Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2407-8476

Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

ADSORPSI LOGAM BERAT (Pb) DARI LIMBAH


CAIR DENGAN ADSORBEN ARANG BAMBU AKTIF
Tri Widayatno, Teti Yuliawati, Agung Adi Susilo
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosuro, Sukoharjo, Surakarta 57162
Email: tri.widayatno@ums.ac.id

ABSTRAK

Limbah yang mengandung logam berat (Pb)dikategorikan sebagai limbah


B3 karena bersifat karsinogenik dan tidak terbiodegradasi. Salah satu
metode untuk mengolah limbah logam berat adalah dengan adsorpsi
menggunakan adsorben berupa arang bambu. Dalam penelitian ini, proses
adsorpsi dilakukan secara kontinyu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan pengaruh aktivasi dan tinggi packing arang bambu terhadap
efektivitas adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivasi arang
bambu berpengaruh terhadap efektivitas penjerapan logam Pb. Dengan
model adsorpsi Thomas, konstanta jerap untuk proses dengan menggunakan
arang bambu yang diaktivasi dengan ketinggian packing 15 cm sebesar
0,00099/jam sedangkan yang tanpa aktivasi sebesar 0,00013/jam. Tinggi
packing juga berpengaruh sangat signikan, terlihat pada konstatnta jerap
pada ketinggian packing 10 cm sebesar 0,000841/jam

Kata kunci: Limbah logam berat, Pb, Adsorpsi, Arang bambu aktif
PENDAHULUAN metode yang relatif sederhana dan dapat
Pb adalah logam berat yang menggunakan adsorben bahan alam dari
mempunyai afinitas yang paling tinggi sisa-sisa biomasa yang tidak terpakai [3].
terhadap belerang dan menyerang Pada penelitian ini, arang bambu yang
ikatannya didalam enzim. Sebagai logam diproduksi secara tradisional digunakan
berat, Pb digolongkan ke dalam bahan sebagai adsorben. Arang bambu adalah
pencemar yang berbahaya [1]. bahan yang baik untuk digunakan sebagai
Pb berada didalam air dalam bentuk adsorben karena mempunyai daya
Pb(OH)2. Logam Pb banyak sekali adsorpsi yang baik. Berikut adalah
digunakan pada industri dan pengerjaan alasan-alasan penggunaan arang bambu
pemipaan. Bensin bertimbal merupakan sebagai adsorben [4]:
sumber utama di atmosfer dan muka  Mempunyai pori-pori mikro yang
bumi. Kebanyakan Pb yang ada di bumi spesial.
memasuki sistem perairan alam, dan  Mempunyai karakteristik biologi yang
terakumulasi yang pada akhirnya bisa spesial.
masuk ke dalam tubuh hewan dan  Densitas yang tinggi dan struktur
manusia. Jika terserap ke dalam tubuh pori-pori yang baik.
manusia, timbal (Pb) dapat menyebabkan  Luas permukaan lebih besar daripada
kecerdasan anak menurun, pertumbuhan arang kayu, yaitu 300 m2/gram,
badan terhambat, bahkan dapat sedangkan arang kayu 30 m2/gram.
menimbulkan kelumpuhan. Gejala Penelitian ini adalah penelitian awal
keracunan logam Pb lainnya: mual, yang bertujuan untuk menentukan
anemia, dan sakit perut [2]. pengaruh aktivasi dan tinggi packing
Salah satu usaha untuk mengolah arang bambu terhadap efektivitas
limbah Pb adalah dengan proses adsorpsi. adsorpsi. Proses adsorpsi dengan
Adsorpsi dipilih karena merupakan
17
ISSN 2407-8476
Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

