Anda di halaman 1dari 6

Kalori Basal Laki-laki = BB ideal x 30 Perempuan = BB ideal x 25

kkal/kgBB kkal/kgBB
Faktor Koreksi
Usia Usia 40-59 tahun -5% per 10 tahun dari kalori
basal
Usia 60-69 tahun -10% dari kalori basal
Usia >= 70 tahun -20% dari kalori basal
Aktivitas fisik Istirahat +10% dari kalori basal
Ringan +20% dari kalori basal
Sedang +30 dari kalori basal
Berat +40 dari kalori basal
Sangat berat +50 dari kalori basal
Stress Metabolik Sepsis, operasi, trauma +10-30% dar kalori basal
Berat badan IMT < 18.5 l +20-30% sesuai kebutuhan

IMT >= 23 -20-30% sesuai tingkal


kegemukan
Kalori minimal 1200 kkal/hari untuk laki-laki 1000 kkal/hari untuk
perempuan
Tugas dr Luki
Nabila Kinantia S
2110221061

1. Kebutuhan kalori pasien DM dan faktor koreksinya1

2. Definisi abses, selulitis dan luka2


Abses adalah penumpukan nanah di dalam rongga bagian tubuh setelah
terinfeksi bakteri. Nanah adalah cairan yang mengandung protein dan sel darah putih
yang telah mati. Nanah berwarna putih kekuningan
Selulitis adalah infeksi bakteri akut yang melibatkan jaringan sibkutan pada suatu
area kulit yang robek.
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jarinfan oleh karena cedera atau
pembedahan

3. Definisi gangguan berkemih sebegai berikut :3,4,5


Poliuria = jumlah urin > 2 ml/kgbb/jam atau dapat juga > 3 liter/hari
Stranguria = mengejan saat mengeluarkan urin
Polakisuria = BAK sedikit dan terus menerus
Hematuria = terdapat eritrosit dalam urin > 5 sel/ LBP
Kencing batu = urin yang keluar mengandung batu saluran kemih
Retensi urin = suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkan secara sempurna
Oligouria = jumlah urin < 0.5 ml/kgbb/jam.
Kencing nanah = urin yang keluar bercampur dengan pus
Anuria = jumlah urin kurang dari 50 ml per hari
Kolik = nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut seperti obstruksi usus dan
batu ureter.

4. Cara menghitung CTR6


CTR = a + b : c1 + c2 = +- 50%

Keterangan gambar :
a = Jarak antara garis median dengan batas terluar cor dekstra
b = Jarak antara garis median dengan batas terluar cor sinistra
c1 = Jarak antara garis median dengan batas terluar pulmo dekstra
c2 = Jarak antara garis median dengan batas terluar pulmo sinistra

5. Frailty score didefinisikan sebagai berikut:7


FRAIL = Fatigue, Resistance, Activity, Instability, Loss of weight

Penurunan berat badan yang ti ≥4,5 kg dalam 1 tahun terakhir atau 5% d


dak jelas ari berat badan

Kelelahan 0= jarang, 1= kadang (1-2 hari), 2= sedan


g (3-4 hari), 3= sepanjang waktu. Nilai po
sitif yaitu 2 atau 3
Aktivitas fisik yang kurang 3 bulan tanpa weight bearing activity atau
menghabiskan waktu >4 jam duduk atau
melakukan jalan pendek <1 kali perbulan
Kecepatan berjalan yang lamb Waktu tempuh 4 meter lebih dari 6 detik
at dikatakan positif
Kelemahan Menggunakan dinamometer. Laki-laki dik
atakan positif bila handgrip <30kg. Wanit
a dikatakan positif bila <18kg

Terdapat tiga perhitungan kriteria yaitu robust, pre-frail, dan frail.


a) Robust
Apabila tidak ada satupun yang memenuhi kriteria diatas.
b) Pre-frailty
Seseorang dengan pre-frailty (<3 kriteria) lebih mungkin untuk ber
kembang menjadi FS; mereka lebih mungkin untuk terjatuh, masuk ruma
h sakit, atau meninggal, tetapi resikonya masih lebih kecil daripada lansi
a dengan FS.
c) Frailty
Tahap frailty ialah (lebih dari atau sama dengan 3) end-stage yang
dikenal dengan istilah failure to thrive. Tahap ini digambarkan sebagai hi
langnya berat badan, wasting, dependensi, dan mungkin termasuk gangg
uan kognitif yang tidak dapat diterangkan

6. Non proliperatif retinopati diabetikum dan proliperatif retinopati diabetikum8


Non proliperatif retinopati doabetikum adalah kelainan retina mata dengan morfologi
penebalan membran basalis, perdarahan ringan, hard exudate yang tampak sebagai ber
cak warna kuning dan exudate yang tampak sebagai bercak halus (Cotton Wool Spot).

Proliperatif retinopati diabetikum adalah kelaian retina akibat kompikasi


mikrovaskular pada diabetes melitus yang ditandai dengan terbentuknya pembuluh da
rah baru (neovaskularisasi). Pembentukan pembuluh darah baru dapat tumbuh menye
bar keluar retina sampai ke vitreus sehingga menyebabkan perdarahan di vitreus yang
mengakibatkan kebutaan.
Derajat retinopati diabetikum digambarkan dengan tabel sebagai berikut:9
REFERENSI
1. Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Di Indonesia . Jakarta: PB. Perkeni\
2. Hidayati AN, Damayanti, Sari M, Alinda MD, Reza NR, Anggraeni S, et al. Derma
tologi dan Venerologi: Infeksi Bakteri Di Kulit. Infeksi Bakteri Di Kulit. 2019. p. 99.
3. Indra I. Anesthetic in renal insufficiency. Idea Nurs J. 2013;4(1):69–73.
4. Rauf S. Hematuria. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, Edito
r. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002: 114-25
5. Noegroho BS, Daryanto B, Soebhali B, Kadar DD, Soebadi DM, Hamiseno DW, et
al. 1. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. Ikatan Ahli Urologi ndonesia (IA
UI). 2018. 1–13 p.
6. Dewanto PB. Perbedaan Cardiothoracic Ratio ( CTR ) Normal antara Proyeksi Stan
dar Foto Toraks dengan Proyeksi Anterio- Posterior ( AP ) Supine Ekspirasi Maksimal. 1992;
19–24
7. Setiati S. Geriatric medicine, sarkopenia, frailty dan kualitas hidup pasien usia lanju
t: tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di Indonesia. eJour
nal Kedokteran Indonesia. 2013;1(3):234-42
8. Saiyar h. Klasifikasi Retinopati Diabetes Dengan Metode Neural Network. 2017;19
(2):92–101.

9. Pb A, IDI, Suryawijaya EE. Retinopati Diabetes. 2019;46(3):220–4.

Anda mungkin juga menyukai