Anda di halaman 1dari 15

USG ( ULTRA SONOGRAPHY 

)
Materi -1

PENGERTIAN UMUM USG


Info Kesehatan Lengkap. Penasaran??? Klik disini
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama
dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek
yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia
kesehatan modern telah memanfaatkan perkembengan teknologi untuk
meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh
pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat
kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah USG
(Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki
frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan
dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan
penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya
sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam
1
bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama
kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang
ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian
secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya.
Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis,
ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi
untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun 1940,
gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat
mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut
disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli
saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich,
seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh
darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang
ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser
(kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa
gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah.
Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan
Dussik.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal
gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu
jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990
jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses
sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian
gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk
tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan
terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti
inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang
dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan
untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada
2
tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara
fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu
sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi
dasar bekerjanya peralatan MI.

SKEMA CARA KERJA USG


1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang
akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada
pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk
menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang
yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan)
sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut
menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat
diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2.Monitor Monitor yang digunakan dalam USG
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG
sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada
CPU pada PC CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR

PEMERIKSAAN USG (ULTRA SONOGRAPHY)


Aman, kok. Tapi mengapa sebagian orang masih ragu?
USG atau Ultrasonografi dalam dunia kedokteran memang bukan barang baru.
Toh, kehadirannya terkadang masih menimbulkan kekhawatiran pada sebagian
orangtua tentang penggunaan dan manfaatnya. Misalnya, kekhawatiran akan
radiasi yang ditimbulkan dari alat tersebut. Beberapa orang bahkan
menyangsikan manfaat alat ini mengingat ada satu dua kasus kelainan bayi yang
dianggap tak terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Belum lagi soal biaya. Beberapa
klinik/rumah sakit memang sudah memasukkan biaya USG dalam biaya
3
pemeriksaan kehamilan. Namun cukup banyak juga yang menagih pemeriksaan
ini sebagai biaya tersendiri. Kalau pasien yang meminta, mungkin enggak jadi
soal. Tapi jika dokter melakukan pemeriksaan USG setiap kali pasien kontrol dan
ada biaya tambahan untuk itu, tampaknya ini tidak fair bagi pasien.

TAK ADA RADIASI


Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu
hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7
minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan
bawaan di usia kehamilan yang lebih awal.

CARA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak
baru menembus rahim.

JENIS PEMERIKSAAN USG


1. USG 2 Dimensi
4
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar
yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda
(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin
dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar
(bukan janinnya yang diputar).

3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran
tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.

SAAT TEPAT PEMERIKSAAN


Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali,
yaitu:
5
 Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun
namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini
dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm
akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
 Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia
kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan
terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG
punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah
bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per
bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
 Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi
yakni:
 Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
 Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana
posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya.
MANFAAT
Trimester I
 Memastikan hamil atau tidak.
 Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda
kehidupannya.
 Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
 Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir,
denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
 Melakukan penapisan secara menyeluruh.
 Menentukan lokasi plasenta.
 Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
 Menilai kesejahteraan janin.
 Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.

6
 Melihat posisi janin dan tali pusat.
 Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan
80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang
tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini
dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
 Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
 Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan
alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat
tersendiri.
 Posisi bayi Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga
menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan
menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
 Kehamilan kembar Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG
melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
 Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
 Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
 Air ketuban sedikit.
 Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di
bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.

LATAR BELAKANG
Pada umumnya setiap orang tua atau keluarga menginginkan untuk memiliki
bayi yang sehat. Tapi keinginan itu juga diiringi dengan kecemasan, bagaimana
jika si bayi mengalami kelainan atau gangguan kesehatan yang mungkin tidak
dapat disembuhkan. Akhirnya dapat muncul berbagai pertanyaan di dalam benak
sang orang tua, antara lain tentang apa yang harus dilakukan kemudian.

