Anda di halaman 1dari 84

BULETIN AGRITEK

Volume 1, Nomor 1, November 2019


Penanggungjawab:
Dr. Yudi Sastro SP., MP.
Reviewer:
Prof. Dr. Ir. Rubiyo, M.Si
Dr. Rudi Hartono, SP., MP.
Ir. Sri Suryani M Rambe, M.Agr.
Drs. Afrizon, M.Si

Anggota:
Prof. Dr. Ir. Rubiyo, M.Si
Dr. Rudi Hartono, SP., MP.
Ir. Sri Suryani M Rambe, M.Agr.
Drs. Afrizon, M.Si

Mitra Bestari
Dr. Ir. Darkam Musaddad, M.Si.
Dr. Shannora Yuliasari, STP., MP.
Ir. Muhammad Chosin, MSc.,Ph.D.
Dr. Andi Ishak, A.Pi., M.Si.

Redaksi Pelaksana
lrma Calista Siagian,S.TP.,M.Agr.Sc
Herlena BidiAstuti, SP
Kusmea Dinata. SP
Yahumri,SP
Ria Puspitasari,S. Pt, M. Si
Engkos Kosmana,S.ST
Evi Silviyani,S.ST
Adianto,S.Kom
Juarsih, AMd.

Alamat Redaksi
Balai Pengakjian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Jln. Irian KM. 6,5 Bengkulu, 38119
Telpon/Faximile : (0376) 23030/345568 E-mail : bptp_bengkulu@yahoo.com.
Website : www.bengkulu.litbang.pertanian.go.id

ISSN-
Buletin AGRITEK
Volume 1 Nomor 1, Bulan November 2019

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus


di Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)
Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti dan Rudi Hartono ............................................. 1

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG,
BAWANG MERAH, DAN BUNCIS
Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina Br Karo dan Darkam
Musaddad .................................................................................................................. 8

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARAT
Fandi Ahmad, Satria Putra Utama, dan Reswita .................................................. 18

ANALISIS PENERIMAAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI


KEDELAI PADA GAWANGAN KARET BELUM MENGHASILKAN
DI KABUPATEN BENGKULU UTARA
Herlena Bidi Astuti, Miswarti, Shannora Yuliasari Dan Engkos Kosmana........ 30

OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK


PENINGKATAN RODUKSI PADI GOGO MELALUI
TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH
Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad..................................... 36

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN


USAHATANI JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading
Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera
Barat)Aprinal, Reswita, dan Sriyoto ....................................................................... 46

KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG


HIBRIDA DI LAHAN SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA
Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M. Rambe danErpan Ramon ............ 70

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG


HIBRIDA PADA SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN
BENGKULU SELATAN
Yartiwi, Yahumri, Jhon Firison dan Darkam Musaddad..................................... 84
ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG
(Studi Kasus di Desa Talang Perapat Kabupaten Seluma)

Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti dan Rudi Hartono

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu


Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu. Email:lenabidi@gmail.com

ABSTRAK
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi alokatif penggunaan faktor-
faktor produksi usahatani jagung di Desa Talang Perapat Kecamatan Seluma Barat
Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. Data primer diambil dari 54 petani Jagung dengan
menggunakan metode sensus. Hasil analisis efisiensi alokatif pada usahatani jagung
menunjukkan nilai NPM, seperti tanah pertanian adalah > 1, benih dan pupuk urea <1, yang
artinya bahwa penggunaan faktor produksi dapat dikatakan tidak efisien untuk tanah
pertanian, dan belum efisien untuk benih dan pupuk kandang urea.
Key Word : efficiency, corn, on farm

PENDAHULUAN penggunaan faktor-faktor produksi


(input) secara tepat guna.
Jagung merupakan komoditas
Permintaan masyarakat terhadap
pertanian yang selalu menempati posisi
komoditas jagung baik dalam kualitas
strategis dan berperan penting dalam
maupun kuantitas terus meningkat,
perekonomian Indonesia. Jagung juga
namun penawaran jagung sampai saat ini
merupakan komoditas pangan yang
masih belum dapat mengimbangi
penting kedua setelah padi, karena
permintaan. Keadaan ini dapat
berfungsi sebagai makanan pokok dan
menciptakan peluang pasar yang cukup
pakan ternak serta bahan baku industri
terbuka untuk komoditas jagung
(Krismawati, 2005). Selain itu usahatani
sehingga perlu upaya peningkatan
jagung merupakan sumber pendapatan
produksi (Doni N, 2007). Dalam
dan peluang kerja bagi sebagian besar
mengusahakan usahatani jagung, besar
penduduk di desa. Oleh karena itu
kecilnya produksi yang dihasilkan petani
peningkatan produksi jagung perlu terus
dipengaruhi oleh kemampuan petani
dilakukan dalam rangka meningkatkan
mengalokasikan penggunaan input yang
ketahanan pangan nasional dan
beragam. Penggunaan input yang efektif
memperluas kesempatan kerja (Suyudi,
dan efisien akan dapat menghasilkan
2007). Salah satu cara untuk
produksi yang optimal.
meningkatkan produksi jagung adalah
dengan cara intensifikasi, yaitu upaya
peningkatan produksi dengan

Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019


1
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Kabupaten Seluma merupakan responden dalam penelitian ini adalah
penghasil jagung terbesar kedua di sebanyak 54 petani.
Provinsi Bengkulu. Kecamatan Seluma Data yang diperlukan dalam
Barat adalah salah satu kecamatan penelitian ini bersumber dari data
penghasil jagung terbesar di Kabupaten sekunder dan data primer. Data primer
Seluma (BPP Talang Dantuk, 2015). diperoleh dari hasil wawancara langsung
Desa Talang Perapat adalah salah satu kepada responden yang menjadi objek
desa dari Kecamatan Seluma Barat penelitian melalui pengisian daftar
merupakan daerah sentra produksi pertanyaan yang telah dipersiapkan
jagung di Kabupaten Seluma. Besarnya sebelumnya, sedangkan data sekunder
produksi jagung di Desa Talang Perapat diperoleh dari instansi-instansi yang
dipengaruhi oleh berbagai macam input terkait serta studi pustaka/ literatur-
usahatani jagung. Penelitian bertujuan lieratur yang berhubungan dengan
untuk mengetahui tingkat efisiensi penelitian ini.
alokatif penggunaan faktor-faktor Analisis Data
produksi usahatani jagung di Desa Penggunaan faktor produksi
Talang Perapat Kecamatan Sukaraja (input) dikatakan efisien secara alokatif
Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. kalau nilai dari produk marjinal (NPM)
sama dengan harga faktor produksi
METODE PENELITIAN
(input) yang bersangkutan. Kondisi
Penentuan lokasi dilakukan efisiensi alokatif menghendaki nilai
secara sengaja (purposive), yaitu produk marjinal x sama dengan harga
bertempat di Desa Talang Perapat faktor produksi x (Soekartawi, 2001),
Kecamatan Seluma Barat Kabupaten sehingga persamaannya dapat dituliskan
Seluma Propinsi Bengkulu. Dipilihnya sebagai berikut:
lokasi penelitian ini diambil dengan
NPMxi
pertimbangan bahwa Desa Talang NPMx = Px , atau = 1 , atau
Pxi
Perapat memiliki luas panen jagung
b. Y . Py / xi
terbesar di Kecamatan Seluma Barat =1
Pxi
Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. Dimana :
Responden pada penelitian ini NPMx = Nilai produk marjinal input
adalah petani jagung yang mengusahakan b = elastisitas produksi
lahannya untuk berusahatani jagung pada Y = Produksi
musim tanam 2015. Jumlah populasi Py = Harga produksi
petani jagung di Desa Talang Perapat X = Faktor produksi X
sebanyak 54 petani, sehingga jumlah
ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di
Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti
dan Rudi Hartono 2
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Px = Harga faktor produksi X HASIL DAN PEMBAHASAN
b.Y. Py = 1 : yang dapat diartikan bahwa
Penggunaan Faktor Produksi
X.Px produksi efisien
Penggunaan faktor produksi
b.Y. Py ˂1 : yang dapat diartikan bahwa
pada kegiatan usahatani merupakan hal
X.Px pengguna faktor produksi
yang sangat penting, karena akan
belum efisien, maka
mempengaruhi produksi yang akan
penggunaan faktor produksi
dihasilkan. Adapun benih unggul yang
perlu dikurangi
digunakan oleh petani pada waktu
b.Y. Py ˃1 : yang dapat diartikan bahwa
penelitian dilakukan ialah benih unggul
X.Px pengguna faktor produksi
hibrida, diantaranya benih hibrida P-21
tidak efisien, maka
dan P-22, dan benih hibrida BISI. Petani
penggunaan faktor produksi
tetap menggunakan benih unggul hibrida
perlu ditambah
walaupun harga benih jagung hibrida
Untuk mendapatkan nilai input
semakin mahal tiap tahunnya. lebih
optimal faktor produksi X maka
banyak menggunakan benih unggul
persamaannya adalah sebagai berikut :
karena dapat meningkatkan produksi.
b. Y . Py
X=
Px
Tabel 1. Penggunaan Faktor Produksi
No Variabel Jumlah rata-rata
Kg/Lt/HKSP/Ut/Mt/ Kg/Lt/HKSP/Ha/Mt/
1. Benih 20.352 24.519
2. Pupuk
˃Urea 92.407 104.567
˃SP-36 93.888 95.194
3. Pestisida ˃Kleen up
˃Gramaxone 2.074 1.981
˃Lindomin 2.555 2.854
0.675 0.626
4. Tenaga kerja
˃dalam keluarga 54.59 69.15
˃Luar keluarga
19.66 0.99
Sumber: Data primer diolah 2016
Penggunaan Benih benih oleh petani di daerah penelitian
Hasil tabulasi data penelitian Petani mendapatkan benih jagung hibrida
pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata dengan cara membeli, baik di Kios,
penggunaan benih oleh petani di Desa Pasar, Koperasi, ataupun tengkulak.
Talang Perapat adalah sebanyak 20,352 Harga benih di Kabupaten Seluma pada
Kg/Ut atau 24,519 Kg/Ha. Penggunaan musim tanam Desember 2015 – Maret
ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di
Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti
dan Rudi Hartono 3
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
2016 berkisar antara Rp 30.000 s.d mengatasi gulma liar pada saat persiapan
Rp 36.000 per kilogram. lahan, sehingga lahan menjadi bersih dan
Penggunaan Pupuk siap untuk ditanami. Biasanya setelah
Pada waktu penelitian dilakukan, jenis panen petani membiarkan lahan mereka
pupuk yang digunakan oleh petani di sebelum ditanami kembali, kondisi ini
Desa Talang Perapat adalah pupuk Urea akan mengakibatkan berkembangnya
dan SP-36. Dari Tabel 1 dapat dilihat sejumlah gulma liar di lahan mereka.
bahwa jumlah penggunaan masing- Oleh karena itu, untuk memudahkan
masing pupuk adalah; Urea sebanyak dalam mengatasinya maka petani
92,4 Kg/Ut atau 104,56 Kg/Ha, dan SP- menggunakan pestisida kleen up.
36 sebesar 93,8 Kg/Ut atau 95,19 Kg/Ha. Penggunaan Tenaga Kerja
Jumlah penggunaan pupuk Urea dan SP- Tenaga kerja yang digunakan
36 relatif sama besar dikarenakan dalam usahatani jagung berasal dari
pentingnya fungsi pupuk Urea dan SP-36 dalam keluarga dan luar keluarga, tenaga
sebagai perangsang pertumbuhan kerja yang digunakan mencakup tenaga
tanaman dan mempercepat pembungaan kerja pria dan wanita. Tenaga kerja pria
serta pemasakan biji dan buah. dalam keluarga digunakan mulai dari
Penggunaan Pestisida kegiatan persiapan lahan, penanaman,
Jenis pestisida yang digunakan penyulaman, pemupukan, penyemprotan
adalah Kleen Up, Gramaxone dan hama dan penyakit tanaman, penyiangan,
Lindomin. Dari Tabel 1 dapat diketahui pemanenan, dan penjemuran. Sementara
bahwa jumlah penggunaan untuk tenaga kerja wanita dalam keluarga
masing-masing pestisida adalah : kleeen sebagian besar hanya digunakan pada
up sebanyak 2,07 Lt/Ut atau 1,98 Lt/Ha, kegiatan persiapan lahan, penanaman,
gramaxone sebanyak 2,55 Lt/Ut atau penyulaman, pemupukan, penyiangan,
2,85 Lt/Ha dan lindomin sebanyak 0,67 pemanenan, dan penjemuran. Sedangkan
Lt/Ut atau 0,63 Lt/Ha. Jumlah tenaga kerja luar keluarga baik pria dan
penggunaan pestisida gramaxone adalah wanita digunakan hanya untuk
yang terbanyak diantara ketiga jenis membantu kegiatan tertentu dalam
pestisida yang digunakan, hal ini usahatani jagung, seperti pada kegiatan
disebabkan pestisida gramaxone selalu penanaman, dan pemanenan.
digunakan petani untuk mengatasi gulma Dari Tabel 1 terlihat bahwa
pada saat persiapan lahan dan dalam penelitian ini tenaga kerja yang
penyiangan. Sedangkan pestisida kleen digunakan dalam usahatani jagung
up banyak digunakan petani untuk diperhitungkan dengan Hari Kerja Setara

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di


Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti
dan Rudi Hartono 4
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Pria (HKSP) baik untuk tenaga kerja penanaman dan pemanenan. Penggunaan
dalam keluarga maupun tenaga kerja luar tenaga kerja luar keluarga pada saat
keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga penanaman agar tanaman dapat tumbuh
kerja dalam keluarga ialah sebesar 69,15 secara serentak, dan besarnya
HKSP/Ha dan untuk tenaga kerja luar penggunaan tenaga kerja luar keluarga
keluarga adalah sebesar 0,99 HKSP/Ha. pada saat pemanenan dikarenakan jagung
Penggunaan tenaga kerja terbesar adalah yang telah masak harus dipanen dengan
pada tenaga kerja dalam keluarga, karena cepat dan serentak sesuai dengan waktu
tenaga kerja dalam keluarga digunakan panennya, sehingga kualitas jagung yang
dalam semua kegiatan usahatani jagung dihasilkan dapat terjaga dengan baik.
baik pada saat persiapan lahan,
Analisis Efisiensi Alokatif Usahatani
penanaman, penyulaman, pemupukan, Jagung Di Desa Talang Prapat
penyemprotan hama dan penyakit Dari Tabel 2 diketahui nilai
tanaman, penyiangan, pemanenan, dan NPM luas lahan adalah >1, sehingga
penjemuran. penggunaan luas lahan dapat dikatakan
Penggunaan tenaga kerja luar tidak efisien, NPM benih dan pupuk urea
keluarga hanya dibutuhkan pada dua ialah < 1, yang artinya faktor produksi
kegiatan, yaitu pada saat kegiatan benih dan pupuk urea belum efisien.

Tabel 2. Analisis efisiensi alokatif nilai NPMxi variabel-variabel bebas yang berpengaruh
terhadap usaha tani jagung.
NPMx Variabel bebas
Luas lahan Benih Pupuk urea
B 0.710314787 0.220 0.127
X 0.986 24.519 104.568
Px 1468606.702 832608.025 131446.384
Y 4806.481 4806.481 4806.481
Py 1429.630 1429.630 1429.630
b.Y.Py/X.Px 3.370 0.074 0.063
NPMx =1; efisien
NPMx˃1; tidak efisien ˃1 ˂1 ˂1
NPMx˂1; belum efisien

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2016


Faktor Produksi Luas Lahan alokatif penggunaan faktor produksi luas
Hasil estimasi yang didapat lahan dengan rata-rata luas lahan sebesar
menunjukkan nilai NPMx untuk faktor 0,98 Ha tidak efisien yang artinya faktor
produksi luas lahan ialah 3,370. Sesuai produksi perlu ditambah. Perlunya
dengan kriteria persamaan analisis penambahan penggunaan faktor produksi
efisiensi alokatif > 1, maka secara luas lahan ini disebabkan jarak tanam
ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di
Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti
dan Rudi Hartono 5
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
yang kurang tepat pada lahan usahatani di produksi benih. Pengurangan benih perlu
daerah penelitian yaitu menggunakan dilakukan karena petani jagung didaerah
jarak tanam 100 cm x 40 cm yang penelitian memasukkan benih kedalam
memerlukan luas lahan lebih besar. Hal lubang tanam lebih dari dua benih
ini sesuai dengan rekomendasi Balai disetiap lubang tanam karena ketakutan
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) petani bila memasukkan dua benih, benih
Bengkulu 2005 bahwa jagung ditanam tidak tumbuh. Hal ini sesuai dengan
dengan menggunakan jarak tanam 75 cm pendapat Suprapto dan Marzuki 2002
x 25 cm. Sesuai dengan kondisi lapangan dalam Susanto 2005, yang menyatakan
didaerah penelitian, maka pengoptimalan bahwa pada jarak tanam 100 x 40 cm
faktor produksi luas lahan pada jarak benih yang digunakan adalah dua benih
tanam 100 cm x 40 cm dapat dilakukan tanaman perlubang. Adapun nilai input
dengan menambahkan luas lahan agar optimal faktor produksi benih agar
efisiensi alokatif faktor produksi luas tercapai kondisi efisien secara alokatif
lahan dapat tercapai. Adapun nilai input yaitu perlu pengurangan benih sebesar
optimal faktor produksi luas lahan agar 1,74 Kg/Ha, yang didapatkan melalui
tercapai kondisi efisien secara alokatif selisih nilai dari NPM faktor produksi
yaitu perlu penambahan luas lahan benih dengan nilai input optimal,
sebesar 0,047 Ha, yang didapatkan sehingga penggunaan faktor produksi
melalui selisih nilai dari NPM faktor benih yang tepat bagi petani jagung di
produksi luas lahan dengan nilai input Desa Riak Siabun adalah sebanyak
optimal, sehingga luas lahan yang ideal 22,779 Kg/Ha.
bagi petani jagung di Desa Riak Siabun Faktor Produksi Pupuk Urea
pada jarak tanam 100 x 40 cm adalah Berdasarkan hasil estimasi yang
sebesar 1.033 Ha. didapat pada Tabel 2 menunjukkan nilai
Faktor Produksi Benih NPM untuk faktor produksi pupuk urea
Hasil estimasi yang didapat ialah <1 yaitu sebesar 0,063, ini berarti
menunjukkan nilai NPMx untuk faktor secara alokatif penggunaan faktor
produksi benih ialah 0,074. Sesuai produksi pupuk urea sebesar 104,56
dengan kriteria persamaan analisis Kg/Ha belum efisien yang artinya perlu
efisiensi alokatif <1, maka secara alokatif pengurangan faktor produksi pupuk urea.
penggunaan faktor produksi benih Perlunya pengurangan faktor produksi
dengan rata-rata sebesar 24,519 pupuk urea disebabkan lahan di daerah
Kg/Ha/Mt belum efisien yang artinya penelitian adalah lahan gambut, sehingga
perlu pengurangan penggunaan faktor apabila pupuk urea banyak digunakan

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di


Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti
dan Rudi Hartono 6
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
maka lahan akan menjadi asam. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
sejalan dengan penelitian Andriani
Hendayana, R. dkk. 2005. Kajian
(2005), yang menyatakan bahwa Kelayakan Ekonomi Rakitan
penggunaan pupuk urea pada usahatani Teknologi Usahatani Jagung Di
Lahan Gambut. Jurnal Pengkajian
jagung lahan gambut adalah sebesar 100 dan Pengembangan Teknologi
Kg/Ha. Adapun nilai input optimal faktor Pertanian Vol. 8, No.1, Maret 2005
: 55-66. Balai Pengkajian
produksi pupuk urea agar tercapai Teknologi Pertanian. Bengkulu
kondisi efisien secara alokatif pada Krismawati, A dan M. A. Firmansyah.
2005. Kajian Teknologi Usahatani
kondisi lahan gambut ini yaitu perlu Jagung Di Lahan Kering
pengurangan pupuk urea sebesar 6,5 Kalimantan Tengah. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan
Kg/Ha (Lampiran 16), yang didapatkan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.1,:
melalui selisih nilai dari NPM faktor 39-54. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Tengah.
produksi benih dengan nilai input Palangkaraya
optimal, sehingga penggunaan faktor Malllaby. 2006. Efisiensi Alokatif Input
Usahatani Cabai Merah Keriting
produksi pupuk urea yang tepat bagi Pada Daerah Dataran Tinggi Dan
petani jagung di Desa Talang Prapat Dataran Rendah Di Bengkulu.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
adalah sebanyak 98,018 Kg/Ha. Universitas Bengkulu. (tidak
dipublikasikan).
KESIMPULAN BPP Sukaraja. 2007. Laporan Penyuluh
Pertanian Kecamatan Sukaraja
Tingkat efisiensi alokatif 2007. Bengkulu.
Susanto, E. 2005. Analisis fungsi
usahatani jagung di Desa Talang Prapat
Produksi Skala Usaha Pada
adalah lebih dari satu (>1) untuk faktor Usahatani Jagung Lahan Gambut
Di Desa Riak Siabun Kecamatan
produksi luas lahan, dan kurang dari satu
Sukaraja Kabupaten Seluma.
(<1) untuk faktor produksi benih dan Skripsi. UNIB. (tidak
dipublikasikan).
pupuk urea. Penggunaan faktor produksi
Suyudi, C. 2007. Peranan Sektor
luas lahan tidak efisien sehingga perlu Pertanian Terhadap
Perekonomian Indonesia.
penambahan luas lahan, penggunaan
www.pksyariahimmciputat.com
faktor produksi benih dan pupuk urea
belum efisien sehingga perlu
pengurangan penggunaan faktor
produksi.

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di


Desa Talang Prapat Kabupaten Seluma)Emlan Fauzi, Helena Bidi Astuti
dan Rudi Hartono 7
NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN
FINANSIAL SISTEM TANAM TUMPANG SARI
CABAI MERAH DENGAN KENTANG,
BAWANG MERAH DAN BUNCIS

Idha Widi Arsanti1, Agustina Erlinda Marpaung2, Bina Br Karo2


dan Darkam Musaddad3
1
Pusat Pendidikan Pertanian. Jl. Harsono RM No 3, Ragunan-Jakarta 12550
2
Kebun Percobaan Berastagi. Jl. Raya Medan-Berastagi Km 60, Berastagi 22156
3
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jl. Tangkuban Perahu 517 Lembang, Bandung
40391
Email : idha.arsanti11@gmail.com

ABSTRAK
Intensifikasi pertanian merupakan upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan
lahan pertanian yang ada di tengah keterbatasan lahan pertanian, diantaranya dalam bentuk
sistem tanam tumpang sari (polyculture) untuk meningkatkan nilai kesetaraan lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efisiensi penggunaan lahan dan nilai ekonomi
sistem tanam monokultur dan tumpang sari cabai merah dengan buncis, kentang, dan
bawang merah. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi pada ketinggian 1.340
m dpl dan jenis tanah Andisol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Desember 2015.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 6
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah : a) sistem tanam tumpang sari cabai
merah + (kentang + bawang merah); b) sistem tanam tumpang sari cabai merah + buncis
tegak; c) sistem tanam tumpang sari cabai merah + kentang; d) sistem tanam tumpang sari
cabai merah + bawang merah; e) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (buncis tegak
+ bawang merah); dan f) sistem tanam monokultur cabai merah. Hasil penelitian
mnunjukkan bahwa nilai kesetaraan lahan dari pola tanam tumpang sari cabai merah lebih
besar dari 1. Nilai tertinggi diperoleh dari sistem tanam tumpang sari cabai merah dengan
buncis tegak, yaitu 1,48. Sistem tanam yang paling menguntungkan adalah tumpang sari
cabai merah dengan kentang dan bawang merah karena menghasilkan keuntungan bersih
paling tinggi dibandingkan dengan pola tanam monokultur dan tumpang sari lainnya.
Sistem tanam tumpang sari cabai merah dengan kentang dan bawang merah
direkomendasikan karena memiliki nilai kesetaraan lahan dan keuntungan finansial lebih
tinggi daripada sistem monokultur cabai merah.
Kata kunci : cabai merah, tumpang sari tanaman, nilai kesetaraan lahan, keuntungan
ekonomi.