menggunakan arang bambu pada terhadap senyawa yang bersifat


penelitian ini dilakukan secara kontinyu. asam. Contohnya adalah Magnesia.
2. Macam-macam Adsorbat
TEORI Jika zat yang diadsorsi
Adsorpsi adalah suatu fenomena merupakan elektrolit maka adsorpsi
permukaan karena akumulasi suatu akan berjalan lebih cepat dan hasil
spesies pada batas permukaan padat-cair. adsorpsi lebih banyak jika
Adsorsi dapat terjadi karena adanya gaya dibandingkan dengan larutan non
tarik-menarik. elektrolit. Hal ini disebabkan karena
Ada 2 tipe adsorpsi, yaitu: larutan elektrolit terionisasi sehingga
1. Adsorpsi fisis atau Van der Waals didalam larutan terdapat ion-ion
2. Adsorpsi kimia dengan muatan berlawanan yang
Adsorpsi yang terjadi dalam hal ini menyebabkan gaya tarik-menarik Van
adalah non-spesifik dan non-selektif der Waals semakin besar, berarti daya
penyebab gaya tarik menarik karena adsorpsi semakin besar.
adanya ikatan koordinasi hidrogen dan 3. Konsentrasi Masing-Masing Zat
gaya Van der Waals. Apabila adsorbat Jika konsentrasi (C) makin besar,
dan permukaan adsorben terikat dengan maka jumlah solute yang teradsorpsi
gaya Van der Waals saja maka semakin besar. Hal ini sesuai dengan
dinamakan adsorsi fisis atau adsorpsi persamaan Frendlich:
Van der Waals. X
Molekul yang teradsorpsi terikat  k .x.C n ………………….(1)
M
pada permukaan secara lemah dan panas Dimana:
adsorpsinya rendah. [5]
X = berat teradsoprsi
Jika adsorbat dan permukaan M = berat adsorben
adsorben bereaksi secara kimiawi maka K, n = konstanta
disebut chemisorption. Nilai panas
4. Luas Permukaan
adsorpsi setara dengan reaksi kimia Makin luas permukaan adsorben
karena adanya ikatan kimia yang
(adsorben makin kecil ukurannya),
terbentuk maupun yang terputus selama maka adsorpsi yang terjadi makin
proses adsorsi. Untuk membedakan besar karena kemungkinan zat yang
kedua fenomena proses adsorpsi tersebut
menempel pada permukaan adsorben
maka digunakan variabel suhu. Adsorpsi bertambah. Hal ini menyebabkan
fisis ditandai dengan penurunan jumlah
bagian yang semula tidak berfungsi
yang teradsorpsi dengan peningkatan sebagai permukaan (bagian dalam)
suhu.[6] setelah digerus akan berfungsi sebagai
permukaan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 5. Tekanan
Adsoprsi [7]
Jika tekanan diperbesar molekul-
1. Macam-macam Adsorben molekul adsorbat akan lebih cepat
a. Adsorben Polar: Adsorben polar teradsorpsi, akibatnya jumlah adsorbat
memunyai daya adsorpsi yang besar
yang terserap bertambah banyak. Jadi
terhadap asam karboksilat, alkohol, tekanan memperbesar jumlah zat yang
alumina, keton dan aldehid.
teradsorpsi. Hal ini dapat dilihat pada
Contohnya adalah alumina. persamaan Harkins:
b. Adsorben non Polar: Adsorben non
polar mempunyai daya adsorpsi S
log P  B  atau ln P  d
 A2  1 
yang besar terhadap amin dan V 2 KT
senyawa yang bersifat basa. ........................................................(2)
Contohnya adalah silica. Dengan: V= jumlah mol yang
c. Adsorben Basa: Adsorben basa diadsorpsi, P= tekanan gas (atm), B=
memunyai daya adsorpsi yang besar konsentrasi (mol/detik), A= konstanta
Boltzman, T= suhu mutlak (°K)
18
ISSN 2407-8476
Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