7
Dengan kemajuan teknologi saat ini, informasi seputar medis yang dimiliki oleh
janin yang masih berada di dalam kandungan dapat diketahui dengan tes
sebelum kelahiran (pra-kelahiran atau pre-natality) untuk meyakinkan pihak
orang tua bahwa janinnya berada dalam kondisi yang sehat. Tes yang dilakukan
sebelum melahirkan (prenatal test) dilakukan dengan beberapa tujuan, antara
lain untuk:
 mengidentifikasi atau mendeteksi permasalahan-permasalahan kesehatan
pada ibu yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan bayinya;
 mengidentifikasi karakteristik janin, yaitu meliputi ukuran, jenis kelamin,
umur, dan letak atau posisi janin di dalam kandungan;
 melihat apakah janin mempunyai kemungkinan terkena penyakit-penyakit
atau masalah yang bersifat menurun (genetis) atau kelainan kromosom;
 mengetahui kelainan-kelainan tertentu pada janin, misalnya kelainan
jantung.
Ibu yang mempunyai kehamilan dengan resiko tinggi ketika mengandung sangat
disarankan untuk menjalani tes pra-kelahiran secara rutin. Macones (2000)
secara lebih spesifik merekomendasikan untuk melakukan tes pra-kelahiran bagi
ibu-ibu yang:
 berusia 35 tahun atau lebih;
 pernah mempunyai bayi yang lahir lebih awal atau prematur;
 pernah mempunyai bayi yang cacat sejak lahir, terutama gangguan
jantung dan kelainan kromosom;
 mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, asma, atau penyakit-
penyakit yang mungkin menurun lainnya;
 suami atau dirinya sendiri mempunyai latar belakang kelainan genetik;
 suami atau dirinya sendiri mempunyai saudara atau keluarga yang lemah
mental. 
Masih menurut Marcones (2000), pemilihan tes pra-kelahiran yang tepat
sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter, supaya dapat diketahui mana yang
dapat dipercaya untuk mengukur dan mengetahui resiko-resiko yang potensial
sehingga dapat membantu untuk merencanakan tindakan lebih lanjut yang akan
8
dilakukan jika hasilnya menunjukkan  kecacatan atau kelainan. Di bawah ini ada
beberapa macam tes pra-kelahiran yang umum dilakukan secara rutin di
Amerika Serikat, yaitu:
1. Amniocentesis
Amniocentesis sering digunakan untuk mendeteksi penyakit Sindrom Down dan
kelainan-kelainan kromosom lainnya, cacat-cacat structural, misalnya
anencephaly, atau kelainan-kelainan dalam proses metabolisme yang
diturunkan. Tes ini disarankan bagi wanita yang berusia 35 tahun ke atas,
memliliki sejarah keluarga dengan kelainan-kelainan genetis tertentu (baik
dirinya sendiri atau suaminya), atau bagi wanita yang pernah memiliki anak
dengan cacat sejak lahir. Tes ini memiliki akurasi sampai hampir seratus persen,
tetapi hanya kelainan-kelainan tertentu yang dapat dideteksi. Tes ini biasanya
dilakukan pada saat janin berusia 16 sampai 18 minggu.
2. Maternal Blood Screening
Tes ini digunakan oleh dokter hanya untuk menguji alpha-fetoprotein (AFP) pada
darah wanita yang sedang hamil. AFP dalam jumlah yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit mengindikasikan adanya masalah. Perlu digarisbawahi bahwa tes
ini hanya untuk menentukan resiko saja, tidak mendiagnosis kondisi janin. Tes ini
biasanya dilakukan ketika janin berumur 16 sampai 18 minggu.
3. Chorionic Villus Sampling (CVS)
CVS memiliki manfaat yang mirip dengan amniocentesis, yaitu dapat digunakan
untuk mengetahui kelainan-kelainan genetik, misalnya Sindroma Down. Tes ini
dapat dilakukan lebih awal daripada amniocentesis, yaitu ketika janin berumur 10
sampai 12 minggu..
4. Ultrasound
Pada tes ini, gelombang suara dipantulkan pada tulang-tulang dan jaringan-
jaringan janin untuk membentuk suatu gambaran yang menunjukkan bentuk
janin dan posisinya di dalam rahim. Tes ini biasa digunakan untuk mengetahui
umur janin, tingkat pertumbuhan janin, posisi janin sekaligus posisi plasenta,
pergerakan, pernafasan, detak jantung janin, jumlah janin (kembar atau tidak),
dan jumlah cairan amnion di dalam kandungan. Tes ini juga dapat digunakan
9
untuk mendeteksi Sindroma Down dan kelainan kromosom lainnya, cacat
struktural seperti anencephaly, dan kelainan dalam proses metabolisme yang
diturunkan. Cacat sejak lahir seperti cacat ginjal, bibir membelah (sumbing), dan
kehamilan di luar rahim juga dapat diketahui melalui tes ini.. Biasanya tes ini
dilakukan ketika janin berumur 16 sampai 18 minggu. Tetapi tes ini dapat
dilakukan kemudian atau lebih awal jika ingin mengetahui perkembangan janin.  
5. Glucose Screening
Tes ini dilakukan untuk menguji kemungkinan terjadinya diabetes yang dialami
pada masa kehamilan, yang dapat juga menyebabkan permasalahan kesehatan
pada janin. Biasanya tes ini dilakukan ketika janin berumur 24 minggu. Tetapi tes
ini dapat dilakukan lebih awal jika diketahui kadar gula wanita yang hamil dalam
dua kali tes urin rutin cukup tinggi.
6. Nonstress Test
Tes ini dilakukan jika melewati tanggal kelahiran. Tes ini untuk mengetahui
gerakan-gerakan bayi dan dapat membantu dokter untuk memastikan bahwa
bayi mendapatkan oksigen yang cukup. Bayi dalam kondisi bahaya jika tidak
memberikan respon yang positif. Tes ini disarankan untuk ibu yang mempunyai
resiko tinggi kehamilan, dan biasanya dilakukan setelah satu minggu setelah
melewati tanggal kelahiran.
7. Contraction Stess Test
Tes ini untuk merangsang kelahiran yang biasanya dilakukan jika tes nonstress
test menghasilkan atau menunjukkan suatu masalah. Biasanya dilakukan ketika
janin berumur 40 minggu.
8. Percutaneous Umbilical Vein Sampling (PUVS)
Tes ini merupakan tambahan setelah dilakukan tes ulttrasound atau
amniocentesis. Keuntungan atau kelebihan pada kecepatan dalam memberikan
hasil. PUVS hanya membutuhkan 3 hari untuk menunjukkan hasil, sedangkan
amniocentesis membutuhkan waktu 1 bulan . Biasanya dilakukan pada akhir-
kahir kehamilan setelah suatu kelainan diketahui melalui ultrasound dan
amniocentesis tidak cukup membantu dalam memutuskan atau ketika ibu
terserang penyakit yang mudah tersebar yang dapat membahayakan atau
10
mempengaruhi perkembangan janin. Biasanya dilakukan ketika bayi berumur 18
sampai 36 minggu.
 
