Percobaan 1 Pulveres
Percobaan 1 Pulveres
RESEP I
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membaca resep untuk sediaan pulveres
2. Mampu membuat bentuk sediaan pulveres
III. RESEP
dr. Suparto
Jl. P. Antasari No.26 Banjarmasin
SIP. No. 62/IPD/X/2011
R/ Asetosal
Calcii Lactas aa 2
Sacch. Lactis qs
m.f. Pulv. No. X
S. 3 dd P I pc
Pro : Dhani (12 tahun)
12
1 x= x 1=0,6
20
12
1 hari = x 8=4,8
20
2
Kandungan perbungkus : =0,2
10
o,2
%1x = x 100 =33,33
0,6
0,2 x 3
% 1 hari = x 100 =12,5
4,8
Calcii Lactas (-/15) : FI III Hal. 926
12
1 hari = x 15=9
20
2
Kandungan perbungkus : =0,2
10
0,2 x 3
% 1 hari = x 100 =6, 67
9
V. PENIMBANGAN
No Nama Obat Jumlah yang Keterangan
. ditimbang
1. Acetosal 2g
2. Calcii lactase 2g
3. Carmin 50 mg
4. Sacch. Lactis 950 mg (0,5 x 10) - (2 + 2 + 0,05)
=5 - 4,05
= 0,95g / 950 mg
Timbang:
Gerus halus Tambahkan
Acetosal 2g
acetosal didalam sebagian SL dan
Calcii Lactas 2g
mortir carmin gerus ad
Carmin 50mg
homogen
SL 950mg
Keluarkan serbuk Tambahkan sisa Tambahkan Calcii
dan letakkan SL gerus ad lactas gerus ad
diatas perkamen homogen homogen
Bagi serbuk
Setiap bagian Bungkus, masukkan
menjadi 2
dibagi lagi dalam plastik klip
bagian sama
menjadi 5 bagian atau pot
banyak dengan
diatas perkamen
cara ditimbang
VII. ETIKET dan COPY RESEP Beri etiket putih, signa 3 x
sehari 1 bungkus sesudah
makan
IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan 1 resep 1 yang dilakukan adalah membuat sediaan pulveres
(serbuk terbagi) dengan zak aktif Acetosal dan Calcii lactase.
Asetosal/asam asetil salisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri),
antipiretik (demam), dan anti imflamasi (peradangan). Asetosal juga memiliki
efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung. Pemeriannya berupa hablur tidak berwarna
atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam.
Asetosal memiliki kelarutan agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%)P; larut dalam klorosom P dan dalam eter.
Pada resep ini zat berkhasiat utama adalah Asetosal yang fungsinya sebagai
analgetik dan antipiretik, sedangkan Calcii lactas berperan sebagai remedium
ajuvans (zat yang menunjang zat berkhasiat utama) dan juga berfungsi sebagai
ion kalsium. Dikarenakan pasien sedang dalam masa-masa pertumbuhan
sehingga dalam resep ini ditambahkan asetosal dengan Calcii lactas yang
nantinya mempermudah penyerapan ion kalsium dikarenakan sifat asam dari
Acetosal. Saccharum lactis sendiri sebagai corigens saporis (zat yang berfungsi
untuk memperbaiki rasa pada bagian serbuk) dan juga berfungsi sebagai zat
tambahan pada serbuk. Dan diberi tambahan carmin yang berfungsi untuk
mengetahui homogenitas sediaan serbuk.
Cara kerja resep ini adalah Acetosal digerus terlebih dahulu dimortir karena
bentuknya yang hablur putih, kemudian tambahkan sebagian SL dan carmin
gerus ad homogen, lalu tambahkan Calcii lactas dan sisa SL gerus ad homogen.
Keluarkan serbuk letakkan di atas kertas perkamen, bagi serbuk menjadi dua
bagian sama banyak dengan cara ditimbang, setiap bagian dibagi lagi menjadi 5
bagian diatas kertas perkamen, bungkus, masukkan dalam pot atau klip, beri
etiket putih dengan signa 3 x sehari 1 bungkus sesudah makan.