PENDAHULUAN potensi pasar yang terbuka lebar dan


diprediksi akan terus meningkat setiap
Cabai merah (Capsicum annuum
tahunnya akibat pertambahan jumlah
L.) merupakan salah satu komoditas
penduduk dengan laju berkisar 1,8%
sayuran utama yang banyak
pertahun (Arsil & Djatana, 2011).
dibudidayakan petani secara intensif
Secara nasional, luas areal panen
karena permintaan pasarnya cukup
cabai merah dalam periode 2010-2014
tinggi. Komoditas cabai merah memiliki

Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019


8
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
terus meningkat. Pada tahun 2014, luas monokultur maupun polikutlur (tumpang
areal panen cabai merah di Indonesia sari).
tercatat 128.734 ha dengan produktivitas Tumpang sari adalah salah satu
masih tergolong rendah yaitu berkisar cara meningkatkan efisiensi lahan,
antara 6,72 - 8,35 t/ha (Direktorat pemanfaatan cahaya, air dan hara,
Jenderal Hortikultura, 2015) mengontrol gulma, hama dan penyakit
dibandingkan dengan potensi serta merupakan jalur alternatif untuk
produktivitasnya yang dapat mencapai pertanian yang berkelanjutan
20-30 ton/ha (Syukur et al., 2012). (Lithourgidis et al., 2011). Tumpang sari
Rendahnya produktivitas cabai merah dilakukan dengan menanam beberapa
tersebut diantaranya disebabkan karena jenis tanaman pada lahan dan waktu yang
kurangnya pengetahuan/penguasaan sama. Penanaman yang diatur
teknologi di tingkat petani, rendahnya sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tingkat adopsi teknologi, terbatasnya tanaman akan membantu usaha
kepemilikan modal, dan risiko kegagalan pencapaian potensi produksi dari jenis-
panen akibat serangan hama penyakit jenis tanaman yang ditumpangsarikan.
(Suryaningsih & Hadisoeganda, 2007; Penundaan waktu tanam dari satu jenis
Ridwan et al., 2008; Duriat, 2008; tanaman yang ditumpangsarikan
Miskiyah & Munarso, 2009). seringkali dimaksudkan agar
Balai Penelitian Tanaman pertumbuhan maksimum terjadi pada
Sayuran (Balitsa) Badan Litbang waktu yang tidak bersamaan. ini akan
Pertanian telah berupaya untuk membantu usaha pencapaian potensi
mendorong peningkatan produktivitas produksi dari kedua jenis tanaman yang
cabai merah dengan menghasilkan ditumpangsarikan (Arma et al., 2013).
berbagai inovasi teknologi , mulai dari Berbagai hasil penelitian
teknologi perbenihan, pemuliaan menunjukkan bahwa model tanam, jarak
tanaman, kultur teknis, pengendalian tanam, waktu tanam, dosis pemupukan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan pengendalian hama penyakit akan
dan penanganan pascapanen. Beberapa berpengaruh terhadap produktivitas
varietas cabai merah telah dihasilkan dan tanaman (Sektiwi et al., 2013; Kristanto
dilepas oleh Balitsa, di antaranya varietas et al., 2013; Nurhayati et al., 2013).
Lembang untuk cabai merah keriting dan Sistem tanam tumpang sari cabai merah
Tanjung untuk cabai merah besar. dengan kubis tidak mempengaruhi
Demikian juga halnya dengan kultur pertumbuhan tanaman cabai merah dan
teknis, seperti sistem tanam baik dapat menekan serangan populasi B

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 9
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
tabaci sampai 60,72% dibandingkan 2009). Arsanti et al. (2014) menyatakan
dengan sistem tanam monokultur bahwa polatanam tumpang sari lebih
(Setiawati et al., 2008). Menurut tepat dilakukan dibandingkan dengan
Nurhayati et al. (2013), pertanaman monokultur pada dataran tinggi di
tumpang sari dapat meningkatkan hasil Berastagi Sumatera Utara karena lebih
cabai merah sampai 62%. Tumpang sari menguntungkan dan mendukung
jagung - kacang hijau dengan sistem konservasi lingkungan dibandingkan.
tanam legowo cenderung meningkatkan Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
produktivitas jagung dan nilai kesetaraan untuk mengkaji efisiensi penggunaan
lahan antara 25,44 - 61,7% (Suwardi & lahan dan nilai ekonomi sistem tanam
Safruddin, 2015). Sistem tanam tumpang monokultur dan tumpang sari cabai
sari lebih efisien dibandingkan merah dengan buncis, kentang, dan
monokulturnya (Handayani 2011; bawang merah pada agroekosistem lahan
Sucipto 2019; Saifuddin et al, 2010; kering dataran tinggi.
Sabaruddin 2011; Prasetyo et al. 2009).
METODE PENELITIAN
Keberhasilan tumpang sari
sangat ditentukan oleh kombinasi jenis- Penelitian dilakukan di Kebun

jenis tanaman penyusun. Tumpang sari Percobaan Berastagi, Kecamatan Dolat

50% selada : 50% tomat dan 75% selada Rayat, Kabupaten Karo – Sumatera

: 25% tomat dapat menekan pertumbuhan Utara, dengan ketinggian tempat 1.340 m

gulma pada 6 minggu setelah tanam dpl dan jenis tanah Andisol. Penelitian

(Pujisiswanto, 2011). Tumpang sari dilaksanakan pada bulan Juni sampai

jagung hibrida dengan kedelai dengan Desember 2015. Rancangan yang

berpengaruh positif terhadap digunakan adalah Rancangan Acak

pertumbuhan dan hasil jagung hibrida Kelompok (RAK) non-faktorial yang

(Yuwariah et al., 2017). terdiri atas 6 perlakuan dengan 4 ulangan.

Untuk mengevaluasi keuntungan Perlakuan yang diuji adalah : a) sistem

atau kerugian yang ditimbulkan dari pola tanam tumpang sari cabai merah +

tanam tumpang sari dengan monokultur (kentang + bawang merah); b) sistem

dapat dihitung dari Nilai Kesetaraan tanam tumpang sari cabai merah +

Lahan (NKL). Nilai NKL ini buncis tegak; c) sistem tanam tumpang

menggambarkan suatu areal yang sari cabai merah + kentang; d) sistem

dibutuhkan untuk total produksi tanam tumpang sari cabai merah +

monokultur yang setara dengan satu ha bawang merah; e) sistem tanam tumpang

produksi tumpang sari (Prasetyo et al., sari cabai merah + (buncis tegak +
bawang merah); dan f) sistem tanam
NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM
TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 10
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
monokultur. Ukuran petak percobaan e) Sistem tanam tumpang sari cabai
adalah 2,7 m x 10 m (terdiri dari 2 merah + (buncis tegak + bawang
bedeng), jarak antara bedeng 70 cm. merah)Cabai merah ditanam dengan
Tahapan penelitian adalah sebagai sistem single row dengan jarak dalam
berikut: barisan 80 cm. Buncis tegak ditanam
a) Sistem tanam tumpang sari cabai satu baris di satu sisi barisan samping
merah + (kentang + bawang merah) cabai dengan jarak dalam barisan 50
Cabai merah ditanam dengan sistem cm dan bawang merah dua baris di
single row dengan jarak dalam barisan satu sisi lainnya dengan jarak tanam
80 cm. Kentang ditanam satu baris di 20 x 20 cm.
satu sisi barisan samping cabai f) Sistem tanam monokultur
dengan jarak dalam barisan 50 cm dan Plot ini ditanam masing-masing
sisi lainnya bawang merah dua baris dengan satu jenis tanaman yaitu cabai
dengan jarak tanam 20 x 20 cm. merah, kentang, bawang merah, dan
b) Sistem tanam tumpang sari cabai buncis tegak. Jarak tanam masing-
merah + buncis tegak masing jenis sayuran adalah cabai
Cabai merah ditanam dengan sistem merah 80 x 60 cm, kentang 50 x 60
single row dengan jarak dalam barisan cm, buncis tegak 50 x 50 cm, dan
80 cm dan buncis tegak satu baris di bawang merah 20 x 20 cm.
kedua sisi samping cabai dengan jarak
Bagan Perlakuan
tanam dalam barisan 40 cm.
A (O = cabai merah, x = kentang, v =
c) Sistem tanam tumpang sari cabai
bawang merah)
merah + kentang x
O
x x
O
x x
O
x
O
x x
O
x
O
x
O
x x
O
x x x
O O
x x
O
x x x
O
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Cabai merah ditanam dengan sistem
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
O O O O O O O O O O O O
single row dengan jarak dalam barisan vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

80 cm dan kentang satu baris di kedua


B (O = cabai merah, b = buncis tegak)
sisi samping cabai dengan jarak dalam b b
O
b b
O
b b
O
b b
O
b b
O
b
O
b b
O
b b
O
b b
O
b b b b
O
b b
O
b b
O
b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b

barisan 50 cm. b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
O O O O O O O O O O O O
b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
d) Sistem tanam tumpang sari cabai
merah + bawang merah C (O = cabai merah, x = kentang)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
O O O O O O O O O O O O
Cabai merah ditanam dengan sistem x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

single row dengan jarak dalam barisan x


O
x x
O
x
O
x x x
O
x
O
x
O
x x
O
x
O
x x
O
x
O
x x
O
x x x
O
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

80 cm dan bawang merah dua baris di


kedua sisi samping cabai dengan jarak D (O = cabai merah, v = bawang merah)
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
O O O O O O O O O O O O
tanam 20 x 20 cm. vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 11
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
kg/ha, dan Patenkali butir = 125 kg/ha;
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
O O O O O O O O O O O O
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
bawang merah NPK (16-16-16) = 650
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

kg/ha dan SS Amophos = 450 kg/ha;


E (O = cabai merah, b = buncis tegak, v buncis tegak SS Amophos = 230 kg/ha
= bawang merah)
b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
O O O O O O O O O O O O
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
dan Patenkali butir = 180 kg/ha).
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

Patenkali butir merupakan merek pupuk


b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
O O O O O O O O O O O O
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
kimia dengan kandungan K2O sebesar
45%. Pemeliharaan lain berupa
F (O = cabai merah)
O O O O O O O O O O O O
penyiangan, pemupukan, penyiraman,
O O O O O O O O O O O O

pemasangan ajir, pengendalian hama dan


penyakit (fungisida Mankozeb atau
O O O O O O O O O O O O
O O O O O O O O O O O O Difenokonasol 250 g dengan dosis 2 g/ltr
air). Sebagai border yang merupakan
G (x = kentang) tanaman perangkap (trap crop), di
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

sekeliling pertanaman cabai ditanami


x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
jagung, yaitu untuk mencegah kutu daun

H (b = buncis tegak) bersayap yang bermigrasi.


b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
Parameter yang diamati :
b b
b b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b b b b b b b
b b b b b b b
b
b
b b b b
b b b b
b b b b b
b b b b b 1. Produksi cabai, yang kemudian
data dianalisa dengan uji F dan
I (v = bawang merah)
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
dilanjutkan dengan uji beda rata-
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
rata BNJ pada taraf 5%
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
2. Nilai kesetaraan lahan (LER)
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Untuk menghitung peningkatan
produksi lahan yang dihasilkan dalam
Penelitian ini menggunakan
penelitian ini, digunakan rumus sebagai
mulsa plastik hitam perak yang dapat
berikut :
meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan
menekan serangan penyakit (Marpaung
HA1 HB1
et al., 2014). Pemeliharaan tanaman NKL = +
berupa pemupukan susulan dengan HA2 HB2
metoda fertigasi 1 x 2 minggu, untuk HA1 = Hasil jenis tanaman A yang
cabai NPK (16-16-16) = 550 kg/ha, SS ditanam secara tumpang sari.
Amophos = 230 kg/ha, dan Patenkali HB1 = Hasil jenis tanaman B yang
butir = 50 kg/ha; kentang NPK (16-16- ditanam secara tumpang sari.
16) = 1.200 kg/ha, SS Amophos = 400

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 12
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
HA2 = Hasil jenis tanaman A yang 1. Hasil cabai merah umur 30 minggu
ditanam secara monokultur. setelah tanam.
HB2 = Hasil jenis tanaman B yang Produksi Per
Perlakuan Tanaman
ditanam secara monokultur (Treatments) (Production per
Plant), g
3. Analisis Finansial Usaha Tani. A. cabai merah + 490,87bc
kentang +
Analisis usaha tani dilakukan bawang merah
dengan menghitung pemasukan, B. cabai merah + 524,71b
buncis tegak
pengeluaran, dan keuntungan. Tingkat C. cabai merah + 389,24c
kentang
keberlanjutan sistem tumpang sari D. cabai merah + 484,13bc
bawang merah
ditentukan dengan analisis Benefit/Cost E. cabai merah + 396,79c
buncis tegak +
ratio (B/C ratio). Sistem usaha tani ini bawang merah
F. Monokultur 675.86a
layak dikembangkan jika B/C ratio > 0. KK (CV), % 7,36
B Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti
MBCR = oleh huruf yang sama pada
C kolom yang sama tidak
Keterangan: berbeda nyata menurut uji
B = Penerimaan bersih BNJ.
C = Biaya usahatani
Tabel 1 menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan tumpang sari cabai merah
dengan buncis tegak menghasilkan
Efisiensi Pemanfaatan Lahan
produksi per tanaman tertinggi, yaitu
1. Hasil tanaman cabai pada berbagai 524,71 g, namun tidak berbeda nyata
sistem tanam
dengan tumpang sari cabai merah dengan
Data pada Tabel 1 menunjukkan
kentang dan bawang merah serta
bahwa perlakuan monokultur nyata lebih
tumpang sari cabai merah dengan
tinggi hasil cabai merah per tanaman dari
bawang merah.
perlakuan tumpang sari, yaitu 675,86 g.
Hal ini diduga karena perlakuan 2. Nilai Kesetaraan Lahan (NKL)
monokultur memiliki populasi cabai Tabel 2 memperlihatkan bahwa
yang lebih banyak dua kali dibanding seluruh perlakuan tumpang sari cabai
perlakuan tumpang sari, sehingga merah memiliki nilai kesetaraan lahan
produksinya lebih tinggi. Hasil penelitian yang lebih tinggi dari monokultur. Hal ini
(Begum, Zaman & Khan 2015; Suresha menunjukkan bahwa pola tanam
et al. 2007) juga menghasilkan bahwa tumpang sari lebih efisien dan produktif
produksi cabai monokultur lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam
dibandingkan cabai tumpang sari. Tabel monokultur.

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 13
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Menurut Rifai et al., (2014), pola tanam tumpang sari lebih efisien dan produktif
dibandingkan dengan monokultur apabila NKL secara keseluruhan antara tanaman
tumpangsari mempunyai nilai lebih besar dari satu.
Tabel 2. Nilai kesetaraan lahan.
Hasil per Plot Produktivitas per Plot NKL
(kg/20 m2) (%) (LER)
Kentang Buncis Kentang
Cabai Bawang
Cabai Bawang Buncis
merah merah
merah merah
A 9,66 35,27 - 37,47 44,87 42,85 - 37,64 1,25
B 11,95 - 59,47 - 55,51 - 92,10 - 1,48
C 10,37 81,00 48,19 81,35 1,30
D 11,13 46,97 - - 51,72 57,07 - - 1,09
E 9,51 27,73 36,27 - 44,19 33,70 56,17 - 1,34
F 21,53 82,30 64,57 99,57 100,00 100,00 100,00 100,00 1,00

Diantara perlakuan pola tanam, nilai lebih tinggi dibandingkan perlakuan


produktivitas lahan yang tertinggi nilai monokultur cabai merah (Tabel 3).
kesetaraan lahannya adalah perlakuan Dihasilkan kisaran peningkatan
tumpang sari cabai merah dengan buncis penerimaan kotor perlakuan tumpang sari
tegak dengan nilai 1,48, yang berarti dibanding monokultur adalah berkisar
produktivitas lahan bertambah sebesar 5,23 - 31,91%. Pada harga penjualan
48% dibandingkan dengan pola tanam cabai merah Rp. 25.000/kg, kentang Rp.
monokultur, paling efisien dibandingkan 4.500/kg, bawang merah Rp. 8.500/kg
pola tanam lainnya. Sementara itu, NKL dan buncis Rp. 4.500/kg, diperoleh
terendah diperoleh pada perlakuan sistem penerimaan kotor tertinggi pada sistem
tanaman tumpang sari cabai dengan tanam tumpang sari cabai merah dengan
bawang merah sebesar1,09, yang berarti kentang dan bawang merah, yaitu sebesar
produktivitas lahan hanya bertambah 9%. Rp. 709.897/20m2 atau apabila
Hal ini menunjukkan bahwa setiap dikonversi ke dalam luasan 1 Ha
perlakuan tumpang sari memiliki berpotensi menghasilkan penerimaan
peningkatan produktivitas lahan kotor Rp. 248.463.833. Sedangkan yang
dibandingkan dengan pola tanam terendah adalah perlakuan monokultur
monokultur. cabai merah sebesar Rp. 538.167/20m2
atau berpotensi menghasilkan
Analisis Finansial Usaha Tani Cabai
Merah penerimaan kotor sejumlah Rp.
Nilai penerimaan kotor setiap 188.358.333/Ha.
perlakuan tumpang sari menghasilkan

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 14
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Tabel 3. Penerimaan kotor usahatani cabai merah pada berbagai perlakuan per 20 m2
Penerimaan
Produksi (kg/ 20 m2)
kotor
Perlakuan
Bawang
Cabai merah Kentang Buncis
merah
A 9.660 37.473 35.267 - 709.897
B 11.950 - - 59.467 566.350
C 10.373 81.000 - - 623.833
D 11.133 - 46.967 - 677.550
E 9.513 - 27.733 36.267 636.767
F 21.527 - - - 538.167

Harga Jual
25.000 4.500 8.500 4.500
(Rp/kg)

Pada Tabel 4 yang menghitung monokultur dan perlakuan tumpang sari


analisis finansial melalui tingkat lainnya, yaitu sebesar Rp. 709.897/20 m2
keuntungan bersih, diperoleh bahwa atau berpotensi menghasilkan Rp.
perlakuan tumpang sari cabai dengan 66.992.669/ha (Tabel 4) dan jika
kentang dan bawang merah dibandingkan dengan monokultur cabai
menghasilkan keuntungan bersih diperoleh peningkatan pendapatan
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan sebesar 63,38%.
Tabel 4. Analisis finansial usahatani cabai merah pada berbagai perlakuan per 20 m2 dan
per ha.
per 20 m2 (Rp) per Ha (Rp) B/C
Perla Biaya Penerim Keun- Biaya Penerimaan Keuntunga
kuan a-an tungan kotor n bersih
kotor bersih
A 518.489 709.897 191.408 181.471.164 248.463.833 66.992.669 0,37
B 506.502 566.350 59.848 177.275.750 198.222.500 20.946.750 0,12
C 489.502 623.833 134.331 171.325.867 218.341.667 47.015.800 0,27
D 580.571 677.550 96.979 203.199.990 237.142.500 33.942.510 0,17
E 542.960 636.767 93.806 190.036.095 222.868.333 32.832.238 0,17
F 421.016 538.167 117.151 147.355.467 188.358.333 41.002.867 0,28

Tabel 4 memperlihatkan bahwa seluruh 0,37. Sementara itu, perlakuan tumpang


perlakuan layak diusahakan secara sari lainnya memiliki efisiensi finansial
finansial karena memiliki nilai B/C ratio lebih rendah daripada monokultur
> 0. Nilai B/C ratio tertinggi diperoleh sehingga secara finansial tidak
pada sistem tanam tumpangsari cabai dianjurkan.
dengan kentang dan bawang merah yaitu

NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM


TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 15
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
of Java and Sumatra. Indonesia.
KESIMPULAN Disertasi oktober 2006. Humboldt
University of Berlin.
1. Nilai kesetaraan lahan pola tanam Arsil, P. dan Djatna, T. 2011.
tumpang sari cabai merah pada Pengelompokan sayuran berbasis
pertanian berkelanjutan untuk
seluruh perlakuan lebih besar dari 1. menunjang agroindustri pedesaan
Nilai tertinggi dicapai dari pola di Kabupaten Purbalingga’, Jurnal
Teknologi Industri Pertanian.
tanam tumpang sari cabai merah Vol.21, No.(2) : 81-88.
dengan buncis tegak yaitu 1,48 dan Begum, SA. Zaman, MS. Khan,
ASMMR. 2015. Intercropping of
terendah pada sistem tanam cabai root crops with chilli in charlands
dengan bawang merah yaitu 1,09. of Mymensingh. Progressive
Agriculture. Vol. 26 : 109-114.
2. Sistem tanam yang paling Direktorat Jenderal Hortikultura 2015.
menguntungkan adalah tumpang Statistik Produksi Hortikultura
Tahun 2014. Departemen
sari cabai merah dengan kentang dan Pertanian. Jakarta. Hlm : 19.
bawang merah dengan nilai R/C Handayani, A. 2011. Pengaruh model
tumpang sari terhadap
ratio sebesar 0,37 lebih tinggi pertumbuhan dan hasil tanaman
daripada sistem tanam monokultur gandum dan tembakau.
Widyariset. Vol. 14, No.(3) : 479-
dengan R/C ratio 0,28. 488.
3. Sistem tanam tumpang sari tanaman Kristanto, SP. Sutjipto, dan Soekarto.
2013. Pengendalian hama pada
cabai merah dengan kentang dan tanaman kubis dengan sistem
bawang merah menghasilkan tanam tumpang sari. Berkala
Ilmiah PERTANIAN. Vol.1, No.
tingkat efisiensi penggunaan lahan (1) : 7-9.
dan keuntungan finansial lebih Lihtourgidis, AS. Dorgas, CA. Damalas,
CA. dan Vlachostergios, DN.
tinggi dibandingkan dengan sistem 2011. Annual Intercrops : an
tanam monokultur cabai merah alternative pathway for sustainable
agriculture. Review Article.
sehingga layak untuk diterapkan. Australian Journal of Crop
Science, Vol. 5, No.(4) : 396-410.
DAFTAR PUSTAKA Marpaung, AE. Karo, B. dan Tarigan, R.
2014. Pemanfaatan Pupuk Organik
Arma, MJ. Fermin, U. dan Sabaruddin, L. Cair dan Teknik Penanaman
2013. Pertumbuhan dan produksi Dalam Peningkatan Pertumbuhan
jagung (Zea mays L.) dan kacang dan Hasil Kentang. J. Hort. vol. 24,
tanah (Arachis hypogaea L.) No.(1) : 49-55.
melalui pemberian nutrisi organik Miskiyah dan Munarso, SJ. 2009.
dan waktu tanam dalam sistem Kontaminasi Residu Pestisida
tumpang sari. J. Agroteknos. Vol. pada Cabai Merah, Selada, dan
3, No.(1) : 1-7. Bawang Merah: Studi Kasus di
Arsanti, IW. Bohme, M. dan Jahnke. Bandungan dan Brebes Jawa
2014. Evaluation of Vegetable Tengah serta Cianjur, Jawa Barat.
Farming Systems for J. Hort. Vol. 19, No.(1) : 101-111.
Competitiveness in Upland Areas Nurhayati, H. Darwati, I. dan Rosita,
SMD. 2013. Pengaruh pola tanam
NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM
TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 16
Br Karo dan Darkam Musaddad
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
dan dosis pupuk NPK terhadap 1-7.
pertumbuhan dan produksi Sektiwi, W. Nurul, A. dan Husni, T.
tanaman tempuyung (Sonchus 2013. Kajian Model Tanaman dan
arvensis L.). Buletin Penelitian Waktu Tanaman Dalam Sistem
Tanaman Rempah dan Obat. Vol. Tumpang Sari Terhadap
24, No.(1) : 8-13. Pertumbuhan dan produksi Benih
Prasetyo, Sukardjo, EI. dan Pujiwati, H. Jagung. J. Produksi Tanaman.
2009. Produktivitas Lahan dan Vol. 1, No. 3 : 59–70.
NKL pada Tumpang Sari Jarak Setiawati, W. Udiarto, B. dan Soetiarso,
Pagar dengan Tanaman Pangan. T. 2008. Pengaruh varietas dan
Jurnal Akta Agrosia. Vol. 12, sistem tanam cabai merah terhadap
No.(1) : 51-55. penekanan hama kutu kebul. J.
Pujisiswanto, H. 2011. Pertumbuhan Hort. Vol. 18, No.(1) : 55–61.
Gulma dan Hasil Tanaman Pada Soetiarso dan Setiawati. 2010. Kajian
Tumpang sari Selada dengan teknis dan ekonomis sistem
Tomat Diaplikasi Mulsa Jerami. J. tanaman dua varietas cabai merah
Agrivitor. Vol. 10, No. (2) : 139– di dataran tinggi. J. Hort. Vol. 20,
147. No.(3) : 280-298.
Ridwan, HK. Ruswandi, A. Winarno, Suresha, BA. Allolli, TB. Patil, MG.
Muharam, A. dan Hardiyanto. Desai, BK. dan Hussain, SA. 2007.
2008. Sifat Inovasi dan Aplikasi Yield and Economics of Chilli
Teknologi Pengelolaan Terpadu Based Intercropping System.
Kebun Jeruk Sehat dalam Karnataka J. Agric. Sci. Vol. 20,
Pengembangan Agribisnis Jeruk di No. 4 : 807-809.
Kabupaten Sambas, Kalimantan Suryaningsih, E. dan Hadisoeganda,
Barat. J. Hort. Vol. 18, No.(4) : AWW. 2007. Pengendalian Hama
457-465. dan Penyakit Penting Cabai
Rifai, A. Basuki, S. dan Utomo, B. 2014. dengan Pestisida Biorasional. J.
Nilai kesetaraan lahan budidaya Hort. Vol. 17, No.(3) : 261-269.
tumpagsari tanaman tebu dengan Suwardi dan Safruddin. 2015.
kedelai : studi kasus di desa Pemanfaatan Lahan pada Tanam
Karangharjo, kecamatan Sulang, Sistem Legowo Jagung dengan
Kabupaten Rembang. Widyariset. Tumpang sari Kacang Hijau.
Vol. 17, No.(1) : 59–70. Proseding Seminar Nasional
Sabaruddin, L. Rachmawati, H. Serealia. Hlm : 213-221.
Muhiddin, dan Anas, AA. 2011. Syukur, M. Sujiprihati, S. Yunianti, R.
Pertumbuhan, Produksi dan dan Nida, K. 2012. Pendugaan
Efisiensi Lahan dalam Sistem Komponen Ragam, Heritabilitas
Tumpang sari Jagung dan Kacang dan Korelasi untuk Menentukan
Hijau dengan Interval Penyiraman Kriteria Seleksi Cabai (Capsicum
Berbeda. J. Agron. Indonesia. Vol. annuum L.) Populasi F5. Jurnal
39, No.(3) : 153 - 159. Hortikultura Indonesia. Vol. 1,
Sucipto. 2009. Dampak Pengaturan Baris No.(3) : 74-80.
Tanam Jagung (Zea mays L.) dan https://doi.org/10.29244/jhi.1.2.74-80.
Populasi Kacang Hijau (Phaseolus Yuwariah, Y. Ruswandi, D. dan Irwan,
radiatus L.) dalam Tumpang sari AW. 2017. Pengaruh pola tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasul tumpang sari jagung dan kedelai
Kacang Hijau, Jagung. Agrovigor. terhadap pertumbuhan dan hasil
Vol. 2, No.(2) : 67-78. jagung hibrida dan evaluasi
Syaifuddin, Mado, I. dan Idris. 2010, tumpang sari di Arjasari
Perbedaan Waktu Tanam Kacang Kabupaten Bandung. Jurnal
Hijau dalam Pertanaman Jagung. Kultivasi. Vol. 16, No.(3) : 514-
Jurnal Agrosistem. Vol. 6, No.(1) : 521.
NILAI KESETARAAN LAHAN DAN KEUNTUNGAN FINANSIAL SISTEM
TANAM TUMPANG SARI CABAI MERAH DENGAN KENTANG, BAWANG
MERAH, DAN BUNCIS Idha Widi Arsanti, Agustina Erlinda Marpaung, Bina 17
Br Karo dan Darkam Musaddad
KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
RUMAH TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI
JONGGOR, KECAMATAN GUNUNG TULEH
KABUPATEN PASAMAN BARAT

Fandi Ahmad1, Satria Putra Utama2, dan Reswita3


Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Kota Bengkulu.
email: reswita17@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendapatan rumah tangga adalah salah satu indikator untuk menentukan tingkat
kemiskinan. Penelitian ini dilakukan di Jorong Rabi Jonggor, Kecamatan Gunung Tuleh,
Kabupaten Pasaman Barat dari bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Tujuan
penelitian adalah: (1) menganalisis pendapatan rumah tangga petani nilam dengan
indikator garis kemiskinan, (2) menghitung kontribusi usahatani nilam terhadap total
pendapatan petani, dan (3) mengukur ketimpangan pendapatan/pengeluaran rumah tangga
petani nilam (Gini rasio). Pengumpulan data dilakukan melalui survei terhadap 44 orang
petani nilam. Data yang dikumpulkan adalah input dan output usahatani nilam, pendapatan
petani yang bersumber dari usahatani dan luar usahatani, pengeluaran rumah tangga petani
(pangan dan non pangan). Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan garis
kemiskinan Sajogyo (1998) dan tingkat kemiskinan BPS (2016), analisis usahatani, analisis
total pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, serta Gini rasio. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentasi rumah tangga miskin berdasarkan indikator Sajogyo (1998)
adalah 7% sedangkan indikator BPS (2016) sebesar 70,5%. Kontribusi rata-rata usahatani
nilam terhadap total penerimaan rumah tangga petani sebesar Rp 1.792.544 (61,5%). Nilai
Gini rasio pendapatan rumah tangga petani 0,32 dan rasio pengeluaran 0,05 yang berarti
bahwa tidak terjadi ketimpangan pendapatan/pengeluaran rumah tangga petani nilam.
Kata kunci : nilam, pendapatan rumah tangga, garis kemiskinan, gini rasio

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara agraris peternak, atau nelayan di wilayah


yang memiliki potensi sumber daya alam pedesaan. Namun sayangnya, penduduk
sangat besar untuk kegiatan yang hidup dari sektor pertanian terutama
usahapertanian tanaman pangan, di daerah pedesaan masih berada dalam
perkebunan, kehutanan, kelautan, dan garis kemiskinan (Gultom, 2004). BPS
peternakan. Oleh karena itu, pertanian (2016) mencatat bahwa pada tahun 2015
memegang peranan penting dalam kemiskinan di daerah pedesaan sebesar
perekonomian Indonesia karena sebagian 17,94 juta orang lebih tinggi daripada di
besar penduduk hidup sebagai petani, perkotaan sebesar 10,65 juta orang.

