancang uji ketoksikan

subkronis/kronis, dan digunakan untuk menentukan dosis awal atau dosis terapi

penelitian yang lain (Lu, 1995).

Nilai LD50 memiliki kegunaan untuk mengklasifikasikan zat kimia sesuai dengan

toksisitas relatifnya. Adapun klasifikasi yang lazim dapat dinyatakan sebagai berikut :

24
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Kategori LD50

Luar biasa toksik <1 mg/kg

Sangat toksik 1 – 50 mg/kg

Cukup toksik 50 – 500 mg/kg

Sedikit toksik 0,5 – 5 g/kg

Praktis tidak toksik 5 – 15 g/kg

Relatif kurang berbahaya Lebih dari pada 15 g/ kg

B. Penyajian
a. Bahan
Obat dosis tinggi, Eter, Larutan NaCl 0,9%, Alkohol 70%.
b. Alat
Timbangan, Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung tangan,
Stop watch, Wadah pengamatan
c. Hewan Uji
Mencit
C. Cara Kerja
i. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok
ii. Masing-masing kelompok mendapat 2 mencit
iii. Satu hari sebelum praktikum, praktikan memejankan sediaan uji secara peroral
dosis 15 mg/ ml
iv. Tiap mencit dikorbankan
v. Pengamatan gejala-gejala klinik/ toksik
vi. Hitung LD50
vii. Pengamatan histopatologi organ

25
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

D. Pengumpulan Data
1. Amati gejala-gejala klinik (Tremor, midriasis, miosis, salivasi,dll)
2. Catat jumlah kematian tiap-tiap kelompok (jika ada) untuk dihitung
LD50 nya
3. Buatlah pembahasannya!
4. Lakukan pengukuran berat organ (jantung, paru, hati ginjal) jika perlu
untuk mengetahui kerusakan organ yang diberikan setelah pemejanan
melalui histopatologi organ

26
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

DAFTAR ACUAN PUSTAKA

Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 3-


6, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam, Phyto Medika, Jakarta.
Ariens, E.J., Mutschler, E., Simonis, A.M, 1993, Toksikologi Umum Pengantar,
Cetakan II, UGM Press, Yogjyakarta.
Chang, J.C. and Malone, M.H., 1971, J Pharm., Sci., 60, 416-419
Ganiswara, S. (1995). Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Ganong, W.F., 1995, Fisiologi Kedokteran, Edisi 14, EGC, Jakarta, 463-467, 472-477,
621-625.
Guyton, 1997, Fisiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh dr. Irawati Setiawan, Edisi 9,
EGC Press, Jakarta, 133-134.
Handoko, T., dan Gan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral,
dalam Ganiswara, S.G., Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 418-427.
Higgs, G.A. dan Whittle, B.J.R., 1980, The Therapeutic and Toxic Effects of
Antiinflamatory Drugs Which Interference with Arachidonic Acid Metabolism,
dalam Turner, P (ed.), Clinical Pharmacology and Therapeutics, Macmillan
Publ., London, 277-287.
Kurniati, 2008. Efek Ekstrak Etanol Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Makasar:
Universitas Hasanuddin
Lands, W.E.M., 1981, Trend Pharmacol. Sci., 2, 78-80
Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Donatus, I.A., Edisi III,
IKIP Semarang Press, Semarang, 20, 223-228, 233-238, 241-
243,248,252,257,262,269.
Lu FC, 1995, Toksikologi Dasar, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, 85, 228-229.

27
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

Mycek MJ., Harvey RA., Champe PC., Fisher BD., 2001, Farmakologi: Ulasan
Bergambar, (diterjemahkan oleh: Prof.dr.H. Azwar Agoes), Widya Medika, hal
259-263.
Neal, M.J., 2001, Medical Pharmacology of A Glance, 5th edition, Blackwell
Publishing Ltd.
Roep BO, 2007, Diabetes: Missing links, J.Nature, 450 : 799-800.
Suwiti, N.K. 2010. Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca Pemberian
Daun Mengkudu (Morinda citrofilia Linn). Buletin Veteriner Udayana Vol 2.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Tan, H.T., Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi V. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo Gramedia.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia

Yoon JW, 2001, Autoimmune destruction of pancreatic beta cell, Annals New York
Academy Of Sciences., 200-211.

28
Panduan Praktikum Farmakologi (Prodi S1 Farmasi)

JADWAL KEGIATAN PRAKTIKUM

NO MATERI

1 Pengarahan
2 Orientasi & pengenalan
3 Rute Pemberian
4 Analgetik
5 Diuretik
6 Trombosit darah
7 Toksisitas Akut
8 Ujian

29

Anda mungkin juga menyukai