Jika B dan S tetap, maka makin Morris dan Weber menemukan


besar tekanan, mol zat yang bahwa laju adsorpsi bervariasi seiring
teradsorpsi makin besar. dengan akar pangkat dua dari waktu
6. Daya Larut terhadap Adsorben kontak dengan adsorben. Kecepatan ini
Jika daya larut tinggi maka juga meningkat dengan menurunnya pH
proses adsorpsi akan terhambat karena sebab perubahan muatan pada permukaan
gaya untuk melarutkan karbon. Kapasitas adsorpsi dari karbon
solute/adsorbat berlawanan dengan terhadap suatu zat terlarut tergantung
gaya tarik adsorben terhadap adsorbat. pada dua-duanya, karbon dan zat
7. Koadsorpsi terlarutnya. Kebanyakan limbah cair
Suatu adsorben yang telah adalah kompleks dan bervariasi dalam
mengadsorsi suatu zat akan hal kemampuan adsopsi dari campuran-
mempunyai daya adsorpsi yang lebih campuran yang ada. Struktur molekul,
besar terhadap adsorbat tertentu kelarutan, dsb, semuanya berpengaruh
daripada daya adsorpsi awal. terhadap kemampuan adsorpsi.
8. Pengadukan Derajat/kemungkinan adsorpsi akan
Jika dilakukan pengadukan, terjadi dan menghasilkan hubungan
semakin cepat pengadukan maka kesetimbangan berkorelasi menurut
molekul-molekul adsorbat dan hubungan empiris dari Freundlich, dan
adsorben akan saling bertumbukan turunan Langmuir. Untuk penerapan
sehingga akan memercepat proses praktis, isothermal Freundlich
adsorpsi. biasanya memberikan hubungan yang
Proses Adsorpsi [7, 8] memuaskan. Isothermal Freundlich
Permukaan padatan yang kontak dinyatakan sebagai :
dengan suatu larutan cenderung untuk X 1
menghimpun lapisan dari molekul-  kC n …………………….(3)
M
molekul zat terlarut pada permukaannya
Dengan, X = berat dari unsur yang
akibat ketidakseimbangan gaya-gaya diadsorpsi, M = berat adsorben, C =
pada permukaan. Adsorpsi kimia
konsentrasi yang tersisa dalam larutan. k
menghasilkan pembentukan lapisan dan n adalah konstanta yang tergantung
monomolekular adsorbat pada pada temperatur, adsorben, dan unsur-
permukaan melalui gaya-gaya dari
unsur yang diserap.
valensi sisa dari molekul-molekul pada Persamaaan Langmuir didasarkan
permukaan. Adsorpsi fisika diakibatkan
pada keseimbangan diantara kondensasi
kondensasi molecular dalam kapiler- dan evaporasi dari molekul-molekul yang
kapiler dari padatan. Secara umum, diadsorpsi, mengingat lapisan adsorpsi
unsur-unsur dengan berat molekul yang
mono molekul.
lebih besar akan lebih mudah diadsorpsi.
X abC
Terjadi pembentukan yang cepat  ………………… (4)
sebuah kesetimbangan konsentrasi antar- M 1  aC
muka, diikuti dengan difusi lambat ke
dalam partikel-partikel karbon. Laju Ini dapat di ekspresikan dalam
adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh bentuk linear sebagai :
kecepatan difusi dari molekul-molekul 1 1 1 1
zat terlarut dalam pori-pori kapiler dari   …………… (5)
partikel karbon. Kecepatan itu X b ab C
M
berbanding terbalik dengan kuadrat dengan: b = jumlah yang diserap untuk
diameter partikel, bertambah dengan membentuk lapisan utuh pada
kenaikan konsentrasi zat terlarut, permukaan, a = konstanta yang
bertambah dengan kenaikan temperatur bertambah dengan kenaikan ukuran
dan berbanding terbalik dengan kenaikan molekuler. [9]
berat molekul zat terlarut.