Edisi 1 Vol 1 November 2019 Tahun 2020


18
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Permasalahan kemiskinan bukan padi ladang, jagung dan kebun karet.
hanya dihadapi Indonesia, namun Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
umumnya juga dialami oleh negara- menganalisis kemiskinan rumah tangga
negara sedang berkembang lainnya. Dua petani nilam berdasarkan penerimaan
permasalahan utama adalah kesenjangan usahatani, menentukan kontribusi
pendapatan dan tingkat kemiskinan penerimaan usahatani nilam terhadap
(poverty line) (Tambunan, 2001). penerimaan total rumah tangga petani,
Kabupaten Pasaman Barat dan menentukan ketimpangan
sebagai satu daerah wilayah di Sumatera pendapatan/pengeluaran rumah tangga
Barat masih menggantungkan petani nilam.
perekonomiannya pada sektor pertanian.
METODE PENELITIAN
Wilayah ini mayoritas penduduknya
bekerja pada sektor pertanian dan Penelitian ini dilakukan di Jorong
memiliki angka kemiskinan yang cukup Rabi Jonggor, Kecamatan Gunung Tuleh,
tinggi. BPS (2016) mencatat bahwa pada Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi
tahun 2015 terdapat 32,34 juta orang di Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan
Kabupaten Pasaman Barat masih berada pada bulan Januari sampai bulan Februari
di garis kemiskinan (BPS Kabupaten 2017.
Pasaman Barat, 2016). Responden penelitian ditentukan

Dusun atau Jorong Rabi Jonggor dengan cara sampel acak sederhana.

adalah salah satu Jorong yang banyak Jumlah responden sebanyak 44 orang

menghasilkan minyak nilam di ditentukan menggunakan rumus Slovin

Kecamatan Gunung Tuleh, Kecamatan (Setiawan, 2007) dengan error toleransi

Pasaman Barat. Masyarakat di Jorong sebesar 10% dengan rumus sebagai

Rabi Jonggor sudah lama berikut:


N
membudidayakan tanaman nilam dan n=
1+Ne²
tanaman ini memiliki peranan penting Keterangan:
dalam menopang perekonomian n = Jumlah responden
masyarakat karena harganya yang relatif N = Jumlah populasi
stabilantara Rp. 500.000/kg sampai Rp e = Batas error toleransi
600.000/kg di tingkat petani pada kesalahan (taraf kepercayaan 10%)
beberapa tahun terakhir. Selain 80
n = 1+(0,01)² = 44,44 = 44 responden
mengusahakan tanaman nilam
masyarakat di Jorong Rabi Jonggor juga
mengusahakan pertanian lainnya seperti

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 19
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data Py : Harga produk (Rp/satuan
lapangan berupa input dan output hasil panen)
usahatani nilam, pendapatan petani 2. Pendapatan total rumah tangga petani
(usahatani dan luar usahatani), nilam
pengeluaran rumah tangga petani Pendapatan dan pengeluaran rumah
(pangan dan non pangan). Data sekunder tangga dapat dapat dirumuskan sebagai
adalah data yang didapatkan dari berikut (Arida, 2015):
laporan/arsip/dokumen instansi terkait Pd = Pdon + Pdoff
seperti PPL, kepala jorong, dinas lingkup Keterangan:
pertanian, dan BPS setempat. Pd : Total Pendapatan rumah
Data dianalisis dengan beberapa tangga petani (Rp/Bln)
cara yaitu analisis: (1) pendapatan Pdon : Pendapatan dari usahatani
usahatani nilam, (2) pendapatan rumah (Rp/Bln)
tangga petani, (3) kontribusi penerimaan, Pdoff : Pendapatan dari luar
(4) pengeluaran rumah tangga petani, (5) usahatani (Rp/Bln)
pendapatan rumah tangga petani ditinjau TP = Pp + Pn
dari garis kemiskinan, dan (6) Keterangan:
ketimpangan pendapatan/pengeluaran TP : Total pengeluaran rumah
rumah tangga petani. tangga petani (Rp/bln)
1. Analisis pendapatan usahatani nilam Pp : Pengeluaran pangan (Rp/bln)
Pendapatan, penerimaan bersih atau Pn : Pengeluaran non pangan
keuntungan usahatani diperoleh dari (Rp/bln)
selisih penerimaan total dikurangi 3. Kontribusi usahatani nilam terhadap
dengan pengeluaran total (Soekartawi, total pendapatan rumah tangga petani
2008). Kontribusi usahatani nilam :
TR = Y.Py 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐭𝐚𝐧𝐢 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐦
𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐫𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐭𝐚𝐧𝐢 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐦
Keterangan:
x 100 %
TR : Total penerimaan (total
4. Pendapatan rumah tangga petani
revenue) (Rp/Ut)
nilam ditinjau dari garis kemiskinan
Y : Produksi yang diperoleh
Metode Sajogyo (1998):
dalam suatu usahatani
a) Paling miskin bila konsumsi beras
(Rp/Ut)
180 < kg /kapita/tahun.

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 20
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
b) Miskin sekali bila konsumsi beras pendapatan/ pengeluaran
180 - 240kg/kapita/tahun. ke- i
c) Miskin bila konsumsi beras 240 – FCi-1 = Frekuensi komulatif dari
320 kg/kapita/tahun. total pendapatan dan
d) Kecukupan, bila konsumsi beras > pengeluaran dalam kelas
320kg/kapita/tahun. pendapatan/ pengeluaran ke
Metode BPS (2016): (i-1)
Pengukuran kemiskinan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menghitung pengeluaran perkapita
per bulan yang dijadikan indikator Karakteristik Petani Nilam
kemiskinan menggunakan konsep Karakteristik petani nilam terdiri
kemampuan memenuhi kebutuhan atas umur, pendidikan, pengalaman
dasar (basic needs approach). berusahatani, jumlah anggota keluarga,
5. Ketimpangan pendapatan/ luas lahan usahatani, dan pekerjaan
pengeluaran rumah tangga petani sampingan (Tabel 1). Tabel 1
nilam menunjukkan bahwa usia petani nilam di
Koefisien Gini (Gini Ratio) Jorong Rabi Jonggor berada pada usia
adalah salah satu ukuran yang paling produktif yaitu rata-rata 45,27 tahun,
sering digunakan untuk mengukur namun tingkat pendidikan masih rendah
tingkat ketimpangan yaitu rata-rata 9 tahun (tidak tamat SD).
pendapatan/pengeluaran secara Usahatani nilam sudah digeluti
menyeluruh. Adapun rumus umum oleh petani cukup lama dengan rata-rata
Gini rasio diperlihatkan pada 18 tahun. Sementara itu, jumlah anggota
Persamaan berikut : keluarga rata-rata sekitar 4 orang
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja
GR = 1 – ∑𝒏𝒊=𝒊[𝒇𝒑𝒊 (𝑭𝑪𝒊 + 𝑭𝑪𝒊 − 𝟏)]
dari dalam keluarga relatif sedikit.
Keterangan : Usaha tani nilam merupakan
GR = Gini rasio usahatani utama bagi petani di Jorong
Fpi = Frekuensi penduduk dalam Rabi Jonggor dengan luas lahan rata-rata
kelas pendapatan dan 0,65 ha. Petani juga melakukan usahatani
pengeluaran ke- i lain yaitu padi ladang, jagung, dan karet
FCi = Frekuensi komulatif dari namun luasan lahannya relatif sempit
total pendapatan dan dibandingkan dengan nilam. Selain
pengeluaran dalam kelas bertani di lahan sendiri, petani ada juga
yang bekerja sebagai buruh tani dan

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 21
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
pekerjaan-pekerjaan sambilan lainnya di memenuhi kebutuhan keluarga
luar pertanian seperti berdagang dan perminggu karena petani menjual hasil
tukang/kuli bangunan pada saat tidak produksi dari usahatani karet satu kali
bertani di lahan milik sendiri. dalam seminggu. Selain mengusahakan
usahatani nilam, petani juga bertani karet,
Penerimaan Rumah Tangga Petani
Nilam padi ladang, dan jagung. Kontribusi
Sumber penerimaan rumah
penerimaan dari usahatani karet juga
tangga petani nilam sebagian besar
cukup besar yaitu rata-rata 15,18%
berasal dari sektor pertanian dengan rata-
sebagai sumber pendapatan mingguan.
rata 84% (Tabel 2). Dari Tabel 2
Padi ladang diusahakan petani untuk
diketahui bahawa penerimaan rumah
memenuhi konsumsi beras rumah tangga,
tangga petani terbesar berada pada sektor
sedangkan jagung untuk menambah
pertanian yaitu pada usahatani nilam
penerimaan rumah tangga petani yang
dengan persentasi 61,35% . Penerimaan
mengusahakannya.
dari usahatani karet dijadikan untuk
mengusahakannya.

Tabel 1. Karakteristik petani nilam di Jorong Rabi Jonggor, Kecamatan Gunung Tuleh,
Kabupaten Pasaman Barat.
No Uraian Jumlah Persentasi Rata-rata
(orang) (%)
1. Umur (tahun)
a. ≤35 9 20
b. 36-46 11 25 45,27
c. ≥46 24 55
Jumlah 44 100
2. Pendidikan (tahun)
a. 0-6 13 30
b. 7-9 17 38 9,07
c. 10-12 14 32
d. ˃13 0 0
Jumlah 44 100
3. Pengalaman berusaha tani (tahun)
a. 1-10 6 14
b. 11-20 28 63 18
c. 21-30 10 23
Jumlah 44 100
4. Jumlah anggota keluarga (orang)
a. 1-3 21 48
b. 4-6 20 45 4, 18
c. ˃7 3 7
Jumlah 44 100

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 22
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
5. Luas lahan usaha tani (ha)
Nilam
a. ≤0,5 21 48
b. 0,60-1 15 34 0,65
c. ≥1 8 18
Jumlah
Padi ladang
a. ˂0,25 35 80
b. 0,25-0,5 7 16 0,1
c. ˃ 0,5 2 4
Jumlah 44 100
Jagung
a. ˂0,25 38 86
b. 0,25-0,5 3 7 0,07
c. ˃0,5 3 7
Jumlah 44 100
Karet
a. ˂0,25 25 57
b. 0,25-0,5 12 27 0,26
c. ≥0,5 7 16
Jumlah 44 100
6. Pekerjangan sampingan
a. Pedagang 4 9
b. Kuli 1 2
bangunan
c. Buruh tani 5 12
d.Tukang bangunan 1 2
e. Penjahit 1 2
f. Honorer 1 2
g. Bengkel 1 2
h. Tidak ada pekerjaan sampingan 1 2
30 69
Jumlah 44 100

Tabel 2. Sumber penerimaan rumah tangga petani nilam di Jorong Rabi Jonggor
Sumber Penerimaan Nilai (Rp/bln) Persentasi (%)
1. Sektor Pertanian
a. Nilam 1.792.544 61,35
b. Padi ladang 81.943 2,8
c. Jagung 94.347 3,22 84
d. Karet 443.636 15,18
e. Buruh tani 34.091 1,16
Jumlah 2.446.561 84 84
2. Sektor non pertanian
a. Pedagang 159.091 5,44
b. Honorer 6.818 0,23 16
c. Kuli bangunan 16.364 0,56
d. Tukang bangunan 34.091 1,16
e. Penjahit 22.727 0,77
F.Sumbangan anggota keluarga 232.727 8
Jumlah 475.228 16 16
Total penerimaan 2.921.789 100 100
KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH
TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 23
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Pengeluaran Rumah Tangga Petani Nilam
Pengeluaran rumah tangga petani nilam terdiri atas pengeluaran untuk kegiatan (rata-
rata 22,23%) dan untuk kebutuhan-kebutuhan di luar pertanian yang jumlahnya lebih
dominan (77,77%). Jumlah pengeluaran petani ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengeluaran rumah tangga petani nilam di Jorong Rabi Jonggor


Uraian Biaya(Rp/bln) Persentase (%)
A Pengeluaran untuk kegiatan pertanian 22,23
1. Usaha nilam
.
a) Pembelian bibit 51.647
b) Upah tenga kerja luar keluarga 26.212
c) Sewa alat suling 69.659 17,47
d) Pembelian pupuk 108.245
e) Pembelian pestisida 40.620
2. Usaha padi ladang
a) Pembelian bibit 1.755 1,21
b) Upah tenaga kerja luar keluarga 2.348
c) Pembelian pupuk 11.191
d) Pembelian pestisida 5.212
3. Usaha tani jagung
a) Pembelian bibit 18.324
b) Upah tenaga kerja luar keluarga 1.591 3,45
c) Pembelian pupuk 31.909
d) Pembelian pestisida 6.696
4. Karet
a) Penggumpal lateks 1.638 0,10

Pengeluaran di luar sektor pertanian


B.
1. Makanan penting 1.113.341 65,67 77,77
2. Bukan makan penting 204.955 12,10
Jumlah pengeluaran rumah tangga (A+B) 1.694.416 100 100

Pengeluaran yang paling besar dari rumah tangga ini adalah usahatani
dikeluarkan oleh rumah tangga petani nilam. Sedangkan untuk pengeluaran
nilam adalah pengeluaran untuk pertanian yang paling rendah adalah
kebutuhan pokok makanan penting yaitu pengeluaran untuk usahatani karet yaitu
sebesar Rp. 1.113.341 per bulan dengan hanya sebesar Rp. 1.638 per bulan
persentasi 65,67%. Pengeluaran untuk dengan persentasi 0,10%.
pertanian yang paling besar dikeluarkan
Pendapatan Rumah Tangga Petani
adalah untuk biaya usahatani nilam yaitu Nilam
Rp. 296.024 per bulan dengan persentasi Pendapatan rumah tangga
17,47%. Pengeluaran untuk pertanian merupakan akumulasi dari semua
usahatani nilam menjadi pengeluaran penerimaan rumah tangga petani, baik
yang paling besar karena usahatani utama dari usahatani maupun non usahatani

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 24
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
dikurangi dengan pengeluaran rumah pada saat penelitian berlangsung. Miskin
tangga yang terdiri dari pengeluaran bila konsumsi beras 240 – 320
pertanian dan non pertanian. kg/kapita/tahun, tidak miskin bila
Dari Tabel 4 diketahui bahwa konsumsi beras > 320 kg/kapita/tahun.
penerimaan rumah tangga petani nilam Harga beras yang di tempat penelitian
lebih besar daripada pengeluaran ruamah pada saat penelitian berlangsung adalah
tangga sehingga rumah tangga Rp 10.000/kg. Berdasarkan ukuran
memperoleh pendapatan sebesar Rp. tersebut, maka jumlah tangga miskin
1.227.372/bulan. Menurut Ditimain adalah hanya 7% dari petani nilai yang
(2014) mengatakan bahwa besar kecilnya ada di Jorong Rabi Jonggor.
tingkat pendapatan rumah tangga petani Perhitungan tingkat kemiskinan
menentukan besar kecilnya tingkat dengan menggunakan indikator
kemiskinan atau kesejahteraan petani. kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
Tabel 4. Pendapatan rumah tangga petani (basic needs approach) digunakan oleh
nilam di Jorong Rabi Jonggor.
BPS (2016). Dengan pendekatan ini,
No Uraian Nilai
(Rp/bln) kemiskinan dipandang sebagai
1. Penerimaan 2.921.789 ketidakmampuan masyarakat dari sisi
rumah tangga
2. Pengeluaran 1.694.416 ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga dasar makanan. BPS Kabupaten Pasaman
3. Pendapatan 1.227.372
rumah tangga Barat (2016) menghitung garis
kemiskinan di kabupaten ini sebesar Rp
Kemiskinan Rumah Tangga Petani 367.159/kapita/bulan. Dengan metode
Nilam
Garis kemiskinan menurut ini, maka 70,5% petani nilam di Jorong
Sajogyo (1998) adalah setara konsumsi Rabi Jonggor termasuk dalam kategori
beras atau pengeluaran konsumsi beras miskin, suatu kesimpulan yang sangat
per kapita pertahun. Harga yang berbeda apabila dibandingkan dengan
dijadikan harga beras adalah harga beras metode Sajogyo .

Tabel 5. Tingkat Kemiskinan Menurut Nilai Tukar Beras di Jorong Rabi Jonggor.
Standar kemampuan Jumlah rumah tangga
Persentasi
No Uraian pemenuhan konsumsi (RT)
(%)
beras/kapita/bln (Rp)
1 Miskin < 266.666 3 7
2 Tidak miskin >266.666 41 93
Jumlah 44 100

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 25
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019

Tabel 6. Tingkat kemiskinan BPS (2016) berdasarkan data pengeluaran makanan penting
dan bukan makanan.
No Uraian Pengeluaran kebutuhan pokok Jumlah (RT) Persentasi (%)
(Rp/kapita/bln)

1 Miskin <367.159 31 70,5


2 Tidak Miskin ≥367.159 13 29,5

Jumlah 44 100

Ukuran kemiskinan berdasarkan Rendahnya sumberdaya manusia yang


basic needs approach lebih menekankan ditandai dengan tingkat pendidikan yang
pada jumlah pendapatan rumah tangga, rendah akan mempengaruhi wawasan
bukan jumlah konsumsi beras rumah petani dalam manajemen usahatani
tangga. Pendekatan ini sejalan dengan nilam. Lemahnya modal petani juga
dengan pendapat Remi dan menyebabkan pengembangan usahatani
Tjiptoherijianto (2002) yang mengatakan nilam akan terkendala. Kondisi ini
bahwa penyebab utama kemiskinan suatu merupakan produk masa lalu yang
rumah tangga adalah rendahnya menyebabkan kemiskinan sulit
pendapatan yang mereka terima. dihilangkan dari generasi ke generasi
Bagi petani nilam di Jorong Rabi (Usman, 2006). Kemiskinan seperti ini
Jonggor, sumber usaha produktif yang juga merupakan gejala kemiskinan
beragam belum mampu meningkatkan struktural (Suryanto, 2000), yaitu kondisi
pendapatan rumah tangga secara berarti. kemiskinan yang disebabkan oleh standar
atau kriteria subjektif yang dipengaruhi di Jorong Rabi Jonggor cukup besar yaitu
oleh adat, budaya, daerah, dan kelompok 61,35% (Tabel 7). Tingginya kontribusi
sosial. penerimaan ini menunjukkan bahwa
Kontribusi penerimaan usahatani usahatani nilam memegang peranan
nilam terhadap penerimaan total
pentig bagi perekonomian masyarakat.
keluarga petani
Kontribusi penerimaan rata-rata
rumah tangga petani dari usahatani nilam

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 26
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Tabel 7. Rata-rata kontribusi penerimaan usahatani nilam terhadap penerimaan total rumah
tangga petani nilam di Jorong Rabi Jonggor.
No Uraian Rp/Bulan Persentasi (%)
1 Penerimaan usaha tani nilam 1.792.544
61,35
2 Penerimaan rumah tangga 2.921.789

Ketimpangan pendapatan rumah


tangga petani nilam
Ketimpangan pendapatan rumah tingkat ketimpangan tinggi. Gini Ratio
tangga petani nilai di Jorong Rabi ini menunjukkan ketimpangan
Jonggor termasuk dalam kategori rendah pembagian pendapatan antara rumah
dengan Indeks Gini Ratio sebesar 0,32 tangga responden rendah. Hal ini karena
(Tabel 8). Todaro (2004) menyatakan sumber pendapatan utama responden
bahwa jika Indeks Gini Ratio kurang dari adalah dari usahatani nilam, sehingga
dari 0, 4, berarti tingkat ketimpangan tidak begitu terjadi perbedaan
rendah, antara 0,4-0,5 tingkat pendapatan yang berarti di antara
ketimpangan sedang, dan lebih tinggi 0,5 responden rumah tangga petani nilam.
Tabel 8. Distribusi pendapatan rumah tangga petani nilam di Jorong Rabi Jonggor.
Total
Persentasi
Golongan Pendapatan Komulatif Yi+Yi-1 Fi(Yi+Yi-1)
(100%)
(Rp)
40 % Terendah 7.699.972 14,26 14,26 14,26 0,06
40 % Menengah 22.973.100 42,54 56,80 71,06 0,28
20 % Tertinggi 23.331.306 43,20 100 171,06 0,34
Jumlah Pendapatan 54.004.378 100 0,68
Gini Rasio 0,32

Ketimpangan pengeluaran rumah


tangga petani nilam
Struktur pengeluaran juga dapat dilihat dari distribusi antar
merupakan indikator kesejahteraan yang komponen pengeluaran yang dapat
sama pentingnya dengan indikator dikelompokkan menjadi pengeluaran
lainnya pada rumah tangga. Tingkat untuk kebutuhan makanan penting dan
pemerataan pengeluaran rumah tangga bukan makanan penting.
Tabel 9. Ketimpangan pengeluaran rumah tangga petani nilam.
Total
Persentasi
Golongan pengeluaran Komulatif Yi+Yi-1 Fi(Yi+Yi-1)
(100%)
(Rp)
40 % Terendah 17.991.000 31,02 31,02 31,02 0,12
40 % Menengah 24.933.000 42,98 74,00 105,02 0,42
20 % Tertinggi 15.081.000 26 100 205,02 0,41
Jumlah Pengeluaran 58.005.000 100 0,95
Gini Rasio 0,05

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 27
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Tabel 9 menunjukkan bahwa dengan Indeks Gini Ratio berturut-turut
Indeks Gini Ratio didapatkan sebesar sebesar 0,32 dan 0,05.
0,05 yang menunjukkan bahwa tingkat
DAFTAR PUSTAKA
ketimpangan distribusi pengeluaran
rumah tangga petani nilam di Jorong Arida, 2015. Analisis Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Berdasarkan
Rabi Jonggor, Kecamatan Gunung Tuleh,
Proporsi Pengeluaran Pangan dan
Kabupaten Pasaman Barat berada pada Konsumsi Energi (Studi Kasus
pada Rumah Tangga Petani
tingkat ketimpangan rendah. Tingkat
Peserta Program Desa Mandiri
ketimpangan distribusi pengeluaran yang Pangan di Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar). Agrisep
rendah antara rumah tangga petani nilam
16(1):1-15.
dipengaruhi oleh jenis pengeluaran yang BPS. 2016. Statistik Indonesia 2016.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
tidak jauh berbeda antara rumah tangga.
BPS Kabupaten Pasaman Barat. 2016.
Selain itu, proporsi pengeluaran antara Kabupaten Pasaman Barat Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik
rumah tangga di Jorong Rabi Jonggor
Kabupaten Pasaman Barat.
tidak jauh berbeda seperti pengeluaran Simpang Ampek.
Ditimain, S., W. Girsang, dan J.
rumah tangga masyarakat yang tinggal di
Siwalette. 2014. Faktor-faktor
daerah perkotaaan dengan jenis Penyebab Kemiskinan dan Strategi
Penanggulangannya (Studi Kasus
pengeluaran yang lebih kompleks.
Desa Rutong Kecamatan Leitimur
KESIMPULAN Selatan Kota Ambon. Agrilan
2(1):1-16.
Persentasi tingkat kemiskinan Gultom. 2004. Analisis Pendapatan
Kemiskinan Petani Nilam di Desa
petani nilam di Jorong Rabi Jonggor, Sumbari dan Desa Bakal Gajah
Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Kecamatan Silima Pungga-Pungga
Kabupaten Dairi. Skripsi. Jurusan
Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
akan berbeda jika dihitung dengan Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan.
metode Sajogyo (1998) dan BPS (2016). Remi, S. dan Tjiptoherijanto. 2002.
Rumah tangga miskin berdasarkan hasil Kemiskinan dan Ketidakmerataan
di Indonesia. Rineka Cipta.
perhitungan total penerimaan kedua Jakarta.
metode tersebut berturut-turut yaitu 7% Sajogyo. 1998. Garis kemiskinan dan
Ukuran Tingkat Kesejahteraan
dan 70,5%. Penerimaan rumah tangga Penduduk. Gadjah Mada
petani dominan bersumber dari usahatani University Press. Yogyakarta.
Setiawan, N. 2007. Penentuan Ukuran
nilam yaitu sebesar 61,35% dari total Sampel memakai Rumus Slovin
penerimaan. Tidak terjadi ketimpangan dan Tabel Krejcie- Morgan:
Telaah Konsep dan Aplikasinya.
pendapatan maupun pengeluaran rumah Fakultas Peternakan Universitas
tangga petani nilam. Hal ini ditunjukkan Padjadjaran Bandung.
Soekartawi. 2008. Analisis Usahatani.
Universitas Indonesia. Jakarta.
KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH
TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 28
Utama, dan Reswita
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Suryanto. 2000. Perangkap Kemiskinan:
Problem dan Strategi
Pengentasanya. Erlangga
University Press. Jakarta.
Tambunan, T.T.H. 2001. Perekonomian
Indonesia: Teori dan Temuan
Empiris. Erlangga. Jakarta.
Todaro, M.P. 2004. Ekonomi
Pembangunan Edisi 2. Erlangga.
Jakarta
Usman, H. 2006. Pendekatan Populer dan
Praktis Ekonometrika Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan.
Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta.