Tulisan berikut memfokus pada metode atau tes pra-kelahiran dengan
Ultrasound, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Ultrasonografi (USG).
Dari kedelapan metode tes pra-kelahiran di atas, hanya tes ultrasound yang
bersifat noninvasive atau sama sekali tidak berhubungan atau kontak langsung
dengan janin, sehingga tidak membahayakan janin.
Berdasarkan penelitian (Anonim, 2004a), ada beberapa keuntungan metode
Ultrasound, yaitu:
 Ultrasound tidak menggunakan sinar X untuk menghasilkan gambaran
janin sehingga baik ibu maupun janin yang sedang dikandungnya tidak
memiliki resiko untuk terkena dampak radiasi;
 Ultrasound telah digunakan untuk mengealuasi kehamilan selama hampir
empat dekade, dan selama kurun waktu itu tidak ada bukti atau laporan
bahwa metode ini berbahaya bagi pasien, embrio, atau janin. Tetapi
meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa Ultrasound harus
dilakukan dalam situasi-situasi klinis tertentu. 
 
CARA KERJA ULTRASONOGRAFI
USG atau ultrasonografi adalah alat bantu diagnostik di bidang kedokteran untuk
menampilkan gambaran struktur bagian dalam tubuh manusia yang bekerja
dengan menggunakan bantuan teknologi gelombang suara frekuensi tinggi
seperti yang dimiliki kelelawar. Alat ini terdiri atas monitor dan transducer.
Transduser merupakan alat yang akan mentransfer pantulan gelombang suara
menjadi sebentuk gambar yang akan tampil dilayar monitoir, hasilnya disebut
sonogram.
Berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi dua, yang pertama transduser
ditempelkan di permukaan kulit tubuh (bagian perut) yang disebut USG
Transabdominal. Sebelum transduser ditempelkan dipermukaan perut,
permukaan kulit dilapisi dengan suatu ultrasound gel agar-agar khusus. Lalu
11
transduser digerakkan keatas dan kebawah. Pada saat itu juga komputer akan
menerjemahkan gelombang suara kedalam suatu bentuk gambar. Sebelum
menjalani pemerikasaan ultrasonografi ini, pasien diminta untuk meminum air
putih dalam jumlah yang cukup banyak, untuk memudahkan pemeriksaan karena
gelombang suara merambat lebih baik dalam air.
Cara yang kedua, transduser dimasukkan ke dalam tubuh melalui vagina
sehingga disebut USG Transvaginal. Biasanya cara yang kedua ini dilakukan
pada kehamilan muda. Sebelum menjalani pemeriksaan, pasien diminta untuk
mengosongkan kantung kemih sehingga mempermudah masuknya transduser
kedalam rahim (Anonim, 2001).  
Pada awalnya, metode Ultrasound yang dikembangkan adalah metode
Ultrasound dua dimensi. Ada dua macam Ultrasound dua dimensi, yaitu
Ultrasound Doppler dan Ultrasound berwarna. Ultrasound Doppler hanya
menampilkan gambar hitam putih, dan biasa digunakan untuk mengamati denyut
jantung janin. Ultrasound dengan warna masih menampilkan gambar dua
dimensi, tettapi dalam warna-warna khusus yang biasanya ditujukan untuk
memperbaiki kualitas gambar. Namun bukan berarti warna organ yang
ditampilkan pada monitor adalah warna organ yang sesungguhnya.
Perkembangan selanjutnya, metode Ultrasound yang digunakan adalah
Ultrasound tiga dimensi (3D). Ultrasound 3D memberikan gambar yang
berkualitas lebih baik, yaitu memiliki volume. Gambar yang ditampilkan tidak
datar (hanya terdiri dari panjang dan lebar saja), tetapi juga memiliki ketebalan.
Oleh sebab itu, jenis Ultrasound ini lebih sering digunakan untuk mengamati
organ yang perlu dilihat volumenya, misalnya melihat adanya anomali atau
keanehan congenital atau cacat pada kerangka janin.
Perkembangan terakhir dari metode Ultrasound ini adalah ditemukannya
Ultrasound empat dimensi (4D). Ultrasound 4D merupakan penyempurnaan dari