19
ISSN 2407-8476
Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

Peristiwa adsorpsi suatu zat kedalam terjadi perubahan konsentrasi disebut


pori adsorben mengikuti mekanisme mass-transfer zone.
berikut: Dengan demikian bertambahnya
1. Perpindahan Massa adsorben dari waktu maka mass-transfer zone akan
larutan ke permukaan luar butir terus bergerak pada unggun tersebut.
adsorben. Kecepatan perpindahan Dari profil konsentrasi rata-rata yang
massanya dinyatakan dengan terjadi pada jumlah adsorbat dalam
persamaan: padatan maka akan menunjukkan
nA  k c aC A1  C Ai  ………….....(6) keadaan jenuh pada hulu, perubahan
besar pada daerah mass-transfer zone dan
2. Difusi adsorbat dalam pori adsorben
konsentrasi nol pada keluaran unggun.
yang mengikuti persamaan:
Kolom unsteady-state lebih sering
dC A
nA   De ……….........(7) digunakan untuk menangani limbah cair
d  jarak  dalam jumlah besar. Cairan dimasukkan
3. Perindahan massa adsorbat dari secara terus-menerus baik pada puncak
larutan dalam pori ke permukaan pori ataupun dasar kolom melewati unggun
adsorben, persamaannya adalah: padatan adsorben yang tetap. Padatan
menyerap sejumlah solute yang
nA  kc a(C A  C A ) ………..…..(8)
*
cenderung meningkat seiring dengan
Yang mengontrol perpindahan massa bertambahnya waktu. Ketika kapasitas
suatu zat ke dalam pori adsorben adalah adsorpsi padatan mendekati atau telah
mekanisme diatas, karena mekanisme mencapai kejenuhan, harus dilakukan
lainnya berlangsung cepat. Dengan regenerasi.
demikian perpindahan massa Pb(OH)2
dalam tumpukan arang bambu ditentukan Kurva Terobosan (Breakthrough
oleh: kecepatan aliran, beda konsentrasi Curve) [8]
antar fase padat-cair, difusi efektif Kurva terobosan merupakan kurva
Pada penelitian ini arang bambu yang menggambarkan suatu rentang
ditempatkan dalam suatu kolom tabung, kondisi terjadinya peningkatan drastis
sedang Pb(OH)2 dialirkan secara jumlah adsorbat yang teradsorpsi oleh
kontinyu lewat bagian atas kolom. adsorben, sebelum proses adsorpsi
mendekati kesetimbangan adsorpsi.
Adsorpsi Kontinyu
Dalam fixed-bed (unggun diam)
adsorpsi, konsentrasi dari fasa fluida dan
fasa padatan akan berubah terhadap
waktu sesuai dengan posisinya pada
unggun. Pada awalnya kebanyakan
terjadinyatransfer massa berada atau
mengambil tempat pada daerah hulu
(masukkan pada unggun), dimana fluida
akan mengadakan kontak yang
pertamakalinya dengan adsorben. Jika
pada padatan tidak mengandung adsorbat
pada awalnya, maka konsentrasi dari
Kesetimbangan adsorpsi terjadi bila
fluida akan turun dan mendekati nol
sebelum mencapai hilir (keluaran dari larutan dikontakkan dengan adsorben
padat, dan molekul dari adsorbat
unggun). Setelah beberapa lama maka
berpindah dari larutan ke padatan sampai
padatan dekat daerah hulu akan
konsentrasi adsorbat dilarutan dan
mengalami kejenuhan dan kemudian
padatan dalam keadaan setimbang. Data
transfer massa akan mengambil tempat
selanjutnya yang lebih jauh dari daerah kesetimbangan adsorpsi yang dihasilkan
pada temperatur konstan disebut adsorpsi
inlet. Daerah dimana paling banyak
20
ISSN 2407-8476
Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

isotermis. Untuk mengukur Larutan simulasi dibuat dengan


kesetimbangan adsorpsi dapat dilakukan melarutkan Pb nitrat pada aquades
dengan pengukuran konsentrasi adsorbat dengan perbandingan 0,1595 gram Pb
di larutan pada awal dan kesetimbangan. nitrat pada 10 mL air ditambah HNO3
[10] (1:1).