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA PETANI NILAM DI JORONG RABI JONGGOR, KECAMATAN
GUNUNG TULEH, KABUPATEN PASAMAN BARATFandi Ahmad, Satria Putra 29
Utama, dan Reswita
Analisis Penerimaan dan Titik Impas Usahatani Kedelai Pada
Gawangan Karet Belum Menghasilkan
di Kabupaten Bengkulu Utara

Herlena Bidi Astuti1, Miswarti1, Shannora Yuliasari1 Dan Engkos Kosmana1


1
BPTP Balitbangtan Bengkulu, Jl Irian KM 6,5 Kelurahan Semarang Kec. Sungai serut
Kota Bengkulu EMail : lenabidi@gmail.com

ABSTRAK
Karet merupakan tanaman perkebunan yang banyak diusahakan petani di Provinsi
Bengkulu. Pada tahun 2018 tercatat 33,55 % dari luas tanaman perkebunan belum
menghasilkan adalah 114.237 hektar dan 33,55 persen adalah tanaman karet.
Memanfaatkan lahan gawangan dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani
dan meningkatkan produktivitas lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerimaan dan titik impas usahatani kedelai dengan 2 varietas (Anjasmoro dan Dena) dan
2 perlakuan dosis pupuk yang berbeda (50 kg Urea + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl per hektar
dan 25 kg Urea + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl per hektar) pada lahan gawangan karet belum
menghasilkan. Penelitian dilakukan di di Desa Kali dan Desa Gardu Kecamatan Armajaya
kabupaten Bengkulu Utara pada bulan Juni sampai dengan Desember 2018. Data yang
dikumpulkan adalah biaya input dan output usahatani kedelai pada gawangan karet belum
menghasilkan. Data dianalisis dengan RC ratio, analisis titik impas harga (TIH), dan titik
impas produksi (TIP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kedelai Anjasmoro
dengan dosis pupuk 50 kg Urea + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl per hektar paling
menguntungkan dengan nilai RC ratio tertinggi sebesar 1,57 dan nilai TIP dan TIH terendah
yaitu masing-masing 814,05 kg/ha dan Rp. 3.828/kg.
Kata Kunci : Karet, Kedelai, Lahan, Gawangan, Usahatani

bahkan mengusahakan swasembada


PENDAHULUAN
pangan selain beras yaitu kedelai.
Kedelai merupakan salah satu Bengkulu termasuk wilayah
komoditas tanaman pangan yang sangat dengan penduduk yang jarang / kurang
penting di Indonesia setelah padi dan (BPS,2017) dan setiap tahun terjadi
jagung. Komoditas ini dapat diolah penambahan penduduk sebanyak 1,55
menjadi tempe, tahu, dan kecap yang persen. Semakin bertambah jumlah
merupakan bahan pangan populer di penduduk maka permintaan akan
Indonesia, salah satu alternative sumber komoditas pangan akan bertambah pula.
protein nabati memenuhi kebutuhan gizi Tahun 2018 Penduduk Provinsi
penduduk (Rahayu dan Riptanti, 2010) diperkirakan sebanyak 1,934 juta jiwa.
Seiring dengan bertambahnya Luasan lahan wilayah 19.919,33 KM2
jumlah penduduk, permintaan akan
kedelai terus meningkat sehingga
mendorong pemerintah untuk melakukan
berbagai upaya peningkatan produksi
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
30
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
dengan luasan untuk pertanian masih Tujuan dari penelitian ini adalah
memungkinkan untuk pengembangan untuk menganalisis penerimaan dan titik
komoditas tanaman pangan. impas usahatani tumpangsari kedelai
Tumpangsari kedelai pada pada gawangan karet belum
gawangan karet yang belum menghasilkan.
menghasilkan memiliki beberapa
METODE PENELITIAN
manfaat. Karet merupakan usahatani
perkebunan yang membutuhkan waktu Penelitian dilakukan pada bulan
tahunan bagi petani untuk mendapatkan Juni sampai Desember 2019 di Desa Kali
hasil. Memanfaatkan gawangan pada dan Desa Gardu Kecamatan Arga Mulya
lahan perkebunan karet belum yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara
menghasilkan dapat menjadi solusi untuk Provinsi Bengkulu. Kebun karet yang
mengurangi biayaperawatan tanaman digunakan beumur kurang dari 2 tahun
karet sekaligus mengoptimalkan seluas 3 Hektar digunakan sebagai lokasi
produktivitas lahan serta memberikan penelitian.
tambahan pendapatan bagi petani. Dua varietas kedelai (Dena dan
Tumpang sari pada tanaman Anjasmoro dengan dosis pemupukan
karet belum menghasilkan dapat yang berbeda (50 Kg Urea + 100 Kg SP-
meningkatkan produktivitas lahan, 36 + 75 Kg KCL perhektar dan 25 Kg
meningkatkan pendapatan petani, serta Urea + 100Kg SP-36 +75 Kg KCL per
membantu pemeliharaan tanaman utama. hektar) ditanam pada gawangan karet
(Sahuri dan Rasyid,2015). Tumpangsari sehingga menghasilkan 4 perlakuan
kedelai pada gawangan karet telah (Tabel 1).
dilakukan oleh BPTP Balitbangtan
Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara.
Tabel 1. Perlakuan benih dan pemupukan kedelai pada gawangan karet
No Perlakuan varietas Dosis Pupuk
Urea SP-36 KCL
1 P1 Dena 50 100 75
2 P2 Dena 25 100 75
3 P3 Anjasmoro 50 100 75
4 P4 Anjasmoro 25 100 75

Data yang dikumpulkan pada (Kg/ha), dan peneriman usahatani


penelitian ini adalah biaya input produksi (Rp/ha). Penerimaan merupakan jumlah
untuk satu kali musim tanam kedelai pendapatan kotor (Total Revenue atau
(Rp/ha), output atau hasil panen kedelai TR) yang diperoleh dari perkalian antara

ANALISIS PENERIMAAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI


PADA GAWANGAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI
KABUPATEN BENGKULU UTARAHerlena Bidi Astuti, Miswarti, 31
Shannora Yuliasari Dan Engkos Kosmana
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
total jumlah produk yang atau Pq) (Gupito et.al.,2014).
dihasilkan (Quantity atau Q) dengan Persamaannya sebagai berikut :
harga persatuan produk tersebut (Price TR = Q x Pq
Kelayakan usahatani dianalisis = 1. Jika RC ratio < 1, maka usahatani
dengan menggunakan RC ratio yang kedelai merugikan.
nilainya diperoleh dari hasil bagi antara Titik impas penting dianalisis
jumlah pendapatan kotor (TR) dengan untuk mengetahui kelayakan usahatani.
jumlah biaya produksi (Total Cost atau Titik impas dapat dihitung berdasarkan
FC) dan biaya tidak tetap (Variabel Cost titik impas produksi (TIP) dan titik impas
atau VC). harga (TIH). TIP merupakan
RC ratio = TR / TC produktivitas minimal yang tidak
= TR / (FC+VC) merugikan usaha sedangkan TIH
Nilai RC ratio menunjukkan merupakan harga produk minimal yang
kelayakan usahatani kedelai. Jika RC tidak merugikan usaha (Jumakir dan
ratio > 1, maka usahatani Taufik,2010). TIP dan TIH dapat
menhuntungkan sehingga layak dinyatakan dalam persamaan sebagai
dilakukan. Usahatani tidak mengalami berikut :
keuntungan maupun kerugian atau TIP = TC / P
berada pada titik impas jika nilai RC ratio TIH = TC / Q

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya usahatani kedelai pada gawangan karet.

Biaya usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
kedelai. Biaya usahatani kedelai dimapilkan pada tabel 2.
Tabel. 2. Biaya produksi kedelai pada gawangan karet per hektar. (Dalam ribuan)
No Uraian Jumlah
P1 P2 P3 P4
1 Benih (Rp) 384 384 384 384
2 Pupuk (Rp) 1.554,6 1.462,3 1.554,6 1.462,3
3 Rhizobium (Rp) 140 140 140 140
4 Karung (Rp) 90 90 90 90
5 Terpal (Rp) 233 233 233 233
6 Pestisida (Rp) 575 575 575 575
7 Tenaga kerja (Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000
Jumlah 4.873 4.740,5 4.873 4.740,5
Sumber : Data primer diolah 2019

ANALISIS PENERIMAAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI


PADA GAWANGAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI
KABUPATEN BENGKULU UTARAHerlena Bidi Astuti, Miswarti, 32
Shannora Yuliasari Dan Engkos Kosmana
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pengendalian serangan hama dan
setiap perlakuan menggunakan biaya penyakit tanaman juga dilakukan sama.
yang tidak jauh berbeda. Perawatan Penerimaan dan usahatani kedelai pada
tanaman seperti penyiangan, gawangan karet dapat dilihat pada
pembumbunan dan penyemprotan untuk tabel 3.

Tabel 3. Analisis usahatani kedelai pada gawangan karet perhektar.


No Uraian Jumlah
P1 P2 P3 P4
1 Biaya produksi (Rp dlm 4.976,6 4.884,35 4.976,6 4.884,35
ribuan)
2 Produksi (Kg/ha) 950 1.040 1.300 1.090
3 Harga jual (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000
4 Penerimaan (Rp dlm ribuan) 5.700 6.240 7.800 6.540
5 Pendapatan (Rp dlm ribuan) 723,4 1.355,65 2.823,4 1.655,65
6 R/C 1,15 1,28 1,57 1,34
Sumber : Data primer diolah 2019
Pada tabel 2 dan tabel 3 dapat gawangan karet adalah benih varietas
dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil unggul. Berdasarkan hasil analisis
produksi dari setiap perlakuan. Produksi usahatani, introduksi varietas unggul
tertinggi ada pada P3 sebanyak 1.300 kedelai dapat memberikan keuntungan
Kg/ha. Perbedaan jumlah biaya yang bagi petani. Sejalan dengan hasil
digunakan pada stiap perlakuan karena penelitian Subagiyo dan Sutardi (2016)
biaya pupuk urea yang digunakan yaitu bahwa uji coba terhadap berbagai
50 kg/ha untuk pemupukan rekomendasi varietas unggul baru kedelai di Lampung
dan 25 kg/ha untuk pemupukan menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro
berdasarkan hasil analisis PUTK. Selain termasuk yang layak untuk
penggunaan biaya yang lebih sedikit dikembangkan.
varietas yang berbeda juga menjadi salah Sistem tumpangsari antara
satu penyebab berbedanya hasil tanaman lain dengan kedelai akan
produksi. berdampak pada ketersediaan unsur hara
Tabel 3 memperlihatkan bahwa N dalam pemupukan dan nilai
nilai R/C lebih besar dari 1 diperoleh ketersediaan N lahan jika dibandingkan
pada seluruh perlakuan Laksono dan dengan sistem monokultur
adnan (2011) menjelaskan bahwa nilai (Catharina,2019). Berdasarkan kinerja
RC ratio kedelai lebih dari satu agronomis maupun ekonomi dari
menunjukkan kedelai layak untuk tumpangsari, kombinasi penggunaan
diusahakan. Kedelai yang ditanam pada pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk
ANALISIS PENERIMAAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI
PADA GAWANGAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI
KABUPATEN BENGKULU UTARAHerlena Bidi Astuti, Miswarti, 33
Shannora Yuliasari Dan Engkos Kosmana
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
kimia meningkatkan produktivitas lahan Titik Impas Usahatani Kedelai Pada
Gawangan Karet
dan menguntungkan serta dapat
direkomendasikan bagi petani untuk Hasil analisis titik impas produksi (TIP)
meningkatkan pendapatan (Saleem et al., dan titik impas harga (TIH) usahatani
2015). Penelitian Sahara dkk (2016) kedelai dilakukan untuk mengetahui
harga pupuk merupakan faktor utama hubungan antara harga, peneriman dan
yang mempengaruhi petani menanam volume produksi. Selain itu nilai TIH dan
kedelai, untuk meningkatkan minat TIP menunjkkan kepekaan suatu
petani terhadap pengembangan usahatani terhadap perubahan produksi
komoditas kedelai diperlukan adanya dan harga (Fitria dan Ali. 2014). Hasil
jaminan harga pupuk dan harga kedelai penelitian menunjukkan nilai terkecil
yang layak bagi petani. Nilai tambah pola TIP adalah 814,05 Kg/ha artinya
tumpang sari (intercropping) pada penanaman kedelai pada gawangan karet
tanaman karet belum menghasilkan tidak akan mengalami kerugian jika
dapat meningkatkan produktivitas lahan, penurunan produksi tidak menacapai
meningkatkan pendapatan petani, serta 814,05 Kg/ha. Sedangkan nilai TIH
membantu pemeliharaan tanaman utama adalah 3.828 /kg ini berarti penanaman
(Sahuri dan Rasyid, 2015). kedelai tidak akan mengalami kerugian
jika penurunan harga tidak mencapai
Rp. 3.828/kg.

Tabel. 4. Nilai TIP dan TIH usahatani kedelai pada gawangan karet belum menghasilkan.
Uraian Jumlah
P1 P2 P3 P4
TIP (kg/ha) 829,43 814,05 829,43 814,05
TIH (Rp) 5.238 4.696 3.828 4.481
Sumber : Data primer diolah 2019

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Usahatani kedelai pada gawangan
Sahara Dewi, Reni Oelviani, dan Ratih
karet layak dan menguntungkan. Kurnia.2016. Analisis Fungsi
Perlakuan dengan penerimaan terbaik Keuntungan Pada Usahatani
Kedelai Di Kabupaten Grobogan,
adalah P3 Jawa Tengah. Jurnal Pengkajian dan
2. Nilai TIP terendah adalah 814,05 dan Pengembangan Teknologi
Pertanian.Volume 19, No.2,
TIH adalah Rp. 3.828. Halaman: 85-92.

ANALISIS PENERIMAAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI


PADA GAWANGAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI
KABUPATEN BENGKULU UTARAHerlena Bidi Astuti, Miswarti, 34
Shannora Yuliasari Dan Engkos Kosmana
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Jumakir Dan Taufik A. 2010. Kajian Perkaretan. Volume 34. No 2.
Teknologi Budidaya Dan Halaman : 77-88
Kelayakan Ekonomi Usahatani Saleem R, Ahmed ZI, Ashraf M, Arif M,
Kedelai Dengan Pendekatan Malik MA, Munir M. 2015.
Pengelolaan Tanaman Terepadu Response Of Maize-Legume
Di Lahan Pasang Surut Jambi. Intercropping System To
Jurnal Pengkajian Dan DifferentFertility Sources Under
Pengembangan Teknologi
Rainfed Conditions. Sarhad J.
Pertanian. Volume 13, No.1,
Agric. Volume 27. No. 4. Page :
Halaman 1-10
Subagio dan Sutardi. 2016. Kelayakan 503-511
Usahatani Varietas Unggulan Suwarto. 2008. Produktivitas Lahan
Kedelai Di Kabupaten Dan Biaya Usahatani Tanaman
Sleman.Prosiding Seminar Pangan Di Kabupaten Gunung
Nasional Hasil Penelitian Kidul. Jurnal Ekonomi
anamaneka Kacang Dan UMB. Pembangunan Volume. 9, No. 2.
Halaman 349-354 Halaman. 168 - 183
Gupito RW, Irham, Lestari, Rahayu Fitria Eka dan Ali M Nasir.2014.
Waluyati. 2014. Analisis Faktor- Kelayakan Usaha Tani Padi Gogo
faktor Yang Mempengaruhi Dengan Pola Pengelolaan
Pendapatan Usahatani Sorgum Di Tanaman Terpadu (Ptt) Di
Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Agro Ekonomi. Volume 24. No 1. Aceh. Jurnal Widyariset. Volume
Halaman 66-75 17. Nomor 3. Halaman 425-434.
Rahayu Wiwit dan Riptanti EW. 2010.
Analisis Efisiensi Ekonomi
Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Pada Usahatani Kedelai
Di Kabupaten Sukoharjo . Jurnal
Caraka Tani Volume XXV No.1.
Halaman 120-125
BPS. 2017. Indikator Kesejahteraan
Rakyat Provinsi Bengkulu. Badan
Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
BPS.2017. Bengkulu Dalam angka.
Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu
Cahatarina Suzannaa T. 2009. Respon
Tanaman Jagung Pada Sistem
Monokultur Dengan Tumpangsari
Kacang-Kacangan Terhadap
Ketersediaan Unsur Hara N Dan
Nilai Kesetaraan Lahan Di Lahan
ering. Jurnal GaneC Swara, Edisi
Khusus. Volume 3 No.2. Halaman :
17-21.
Sahuri dan Rosyid M.J. 2015. Analisis
Usahatani Dan Optimalisasi
Pemanfaatan Gawangan Karet
Menggunakan Cabai Rawit
Sebagai Tanaman Sela. Warta
ANALISIS PENERIMAAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI
PADA GAWANGAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI
KABUPATEN BENGKULU UTARAHerlena Bidi Astuti, Miswarti, 35
Shannora Yuliasari Dan Engkos Kosmana
OPTIMASI LAHAN KERING MASAM
UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO
MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO)
DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Jl. Irian Km. 6.5 Bengkulu 38119
Email. Irmaca_lista@yahoo.com

ABSTRAK
Luas wilayah Provinsi Bengkulu 1.991.933 ha sangat berpotensi untuk pengembangan
pertanian pada lahan kering karena memiliki luas lahan kering dataran rendah 796.800 ha,
diantaranya untuk pengembangan padi gogo. Pengembangan padi gogo varietas unggul
baru dengan penerapan teknologi pemupukan yang tepat diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas lahan kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemupukan terhadap pertumbuhan padi gogo varietas Inpago 8 di lahan kering masam
dengan penerapan beberapa komponen teknologi largo (larikan gogo). Penelitian
dilaksanakan di Desa Pasar Pedati, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu
Tengah pada bulan Oktober 2018 sampai dengan Februari 2019. Penelitian dirancang
dengan 3 dosis pupuk sebagai perlakuan yaitu: (P1) Urea 150 kg, TSP 100 kg, KCl 75 kg,
dan Za 25 kg/ha, (P2) Urea 200 kg, TSP 150 kg, KCl 100 kg, dan Za 50 kg, dan (P3) Urea
250 kg, TSP 200 kg, KCl 100 kg, dan Za 75 kg/ha dengan dengan 10 ulangan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 ulangan. Data yang dikumpulkan adalah
pertumbuhan vegetatif padi gogo (tinggi tanaman dan jumlah anakan), pertumbuhan
generatif (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi,
jumlah gabah hampa, berat 1000 butir, jumlah rumpun, dan produktivitas tanaman). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pemupukan pada perlakukan P2 menghasilkan
tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif tertinggi. Kemudian perlakuan pemupukan
dengan takaran Urea 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCL 755 kg/ha dan Za 25 kg/ha memiliki
produktivitas padi gogo varietas Inpago 8 sebanyak 5.03 ton/ha atau meningkat sebanyak
25% bila dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan pupuk Urea 250 kg/ha, TSP
200 kg/ha, KCL 125 kg/ha dan Za 75 kg/ha.
Kata Kunci : Pemupukan, Inpago 8, Lahan Kering Masam, Larikan Gogo

Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019


36
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
PENDAHULUAN tinggi 1.071.765 ha dan dari data tersebut
Indonesia memiliki daratan luas yang memiliki potensi pengembangan
yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian pertanian berada pada lahan kering
sekitar 188.20 juta ha yang terdiri atas dataran rendah, karena pada dataran
148 juta ha lahan kering (78%) dan 40.20 tinggi banyak di dominasi oleh hutan
juta ha lahan basah (22%). Lahan kering (BPS, 2015).
yang sesuai untuk lahan pertanian Padi (Oryza sativa L.)
mencapai sekitar 76.22 juta ha (52%) dari merupakan bahan pangan utama dan
total luas 148 juta ha. Kendala pada komoditi strategis bagi Indonesia.Pada
sebagian besar (73%) lahan pertanian di kenyataannya produksi padi nasional
Indonesia, baik lahan sawah maupun belum mampu mencukupi kebutuhan
lahan kering adalah kandungan bahan penduduk dengan banyaknya kebijakan
organik yang rendah (< 2%) (Setyorini et yang dilakukan seperti penggunaan
al., 2006).Provinsi Bengkulu mempunyai varietas unggul, pembangunan sarana
luas wilayah 1.991.933 ha dan secara irigasi, subsidi benih, pupuk, dan
umum lahan di Provinsi Bengkulu penggunaan pestisida dalam
dibedakan atas lahan basah dan lahan meningkatkan produksi padi secara
kering.Luas lahan kering dataran rendah nasional (Rohcmah et al., 2010).
796.800 ha, dan lahan kering dataran
Tabel 1. Luas Panen Padi Ladang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun
2010-2015 (Ha)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
a. Bengkulu Selatan 587 648 348 331 243
b. Rejang Lebong 1674 1706 1082 2399 757
c. Bengkulu Utara 3663 3718 2046 2407 1076
d. Kaur 1128 1538 1600 1383 1697
e. Seluma 643 774 431 1048 1485
f. Mukomuko 2496 5046 2898 2838 1174
g. Lebong 7 80 13 1039 250
h. Kepahiang 133 469 36 852 282
i. Bengkulu Tengah 1992 2338 2841 3120 1465
J. Kota Bengkulu - - - - -
Provinsi Bengkulu 12323 16317 11295 15417 8429
Sumber. BPS 2015

OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI


GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 37
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Peluang untuk meningkatkan akibat alih fungsi lahan memerlukan
produksi padi di Provinsi Bengkulu pengembangan pertanian ke lahan-lahan
masih dapat ditingkatkan melalui kering secara optimal.Peluang
dukungan teknologi yang dihasilkan pengembangan pertanian di lahan kering
Badan Litbang Pertanian.Upaya khusus cukup besar, baik dari segi potensi
dalam peningkatan produksi padi sumber daya lahan maupun peluang
dilakukan dengan penerapan berbagai peningkatan produktivitas melalui
teknologi diantaranya intensifikasi penerapan paket-paket teknologi yang
dakam penggunaan teknologi larikan dihasilkan Badan Litbang Pertanian.
gogo super di lahan kering.Teknologi Secara umum budi daya padi gogo
yang diterapkan yakni teknologi spesifik dilakukan petani pada: a) lahan terbuka
lokasi dan mudah untuk diadopsi.Salah (ladang/ tradisional) dan sekitar bantaran
satu cara memperbaiki pertumbuhan padi sungai, b) sekitar per- bukitan daerah
dengan penggunaan pupuk yang tepat aliran sungai (DAS), dan c) ditumpang-
dan varietas unggul baru. Sejalan dengan sarikan dengan tanaman perkebunan dan
perkembangan dan kemajuan teknologi pada hutan tanaman industri yang muda
pemupukan serta terjadinya perubahan (Toha 2005). Budidaya padi gogo
status hara di dalam tanah maka umumnya memiliki banyak keterbatasan
rekomendasi pemupukan yang telah ada diataranya petani padi gogo umumnya
perlu diteliti lagi dan disempurnakan belum mengenal teknologi maju. Karena
(Kasniari dan Supadma, 2007). itu, rata-rata hasil padi gogo secara
Tantangan pengadaan pangan nasional baru mencapai 2,56 t/ha atau
nasional ke depan akan semakin berat 54% dari rata-rata hasil padi sawah yang
mengingat banyaknya lahan irigasi subur telah mencapai 4,74 t/ha (BPS 2005).
yang terkonversi untuk kepentingan Lahan kering umumnya
nonpertanian, sedangkan jumlah memiliki produktivitas rendah dan lahan
penduduk terus bertambah. Pada pihak kering di kawasan beriklim basah
lain, laju pertambahan produktivitas umumnya didominasi oleh jenis tanah
lahan sawah juga semakin menurun Ultisols dan Oksisols masam (pH
akibat diterapkannya teknologi yang rendah), miskin hara, kadar bahan
semakin intensif, tetapi jumlah pupuk organik rendah, kandungan besi dan
yang diberikan tidak seimbang dengan mangan tinggi, dan sering mengandung
jumlah hara yang terangkut ke luar alumunium yang melampaui batas
petakan berupa jerami panen atau hilang toleransi tanaman(Mulyani et al.
terbakar. Berkurangnya luas lahan sawah 2004).Komponen teknologi utama dalam

OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI


GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 38
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
usaha produksi padi gogo adalah varietas swasembada beras cukup berat bila tidak
unggul yang adaptif terhadap berbagai mempertimbangkan kontribusi produksi
permasalahan di lahan kering seperti padi lahan kering.Kondisi lahan kering
kekeringan, kemasaman tanah dan yang kurang subur dengan sumber
penyakit blas.Ketersediaan varietas pengairan terbatas sangat mempengaruhi
unggul ini menjadi salah satu kunci rendahnya produktivitas padi gogo.
keberhasilan peningkatan produksi padi Untuk itu diperlukan terobosan teknologi
gogo nasional.Dalam rentang waktu lima dalam meningkatkan produksi padi
tahun terakhir, Badan Litbang Pertanian melalui penambahan input produksi
melalui Balai Besar Penelitian Tanaman agar diperoleh hasil yang maksimal,
Padi telah banyak melepas varietas yaitu dengan teknik budidaya padi Largo
unggul baru padi gogo. Salah satunya (larikan gogo) Super.
adalah Inpago 8 yang dilepas tahun 2011 Larik Gogo (LARGO) adalah
dan merupakan hasil persilangan antara terobosan teknologi budidaya padi gogo
varietas padi gogo Cirata dengan galur dengan merekayasa jumlah populasi per
TB177. Inpago 8 memiliki potensi hasil hektar minimal 200.000 rumpun dengan
yang cukup tinggi yakni mencapai 8,1 menerapkan cara tanam jajar legowo.
ton/ha, dengan rata-rata hasil 5,2 ton/ha. Penanaman dilakukan dengan alsin
Umur panen varietas ini adalah 119 tabela larik pola jajar legowo 2 : 1.
hari.Inpago 8 memiliki rasa nasi yang Varietas unggul padi gogo yang potensi
enak dengan tekstur nasi pulen. hasilnya tinggi diantaranya varietas
Keunggulan lain dari varietas ini adalah Inpago 8, 9, 10 dan IPB 9G.Provitas
tahan terhadap beberapa ras penyakit tinggi adalah kombinasi wajib larik gogo
blas, toleran terhadap kekeringan, dan plus pupuk hayati, pestisida nabati dan
agak toleran terhadap keracunan biodekomposer.Inovasi Sistem Tanam
aluminium. Varietas ini baik ditanam di Largo terus dikembangkan dengan
lahan kering dataran rendah sampai penambahan beberapa komponen
dataran menengah, baik lahan kering teknologi sehingga dihasilkan Inovasi
subur maupun lahan kering masam (BB Sistem Tanam LARGO SUPER. Sistem
Padi, 2014).Varietas unggul tidak akan Tanam LARGO SUPER merupakan
memperlihatkan keunggulannya tanpa di penerapan teknologi yang diawali dengan
dukung oleh teknologi budidaya yang penggunaan benih unggul, Perangkat Uji
optimal. Ketergantungan produksi padi Tanah Kering (PUTK), pupuk hayati
pada lahan sawah dalam Agrice Plus, pestisida nabati Bio
mempertahankan dan meningkatkan Protector, dan biodekomposer Agrodeko

OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI


GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 39
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
1 atau M Dec, penggunaan lampu mencapai 5,0 – 7,9 ton/hektar. Hasil
perangkap hama, dan pemasangan kajian lain memperlihatkan bahwa
feromon hingga mekanisasi pertanian penerapan teknologi largo super
(Balitbangtan, 2018). memberikan provitas 8 ton GKP/hektar
Beberapa keunggulan penerapan per musim, dimana hasil padi dengan
teknologi largo super diantaranya cara konvensional hanya 6 ton
adalah:(1) populasi tanam jauh lebih GKP/hektar per
banyak yaitu 200.000 rumpun/hektar musim.Pengkajianlainnya yang
(menggunakan jajar legowo 2:1) mengaplikasikan teknologi largo super
dibandingkan dengan konvensional ini yakni BPTP Jawa Tengah
(tugal, 15x25 cm) yakni berkisar bekerjasama dengan Balai Besar
160.000an rumpun/hektar; (2) Penelitian Padi masing-masing bisa
mempermudah pemeliharaan saat menghasilkan Inpago 8 : 5,0 t/ha, Inpago
menyiangi rumput karena ada legowo; 9: 6,1 t/ha, Inpago 10: 7,9 t/ha, dan
(3) pemupukan lebih mudah dan efektif Inpago 11: 7,1 t/ha. Penelitian ini
karena pupuk diletakkan di tengah bertujuan untuk mengetahui pengaruh
larikan; (4) mengurangi input biaya pemupukan terhadap pertumbuhan
penggunanaanbahan organik degan varietas unggul baru padi gogo di lahan
decomposer; (5) pemberian pupuk sesuai kering masam dengan beberapa
kebutuhan tanaman dan status hara tanah; komponen pada teknologi largo (larikan
(6) tingkat kelembaban menjadi lebih gogo) di Kabupaten Bengkulu Tengah,
rendah sehingga menurunkan Provinsi Bengkulu.
perkembangan Organisme Pengganggu
METODE PENELITIAN
Tanaman (OPT); (7) tingkat kehilangan
hasil rendah karena menggunakan alat Tempat dan Waktu

panen combine harvester; dan (8) umur Kajian Optimasi Lahan Kering Masam

panen lebih singkat. Untuk Peningkatan Produksi Padi Gogo

Peningkatan produktivitas Melalui Teknologi Largo dilaksanakan di

melalui penerapan teknologi largo lahan kering milik kelompok tani Sungai

super cukup tinggi. Hasil kajian Suci seluas kurang lebih 1 ha di Desa

menunjukkan bahwa produktivitas Pasar Pedati, Kecamatan Pondok Kelapa,

meningkat 1-3 ton jika dibandingkan Kabupaten Bengkulu Tengah. Penentuan

hasil panen padi yang rata-rata hanya lokasi dilakukan secara sengaja

mencapai 3-4 ton/hektar. Melalui (purposive) dengan pertimbangan Desa

penerapan largo super, hasil panen bisa Pasar Pedati mempunyai potensi lahan
kering dalam satu hamparan.
OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI
GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 40
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Kegiatankajian dilaksanakan pada MH Rancangan yang digunakan dalam
2018/ 2019, yaitu bulan Oktober pengkajian ini yakni Rancangan Acak
2018−Februari 2019. Kelompok (RAK) dengan 1 faktor yakni
Bahan dan Alat pemupukan pada tiga taraf pemupukan
Bahan yang digunakan pada penelitian dengan 10 ulangan. Tiga taraf
ini adalah benih padi gogo varietas pemupukan tersebut yakni 1)P1 (Urea
Inpago 8, pupuk Urea, SP36, KCl, 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCL 75 kg/ha
kompos, kapur, pestisida, dan furadant. dan Za 25 kg/ha), 2) P2 (Urea 200 kg/ha,
Adapun alat-alat yang digunakan TSP 150 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Za
mencakup cangkul, sabit, meteran, hand 50 kg/ha) dan 3) P3 (Urea 250 kg/ha, TSP
sprayer, tali, dan alat pendukung lainnya. 200 kg/ha, KCL 125 kg/ha dan Za 75
Metode Pelaksanaan Penelitian kg/ha). Pupuk diberikan 3 kali, yaitu 1)
Kajian ini dirancang dengan Umur 7−14 hari setelah tanam (HST),
menggunakan percontohan (display) menggunakan pupuk Urea sebanyak 1/3
inovasi teknologi largo (larikan dosis, pupuk TSP sebanyak ½ dosis, Za
gogo)dengan metode legowo 4:1 dengan sebanyak ½ dosis 2) Umur 35−42 HST,
jarak tanam 40 x 20 x (5-10) cm, benih menggunakan pupuk urea sebanyak 1/3
padi gogo yang digunakan adalah Inpago dosis, pupuk TSP sebanyak ½ dosis, KCL
8 dengan jumlah benih per lubang tanam sebanyak ½ dosis dan Za sebanyak ½
sekitar 3-5butir sehingga kebutuhan dosis, dan 3) Umur 55 HST,
benih sekitar 30 kg/ha. Sebelum ditanam menggunakan pupuk Urea 1/3 dosis dan
benih diberikan perlakuan (seed KCL sebanyak ½ dosis pemupukan.
treatment) menggunakan furadant Pemupukan diberikan dengan cara
dengan dosis pemberian regent merah ditugal di antara larikan
adalah 16 kg/ha, dicampur dengan benih. tanaman.Selanjutnya pengolahan tanah
Selanjutnya pemberian kapur 0.25 t/ha, menggunakan traktor dan benih ditanam
pemberian kompos 1 t/ha, Pemupukan secara langsugn tanpa penyemaian,
Hara Spesifik Lokasi berdasarkan hasil pembersihan gulma secara manual dan
uji PUTK Perangkat Uji Tanah Kering pengendalian hama dan penyakit
(PUTK) adalah suatu alat untuk analisis dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat
kadar hara tanah lahan kering, yang dapat serangan.
digunakan di lapangan dengan cepat, Metode Analisis Data
mudah, murah dan cukup akurat. PUTK Peubah yang diamati adalah
dirancang untuk mengukur kadar P, K, C- pertumbuhan vegetative yakni tinggi
organik, pH dan kebutuhan kapur. tanaman (TT) dan jumlah anakan per

OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI


GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 41
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
rumpun (JA) dan pertumbuhan diperoleh kemudian dianalisis
generative (tinggi tanaman (TT), jumlah menggunakan analisis varians pada taraf
anakan produktif (JAP), panjang malai α = 5% dan jika terdapatbeda nyata
(PM), jumlah gabah isi per malai (GI), dilanjutkan dengan uji Duncan’s
jumlah gabah hampa per malai (GH), Multiple Range Test (DMRT) dengan α
total gabah (JG), berat 1000 butir = 5%.
(B1000) dan produktivitas. Data yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Pertumbuhan vegetative Padi Gogo Inpago 8 di Lahan Kering Masam pada tiga
taraf pemupukan

Perlakuan TT 2MST (cm) JA2MST TT4MST (cm) JA4MST


P1 39.95a 13.60ab 78.10b 19.25a
P2 44.40b 16.90b 77.06ab 21.70a
P3 37.70a 11.05a 74.22a 18.15a

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa menambah dan mengembalikan unsur


perlakuan P2 memberikan pengaruh yang hara yang telah hilang baik tercuci
nyata terhadap tinggi tanamandan jumlah maupun yang terbawa tanaman saat
anakan pada umur tanaman 2MST panen.Hal ini menunjukkan bahwa padi
dibandingkan dengan perlakuan varietas Inpago 8 sangat responsif
lainya.Menurut Nyanjang (2003) bahwa terhadap pemupukan terutama unsur N
pemupukan yang lengkap dan berimbang yang dibutuhkan pada fase awal
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan.
hasil tanaman padi karena dapat

Tabel 3. Pertumbuhan generative Padi Gogo Inpago 8 di Lahan Kering Masam pada tiga
taraf pemupukan
Perla TT (cm) JAP PM (cm) GI (butir) GH JG (butir)B1000
kuan (butir) (gr)
P1 134.3a 11.225a 24.8003a 93.8272a 36.423a 130.2495a 27.3900 a
P2 130.5ab 11.625a 32.9159a 112.2647a 41.2969a 153.3775a 29.2031b
P3 136.2b 12.70 b 25.7082a 89.5527a 45.5713a 139.2440a 28.6981b

Tinggi Tanaman kg/ha dan Za 75 kg/ha memberikan


Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman tertinggi (136.2
perlakuan P3 memberikan pengaruh yang cm) dibandingkan dengan pemupukan
nyata terhadap tinggi tanaman pada saat perlakuan P1 (134.3 cm) dengan dosis
panen. Penggunaan pupuk dengan dosis Urea 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCL 75
Urea 250 kg/ha, TSP 200 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Za 25 kg/ha, tetapi tidak
OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI
GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 42
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
berbeda nyata bila dibandingkan dengan mikrobia (Dobermann dan Fairhust,
perlakuan lainnya. Hal ini karena 2000).
ketersediaan unsur hara yang cukup dan Jumlah Anakan Produktif
dapat diserap dengan cepat bagi tanaman Hasil analisis terhadap jumlah
tetapi tidak terlepas dari pengaruh bahan anakan produktif per rumpun pada setiap
organik yang memiliki unsur hara mikro perlakuan pemupukan menunjukkan
dalam membantu proses pertumbuhan perbedaan yang nyata.Penggunaan pupuk
dan penyerapan unsur hara secara dengan dosis Urea 250 kg/ha, TSP 200
optimal dan efektif. Pada takaran N yang kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Za 75 kg/ha
semakin tinggi pertumbuhan tinggi menghasilkan jumlah anakan produktif
tanaman semakin bertambah karena terbanyak (12.70) dibandingkan dengan
seperti telah diketahui bahwa unsur N pemupukan perlakuan P1 dan
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk P2.Berdasarkan deskripsi varietas bahwa
masa pertumbuhan vegetatif seperti varietas Inpago 8 rata-rata menghasilkan
pembentukan daun atau tunas. Unsur jumlah anakan 12 batang rumpun per
hara N yang mudah diserap sehingga rumpun (BB Padi, 2014).
mempercepat pertumbuhan tanaman B 1000 butir
yang dalam hal ini menambah tinggi Bobot 1000 butir pada perlakuan
tanaman, jumlah anakan, menambah P1 (Urea 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCL
ukuran daun dan besar gabah serta 75 kg/ha dan Za 25 kg/ha) lebih rendah
memperbaiki kualitas tanaman dan bila dibandingkan dengan perlakuan
gabah, menambah kadar protein beras, lainnya.Hal ini dapat disebabkan pada
meningkatkan jumlah gabah dan masa pengisian bulir, padi gogo kurang
persentase jumlah gabah isi, dan mendapatkan air yang cukup karena air
menyediakan bahan makanan bagi hujan sudah berkurang.

Tabel 4. Produktivitas Padi Gogo Inpago 8 di Lahan Kering Masam pada tiga taraf
pemupukan
Perlakuan Jumlah Rumpun Produktivitas (t/ha)
P1 41.4988a 5.0375b
P2 41.3325a 4.2925ab
P3 45.8325b 3.7525a

Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa sekitar 8,1 ton/ha (Suprihatno et al. 2011;
produktivitas Inpago 8 masih lebih Sembiring dan Widiarta 2013).
rendah dari potensi hasilnya dimana Kombinasi pupuk yang digunakan Urea
potensi hasil dari Inpago 8 di lahan kering 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCL 75 kg/ha

OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI


GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 43
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
dan Za 25 kg/ha memberikan hasil KESIMPULAN
terbaik dengan rata-rata produktivitas
Hasil penelitian menunjukkan
Inpago 8meningkat sebanyak 25 %
bahwakombinasi pemupukan dengan
dibandingkan dengan kombinasi
dosis Urea 250 kg/ha, TSP 200 kg/ha,
pemupukan Urea 250 kg/ha, TSP 200
KCL 100 kg/ha dan Za 75 kg/ha
kg/ha, KCL 125 kg/ha dan Za 75
memberikan jumlah tinggi tanaman dan
kg/ha.Hal ini diduga karena penggunaan
jumlah anakan produktif per rumpun
pupuk dengan perlakuan P1 telah
yang terbaik.Sedangkan perlakuan
memenuhi kebutuhan tanaman padi akan
pemupukan dengan takaran Urea 150
unsur hara pada masa pertumbuhan
kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCL 755 kg/ha
terutama unsur Nitrogen.Pada awal
dan Za 25 kg/ha memiliki produktivitas
pemupukan, setiap perlakuan juga
padi gogo varietas Inpago 8 5.03 ton/ha
diberikan bahan organik yang dapat
atau meningkat sebanyak 25% bila
menghasilkan asam-asam organik seperti
dibandingkan dengan perlakuan yang
asam humat dan fulvat yang berperan
menggunakan pupuk Urea 250 kg/ha,
penting dalam mengikat Fe dan Al tanah,
TSP 200 kg/ha, KCL 125 kg/ha dan Za
sehingga meningkatkan ketersediaan
75 kg/ha.
unsur hara P di dalam tanah (Subba,
1995). Selain N dan P, unsur hara K juga UCAPAN TERIMAKASIH
memiliki peranan penting bagi tanaman Pengkajian ini didukung oleh
yaitu untuk meningkatkan proses pendanaan dari DIPA TA.2018 BPTP.
fotosintesis, menghemat penggunaan air, Kami berterima kasih kepada Kepala
mempertahankan turgor, membentuk BPTP Bengkulu (Dr. Ir. Darkam
batang yang kuat, sebagai aktivator Musaddad, M.Si) dan seluruh tim
bermacam sistem enzim, dan kegiatan UPSUS PAJALE yang telah
memperkuat perakaran Perluasan areal memberikan keahlian, arahan dan
tanam padi di lahan sub optimal seperti masukan yang sangat membantu
lahan kering saat ini menjadi tumpuan pengkajian ini dengan semua interpretasi
besar pemerintah untuk meningkatkan yang diberikan dalam makalah ini.
produksi padi nasional. Upaya
pemerintah dalam mendorong perluasan DAFTAR PUSTAKA
tanam padi di lahan kering tentunya perlu Badan Penelitian dan Pengembangan
didukung oleh tersedianya inovasi Pertanian Kementerian
Pertanian.2018.Teknologi
teknologi budidaya yang unggul. Larikan Gogo Super
Badan Pusat Statistik.2015.Bengkulu
Dalam Angka
OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI
GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 44
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Badan Pusat Statistik.2005.Bengkulu DM, Arifin M, Las I, Hendayana
Dalam Angka R, Bustaman S (eds). Prosiding
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Seminar Nasional Inovasi
2014. Deskripsi Varietas Padi. Pertanian Lahan Kering.
Pusat Penelitian dan Percepatan Penciptaan dan
Pengembangan Tanaman Suprihatno B, Daradjat AA, Satoto et al.
Pangan, Badan Litbang 2011. Deskripsi Varietas Padi.
Pertanian Balai Besar Penelitian Tanaman
Dobermann, A. and T. Fairhust. 2000. Padi, Sukamandi, Subang.
Rice : Nutrient Disorders and Setyorini, D., R. Saraswati, dan Ea
Nutrient Management. Makati : Kosman Anwar. 2006. Kompos.
Internasional Rice Research Dalam Pupuk Organik dan
Institude. Pupuk Hayati. Balai Besar
Kasniari, D.N. dan Nyoman Supadma, Litbang Sumberdaya Lahan
A.A., 2007. Pengaruh Pemberian Pertanian, Badan Litbang.
Beberapa Dosis Pupuk (N,P, K) Subba, R. 1982. Biofertilizer in
dan Jenis Pupuk Alternatif Agriculture and Plant
terhadap Hasil Tanaman Padi Growth.Third Edition. Science
(Oryza sativa L.) dan Kadar N,P, Published. USA.
K Inceptisol Selemadeg Toha, H.M. 2007. Peningkatan
Tabanan. Jurnal Agritrop. Produktivitas Padi Gogo melalui
Fakultas Pertanian Universitas Penerapan Pengelolaan Tanaman
Udayana. Bali. Volume 26 (4), Terpadu dengan Introduksi
2007 : 168-176. Varietas Unggul. Jurnal
Mulyani, A., Hikmatullah, dan H. Penelitian Pertanian Tanaman
Subagyo. 2004. Karakteristik Pangan. Pusat Penelitian
dan potensi tanah masam lahan Tanaman Pangan Bogor.Vol. 26,
kering di Indonesia. hlm. 1-32 No. 3, 2007, hal 180-18
dalam Prosiding Simposium
Nasional Pendayagunaan Tanah
Masam.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati.
2003. Penggunaan Pupuk
Majemuk NPK 25-7-7 Terhadap
Peningkatan Produksi Mutu
Pada Tanaman Teh
Menghasilkan di Tanah
Andisols. PT. Perkebunan
Nusantara XII.
Rohcmah, H. F. dan Sugiyanta.2010.
Pengaruh Pupuk Organik dan
Anorganik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah (Oryza sativa
L.).Makalah Seminar
Departemen Agronomi dan
Hortikultura IPB.
Sembiring H, Widiarta. 2013. Inovasi
teknologi lahan kering tanaman
pangan mendukung pencapaian
swasembada pangan. In: Arsyad
OPTIMASI LAHAN KERING MASAM UNTUK PENINGKATAN RODUKSI PADI
GOGO MELALUI TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN
BENGKULU TENGAH Irma Calista, Yartiwi, Yahumri dan Darkam Musaddad 45
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
USAHATANI JERUK MANIS
(Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)

Aprinal, Reswita, dan Sriyoto


Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
reswita17@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung berapa besar pendapatan usahatani jeruk
manis dan Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi usahatani jeruk manis di Nagari
Ujung GadingKecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera
Barat. Metode pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan
bahwa di Jorong/Desa Koto Pinang Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat ini adalah salah satu sentra
produksi usahatani jeruk manis. Adapun data yang digunakan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan melalui wawancara langsung
dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature-literatur atau pustaka
dan instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini adalah rata rata pendapatan jeruk manis di Nagari Ujung Gading Kecamatan
Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat sebesar Rp. 27,080,472 /Usahatani/tahun
atau sebesar Rp. 81,241,416 /Hektar/tahun dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani jeruk manis di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang
Kabupaten Pasaman Barat adalah harga Jeruk manis, harga pupuk, harga pestisida, upah
tenaga kerja, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusahatani jeruk manis
Kata kunci: Pendapatan, Usahatani jeruk manis, Faktor-faktor pendapatan.

Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019


46
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
PENDAHULUAN Keberhasilan pengembangan suatu
Indonesia merupakan negara komoditas ditentukan dari tingkat
agraris, dimana sektor pertanian dalam pendapatan dan tingkat efisiensinya
tatanan pembangunan nasional pendapatan petani tersebut. Komoditas
memegang peranan penting dalam yang dikembangkan dalam hal ini jeruk
menyediakan pangan bagi seluruh siam harus dapat memberikan
penduduk. Selain itu sektor pertanian keuntungan dan dapat berkembang
merupakan andalan sebagai penyumbang dengan mempertimbangkan faktor
devisa Negara, termasuk pertanian di ekternalitas. Dengan kata lain petani
bidang usahatani jeruk. Pembangunan menanam dan mengembangkan
pertanian merupakan bagian dari usahatani jeruk manis jika secara tingkat
pembangunan ekonomi dan masyarakat pendapatan menguntungkan.
secara umum. Pembangunan pertanian Sektor pertanian memegang
memberikan sumbangan kepada peranan yang sangat besar dalam
masyarakat serta menjamin bahwa pertumbuhan perekonomian nasional.
pembangunan yang menyeluruh itu Pembangunan pertanian merupakan
mencakup penduduk yang hidup dari bagian integral dari pembangunan
bertani, yang jumlahnya besar dan untuk nasional yang bertujuan meningkatkan
tahun-tahun mendatang (Krisnandhi, produktivitas usahatani. Sektor pertanian
2009). memberikan kontribusi dalam hal
Sektor pertanian banyak peningkatan pendapatan petani,
memiliki manfaat bagi masyarakat dan memperluas kesempatan kerja serta
negara selain karena mayoritas memperluas pasar dalam negeri dan luar
masyarakat indonesia bermata negeri melalui pertanian yang tangguh.
pencaharian sebagai petani, komoditas Prospek yang semakin cerah ke
pertanian berpengaruh terhadap status arah agribisnis jeruk semakin nyata
gizi dan kesehatan penduduk terutama dengan memperhatikan berbagai potensi
melalui produksi pangan yang yang ada di Indonesia. Buah jeruk
dikonsumsinya. Pangan yang dimaksud merupakan salah satu jenis buah-buahan
meliputi nabati (dari tumbuhan) dan yang paling banyak digemari
hewani. Dengan kata lain komoditas masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
pertanian merupakan sumber pangan mengherankan, jika perkembangan
bagi manusia yang memberi zat gizi yang tanaman jeruk pada dekade 1970-1990
bermanfaat bagi pertumbuhan dan mengalami perubahan populasi yang
kesehatan manusia (Rachmawan, 2001). cukup tajam. Sebagian besar petani buah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 47
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
menyadari, bahwa komoditas memang penurunan jumlah produksi jeruk manis
dapat meningkatkan taraf hidup yang disebabkan oleh diserangnya
masyarakat, terutama jeruk manis yang penyakit kuning sehingga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. mengakibatkan jeruk manis tidak
Jeruk merupakan salah satu berbuah. Dengan kondisi sekarang ini
komoditas hortikultura yang mendapat yang dirasakan petani sudah sangat lega,
prioritas untuk dikembangkan, karena bagus dan baik apabila petani mencoba
usahatani jeruk memberikan keuntungan untuk bertahan hidup ketika mereka
yang tinggi, sehingga dapat dijadikan mengandalkan usahatani jeruk manis
sebagai sumber pendapatan petani. Di saja. Ujung Gading yang terletak di
samping itu, jeruk merupakan buah- Kabupaten Pasaman Barat lebih dikenal
buahan yang digemari masyarakat baik sebagai sentra produksi jeruk manis yang
sebagai buah segar maupun olahan dan membanjiri pasar-pasar tersebut (Rusli,
dapat dikonsumsi oleh masyarakat 2005).
berpendapatan rendah hingga yang Dilihat dari prospek
berpendapatan tinggi. Sebagai komoditas perkembangan produksi usahatani jeruk
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, manis di Nagari Ujung Gading
sudah selayaknya pengembangan Kecamatan Lembah Melintang
usahatani jeruk ini mendapat perhatian Kabupaten Pasaman Barat ini sangat
yang besar, karena kontribusinya yang bagus dan sangat cocok untuk
besar pada perekonomian nasional. dilaksanakan suatu penelitian dengan
Jeruk manis merupakan salah pertimbangan dilihat dari segi keadaan
satu komoditi buah-buahan yang baik dari usahatani jeruk manis itu sendri
mempunyai peranan penting di pasaran dan dari segi petaninya sekarang sangat
dunia maupun dalam negeri, baik dalam mendukung untuk mendapatkan suatu
bentuk segar maupun olahannya. Karena jawaban pertanyaan yang dibutuhkan
mempunyai nilai ekonomi tinggi, maka selama proses penelitian.
pemerintah tidak hanya mengarahkan Penelitian ini bertujuan untuk
pengelolaan jeruk bagi petani kecil saja, menghitung berapa besar pendapatan
tetapi juga memprioritaskan kepada pola usahatani jeruk manis dan faktor-faktor
pengembangan industri jeruk yang apa saja yang mempengaruhi usahatani
komprehensif (AAK, 1994). jeruk manis di Nagari Ujung Gading
Perkebunan jeruk manis di Kecamatan Lembah Melintang
Pasaman Barat saat ini karena pada Kabupaten Pasaman Barat Provinsi
periode sebelumnya sempat terjadinya Sumatera Barat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 48
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
METODOLOGI PENELITIAN bahwasanya apabila peneliti
menggunakan analisa regresi berganda
Metode Penentuan Lokasi dan Waktu
Penelitian maka rasio antara jumlah observasi
Penelitian dilaksanakan di dengan variabel independen sebaiknya
Nagari Ujung Gading Kecamatan tidak dibawah lima. Dengan
Lembah Melintang Kabupaten Pasaman pertimbangan ini, jumlah responden yang
Barat Provinsi Sumatera Barat dari diambil dalam penelitian ini berjumlah
tanggal 15 Januari – 15 Februari 2017. 50 orang. Dimana jumlah variabel yang
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dingunakan dalam analisa regresi
dengan Purposive (Sengaja) dengan berganda sebanyak 12 variabel sehingga
pertimbangan bahwa di Nagari Ujung telah mencukupi dalam menganalisa
Gading Kecamatan Lembah Melintang secara regresi berganda.
Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Metode Pengumpulan Data
Sumatera Barat ini adalah salah satu Data yang dikumpulkan dalam
sentra produksi usahatani jeruk manis. penelitian ini adalah meliputi data primer
Metode Penentuan Responden dan data sekunder. Data primer diperoleh
Populasi dalam penelitian adalah melalui observasi dan melalui
petani jeruk manis di Nagari Ujung wawancara langsung dengan responden
Gading Kecamatan Lembah Melintang menggunakan daftar pertanyaan
Kabupaten Pasaman Barat Provinsi (kuesioner) yang telah dipersiapkan
Bengkulu. Penentuan responden untuk terlebih dahulu. Sedangkan Data
petani dilakukan dengan teknik Simple sekunder diperoleh dari literature-
random sampling dengan jumlah literatur atau pustaka dan instansi-
responden sebanyak 50 petani. Alasan instansi atau lembaga-lembaga yang
dari pengambilan responden dengan cara terkait dalam penelitian ini. Serta
simple random sampling sebanyak 50 menggunakan referensi penelitian
responden didasarkan pada pernyataan terdahulu.
menurut Roscoe dalam Sukiyono (2013), Metode Analisis Data dan Pengujian
untuk analisa multivariate Hipotesis
(multiregresion analysis), jumlah sampel 1. Analisis Pendapatan Usahatani
sebaiknya lebih dari 10 kali dari jumlah Jeruk Manis
variabel yang dingunakan dalam analisa Menurut Soekartawi (2002),
regresi berganda. Pernyataan ini juga penerimaan usahatani adalah perkalian
didukung oleh Hair, Anderson, Tatham antara produksi yang di peroleh dengan
dan Black (1995), juga mengatakan harga jual. Pendapatan kotor usahatani
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI
JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 49
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
(gross farm income) didefinisikan 2. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan
sebagai nilai produk total usahatani
Usahatani Jeruk Manis
dalam jangka waktu tertentu, baik yang
Fungsi produksi Cobb-Douglas
dijual maupun yang tidak dijual.
merupakan salah satu macam fungsi
Pengeluaran total usahatani (total farm
produksi yang sering dipakai. Fungsi
expense) didefenisikan sebagai nilai
produksi Cobb-Douglas menjadi terkenal
semua masukan yang habis terpakai atau
setelah diperkenalkan oleh Cobb, C. W.
dikeluarkan di dalam produksi. Selisih
dan Douglas, P. H. pada tahun 1928
antara pendapatan kotor usahatani dan
melalui artikelnya yang berjudul A Teory
pengeluaran total usahatani disebut
of Production. Sejak itu fungsi Cobb-
pendapatan bersih usahatani. Secara
Douglas dikembangkan oleh para peneliti
matematis analisis pendapatan
sehingga namanya bukan saja fungsi
dinyatakan sebagai berikut:
produksi, tetapi juga fungsi biaya Cobb-
Pd = TR – TC
Douglas dan fungsi keuntungan Cobb-
Dimana :
Douglas. Hal ini menunjukan indikasi
Pd = Pendapatan Usahatani (Rp/Thn)
bahwa Fungsi Cobb-Douglas memang
TR = Total Penerimaan (Rp/Thn)
dianggap penting (Soekartawi, 1994)..
TC = Total Biaya (Rp/Thn)
Secara matematis Fungsi tipe Cobb-
TR = Q x P
Douglas dirumuskan:
Dimana :
Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
TR = Penerimaan Total (Rp/Thn)
+ b5X5 + b6X6+b7X7 +b8X8 + b9X9 +b10X10
Q = Jumlah Produksi yang dihasilkan
+b11X11 +b12X12+ e
(Kg/Thn)
Untuk memudahkan pendugaan
P = Harga (Rp/Kg)
terhadap persamaan di atas maka
Sedangkan untuk mencari total cost dapat
persamaan tersebut diperluas secara
dingunakan rumus :
umum dan diubah menjadi bentuk linier
TC = FC + VC
dengan cara melogaritmakan persamaan
Dimana :
tersebut (Soekartawi, 2003) yaitu:
TC = Total Biaya (Total Cost) (Rp/Thn)
LogY = Log a + b1 Log X1 + b2 Log X2
FC = Jumlah Produksi yang dihasilkan
+ b3 Log X3 +b4 Log X4 +b5 Log X5
(Kg/Thn)
+b6 Log X6 + b7 Log X7 + b8 Log X8 +
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)
b9 Log X9 + b10 Log X10 +b11 Log X11
(Rp/Thn)
+b12 Log X12 + e

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 50
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Dimana : Dimana:
Y = Pendapatan (Rp/Thn) R2 = Koefisien determinasi
X1 = Harga Jeruk Manis (Kg/Thn) k = Jumlah peubah bebas
X2 = Harga Pupuk Urea (Rp/Kg) n = Jumlah sampel yang diamati
X3 = Harga Pupuk SS (Rp/Kg) Kriteria pengambilan keputusan sebagai
X4 = Harga Pupuk TSP (Rp/Kg) berikut:
X5 = Harga Pupuk KCL (Rp/Kg) ➢ Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0
X6 = Harga Pestisida Copside 77 (Rp/Kg) diterima dan Hi ditolak, berarti
X7 = Harga Pestisida Manset (Rp/Kg) secara bersama-sama variabel
X8 = Harga Pestisida Nefos (Rp/Kg) bebas (X) tidak berpengaruh nyata
X9 = Upah Tenaga Kerja Laki-laki terhadap variabel tak babas (Y).
(Rp/HOK) ➢ Jika F hitung ≥ F tabel maka H0 ditolak
X10 = Upah Tenaga Kerja Perempuan dan Hi diterima, berarti secara
(Rp/HOK) bersama-sama variabel bebas (X)
X11 = Jumlah Tanggungan Keluarga berpengaruh nyata terhadap
(Orang) variabel tak babas (Y).
X12 = Pengalaman Berusahatani
(Rp/Thn) 2. Pengujian terhadap masing-
a0 = Konstanta masing variabe
a1, b1 = Koefisien regresi Tujuannya adalah untuk
e = Variabel Pengganggu menguji pengaruh masing-masing
1. Pengujian terhadap seluruh variabel bebas terhadap variabel tak
variabel bebas. Digunakan uji t dengan pengujian
Tujuannya adalah untuk dua arah, dengan menggunakan tingkat
menguji seluruh variabel bebas secara kepercayaan 95 %(α/2= 0,025)
bersama-sama terhadap variabel tidak Uji statistik yang digunakan adalah uji t:
bebas. 𝑏𝑖
T hitung = 𝑆𝑏𝑖
Uji statistik yang digunakan adalah uji F
Ho : bi = 0
dengan taraf kepercayaan 95 %(α=0,05)
Ho : bi ≠ 0

Fhitung = R2 / k-1
Dimana:
2
( 1- R ) / n-k
bi = Koefisien regresi variabel bebas
H0: b1= b2= b3= b4= b5= 0
ke i
H1 : ada salah satu dari bi ≠ 0 (1=1,2,3,4)
Sbi = Standar error dari variabel bebas
i = Variabel bebas ke i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 51
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Kriteria pengambilan keputusan sebagai berusahatani serta jumlah anggota
berikut: keluarga jeruk manis. untuk lebih
➢ Jika T hitung ≥ T tabel atau - T hitung jelasnya karakteristik masyarakat atau
≤ - T tabel, maka tolak H0 dan Hi responden dalam konteks faktor-faktor
diterima, berarti secara parsial yang mempengaruhi pendapatan jeruk
variabel bebas (X) berpengaruh manis di daerah penelitian, disajikan
nyata terhadap variabel tak babas dalam table 1 berikut ini:
(Y). 1. Umur Responden
➢ Jika T hitung ≤ T tabel atau - T hitung ≥ Dari hasil Penelitian diketahui
-T tabel, maka terima H0 dan Hi rata-rata umur petani di Nagari Ujung
ditolak, berarti secara parsial Gading Kecamatan Lembah Melintang
variabel bebas (X) tidak adalah 46,16 tahun, dengan kisaran 31
berpengaruh nyata terhadap sampai 64 tahun. Dari data yang
variabel tak babas (Y). diperoleh terlihat bahwa tingkat umur
terbesar berada pada tingkat umur dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kategori muda dengan kisaran umur (31-
Karakteristik Responden 43 tahun) sebesar 48 % atau sebanyak 24
Karakteristik masyarakat atau orang. Dari data yang diperoleh terlihat
responden dalam konteks faktor-faktor bahwa sebagian besar petani mempunyai
yang mempengaruhi pendapatan jeruk tingkat umur dengan kategori muda.
manis, yang diamati dalam penelitian ini Berdasarkan rata-rata umur petani di
adalah umur petani, tingkat pendidikan Nagari Ujung Gading sebagian besar
formal, luas lahan, pengalaman petani masih berada pada usia produktif.

Tabel 1. Deskriptif Karakteristik Masyarakat / Responden dalam konteks faktor-faktor


yang mempengaruhi pendapatan jeruk manis
Karakteristik Jumlah Persentase (%) Rata-rata Kisaran
Umur (Tahun)
(57-64) 9 18
(44-56) 17 34 46.16 31-64
(31-43) 24 48
Pendidikan Formal (Tahun)
(10-12) 15 30
(7-9) 25 50 9.30 0-12
(0-6) 10 20
Luas Lahan (Hektar)
(>1) 1 2
(0,25-0,50) 33 66 0.36 0-1
(0-0,16) 16 32

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 52
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Pengalaman Usahatani
(Hektar)
(>22) 1 2
(11-21) 44 88 15 1-22
(1-10) 5 10
Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
(8-11) 0 0
(4-7) 36 72 4 1-11
(1-3) 14 28
Sumber: Data Primer diolah, Maret 2017

2. Pendidikan Formal sebanyak 44 orang. Dari data yang


Dari hasil penelitian diketahui diperoleh terlihat bahwa sebagian besar
bahwa rata-rata pendidikan formal petani petani mempunyai tingkat pengalaman
di Nagari Ujung Gading adalah 9,30 berusahatani jeruk manis dengan kategori
tahun dengan kisaran 1 tahun sampai 12 sedang. Dari uraian diatas terlihat bahwa
tahun. Dari data yang diperoleh terlihat sebagian besar petani rata-rata
bahwa pada tingkat pendidikan formal mempunyai pengalaman berusahatani
terbesar berada pada tingkat pendidikan jeruk manis yang cukup lama.
formal dengan kategori sedang dengan 4. Jumlah Tanggungan Keluarga
kisaran (7-9 tahun) sebesar 50 % atau Dari hasil penelitian pada tabel 1
sebanyak 25 orang. Dari data yang menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
diperoleh terlihat bahwa sebagian besar tanggungan keluarga petani di Nagari
petani mempunyai tingkat pendidikan Ujung Gading adalah 4,48 tahun dengan
formal dengan kategori sedang. kisaran 1 sampai 11 orang. Dari data
3. Pengalaman Usahatani Jeruk yang diperoleh terlihat bahwa pada
Manis tingkat jumlah tanggungan keluarga
Dari hasil penelitian diketahui terbesar berada pada tingkat jumlah
bahwa rata-rata pengalaman usahatani tanggungan keluarga dengan kategori
jeruk manis petani di Nagari Ujung sedang (4-7 orang) sebesar 72 % atau
Gading adalah 14,78 tahun dengan sebanyak 36 orang. Dari data yang
kisaran 1 tahun sampai 22 tahun. Dari diperoleh terlihat bahwa sebagian besar
data yang diperoleh terlihat bahwa pada petani mempunyai tingkat jumlah
tingkat pengalaman berusahatani jeruk tanggungan keluarga dengan kategori
manis terbesar berada pada tingkat sedang.
pengalaman berusahatani jeruk manis
dengan kategori sedang dengan kisaran
(11-21 tahun) sebesar 88 % atau
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI
JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 53
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
5. Luas Lahan Usahatni Jeruk Manis dari biaya tetap dan biaya variabel, dan
Dari hasil penelitian pada tabel 1 penjumlahan dari biaya tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan merupakan biaya total yang dibutuhkan
petani di Nagari Ujung Gading adalah petani untuk melaksanakan usahatani
0.36 % dengan kisaran 0 sampai 1 hektar. jeruk manis, dimana perhitungan
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa menggunakan biaya tidak riil. Untuk
pada tingkat luas lahan terbesar berada lebih jelasnya dapat dilihan pada Tabel 2.
pada tingkat luas lahan dengan kategori Dalam kegiatan usahatani jeruk manis di
sedang dengan kisaran (0,25-0,50 hektar) Nagari Ujung ini berkaitan dengan
sebesar 66 % atau sebanyak 33 orang. besarnya besarnya pengorbanan dalam
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa memperoleh faktor produksi tersebut.
sebagian besar petani mempunyai tingkat Semakin besar penggunaan faktor
luas lahan dengan kategori sedang. produksi maka semakin tinggi korbanan
6. Total Biaya Produksi Usahatani biaya tentunya yang harus dikeluarkan
Jeruk Manis petani dalam usahatani jeruk manis.
Dalam kegiatan usahatani jeruk Dimana biaya yang diperhitungkan
manis di Nagari Ujung Gading dalam kegiatan usahatani jeruk manis ini
Kecamatan Lembah melintang adalah biaya yang berasal dari
Kabupaten Pasaman Barat ini adapun penjumlahan biaya tetap dan biaya
biaya-biaya usahatani jeruk manis terdiri variabel.

Tabel 2. Total Biaya Produksi pada Usahatani Jeruk Manis di Nagari Ujung Gading
Biaya
No Uraian Biaya Ut/Thn Persentase Persentase
Ha/Thn
1 Biaya Tetap
Penyusutan 557,583 12.51 2,486,119 12.04
Sewa Lahan 3,900,000 87.49 18,165,000 87.96
Total 4,457,583 100 20,651,119 100
2 Biaya Variabel
Pupuk 2,585,900 38.72 10,703,760 49.67
Pestisida 1,420,180 21.22 3,836,166 17.8
Tenaga Kerja Dalam
2,515,090 37.58 4,854,379 22.52
Keluarga
Tenaga Kerja Luar
165,875 2.48 2,156,918 10.01
Keluarga
Total 6,691,945 100 21,551,223 100
Total Biaya 11,149,528 42,202,342
Sumber: Data Primer diolah, Maret 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 54
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Dari Tabel 2. Dapat dilihat bahwa dari usahatani jeruk manis tentunya, dan
distribusi biaya terbesar dikeluarkan juga dapat dijadikan sebagai
petani jeruk manis di Nagari Ujung pertimbangan bagi petani khususnya
Gading ini adalah biaya tenaga kerja dalam hal penggunaan input dalam
sebesar Rp. 2.680.965 usahatani/tahun kegiatan usahatani jeruk manis dan
atau sebesar Rp. 7.011.297 hektar/tahun, usahatani lainnya. Penggunaan pupuk
biaya terbesar kedua adalah biaya pupuk dan pestisida sudah tergolong besar, hal
ini disebabkan karena harga pupuk untuk ini tentunya disebabkan petani sudah
usahatani jeruk manis cukup mahal dan paham dan tahu bagaimana cara
penggunaan pupuk sendiri untuk berusahatani jeruk manis di Nagari
usahatani jeruk manis harus dingunakan Ujung Gading yang baik agar
dengan jumlah relatif yang cukup banyak memperoleh hasil yang maksimal seperti
serta intensitas pemberian pupuk yang yang diharapkan petani sendiri.
semakin tahun semakin meningkat di
7. Produksi, Penerimaan, dan
karena kebutuhan dari tanaman jeruk
Pendapatan
manis sendiri tiap tahunnya. Total rata-
Untuk mengetahui besarnya
rata biaya pupuk sebesar Rp. 2,585,900
produksi, penerimaan dan pendapatan
sahatani/tahun atau sebesar Rp.
yang diperoleh petani dalam kegiatan
10,703,760 Hektar/tahun.
usahatani jeruk manis di Nagari Ujung
Biaya yang dikeluarkan petani
Gading dijelaskan pada Tabel 3.
jeruk manis dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk mengetahui pendapatan
Tabel 3. Total Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jeruk Manis di Nagari
Ujung Gading
Uraian Usahatani/tahun Hektar/tahun
Penerimaan 38,230,000 114,690,000
Produksi (Kg) 5,320 21,738
Harga (Rp) 7,220 7,220
Biaya Produksi
Biaya Tetap (Rp) 4,457,583 20,651,119
Biaya Variabel (Rp) 6,691,945 21,551,223
Pendapatan 27,080,472 81,241,416
Sumber: Data Primer diolah, Maret 2017

Pendapatan adalah selisih antara Nagari Ujung Gading adalah sebesar Rp.
penerimaan dengan total biaya yang 27,080,472 usahatani/tahun atau sebesar
dikeluarkan oleh petani. Pada Tabel 3. Rp. 81,241,416 hektar/tahun. Pendapatan
dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan ini dikatakan sangat kecil jika
yang diperoleh petani jeruk manis di dibandingkan dengan penelitian khodijah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI
JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 55
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
(2016), tentang analisis pendapatan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
usahatani jeruk siam (Citrus nobilis) dan Pendapatan Usahatani Jeruk Manis
saluran pemasaran di Kanagarian Koto
Faktor-faktor yang
Tinggi Kecamatan Gunung Omeh
mempengaruhi pendapatan usahatani
Kabupaten 50 Kota Provinsi Sumatera
jeruk manis di Nagari Ujung Gading
Barat, pendapatan yang diperoleh petani
dapat diketahui dengan model Cobb-
jeruk manis di Nagari Ujung Gading
Douglas. Untuk mengetahui dengan jelas
lebih kecil. Dimana pendapatan yang
apa saja faktor-faktor yang
diperoleh petani jeruk siam di
mempengaruhi pendapatan usahatani
Kanagarian Koto Tinggi lebih besar
jeruk manis dapat dilihat langsung pada
disebabkan produksi jeruk yang lebih
Tabel 4. Dibawah ini.
besar dan harga jual jeruk yang lebih
mahal.
Tabel 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Jeruk Manis
Koefisien
No Nama Variabel Bebas Standar Error T hitung
Regresi
1 Konstanta -5.8883 0.6523 -9.895
2 Log Harga Jeruk Manis (X1) 0.14260 0.8744 2.1672**
3 Log Harga Pupuk Urea (X2) 0.10935 0.5081 2.2152**
4 Log Harga Pupuk SS (X3) 0.7316 0.654 3.6524**
5 Log Harga Pupuk TSP (X4) 0.5448 0.042 2.7563**
6 Log Harga Pupuk KCL (X5) 0.30799 0.257 3.2451**
Log Harga Pestisida Copside
7 0.5749 0.414 2.067**
77 (X6)
Log Harga Pestisida Manset
8 0.4936 0.429 2.311**
(X7)
Log Harga Pestisida Nefos
9 0.4629 0.839
(X8) 2.277**
Log Upah Tenaga Kerja Laki-
10 0.8409 0.6702
laki (X9) 2.747**
Log Upah Tenaga Kerja
11 0.26311 0.634
Perempuan (X10) 2.1610**
Log Pengalaman Berusahatani
12 0.10834 0.2954
(X11) 2.3667**
Log Jumlah Tanggungan
13 -0.15217 0.1458
Keluarga (X12) -1.044ts
R2 0,9303
F hitung 104,521
F tabel 2,04
T tabel 2,024
Sumber: Data Primer diolah, Maret 2017
Keterangan: ** adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95%
ts
adalah tidak berpengaruh nyata

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 56
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Secara matematis hasil model pupuk TSP, harga pupuk KCL, harga
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: pestisida Nefos, harga pestisida Manset,
LogY= Log -5.8883+0.14260 Log X1 harga pestisida Copside 77, upah tenaga
+0.10935 Log X2 +0.7316 Log X3 kerja laki-laki, upah tenaga kerja
+0.5448 Log X4 +0.30799 Log X5 perempuan, pengalaman berusahatani
+0.5749 Log X6 +0.4936 Log X7 jeruk manis dan jumlah tanggungan
+0.4629 Log X8 +0.8409 Log X9 keluarga secara bersama-sama
+0.26311 Log X10 +0.10834 Log X11 berpengaruh nyata terhadap pendapatan
+0.15217 Log X12 jeruk manis. Ada beberapa faktor-faktor
Berdasarkan dari data Tabel 4. yang mempengaruhi pendapatan jeruk
Diperoleh Nilai koefisien determinasi manis di Nagari Ujung Gading adalah
(R2) yang diperoleh sebesar 0.9303 atau yaitu harga jeruk manis, harga pupuk
93.03%. Hal ini dimaknai dimana tinggi urea, harga pupuk SS, harga pupuk TSP,
rendahnya pendapatan petani jeruk manis harga pupuk KCL, harga pestisida
akan dipengaruhi oleh variabel yang Nefos, harga pestisida Manset, harga
dimasukkan kedalam model yaitu harga pestisida Copside 77, upah tenaga kerja
jeruk manis, harga pupuk Urea, harga laki-laki, upah tenaga kerja perempuan,
pupuk SS, harga pupuk TSP, harga pupuk pengalaman berusahatani jeruk manis
KCL, harga pestisida Nefos, harga dan jumlah tanggungan keluarga yang
pestisida Manset, harga pestisida akan dijelaskan satu persatu.
Copside 77, upah tenaga kerja laki-laki, 1. Harga Jeruk Manis
upah tenaga kerja perempuan, Harga jeruk manis adalah nilai
pengalaman berusahatani jeruk manis yang dihitung dalam jumlah kilogram
dan jumlah tanggungan keluarga. yang diterima petani apabila mereka
Sisanya, 6.97% dijelaskan oleh variabel menjual hasil usahatani mereka. Nilai t
lain yang tidak dimasukkan ke dalam hitung harga jeruk manis adalah t hitung

model, misalnya umur tanaman dan (2.1672) > t tabel (2.024) pada taraf 95%,
harga bibit. artinya Ho ditolak dan Hi diterima.
Hasil Uji F menunjukkan bahwa Interpretasinya adalah harga jeruk jeruk
Fhitung (104.521) > Ftabel (2.04) pada taraf manis berpengaruh nyata (positif)
kepercayaan 95% (0,05), maka Ho terhadap pendapatan jeruk manis petani.
ditolak Hi diterima. Artinya, variabel- Nilai koefisien regresi harga jeruk manis
variabel bebas yang dimasukkan dalam adalah sebesar 0.14620. Artinya jika ada
model yaitu yaitu harga jeruk manis, kenaikan satu satuan harga jeruk manis
harga pupuk Urea, harga pupuk SS, harga maka akan ada peningkatan sebesar