Ultrasound 3D yang tidak hanya menampilkan gambaran tiga dimensi, tetapi
juga menciptakan gambaran yang bergerak. Teknik Ultrasound 4D
menghadirkan perbedaan antara video dengan sekedar foto. Melalui revolusi
teknologi ini, gambaran tiga dimensi janin dikembangkan menjadi semacam
12
“gambaran hidup”, sehingga perkembangan janin dapat dianalisis dengan jauh
lebih baik (Anonim, 2004b).
 
PERMASALAHAN DAN TINJAUAN ETIS
Meskipun berdasarkan penelitian sampai saat ini metode Ultrasound tidak
menimbulkan dampak bagi ibu atau janin yang dikandungnya, bukan berarti
pemanfaatan metode ini lepas sama sekali dari masalah-masalah etis. Beberapa
permasalahan etis dapat muncul setelah dilakukannya tes, tepatnya setelah hasil
tes dikeluarkan oleh dokter.
Hasil tes yang menunjukkan keadaan janin normal tanpa masalah apapun, entah
itu karakteristik janin, ukuran janin, usia janin, posisi, maupun letak janin di dalam
rahim, tentu tidak akan menimbulkan masalah lebih lanjut bagi orang tua janin
tersebut. Berbeda bila hasil tes menunjukkan bahwa janin memiliki kekurangan-
kekurangan atau cacat tertentu. Hasil yang negatif akan mengakibatkan orang
tua harus berpikir lebih lanjut mengenai rencana selanjutnya yang akan
dilakukan terhadap janin di dalam kandungan tersebut. Orang tua yang bersikap
menerima mungkin masih akan membiarkan janin tersebut melanjutkan
perkembangannya di dalam rahim ibunya sampai kelahirannya, bahkan
perawatannya sampai tumbuh dewasa. Situasi yang mungkin juga terjadi adalah
orang tua yang tidak dapat menerima kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh
janinnya dan tidak mau berpikir panjang lalu memutuskan untuk mengakhiri
kehamilan (melakukan pengguguran kandungan atau abortus).
Permasalahan kedua yang mungkin muncul berkaitan dengan jenis kelamin janin
yang berada di dalam kandungan. Masalah muncul bila orang tua masih hidup
dalam budaya tertentu, misalnya patrilinial atau matrilinial. Beberapa suku di
Indonesia ada yang lebih mengutamakan kaum pria dan ada yang sebaliknya,
lebih mengutamakan kaum wanita. Mengetahui jenis kelamin janin bisa jadi
membuat orang tua maupun pihak keluarga lain yang masih sangat menjunjung
tinggi adat berubah sikap, baik terhadap ibu yang mengandung tersebut maupun
terhadap bayi yang sedang dikandungnya. Jika jenis kelamin bayi dalam
kandungan sesuai dengan adat yang dipegang, misalnya jenis kelamin bayi
13
dalam kandungan laki-laki, dan keluarganya hidup dalam budaya patrilinial, sang
ibu maupun bayi dalam kandungannya dapat memperoleh perlakuan-perlakuan
istimewa. Sebaliknya bila jenis kelamin bayi dalam kandungan tidak sesuai
dengan adat yang dipegang, baik sang ibu maupun bayi yang dikandungnya
tidak mustahil akan memperoleh perlakuan yang mungkin tidak mengenakkan.
Bahkan, untuk orang tua yang masih sangat konservatif dengan hukum adat,
masalah tersebut dapat berakhir dengan pengguguran bayi dalam kandungan.
Masalah lain yang dapat muncul bukan hanya berkaitan dengan hasil tes
Ultrasound, tetapi berkaitan dengan pelanggaran kode etik dokter yang
berwenang dalam pelaksanaan tes Ultrasound. Contoh ini pernah dimuat dalam
surat pembaca (Tapan, 2003) di mana seorang pasien “diwajibkan” untuk
memeriksakan kehamilannya setiap bulan meskipun tidak ada alasan medis
yang jelas dan mendesak untuk dilakukannya prosedur tersebut. Di dalam kasus
ini, dokter yang melakukan pemeriksaan memandang metode Ultrasound ini
sebagai salah satu ajang bisnis untuk menambah penghasilan, karena satu kali
pengujian dengan Ultrasound di Indonesia paling sedikit memakan biaya sekitar
Rp 250.000,00.
 