Pada resep kali ini terdapat dosis maksimal (DM) yaitu pada Acetosal dan
Calcii Lactas sehingga perlu perhitungan dosis maksimal, dan terdapat aturan
minum sesudah makan karena sifat asam dari asetosal yang nantinya ditakutkan
akan menyebabkan pasien maagh/ tukak lambung apabila diminum sebelum
makan.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Pasien menderita sakit demam disertai nyeri.
Karena pasien masih dalam masa pertumbuhan, sehingga diberikan Calcii
lactas yang berfungsi menambah ion kalsium dan. ditambahkan dengan
acetosal yang sifatnya asam yang dapat mempermudah penyerapan ion
kalsium itu sendiri.
Acetosal dan Calcii lactas berwarna putih jadi ditambahkan carmin agar
mudah untuk mengetahi homogenitas.
Acetosal dan Calcii lactas mempunyai dosis maksimal, sehingga perlu
dihitung dosis maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2007. Ilmu Resep Jilid I. Depkes RI, Jakarta.
Sari, Ratih Pratiwi., Noverda Ayuchecaria. 2016. Petunjuk Praktikum Farmasetika
Dasar. Akademi Farmasi ISFI. Banjarmasin
PERCOBAAN 1
RESEP II
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membaca resep untuk sediaan pulveres
2. Mampu membuat bentuk sediaan pulveres
11
1x = x 0,5=0,275
20
11
1 hari = x 1,5=0,825
20
0,200
%1x = x 100 =72,73
0,275
0,200
% 1 hari = x 3 x 100 =72,73
0,825
V. PENIMBANGAN
No Nama Obat Jumlah yang Keterangan
. ditimbang
1. Stibii Pentasulfida 1g 0,100 x 10 = 1 g
2. Phenacetin 2g 0,200 x 10 = 2 g
3. Sacch. Lactis 2g (0,5 x 10) - (1 + 2)
=5-3
=2g
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2007. Ilmu Resep Jilid I. Depkes RI, Jakarta.
Sari, Ratih Pratiwi., Noverda Ayuchecaria. 2016. Petunjuk Praktikum Farmasetika
Dasar. Akademi Farmasi ISFI. Banjarmasin
PERCOBAAN 1
RESEP III
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membaca resep untuk sediaan pulveres
2. Mampu membuat bentuk sediaan pulveres
12
1x = x 0,3=0,18
20
12
1 hari = x 0,6=0,36
20
0,5
Kandungan perbungkus : =0,08
6
0,08
%1x = x 100 =44,44
0,18
0,08 x 3
% 1 hari = x 100 =66,67
0,36
Kalium bromida (2/6) : FI III hal 976
12
1x = x 2=1,2
20
12
1 hari = x 6=3,6
20
1,5
Kandungan perbungkus : =0,25
6
0,25
%1x = x 100 =20,83
1,2
0,25 x 3
% 1 hari = x 100 =20,83 %
3,6
12
1x = x 2=1,2
20
12
1 hari = x 6=3,6
20
2
Kandungan perbungkus : =0,33
6
0,33 0,33
%1x = x 100% = 27,5 % x 100 =33,33
1,2 1
0,33 x 3
% 1 hari = x 100 % = 27,5 %
3,6
0,33 x 3
x 100 =33,33
3
DM berganda KBr dan NaBr
%1x = 20,83 % + 27,5 % = 48,33 %
% 1 hari = 20,83 % + 27,5 % = 48,33 %
V. PENIMBANGAN
Banjarmasin,………….
PCC
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan 1 resep 3 yang dilakukan adalah membuat sediaan pulveres
(serbuk terbagi) dengan zak aktif Phenobarbital, Kalium bromida, dan Natrium
bromide.
Phenobarbital memiliki nama lain luminal; asam -5 etil 5 fenil barbiturate.
Berbentuk hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak pahit.