Adsorpsi Model Thomas Kemudian dilarutkan dalam 1000 mL


Adsorpsi adalah suatu proses yang aquadest. Konsentrasi Pb(OH)2 yang
kompleks yang kinerjanya didukung oleh terbentuk sebesar 1000 ppm.
banyak variable. Konsentrasi outlet dari Kemudian diambil 10 mL untuk
kolom adsorpsi merupakan salah satu diencerkan sampai 1000 mL untuk
parameter yang penting dalam membuat larutan Pb(OH)2 10 ppm.
merancang suatu proses. Memprediksi
konsentrasi dari outlet tidaklah mudah. b. Penjerapan
Kapasitas maksimum isian dari kolom Proses penjerapan dilakukan dengan
distilasi diperlukan di dalam memasukan arang bambu ke dalam
perancangan. Model Thomas ini kolom gelas. Kolom gelas diisi
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dengan arang bambu hingga
itu. Solusi Model Thomas adalah salah ketinggian 10 cm. Diisi dengan air
satu model yang umum pada teori kinerja suling, goyangkan untuk
kolom distilasi. menghilangkan gelembung udara
Modelnya yaitu: yang terperangkap. Hubungan bagian
atas kolom dengan pipa aliran
Pb(OH)2 dengan laju alir kontinyu
2 cc/detik. Larutan yang keluar diukur
konsentrasinya menggunakan AAS
PE 3110 setiap 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30
Dengan: Co: konsentrasi zat terjerap menit. Kemudian dilakukan cara yang
dalam penjerap pada t = 0 jam (g/100 g), sama dengan merubah ketinggian
C: konsentrasi zat terjerap dalam packingnya menjadi 15 cm serta
penjerap pada t jam (g/100 g), untuk arang bambu yang diaktivasi.
q0: konsentrasi maksimum /jenuh zat Dari percobaan diperoleh C A yang
terjerap dalam penjerap (g/100), KTh:
digunakan untuk menentukan nilai K
tetapan penjerapan (1/jam), w: massa
dengan perhitungan Model Thomas
penjerap (g), V: massa larutan / limbah
yang melewati penjerap (g), Q : laju alir Hasil dan Pembahasan
larutan / limbah yang melewati penjerap
(g/jam) Pengaruh tinggi pakcing terhadap
aktifitas penjarapan logam Pb(OH)2
Metodologi ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. pada
tinggi packing 15 cm terjadi penurunan
1. Penyiapan Arang Bambu yang cukup signifikan setelah menit ke
Dalam proses ini arang bambu 25, sedangkan pada tinggi packing 10 cm
dikeringkan dulu. Setelah itu diayak tidak ada penurunan yang signifikan.
sampai ukuran 8 mesh. Sebagian
arang bambu diaktivasi dengan cara Persamaan model Thomas
dipanaskan pada suhu 140°C selama 1 didapatkan Nilai Kth untuk tinggi kolom
jam, kemudian dihilangkan uap 10 cm sebesar: 0.000841 Nilai Kth untuk
panasnya di desikator tinggi kolom 15 cm sebesar: 0.00099, ini
berarti konstanta jerap pada packing 15
2. Penjerapan Limbah Logam Berat
cm lebih besar dari tinggi packing 10 cm.
a. Simulasi Limbah Pb

21
ISSN 2407-8476
Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

10.5 0.8 Konsentrasi pada kolom 10 cm


Konsentrasi pada tinggi kolom 10 cm
konsentrasi Pb/ppm Konsentrasi pada tinggi kolom 15 cm Konsentrasi pada kolom 15 cm

10 0.6

9.5 0.4

9 0.2

8.5 0
0 10 20
waktu/menit 30 0 10 20 30

Gambar. 1 Hubungan waktu dengan Grafik 2. Hubungan prosentase penurunan


konsentrasi Pb (OH)2 Pb(OH)2 dengan waktu
Dari tabel I dapat terlihat bahwa aktivasi ini ditunjukkan dengan semakin naiknya
arang bambu bepengaruh terhadap konsentrasi Pb(OH)2. Sedangkan pada
penjerapan Pb(OH)2. Hal ini dapat arang bamboo yang diaktivasi kemapuan
dilihat dari data konsentrasi yang jerapnya baik, ditunjukkan pada grafik
semakin menurun pada arang bamboo 1, konsentrasi Pb(OH)2 terus menurun
yang diaktivasi sedangkan pada arang seiring bertambahnya waktu. Pada menit
bambu yang tidak diaktivasi ke 30 penjerapan belum mencapai titik
penjerapannya tidak maksimal., jenuhnya. Hal ini dapat diartikan bahwa
ditunjukkan pada grafik 1. Pada grafik 1 arang bambu masih dapat menjerap
dapat dilihat bahwa semakin lama waktu Pb(OH)2.
penjerapan konsentrasi Pb(OH)2
menurun sampai menit ke 10 dan menit Dari perhitungan adsorpsi kontinyu
berikutnya data naik. Hal ini berdasarkan model Thomas diperoleh
mengindikasikan bahwa kemampuan nilai kTh pada arang bambu yang tidak
jerap arang bambu tanpa aktivasi kecil. diaktivasi sebesar 0.00099 dan nilai k
Bahkan pada menit ke 15 dan pada arang bambu yang diaktivasi
selanjutnya tidak terjadi penjerapan hal sebesar 0.001305.