SOLUSI YANG MUNGKIN DILAKUKAN
Tiga contoh masalah etis di atas mungkin diselesaikan dengan solusi-solusi
tertentu. Masalah pertama mungkin diselesaikan dengan mengubah pandangan
orang tua bayi yang masih berada di dalam kandungan dan divonis memiliki
cacat untuk menerima kekurangan bayinya tersebut apa adanya. Anonim (1991)
menyatakan bahwa kehidupan manusia sejak saat pembuahan adalah suci,
maka tidak seorang pun apalagi ibunya sendiri berhak meniadakannya. Dari
pernyataan tersebut maka keputusan untuk aborsi sangat tidak sesuai atau tidak
etis. Bone (2001) berpendapat bahwa, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, cacat
atau kekurangan yang dimiliki dapat dianggap sebagai sesuatu yang “unik” yang
sengaja diberikan dan dapat memperkaya “keanekaragaman” yang ada. Dokter
dapat pula menawarkan solusi terapi bagi bayi sesegera mungkin setelah bayi

14
lahir atau bahkan selama bayi masih di dalam kandungan karena tidak semua
cacat yang ada bersifat permanen dan tidak dapat diterapi.
Permasalahan kedua yang berkaitan dengan jenis kelamin janin dalam
kandungan yang dianggap berlawanan dengan adat yang dipegang oleh orang
tua, mungkin diselesaikan dengan menanamkan prinsip persamaan gender
kepada orang tua yang bersangkutan. Budaya yang dipegang bukanlah hukum
yang sifatnya permanen dan tidak dapat diganggu gugat. Masih ada yang lebih
penting dan esensial, yaitu persamaan martabat semua orang, tidak terkecuali
apapun jenis kelaminnya. Bayi yang masih di dalam kandungan pun juga
memiliki hak yang sama untuk menikmati kehidupan dan untuk menikmati
perlakuan yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin. Pemahaman tentang
persamaan hak dan martabat ini justru memiliki cakupan jauh lebih luas
(universal) daripada “sekedar” hukum adat yang sifatnya territorial atau lokal di
wilayah tertentu saja.
Solusi untuk permasalahan ketiga yang telah medapatkan reaksi atau tanggapan
langsung dari beberapa dokter (rekan se-profesi), dokter yang memanfaatkan
kepentingan pasien untuk melakukan pengujian ultrasound sesuai keinginan
sang dokter tanpa pertimbangan medis yang jelas dapat dilaporkan ke dalam
organisasi dokter yang bersangkutan (Ikatan Dokter Indonesia / IDI atau
Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia / POGI) supaya dapat diproses
lebih lanjut.

15

Anda mungkin juga menyukai