Berkhasiat sebagai hipnotikum, sedativum. Hipnotikum atau obat tidur adalah
zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan selalu
untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedativum berfungsi
menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan
penggunanya. Termasuk psikotropika golongan III (UU RI No. 5 Tahun 1997).
Pemerian berupa hablur atau serbuk hablur; putih tidak berbau; rasa agak pahit.
Dengan kelarutan sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P,
dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan larutan alkali karbonat.
Kalium bromida atau kalii bromidum berbentuk hablur tidak berwarna,
transparan atau buram atau serbuk butir, tidak berbau, rasa asin, dan agak pahit.
Memiliki khasiat dan penggunaan sedativum.
Natrium bromida atau natrii bromidum berbentuk pemerian hablur kecil,
transparan atau buram, tidak berwarna, atau serbuk butir putih, tidak berbau,
rasa asin dan agak pahit, meleleh basah. Memiliki khasiat dan penggunaan
sebagai sedativum.
Saccharum lactis mempunyai nama generik lactose atau lactosum adalah
gula yang di peroleh oleh susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu
molekul air hidrat. Pemerian berupa serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa
agak manis. Larut dalam 6 bagian air; larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar
larut dalam ethanol (95%) P; praktis tidak larut dalam Kloroform P dan dalam
eter P. Dan berfungsi sebagai zat tambahan
Dalam resep ini yang berfungsi sebagai Remedium cardinal (zat obat
berkhasiat utama) adalah Phenobarbital yang berkhasiat sebagai sedative
hipnotik (obat penenang), bisa juga di pakai sebagai obat anti kejang atau
epilepsi. Cara kerja obat Phenobarbital menekan rasa sakit yang bekerja
dibagian susunan syaraf pusat, dan dikombinasikan dengan Kalium bromida
dan Natrium bromida yang berkhasiat sebagai sedative. Saccharum lactis
berperan sebagai zat pengisi atau tambahan dan sebagai Corigen saporis
(pemanis).
Pada pengerjaan KBr (Kalium bromida) dan NaBr (Natrium bromida )
tidak bisa langsung digerus kedalam mortir, karena KBr dan NaBr bersifat
mudah meleleh atau bersifat higroskopis/basah. Higroskopis artinya penyerapan
uap air diudara, sehingga partikel atau zat yang semula kering akan menjadi
basah yang akhirnya terbentuk senyawa garam yang basah. Oleh karena itu,
untuk menghindari terjadinya hal-hal yang seperti itu, mortir dan stemper harus
di hangatkan terlebih dahulu sebelum menggerus agar uap air akan menguap
diserap oleh zat higroskopis itu. Baru zat tersebut dapat digerus sampai halus,
sampai homogen dan kering. Apabila sudah halus dan kering baru dimasukkan
Phenobarbital dan SL gerus ad homogen.
Pada resep ini terdapat Dosis maksimal (DM) pada Phenobarbital, KBr,
dan NaBr, juga DM berganda untuk KBr dan NaBr, sehingga perlu perhitungan
dosis maksimal.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Pasien menderita nyeri dan kejang.
Pasien bisa juga menderita susah tidur atau depresi, sehingga diberikan
obat tidur dikombinasikan dengan obat penenang.
Pengerjaan pada resep KBr dan NaBr tidak dapat langsung digerus, karena
sifatnya higroskopis, oleh karena itu mortir dan stamper dihangatkan
terlebih dahulu.
Phenobarbital, KBr, dan NaBr mempunyai Dosis Maksimal (DM), dan juga
DM berganda untuk KBr dan NaBr sehingga perlu dihitung Dosis
maksimalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2007. Ilmu Resep Jilid I. Depkes RI, Jakarta.