10 0.6
Konsentrasi dengan aktivasi (ppm)
konsentrasi Pb/ppm

konsentrasi Pb/ppm

Konsentrasi
Konsentrasi Tanpa aktivasi (ppm)
dengan aktivasi
9.5 0.4 (ppm)

9 0.2

8.5 0
0 10 20 30 0 10waktu/menit20 30
waktu/menit

Grafik 3. Hubungan Konsentrasi Pb Grafik 4. Hubungan Waktu dengan


dengan Waktu untuk arang bambu tanpa Pb(OH)2 yang Terjerap untuk arang
dan diaktivasi bambu tanpa dan diaktivasi

22
ISSN 2407-8476
Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017

Kesimpulan berpengaruh pada kemampuan menjerap


dari arang bambu. Pada arang bambu
Adsorpsi limbah Pb(OH)2 menggunakan yang diaktivasi kemampuan
arang bambu dengan variasi tinggi menjerapnya bagus, sedangkan pada
packing dapat disimpulkan bahwa tinggi arang bambu yang tidak diaktivasi
packing mempengaruhi adsorpsi, hal ini kemampuannya kurang optimal. Nilai
dapat dilihat dari nilai k, pada tinggi kTh dari penjerapan dengan arang
packing 10 cm di peroleh nilai k sebesar bambu yang tidak diaktivasi yaitu
0.000841, sedangkan pada tinggi sebesar 0,0009 sedangkan pada arang
packing 15 cm diperoleh nilai k sebesar bambu yang diaktivasi yaitu sebesar
0.00099. 0.001305.
Dari penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa aktivasi

DAFTAR PUSTAKA
[1] Wardhana, W. A., 1995, “Dampak Pencemaran Lingkungan”, Andi Offset,
Yogyakarta.
[2] Manahan, S. E, 1990, “Environment Chemistry”, 4 ed, Jewis Publisher, Michigan, p.
17-18.
[3] Metecalf & Eddy, 1979, “Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse”,
McGraw-Hill Publishing Company, New York.
[4] Zhao, Ru-Song, et al, 2007, “Using Bamboo Charcoal as Solid-phase Extraction
Adsorbent for The Ultratrace-level Determination of Perfluorooctanoic Acid in
Water Samples by High-performance Liquid Chromatography-mass Spectrometry”.
[5] Forster, U and Wittman, t. w, 1983, “Metal Pollution In The Aquatic Environment”,
Spinger-Zerlag, Berlin, p. 207-213.
[6] Castellan, G. W, 1985, “Physical Chemistry”, 2 ed, Addisoan Wesley Publishing
Company, Massachusetts, p. 435-437.
[7] Haryadi, Is, 2006, “Menentukan Koefisien Perpindahan Massa Penjerapan Ion Logam
Berat Pb(OH)2 Menggunakan Chitosan”, Surakarta.
[8] Malkoc, Emine, et al, 2006, “Cr(VI) adsorption by waste acorn of Quercus
ithaburensis in fixed beds: Prediction of Breaktrough curves”, Elsevier, Turkey.
[9] Subiarto, 2000, http://digilib.batan.go.id/sipulitbang/fulltext/2626.pdf
[10] Soenardjo. E, dkk, 1991, “Padi Buku III”, Bogor, Badan Penelitian dan
Pengembangan dan penelitian.

23

Anda mungkin juga menyukai