Sari, Ratih Pratiwi., Noverda Ayuchecaria. 2016. Petunjuk Praktikum Farmasetika
Dasar. Akademi Farmasi ISFI. Banjarmasin
PERCOBAAN 1
RESEP IV
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membaca resep untuk sediaan pulveres
2. Mampu membuat bentuk sediaan pulveres
0,010
%1x = x 100 =50
0,020
0,010 x 3
% 1 hari = x 100 =37,5
0,080
0,040 x 3
% 1 hari = x 100 =20
0,6
V. PENIMBANGAN
No Nama Obat Jumlah yang Keterangan
. ditimbang
1. Ekstrak Belladone 100 mg 0,010 x 10 = 0,1g / 100 mg
2. Papaverin 400 mg 0,040 x 10 = 0,4g / 400 mg
3. Sacch. Lactis 4,5 g (0,5 x 10) - (0,1 + 0,4)
= 5 – 0,5
= 4,5 g
Bungkus, masukkan
Beri etiket putih, signa 3 x
kedalam plastik klip atau
sehari 1 bungkus
pot
Banjarmasin,………….
PCC
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan 1 resep 4 yang dilakukan adalah membuat sediaan pulveres
(serbuk terbagi) dengan zak aktif Ekstrak belladone dan Papaverin.
Ekstrak belladon mempunyai nama lain Belladonnae extractum dan nama
lain Extractum Belladonnae. Ekstrak belladon adalah ekstrak kental yang dibuat
dari serbuk belladone berkhasiat sebagai parasimpatolitik. Dengan pemerian
berupa masa kental: cokelat tua
Papaverin mempunyai nama resmi Papaverin hydrochloridum dan nama
lain Papaverin hidroklorida. Papaverin adalah bahan obat yang berkhasiat
sebagai spasmolitikum. Pemerian berupa hablur atau serbuk hablur; putih; tidak
berbau; rasa pahit; kemudian pedas. Larut dalam lebih kurang 40 bagian air dan
dalam lebih kurang 120 bagian etanol (95%) P; larut dalam kloroform P; praktis
tidak larut dalam eter P.
Saccharum Lactis mempunyai nama generik lactose atau lactosum adalah
gula yang di peroleh oleh susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu
molekul air hidrat. Pemerian berupa serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa
agak manis. Larut dalam 6 bagian air; larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar
larut dalam ethanol (95%) P; praktis tidak larut dalam Kloroform P dan dalam
eter P. Dan berfungsi sebagai zat tambahan
Pada resep ini yang berfungsi sebagai zat berkhasiat utama adalah Ekstrak
belladon, sedangkan Papaverin sebagai zat yang menunjang kerja zat yang
berkhasiat utama dan SL berfungsi sebagai pemanis dan pengisi. Extrak
belladon dan Papaverin berfungsi sebagai anti kejang perut yang mungkin
disebabkan oleh diare, magh, atau nyeri haid.
Pada resep ini terdapat bahan yang berbentuk ekstrak / kental. Jadi
pengerjaannya secara khusus, yaitu dengan cara memasukkan Ekstrak belladon
kedalam mortir yang telah dihangatkan, kemudian ditetesi dengan spiritus
fortior. Sebelum spiritus fortior menguap tambahkan sebagian SL. Tujuan
penambahan spiritus fortior adalah agar ekstrak yang kental tersebut menjadi
lebih encer agar lebih mudah homogen dengan bahan lain. Sedangkan tujuan
dihangatkannya mortir dan stemper adalah agar ekstrak yang sudah diencerkan
tidak cepat mongering dan agar spiritus menguap, bila tidak diuapkan akan
terjadi toksik dalam tubuh.
Pada resep ini terdapat Dosis maksimal (DM) pada Ekstrak belladon dan
Papaverin, sehingga perlu perhitungan dosis maksimal.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Pasien menderita nyeri pada perut / kejang perut.
Pada pengerjaan Ekstrak belladon mortir harus dihangatkan dan di tetesi
spiritus fortior.
Ekstrak belladon dan Papaverin mempunyai dosis maksimal, sehingga
perlu dihitung dosis maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2007. Ilmu Resep Jilid I. Depkes RI, Jakarta.
Sari, Ratih Pratiwi., Noverda Ayuchecaria. 2016. Petunjuk Praktikum Farmasetika
Dasar. Akademi Farmasi ISFI. Banjarmasin