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 57
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
0.14620 pendapatan usahatani jeruk yang diamati adalah biaya yang
manis di Nagari Ujung Gading dikeluarkan petani dalam memperoleh
Kecamatan Lembah Melintang pupuk SS dalam satuan kilogram selama
Kabupaten Pasaman Barat, dimana satu tahun. Nilai t hitung harga pupuk SS
variabel bebas yang lainnya dianggap adalah t hitung (3.6524) > t tabel (2.024) pada
konstan atau tetap. taraf 95%, artinya Ho tolak dan Hi
2. Harga Pupuk Urea diterima. Interpretasinya adalah harga
Harga pupuk Urea adalah nilai pupuk SS berpengaruh nyata (positif)
yang dikeluarkan oleh petani dalam terhadap pendapatan jeruk manis petani.
memperoleh jumlah pupuk Urea dengan Nilai koefisien regresi harga pupuk SS
satuan kilogram. Bagian harga pupuk adalah sebesar 0.7316 artinya jika ada
Urea yang diamati adalah biaya yang kenaikan satu satuan harga pupuk SS
dikeluarkan petani dalam memperoleh maka akan ada peningkatan sebesar
pupuk Urea dalam satuan kilogram 0.7316 terhadap pendapatan dalam
selama satu tahun. Nilai t hitung harga usahatani jeruk manis di Nagari Ujung
pupuk Urea adalah t hitung (2.2152) > t tabel Gading Kecamatan Lembah Melintang
(2.024) pada taraf 95%, artinya Ho tolak Kabupaten Pasaman Barat, dimana
dan Hi diterima. Interpretasinya adalah variabel bebas yang lainnya dianggap
harga pupuk urea berpengaruh nyata konstan atau tetap.
(positif) terhadap pendapatan jeruk manis 4. Harga Pupuk TSP
petani. Nilai koefisien regresi harga Harga pupuk TSP adalah nilai
pupuk Urea adalah sebesar 0.10935 yang dikeluarkan oleh petani dalam
artinya jika ada kenaikan satu satuan memperoleh jumlah pupuk TSP dengan
harga pupuk Urea maka akan ada satuan kilogram. Bagian harga pupuk
peningkatan sebesar 0.10935 terhadap TSP yang diamati adalah biaya yang
pendapatan dalam usahatani jeruk manis dikeluarkan petani dalam memperoleh
di Nagari Ujung Gading Kecamatan pupuk TSP dalam satuan kilogram
Lembah Melintang Kabupaten Pasaman selama satu tahun. Nilai t hitung harga
Barat, dimana variabel bebas yang pupuk TSP adalah t hitung (2.7563) > t tabel
lainnya dianggap konstan atau tetap. (2.024) pada taraf 95%, artinya Ho tolak
3. Harga Pupuk SS dan Hi diterima. Interpretasinya adalah
Harga pupuk SS adalah nilai harga pupuk TSP berpengaruh nyata
yang dikeluarkan oleh petani dalam (positif) terhadap pendapatan jeruk manis
memperoleh jumlah pupuk SS dengan petani. Nilai koefisien regresi harga
satuan kilogram. Bagian harga pupuk SS pupuk TSP adalah sebesar 0.5448 artinya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 58
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
jika ada kenaikan satu satuan harga memenuhi kebutuhan tanaman jeruk
pupuk TSP maka akan ada peningkatan manis sendiri.
sebesar 0.5448 terhadap pendapatan Temuan ini sejalan dengan
dalam usahatani jeruk manis di Nagari hasil penelitian Idianto C Nainggolan,
Ujung Gading Kecamatan Lembah Kelin Tarigan, Salmiah. 2011. dalam
Melintang Kabupaten Pasaman Barat, analisis usahatani jeruk dan faktor-faktor
dimana variabel bebas yang lainnya yang mempengaruhi penerimaan petani
dianggap konstan atau tetap. study kasus di Desa Perjuangan
5. Harga Pupuk KCL Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi
Harga pupuk KCL adalah Timur yang menyimpulkan bahwa bahwa
nilai yang dikeluarkan oleh petani dalam harga pupuk KCL berpengaruh nyata
memperoleh jumlah pupuk KCL dengan (positif) dan signifikan terhadap
satuan kilogram. Bagian harga pupuk pendapatan. Temuan ini juga sejalan
KCL yang diamati adalah biaya yang dengan hasil penelitian yang dilakukan
dikeluarkan petani dalam memperoleh oleh Vinsensius Efrain Aluhariandu,
pupuk KCL dalam satuan kilogram Dian Tariningsih, Putu Fajar Kartika
selama satu tahun. Nilai t hitung harga Lestari. 2014. dalam analisis usahatani
pupuk KCL adalah t hitung (3.2451) > t tabel jeruk siam dan faktor-faktor yang
(2.024) pada taraf 95%, artinya Ho tolak mempengaruhi penerimaan petani (Studi
dan Hi diterima. Interpretasinya adalah Kasus: di Desa Bayung Gede Kecamatan
harga pupuk KCL berpengaruh nyata Kintamani Kabupaten Bangli) yang
(positif) terhadap pendapatan jeruk manis menyimpulkan bahwa harga pupuk KCL
petani. Nilai koefisien regresi harga berpengaruh nyata (positif) dan
pupuk KCL adalah sebesar 0.30799 signifikan terhadap pendapatan.
artinya jika ada kenaikan satu satuan 6. Harga Pestisida Copside 77
harga pupuk KCL maka akan ada Harga pestisida copside 77
peningkatan sebesar 0.30799 terhadap adalah nilai yang dikeluarkan oleh petani
pendapatan dalam usahatani jeruk manis dalam memperoleh jumlah pestisida
di Nagari Ujung Gading Kecamatan copside 77 dengan satuan liter. Bagian
Lembah Melintang Kabupaten Pasaman harga pestisida copside 77 yang diamati
Barat, dimana variabel bebas yang adalah biaya yang dikeluarkan petani
lainnya dianggap konstan atau dalam memperoleh pestisida copside 77
tetap.Sebab, tinggi rendahnya harga dalam satuan liter selama satu tahun.
pupuk KCL mau gak mau petani harus Nilai t hitung harga pestisida copside 77
membeli pupuk KCL tersebut guna untuk adalah t hitung (2.067) > t tabel (2.024) pada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 59
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
taraf 95%, artinya Ho ditolak dan Hi Kecamatan Lembah Melintang
diterima. Interpretasinya adalah harga Kabupaten Pasaman Barat, dimana
pestisida copside 77 berpengaruh nyata variabel bebas yang lainnya dianggap
(positif) terhadap pendapatan jeruk manis konstan atau tetap.
petani. Nilai koefisien regresi harga 8. Harga Pestisida Nefos
pestisida copside 77 adalah sebesar Harga pestisida nefos adalah
0.5749 artinya jika ada kenaikan satu nilai yang dikeluarkan oleh petani dalam
satuan pestisida copside 77 maka akan memperoleh jumlah pestisida nefos
ada peningkatan 0.5749 pendapatan dengan satuan liter. Bagian harga
dalam usahatani jeruk manis di Nagari pestisida nefos yang diamati adalah biaya
Ujung Gading Kecamatan Lembah yang dikeluarkan petani dalam
Melintang Kabupaten Pasaman Barat, memperoleh pestisida nefos dalam satuan
dimana variabel bebas yang lainnya liter selama satu tahun. Nilai t hitungharga

dianggap konstan atau tetap. pestisida nefos adalah t hitung (2.277) > t
7. Harga Pestisida Manset tabel (2.024) pada taraf 95%, artinya Ho
Harga pestisida manset adalah ditolak dan Hi diterima. Interpretasinya
nilai yang dikeluarkan oleh petani dalam adalah harga pestisida nefos berpengaruh
memperoleh jumlah pestisida manset nyata (positif) terhadap pendapatan jeruk
dengan satuan liter. Bagian harga manis petani. Nilai koefisien regresi
pestisida manset yang diamati adalah harga pestisida nefos adalah sebesar
biaya yang dikeluarkan petani dalam 0.4629 artinya jika ada kenaikan satu
memperoleh pestisida manset dalam satuan pestisida nefos maka akan ada
satuan liter selama satu tahun. Nilai t hitung peningkatan 0.4629 pendapatan dalam
harga pestisida manset adalah t hitung usahatani jeruk manis di Nagari Ujung
(2.311) > t tabel (2.024) pada taraf 95%, Gading Kecamatan Lembah Melintang
artinya Ho ditolak dan Hi diterima. Kabupaten Pasaman Barat, dimana
Interpretasinya adalah harga pestisida variabel bebas yang lainnya dianggap
copside 77 berpengaruh nyata (positif) konstan atau tetap.
terhadap pendapatan jeruk manis petani. 9. Upah Tenaga Kerja Laki-laki
Nilai koefisien regresi harga pestisida Upah tenaga kerja laki-laki
manset adalah sebesar 0.4936 artinya jika adalah nilai yang dikelurakan oleh petani
ada kenaikan satu satuan pestisida untuk membalas jasa
manset maka akan ada peningkatan seseorang/kelompok tenaga kerja laki-
0.4936 pendapatan dalam usahatani jeruk laki yang dingunakan untuk melancarkan
manis di Nagari Ujung Gading semua kegiatan usahatani jeruk manis.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 60
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Pada bagian ini yang diamati adalah upah kegiatan usahatani. Nilai t hitung upah
dari curahan tenaga kerja laki-laki. tenaga kerja perempuan adalah t hitung

Curahan tenaga kerja laki-laki adalah (2.1610) > t tabel (2.024) pada taraf 95%,
waktu yang dibutuhkan artinya Ho ditolak dan Hi diterima.
seseorang/kelompok tenaga kerja laki- Interpretasinya adalah upah tenaga kerja
laki untuk melakukan kegiatan usahatani. perempuan berpengaruh nyata (positif)
Nilai t hitung upah tenaga kerja laki-laki terhadap pendapatan jeruk manis petani.
adalah t hitung (2.747) > t tabel (2.024) pada Nilai koefisien regresi upah tenaga kerja
taraf 95%, artinya Ho ditolak dan Hi perempuan adalah sebesar 0.26311
diterima. Interpretasinya adalah upah artinya jika ada kenaikan satu satuan
tenaga kerja laki-laki berpengaruh nyata upah tenaga kerja perempuan maka akan
(positif) terhadap pendapatan jeruk manis ada peningkatan 0.26311 pendapatan
petani. Nilai koefisien regresi upah dalam usahatani jeruk manis di Nagari
tenaga kerja laki-laki adalah sebesar Ujung Gading Kecamatan Lembah
0.8409 artinya jika ada kenaikan satu Melintang Kabupaten Pasaman Barat,
satuan upah tenaga kerja laki-laki maka dimana variabel bebas yang lainnya
akan ada peningkatan 0.8409 pendapatan dianggap konstan atau tetap.
dalam usahatani jeruk manis di Nagari 11. Pengalaman Berusahatani Jeruk
Ujung Gading Kecamatan Lembah Manis
Melintang Kabupaten Pasaman Barat, Pengalaman berusahatani jeruk
dimana variabel bebas yang lainnya manis merupakan lama waktunya petani
dianggap konstan atau tetap. dalam melaksanakan kegiatana usahatani
10. Upah Tenaga Kerja Perempuan jeruk manis. Waktu tersebut
Upah tenaga kerja perempuan menunjukkan keahlian dalam
adalah nilai yang dikelurakan oleh petani berusahatani yang diukur dalam satuan
untuk membalas jasa tahun. Keahlian yang dimaksud dalam
seseorang/kelompok tenaga kerja berusahatani jeruk manis adalah keahlian
perempuan yang dingunakan untuk teknik perawatan tanaman jeruk manis.
melancarkan semua kegiatan usahatani Sebab, keahlian tersebut akan
jeruk manis. Pada bagian ini yang diamati menentukan jumlah produksi jeruk manis
adalah upah dari curahan tenaga kerja yang dihasilkan oleh petan. Nilai t hitung

perempuan. Curahan tenaga kerja pengalaman berusahatani jeruk manis


perempuan adalah waktu yang adalah t hitung (2.3667) > t tabel (2.024) pada
dibutuhkan seseorang/kelompok tenaga taraf 95%, artinya Ho ditolak dan Hi
kerja perempuan untuk melakukan diterima. Interpretasinya adalah jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 61
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
tanggungan keluarga berpengaruh nyata jeruk manis di Nagari Ujung Gading
(positif) terhadap pendapatan jeruk manis Kecamatan Lembah Melintang
petani. Nilai koefisien regresi Kabupaten Pasaman Barat, dimana
pengalaman berusahatani jeruk manis variabel bebas yang lainnya dianggap
adalah 0.10834 artinya jika ada kenaikan konstan atau tetap.
satu satuan pengalaman berusahatani
jeruk manis maka akan ada peningkatan KESIMPULAN DAN SARAN
0.10834 pendapatan dalam usahatani Kesimpulan
jeruk manis di Nagari Ujung Gading 1. Pendapatan jeruk manis di Nagari
Kecamatan Lembah Melintang Ujung Gading Kecamatan
Kabupaten Pasaman Barat, dimana Lembah Melintang Kabupaten
variabel bebas yang lainnya dianggap Pasaman Barat rata-rata sebesar
konstan atau tetap. Rp. 27,080,472 /Usahatani/tahun
12. Jumlah Tanggungan Keluarga atau sebesar Rp. 81,241,416
Jumlah tanggungan keluarga /Hektar/tahun.
merupakan jumlah anggota keluarga 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
yang biaya hidupnya masih bergantung pendapatan usahatani jeruk manis
kepada keluarga, yaitu semakin besar di Nagari Ujung Gading
jumlah tangungan keluarga maka Kecamatan Lembah Melintang
semakin besar biaya pengeluaran oleh Kabupaten Pasaman Barat adalah
keluarga tersebut. Jumlah tanggungan harga Jeruk manis, harga pupuk
keluarga seperti istri, anak, orang tua dan Urea, harga pupuk SS,
anggota keluarga lainnya selain kepala harga pupuk TSP, harga pupuk
keluarga. Nilai t hitung jumlah tangungan KCL, harga pestisida Copside 77,
keluarga adalah -t hitung (-1.044) > -t tabel (- harga pestisida Manset, harga
2.024) pada taraf 95%, artinya Ho pestisida Nefos, upah tenaga
diterima dan Hi ditolak. Interpretasinya kerja Laki-laki, dan upah tenaga
adalah jumlah tanggungan keluarga tidak kerja perempuan, Pengalaman
berpengaruh nyata (negatif) terhadap berusahatani dan Jumlah
pendapatan jeruk manis petani. Nilai tanggungan keluarga.
koefisien regresi jumlah tanggungan Saran
keluarga adalah -0.15217 artinya jika ada 1. Pendapatan jeruk manis di Nagari
kenaikan satu satuan jumlah tanggungan Ujung Gading Kecamatan Lembah
keluarga maka akan ada penurunan Melintang Kabupaten Pasaman
0.15217 pendapatan dalam usahatani Barat Barat rata-rata sebesar Rp.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI


JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 62
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
27,080,472/Usahatani/tahun atau Desa Perjuangan Kecamatan
Sumbul Kabupaten Dairi.
sebesar Rp. 81,241,416
Program Studi Agribisnis
/Hektar/tahun, maka untuk itu Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Jurnal
petani dan pemerintah daerah
Agronobisnis.
kabupaten pasaman barat serta Krisnandhi, S. 2009. Menggerakkan dan
membangun pertanian. C.V.
instansi terkait diharapkan bekerja
Yasaguna. Jakarta.
sama dalam memberdayakan Nurul Azmi. 2016. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Jeruk
usahatani jeruk manis, sehingga
Besar (Citrus grandis L. Osbeck)
apabila terjadi kendala hama dan Di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa (JIM)
penyakit yang berpengaruh pada
Ekonomi Pembangunan Fakultas
produksi, harga serta pemasaran, Ekonomi dan Bisnis Unsiyah.
Volume 1 Nomor 1, Agustus
petani masih mampu bertahan dan
2016. Hal. 158-168.
tidak akan memilih alternatif lain. Rismarini Zuraida. 2012. Usahatani
Jeruk Mendukung Pendapatan
Selain itu yang perlu dipertahankan
Petani Pada Lahan Pasang Surut
bahwa jeruk manis adalahsalah satu Di Kalimantan Selatan ( Kasus
Di Desa Barambai Muara Kec
produk unggulan pasaman.
Marabahan Kab Barito Kuala).
2. Petani harus meningkatkan Balai Pengakajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Selatan.
perawatan agar penampilan
Jurnal SEPA: Vol. 9 No. 1
kulit jeruk manis agar lebih bagus September 2012: 19-24.
Rachmawan. 2001. Komoditas Pertanian
dan bersih, sehingga dapat menarik
Sebagai Sumber Gizi. Modul
minat konsumen dan meningkatkan dasar bidang keahlian.
Departemen Pendidikan
harga jual serta memeliki peran
Nasional, Proyek Pengembangan
dalam prosespemasaran jeruk Sistem dan Standar Pengelolaan
SMK, Direktorat Pendidikan
manis.
Menengah Kejuruan. Jakarta.
Vinsensius Efrain Aluhariandu, Dian
DAFTAR PUSTAKA Tariningsih dan Putu Fajr
Kartika Lestari. 2014. Analisis
AAK, 1994. Budidaya Tanaman. Usahatani Jeruk Siam Dan
Kanisius. Yogyakarta Faktor-Faktor Yang
Faisal F. A. Wanda. 2015. Analisis Mempengaruhi Penerimaan
Pendapatan Usahatani Jeruk Petani (Studi Kasus: Di Desa
Siam (Studi Kasus di Desa Bayung Gede Kecamatan
Padang Pangparapat Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli).
Tanah Datar Grogot Kabupaten Jurnal Agrimeta: Pertanian
Paser). Jurnal Ilmu Admisnistrasi Berbasis Keseimbangan
Bisnis, 2015, 3 (3):600-611. Ekosistem. Hal 77-86.
Indianto C Nainggolan, Kelin Tarigan,
dan Salmiah. 2013. Analisis
Usahatani Jeruk dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Petani (Studi Kasus:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI
JERUK MANIS (Studi Kasus: Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah 63
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)
KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN
JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SUBOPTIMAL KABUPATEN
BENGKULU UTARA
Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M. Rambe dan Erpan Ramon
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 email : wahyuniwulandari88@yahoo.co.id

ABSTRAK

Usahatani integrasi sapi dengan jagung hibrida pada lahan kering berpotensi dikembangkan
untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak di Provinsi Bengkulu. Penelitian
integrasi sapi dengan jagung hibrida telah dilaksanakan pada bulan April - November 2016
di Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara. Pengkajian mengintegrasikan dua
komoditas yaitu sapi dan jagung hibrida. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji
kelayakan dan potensi perapan usahatani integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
Rancangan pengkajian teknologi pakan yang di gunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan bahan percobaan menggunakan sapi berjumlah 24ekor sapi Bali
induk yang berumur 1,5 - 3 tahun yang di bagi menjadi 2 perlakuan pakan yaitu 1) pakan
teknologi petani (rumput lapangan) dan 2) pakan teknologi petani (rumput lapangan) +
pakan brangkasan jagung fermentasi, ternak juga di berikan mineral 0,01% perekor/hari.
Lama pemberian pakan 3 bulan.Brangkasan jagung yang digunakan sebagai pakan adalah
jagung varietas Bisi 18 dengan aplikasi kompos dan biourin dengan total luas penanaman
jagung 3 ha.Hasil pengkajian pemberian pakan hijauan rumput dan fermentasi brangkasan
jagung telah mengurangi konsumsi hijauan rumput sebesar 12%.Daya simpan pakan
fermentasi brangkasan jagung rata-rata selama 5 bulan, sedangkan penggunaan kompos
dan biourin pada tanaman jagung varietas Bisi 18 mencapai produktivitas sebesar 6,940
ton/ha.Sistem integrasi sapi jagung mampu meningkatkan efisensi dengan MBCR sebesar
1,534.Hal ini berarti integrasi sapi jagung menjadi lebih efisien dibandingkan berusahatani
jagung dan ternak dengan teknologi petani.
Kata kunci : produktivitas, integrasi, sapi, jagung hibrida, lahan suboptimal

Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019

70
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
PENDAHULUAN Sehubungan dengan itu sistem
Provinsi Bengkulu memiliki integrasi jagung-sapi (SIJS) adalah salah
potensi yang besar untuk pengembangan satu alternatif model sistem usahatani
usaha ternak sapi karena didukung oleh terpadu pada pertanian lahan
sumber daya manusia, serta peluang pasar kering.Pengembangan SIJS merupakan
yang memadai dan sumber daya alam program yang strategis untuk mendukung
(lahan, pakan) antara lain lahan swasembada jagung Indonesia. SIJS
suboptimal.Lahan suboptimal di Provinsi merupakan sistem usahatani tanpa limbah
Bengkulu cukup luas dan belum (zero waste) sehingga limbah tanaman
sepenuhnya dimanfaatkan untuk pertanian, menjadi input pakan ternak, sebaliknya
lahan sub optimal tersebut diantaranya limbah ternak digunakan untuk pupuk
adalah lahan kering masam dan lahan rawa, tanaman jagung. Keunggulan model
lahan kering mencapai 4,57 juta ha yang usahatani terpadu ini adalah terjadinya
tediri dari 3,44 juta ha lahan masam dan interaksi posistif antar kedua komoditas
1,13 juta ha lahan tidak masam. Luas lahan yang dipadukan.Setiap kombinasi yang
kering yang memiliki potensi untuk sektor berinteraksi posistif menunjukkan bahwa
pertanian seluas 796.800 ha (BPS Provinsi keduanya saling mendukung dalam satu
Bengkulu, 2013). sistem produksi usahatani.
Untuk mendukung pengembangan Usahatani pada lahan kering
usaha ternak sapi, tersedia pertanaman marginal yang bertumpu pada tanaman
jagung yang dapat ditanam pada lahan pangan semusim saja tidak akan mampu
suboptimal. Di Provinsi Bengkulu luas memenuhi kebutuhan keluarga tani dan
tanaman 22.653 ha dengan produksi juga tidak akan menjamin kelestariannya.
103.770 ton, sedangkan di Bengkulu Utara Ini disebabkan kompleknya interaksi
seluas 2.904 ha dengan produksi 13.346 faktor-faktor pembatas sumberdaya lahan
ton (BPS Provinsi Bengkulu, 2013). dan lingkungan antara lain rendahnya
Produktivitas jerami jagung adalah sekitar produktivitas lahan, rendahnya efisiensi
dua kali lipat dari produktivitas jagung, jadi pemupukan, tingginya serangan penyakit
seandainya jagung pipil kering diperoleh serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil
3,5 ton/ha maka bahan kering jerami adalah pertanian. Sementara itu, ternak sapi
sekitar 7 ton/ha (Paat, 2009). mempunyai prospek dan potensi pasar
yang cerah.Selain memberikan tambahan
KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 71
SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
pendapatan bagi petani peternak, usaha belum banyak di lakukan karena belum
ternak sapi juga merupakan sumber tersedia teknologi yang spesifik lokasi.
pendapatan daerah melalui perdagangan Oleh karena itu perlu dilakukan kajian
antar provinsi, antara lain ke Sumatera integrasi sapi dengan tanaman jagung pada
Barat, Sumatera Selatan, dan lahan suboptimal. Tujuan dari pengkajian
Jambi.Menurut Priyanti (2007), usaha ini adalah untuk mengkaji kelayakandan
ternak sapi tanaman dapat memberikan potensi penerapan model usaha tani
dampak budi daya, sosial, dan ekonomi integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
yang positif. Potensi ketersediaan pakan
dari limbah tanaman cukup besar METODE PENELITIAN
sepanjang tahun.
Pengkajian ini dilaksanakan pada
Peluang integrasi jagung dan sapi
bulan April sampai November tahun 2016
didukung oleh beberapa faktor internal
di Kelompok Tani Tri Mukti Desa Batu
sebagai berikut:(1) pertanian jagung
Raja R dan Kelompok Tani Sri Gati Desa
menghasilkan pakan limbah pertanian yang
Batu Layang, Kecamatan Hulu Palik,
cukup besar, sebagai contoh total biomassa
Kabupaten Bengkulu Utara.
segar jagung varietas bima-1 sebesar
Petani/peternak yang terlibat dalam
100,68 ton/ha, varietas semar-10 sebesar
kegiatan pengkajian ini sebanyak 21 orang,
99,15 ton/ha, (2) pemanfaatan daun jagung
yang berada dalam dua desa yang memiliki
untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak
ternak sapi dengan kandang yang
pertumbuhan vegetasi sebagaimana yang
berdekatan serta mempunyai lahan untuk
sering dilakukan di Blora, (3) sapi mampu
tanaman jagung.Peralatan yang digunakan
memanfaatkan limbah jagung sebagai
yaitu pH meter, alat pengambil sampel
pakan, (4) tenaga kerja sapi dibutuhkan
tanah, timbangan, timbangan ternak,
dalam sistem produksi jagung,
tempat pakan dan minum, sabit, plastik,
dan(5)peternakan sapi mensulpai kotoran
cangkul, tugal, ember, handsprayer, tali,
yang dapat digunakan untuk pemupukan
dan meteran. Bahan yang digunakan
tanaman jagung.
meliputi sapi bali induk berumur 1,5 – 3
Kajian tentang dukungan
tahun berjumlah 24 ekor, pakan ternak
teknologi dalam sistem integrasi tanaman-
hijauan/rumput, limbah tanaman jagung,
ternak sapi telah banyak dilakukan, namun
benih jagung hibrida Bima Uri 19, kapur
integrasi pada lahan suboptimal masih
KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 72
SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
pertanian (dolomit), pupuk anorganik, dengan wawancara terhadap petani
pestisida, feses sapi, limbah kulit kopi dan pelaksana integrasi jagung - sapi.
sekam padi, dedak padi/bekatul, tetes tebu, Parameter yang di ukur yaitu
dan dekomposer. Kegiatan yang produktivitas tanaman jagung, konsumsi
dilaksanakan terdiri dari: (1) Pemanfaatan pakan, hasil limbah feses dan urin, daya
kompos dan biourin pada tanaman simpan fermentasi brangkasan, bobot lahir
jagungvarietas Bima Uri 19 untuk lahan pedetserta analisis usahatani. Analisis data
suboptimal, (2) kajian teknologi pakan dilakukan dengan ANOVA dan uji lanjut
ternaksapi berbasis limbah jagung, dan (3) dengan DMRT. Efisiensi usahatani diukur
efisiensi usahatani jagung dan sapi berbasis dengan R/C. Kelayakan finansial dalam
integrasi di lahan suboptimal. penerapan sistem usahatani integrasi
Pertanaman jagung varietas Bima dihitung dengan Marginal Benefit Cost
Uri 19 dilaksanakan pada lahan seluas 3 Ratio (MBCR).
hektar dengan pemanfaatan kompos dan
biourin (limbah sapi). Pemberian kompos HASIL DAN PEMBAHASAN
dan biourin diberikan 1 kali sebanyak 32 a. Pemanfaatan kompos dan biourin
gr/lubang tanam (2 ton/ha) pada saat tanam pada tanaman jagung di lahan sub-
optimal
sebagai penutup benih. Brangkasan jagung
Parameter agronomis pertanaman
menjadi sumber bahan baku pakan sapi.
meliputi produktivitas jagung dan berat
Kajian teknologi pakan dilakukan
brangkasan jagung masing-masing sebesar
selama 3 bulan dengan memberikan pakan
6,436 ton/ha dan 6,33 kg/m2 dengan
fermentasi limbah tanaman jagung untuk
aplikasi kompos dan biourin pada jagung
ternak sapi menggunakan RAK, pada 24
varietas Bima Uri 19.Pada pertanaman
ekor ternak sapi Bali induk yang berumur
jagung existing, produktivitas yang dicapai
1,5 - 3 tahun. Terdapat dua perlakuan
sebesar 6,16 ton/ha (tanpa kompos dan
pakan yaitu (1) pakan teknologi petani
tanpa biourin). Hasil penelitian Dewanto et
(rumput lapangan) dan (2) rumput
al. (2013) yang memperlihatkan bahwa
lapangan + brangkasan jagung fermentasi
pemupukan dengan menggabungkan
+ mineral 0,01% perekor/hari. Air minum
antara pupuk anorganik dan organik
diberikan secara ad-libitum. Kajian
(kompos) lebih meningkatkan produksi
efisiensi usahatani jagung dan sapi berbasis
tanaman jagung baik itu panjang tongkol,
integrasi di lahan suboptimal dilakukan
KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 73
SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
lingkar tongkol dan produktivitas tanaman. - 5 ekor. Sebagian besar memelihara
Demikian juga, penelitian ini menunjukkan ternaknya dengan sistem semi intensif,
bahwa pengaruh pemberian urin sapi ternak digembalakan pada siang hari dan
belum menunjukkan peningkatan terhadap dikandangkan pada sore harinya. Petani
produtivitas tanaman jagung sebagaiman yang memiliki kandang hanya 83% dan
yang dilaporkan oleh Pangaribuan et al., sisanya belum memiliki kandang. Petani
(2017) pada tanaman jagung manis. menyediakan pakan berupa hijauan rumput
Kondisi lahan awal yang merupakan lahan lapangan setiap hari yang diberikan pada
suboptimal diduga menjadi penyebab saat sore hari. Limbah tanaman jagung,
belum efektifnya pemberian biourin baik brangkasan maupun tongkol jagung
terhadap pertumbuhan tanaman. Padahal belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
meskipun diberikan dalam jumlah tidak Ternak sapi Bali induk yang
besar, urine sapi memiliki dapat digunakan pada pengkajian berumur 1,5 - 3
meningkatkan produktivitas tanaman tahun berjumlah 24 ekor dan yang dalam
karena mengandung hormon auksin yang kondisi bunting sebanyak 9 ekor.
dapat merangsang pertumbuhan dan Konsumsi pakan hijauan perlakuan P1
perkembangan tanaman (Sutedjo, 2010). (pemberian rumput lapangan) pada sapi
Varietas Bima Uri 19 sesuai untuk ditanam induk sebesar 22,23 kg/ekor/hari. Pada
dilahan kering karena memiliki perlakuan P2 (rumput lapangan +
produktivitas tinggi dan dianjurkan untuk brangkasan jagung fermentasi + mineral
diintegrasikan dengan ternak sapi karena 0,01% per ekor/hari), konsumsi hijauan
menghasilkan brangkasan jagung yang rumput lapangan sebesar 21,52
lebih besar sebagai sumber pakan sapi kg/ekor/hari dan konsumsi pakan
potong. fermentasi brangkasan jagung sebesar 2,39
b.Teknologi pakan ternak sapi berbasis kg/ekor/hari. Pemberian brangkasan
limbah jagung
jagung telah mengurangi konsumsi hijauan
Petani kooperator memiliki
rumput sebesar 6,2% (Tabel 2).
kisaran umur antara 35 - 70, sebanyak 67%
masih berumur di bawah 45 tahun. Tingkat
pendidikan petani masih rendah, 61%
hanya tamat SD. Petani memelihara sapi
Bali betina dengan rata-rata kepemilikan 2

KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 74


SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Tabel 2. Rata-rata konsumsi pakan dan limbah ternak sapi Bali selama pengkajian
Perlakuan Konsumsi pakan (kg) Limbah ternak Keterangan
Brangkasan
No. Hijauan Urin
jagung Feses(kg)
(kg) (lt)
fermentasi
1 P1 22,94 - 24,33 13,25 -
Daya simpanan
2 P2 21,52 2,39 24,67 13,67 brangkasan
selama 5
Selisih antar
3 -1,42 2,39 0,34 0,42
perlakuan (2-1)

Rata-rata hasil limbah ternak sapi berupa Kandungan nutrisi pakan yang
feses dan urin per hari pada kedua berasal dari rumput lapangan ditambah
perlakuan hampir sama. Hal ini karena dengan brangkasan jagung fermentasi (P2)
jumlah pakan yang diberikan juga hampir lebih baik daripada pakan yang hanya
sama antar kedua perlakuan. Namun berasal dari rumput lapangan saja (P1).
kelebihan pakan brangkasan jagung Kandungan protein kasarpakan P1 sebesar
fermentasi dapat disimpan sekitar 5 bulan. 7,27% sedangkan P2 9,80%. Demikian
Lamanya daya simpan brangkasan jagung juga serat kasar pakan menurun menjadi
juga dinyatakan oleh Wulandari et al. 9,12% dibandingkan dengan P1 sebesar
(2016) yang dapat digunakan sampai 14,32% (Tabel 3).
dengan 8 bulan.
Tabel 3. Kandungan nutrisi pakan perlakuan
Parameter Analisis
Air Lemak Protein Serat Karbohidra
Perlakuan Pakan Abu (%)
(%) (%) (%) Kasar (%) t (%)
P1 (rumput
- - 1,84 7,27 14,32 -
lapangan)
P2 (rumput
lapangan + 2,12 60,05 0,50 9,80 9,12 25,41
brangkasan Jagung)
Sumber : Hasil analisis proksimat laboratorium kimia FMIPA UNIB, 2016

Peningkatan produktivitas sapi perlakuan P2 lebih banyak yaitu 6 ekor.


Bali induk di peroleh dari kelahiran sapi Bobot lahir pedet kedua perlakuan sama
pedet. Kelahiran pedet pada perlakuan P1 yaitu rata-rata 15 kg. Data ini
sebanyak 3 ekor, sedangkan pada
mengindikasikan bahwa pemberian pakan
KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 77
SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
hijauan rumput yang ditambah dengan hanya diberikan pakan hijauan rumput saja
limbah jagung fermentasi (P2) mampu (P1) sebagaimana ditampilkan pada Tabel
meningkatkan produktivitas sapi bali 4.
dibandingkan dengan sapi induk yang
Tabel 4. Jumlah induk bunting dan bobot lahir pedet antar perlakuan
Perlakuan Jumlah induk bunting (ekor) Bobot lahir
P1 3 15
P2 6 15

c. Efisiensi usahatani jagung dan sapi


berbasis integrasi di lahan
suboptimal
Usahatani integrasi jagung dan
sapi mampu meningkatkan produktivitas
jagung dari sekitar 6,16 ton/ha dan nilai
keuntungan dari Rp. 12.576.000/ha
menjadi Rp. 12.760.000. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya
integrasi terjadi peningkatan produktivitas
jagung sebesar 12,63% dan peningkatan
keuntungan 1,46%.

KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 79


SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Tabel 5. Analisis usahatani jagung sebelum dan sesudah integrasi
Uraian Keterangan
Sebelum Integrasi Sesudah Integrasi
Biaya produksi :
Bibit (Rp/ha) 1.050.000 1.050.000
Upah persiapan lahan (Rp/ha) 210.000 210.000
Upah penanaman (Rp/ha) 600.000 600.000
Upah penegndalian hama/penyakit
350.000 350.000
(Rp/ha)
Upah penyiangan (Rp/ha) 280.000 280.000
Upah pemupukan (Rp/ha) 400.000 400.000
Insektisida (Rp/ha) 500.000 500.000
Urea (Rp/ha) 540.000 540.000
SP 36 (Rp/ha) 800.000 800.000
NPK 330.000 330.000
Kompos (Rp/ha) - 1500.000
Biourine 600.000
Upah pengairan (Rp/ha) 100.000 100.000
Upah panen (Rp/ha) 750.000 800.000
Total Biaya 5.910.000 8.060.000
Produksi (kg/ha) 6.162.000 6.940.000
Harga jagung (Rp/kg) 3.000 3.000
Penerimaan (Rp/ha) 18.486.000 20.820.000
Keuntungan 12.576.000 12.760.000
R/C 3.13 2.58

Serupa dengan usahatani jagung, pada waktu tiga bulan sebesar Rp.
usaha pemeliharaan sapi Bali induk 5.965.000/ekor dibandingkan sebelum
diperoleh efisiensi biaya lebih tinggi pada integrasi yang hanya mencapai Rp.
sistem pemeliharaan sesudah integrasi. 4.830.000/ekor atau keuntungan
Tabel 6 menunjukkan bahwa keuntungan meningkat sebesar 23,50%.
usaha ternak sesudah integrasi dalam kurun

KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 79


SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Tabel 6. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi Bali induk selama 3 bulan
sebelum dan sesudah integrasi
Uraian Keterangan
Sebelum Integrasi Setelah Integrasi
Biaya produksi :
Bibit sapi (Rp) 7.000.000 7.000.000
Upah tenaga kerja (Rp) 900.000 900.000
Upah penyediaan jerami jagung - 1.800.000
(Rp)
Upah penyediaan rumput lapangan 1.260.000 -
(Rp)
Obat cacing (Rp) 10.000 10.000
Total Biaya 9.170.000 9.710.000
Penjualan sapi (Rp) 14.000.000 15.000.000
Penjualan pupuk kandang (Rp) - 675.000
Penerimaan (Rp/ha) 14.000.000 15.675.000
Keuntungan 4.830.000 5.965.000
R/C ratio 1,53 1,61

Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan integrasi jagung - sapi pada lahan kering suboptimal
memberikan keuntungan secara teknis maupun ekonomis. Integrasi jagung - sapi ini layak
untuk diusahakan dengan nilai MBCR sebesar 1,49 (Tabel 7). Hal ini berarti bahwa setiap
penambahan input sebesar Rp. 1.000 dam integrasi jagung - sapi di lahan kering suboptimal ini
meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 1.490 sehingga layak untuk diusahakan.
Tabel 7. Kelayakan finansial integrasi jagung -sapi di lahan kering suboptimal.
Tambahan
Tambahan biaya Rp Rp
keuntungan
Usahatani jagung per Usahatani jagung
2.150.000 2.334.000
hektar per hektar
Pemeliharaan sapi Bali Pemeliharaan sapi
540.000 1.675.000
induk/hektar Bali induk/ekor
Jumlah tambahan
Jumlah tambahan biaya 2.690.0000 4.009.000
keuntungan
MBCR 1,49

KESIMPULAN
Jagung varietas Bima Uri 19 memiliki produktivitas tinggi pada lahan kering
suboptimal yaitu sebesar 6,940 ton/ha dan berpotensi diintegrasikan dengan ternak sapi karena
menghasilkan brangkasan yang banyak. Pemberian brangkasan jagung sebagai pakan ternak
sapi mampu menghemat pemberian pakan hijauan rumput sebesar 6,2%. Selain itu, brangkasan

KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 82


SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
jagung fermentasi dapat disimpan rata-rata 5 bulan. Sistem integrasi jagung dengan sapi potong
lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi petani (tanpa integrasi) dengan MBCR
sebesar 1,49.
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP selaku Kepala
BPTP Bengkulu atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan
maupun dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dr. Andi
Ishak, M.Si atas saran, masukan dan bimbingannya dalam mengoreksi makalah sehingga
menambah kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

BPS.Provinsi Bengkulu. 2013. Bengkulu dan Pengeluaran Rumah Tangga


Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Petani.Disertasi. Sekolah
Bengkulu. Pascasarjana Institut Pertanian
Dewanto, F.G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Bogor, Bogor.
Tuturoong dan W.B. Kaunang. Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara
2013. Pengaruh Pemupukan Pemupukan. Rhineka Cipta, Jakarta.
Anorganik dan Organik terhadap Wulandari, W.A, Z. Efendi, dan E. Ramon.
Produksi Tanaman Jagung sebagai 2016. Usahatani Integrasi Sapi
Sumber Pakan. Jurnal Zootek, 32 (5) dengan Jagung Manis pada Lahan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Suboptimal di Kabupaten Bengkulu
Peternakan. Bogor. Utara. Bunga Rampai Teknologi
Pangaribuan, D.H., Sarno dan M.C Pertanian Spesifik Lokasi. IAARD
Kurniawan. 2017. Pengaru Pupuk Press. Hal 119 - 133.
Cair Urine Sapi Terhadap Paat, P.C dan L.A Taulu. 2009. Potensi dan
Pertumbuhan dan Produksi Peluang Pengembangan Sistem
Tanaman Jagung Manis (Zea mays Integrasi Jagung - Sapi di Sulawesi
L.) Jurnal Metamorfosa, 4 (2): 202- Utara. Prosiding Lokakarya
209. Nasional Sistem Integrasi Tanaman -
Priyanti, A. 2007.Dampak Program Sistem Ternak Pengembangan Jejaring
Integrasi Tanaman Ternak terhadap Litkaji/Budi Haryanto dkk-Bogor.
Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan

KELAYAKAN USAHATANI INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN 83


SUBOPTIMAL KABUPATEN BENGKULU UTARA Wahyuni Amelia Wulandari, Sri Suryani M.
Rambe danErpan Ramon
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL
TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA SISTEM TANAM
BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN
Yartiwi1), Yahumri2), Jhon Firison3) dan Darkam Musaddad4)
1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Jl. Irian Km. 6,5 Kota Bengkulu. Indonesia
email: yartiwi.bptpbengkulu@yahoo.com

ABSTRAK
Varietas unggul Badan Litbang Pertanian masih belum dikenal dibandingkan dengan
varietas hibrida yang dihasilkan lembaga penelitian swasta. Oleh karena itu diperlukan upaya
diseminasi varietas jagung hibrida yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian tersebut oleh
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian terutama BPTP yang ada di setiap
provinsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas jagung hibrida yang ditumpangsarikan dengan kedelai di lahan kering
Penelitian dilakukan di Desa Sukaraja Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan bulan
April-Agustus 2018. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok 2 faktor. Faktor
pertama adalah perlakuan varietas jagung hibrida (V) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan V1 =
Bima 19 Uri, V2 = Nasa dan V3 = NK 6172. Faktor kedua adalah Sistem Tanam (ST) yang
terdiri dari 3 taraf yaitu ST1 = Sistem tanam Legowo Tumpangsari, ST2 = Sistem tanam
legowo monokultur, dan ST3 = Sistem tanam tegel monokultur, sehingga diperoleh 9
kombinasi perlakuan dan diulang 6 kali. Data yang dikumpulkan adalah komponen
pertumbuhan dan komponen hasil yang dianalis menggunakan analisis varians dan uji lanjut
DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman ketiga varietas jagung pada
sistem tanam legowo jagung berbeda signifikan dengan sistem tanam tegel. Kombinasi
perlakuan varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah biji/tongkol dan bobot
100 biji. Hasil jagung lebih tinggi pada sistem tanam jajar legowo monokultur dibandingkan
dengan sistem tanam tegel pada seluruh varietas. Varietas jagung hibrida Bima 19 Uri dan
Nasa yang dilepas Badan Litbang Pertanian adaptif di lokasi penelitian.
Kata Kunci : Jagung-kedelai, sistem tanam legowo, tumpangsari

Buletin Agritek, Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019

84
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu (2011), penanaman benih unggul jagung
komoditas strategis tanaman pangan akan menaikkan biaya produksi selain itu
yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan produktivitas jagung
pembangunan nasional. Jagung tidak dipengaruhi oleh jarak tanam dan
hanya digunakan sebagai bahan pangan varietas. Varietas hibrida memiliki hasil
tetapi juga digunakan sebagai bahan yang lebih tinggi dari pada varietas
pakan dan industri bahkan di luar negeri Bisma dan varietas lokal, hasil penelitian
sudah mulai digunakan sebagai bahan tertinggi diperoleh pada jarak tanam 50
bakar alternatif. Permintaan jagung cm x 40 cm pada semua varietas. Sejalan
semakin hari semakin meningkat hal ini dengan hasil penelitian (Erwidodo et al.,
berbanding lurus dengan pertumbuhan 2003) bahwa usaha tani jagung hibrida
penduduk, sebagai dampak dari memiliki keunggulan komparatif dan
kebutuhan pangan, konsumsi kebutuhan kompetitif (daya saing), efisien dan
protein hewani dan energi. tangguh menghadapi gejolak harga, nilai
Provinsi Bengkulu memiliki tukar rupiah maupun resiko penurunan
potensi untuk pengembangan jagung. produktivitas.
Luas panen jagung di Provinsi Bengkulu Populasi tanaman merupakan
mencapai 10.137 ha dengan produksi salah satu faktor yang dapat
52.785 ton dan produktivitas 5,21 ton/ha mempengaruhi hasil tanaman,
(BPS Provinsi Bengkulu, 2017). peningkatan hasil jagung dapat
Produktvitas tanaman jagung ini masih diupayakan melalui pengaturan
berpeluang untuk ditingkatkan dengan kerapatan tanam hingga mencapai
perbaikan teknologi budidaya. Perbaikan populasi optimal. Menurut Gardner et al.
teknologi budidaya berkorelasi positif (1996), pengaturan kerapatan tanaman
dengan produktivitas tanaman jagung bertujuan untuk meminimalkan
(Wibawa et al., 2011). kompetisi intrapopulasi agar kanopi dan
Penggunaan varietas unggul akar tanaman dapat memanfaatkan
merupakan komponen utama dalam lingkungan secara optimal. Jumlah
budaya tanaman jagung. Varietas unggul tanaman yang berlebihan akan
mempunyai pertumbuhan lebih baik, menurunkan hasil karena terjadi
perakaran kokoh, batang tegak, toleran kompetisi terhadap unsur hara, air,
rebah, cepat tumbuh, umur panen genjah, radiasi matahari, dan ruang tumbuh
produktivitas tinggi dan tahan penyakit (Irfan, 1999). Jarak tanam berpengaruh
karat (Pionner, 2006). Menurut Yulisma nyata terhadap pertumbuhan dan hasil

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA


SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 84
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
biji kering jagung, jarak tanam (80-50 cm kg/ha dan ditanam satu biji per lubang
x 40 cm) dengan varietas Bima 20 yang tanam, sedangkan kedelai ditanam di
ditata dengan sistem double row, antara tanaman jagung (lorong 100 cm) 2
menunjukkan hasil biji kering tertinggi biji per lubang atau Dosis pupuk jagung
sebesar 11,17 t/ha (Erawati dan Hipi, yang digunakan berdasarkan
2016). rekomendasi Kalender Tanam Terpadu
Tujuan penelitian untuk Kecamatan Seginim yaitu Urea 350 kg +
mengetahui keragaan pertumbuhan dan SP-36 150 kg + KCl 100 kg. Sementara
hasil beberapa varietas jagung hibrida itu, dosis pupuk kedelai yaitu Urea 50 kg
yang ditumpangsarikan dengan kedelai di + SP-36 100 kg + KCl 50 kg + dolomit
lahan kering. 300 kg/ha dan kompos 500 kg/ha sebagai
penutup lubang tanam. Jagung dipupuk
METODOLOGI PENELITIAN
tiga kali yaitu pada umur 7-10 hari
Penelitian ini dilakukan di Desa setelah tanam (HST) 29-30 HST, 40-45
Sukaraja Kecamatan Seginim Kabupaten HST, sedangkan kedelai hanya dipupuk 1
Bengkulu Selatan dari bulan April kali pada umur 7-14 HST. Sebelum
sampai dengan Agustus 2018. Penelitian pemupukan, dilakukan pembumbunan
menggunakan Rancangan Acak bersamaan dengan penyiangan.
Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Pengendalian OPT dengan menerapkan
Faktor pertama adalah perlakuan varietas konsep PHT. Panen dilakukan ketika
(V) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan V1 kelobot tongkol telah mengering.
= Bima 19 Uri, V2 = Nasa dan V3 = NK Data yang dikumpulkan adalah
6172. Faktor kedua adalah Sistem Tanam komponen pertumbuhan (tinggi tanaman
(ST) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan dan tinggi letak tongkol) dan komponen
yaitu ST1 = Sistem tanam Legowo hasil (panjang tongkol, diameter tongkol,
Tumpangsari, ST2 = sistem tanam jumlah biji/tongkol, bobot 100 biji,
legowo monokultur, dan ST3 = sistem produktivitas jagung, dan produktivitas
tanam monokultur, sehingga diperoleh 9 kedelai) yang dianalis menggunakan
kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi analisis varians dan uji lanjut DMRT
perlakuan diulang 6 kali dengan jumlah (Gaspersz, 1994; Gomez dan Gomez,
sampel sebanyak 10 tanaman/ulangan. 1995).
Teknologi yang diterapkan
terdiri dari Olah tanah minimum,
perlakuan benih, cara tanam ditugal,
dengan jarak tanam [(40 x 20) x 100 cm]
untuk jagung dengan jumlah benih 15
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA
SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 85
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih baik daipada tanah dengan KTK
rendah, karena unsur-unsur hara
Keadaan umum lokasi
sehingga tidak mudah tercuci. Tanah
Lokasi penelitian merupakan lahan
dengan kandungan bahan organik tinggi
sawah irigasi yang sedang dikeringkan
akan memiliki KTK yang tinggi
Nilai pH tanah sebesar 5,08 dan KTK
(Hasibuan, 2006).
19,4 Cmol (+) kg. Nilai pH tersebut
Keragaan pertumbuhan tanaman
mengindikasikan bahwa lahan sawah
jagung
termasuk masam sedangkan KTK
Hasil pengukuran terhadap
termasuk kriteria sedang. KTK
pertumbuhan tanaman dan tinggi letak
merupakan sifat kimia tanah yang sangat
tongkol ketiga varietas yang uji dengan
erat hubungannya dengan kesuburan
sistem tanam berbeda ditampilkan pada
tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu
Tabel 1.
menyerap dan menyediakan unsur hara

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol jagung pada
masing-masing perlakuan.

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Tinggi letak tongkol (cm)


Bima 19 Uri + Legowo
105,13ab
Tumpangsari 237 ab
Bima 19 Uri + Legowo
112,22 a
Monokultur 232 ab
Bima 19 Uri + Tegel
108,19 ab
Monokultur 220b
Nasa 29 + Legowo Tumpangsari 233 ab 107,21ab
Nasa 29 + Legowo Monokultur 233 ab 118,26a
Nasa 29 + Tegel Monokultur 209 b 110,03a
NK 6172 + Legowo
116,21a
Tumpangsari 232 ab
NK 6172 + Legowo Monokultur 249 a 104,03ab
NK 6172 + Tegel Monokultur 221b 102,24ab
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada setiap kolom tidak
menunjukkan perbedaan nyata (signifikan) dengan P<0.005.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sistem tanam legowo jagung varietas NK


tanaman ketiga varietas jagung pada 6172 yang menunjukkan nilai rata-rata
sistem tanam legowo jagung tanpa tertinggi yaitu 249 cm, sedangkan rata-
maupun dengan tumpangsari kedelai rata tinggi tanaman pada sistem tanam
berbeda signifikan dengan sistem tanam tegel jagung varietas Nasa 29 terendah
tegel monokultur. Tinggi tanaman pada yaitu 209 cm. Keragaan tinggi tanaman

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA


SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 86
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
yang berbeda disamping merupakan tanaman. Hal ini ditunjukkan hasil
ekspresi faktor genetis, juga dapat penelitian Erawati dan Hipi (2016) bahwa
disebabkan karena perbedaan sistem tanam jagung double row (80 x 40
pengelolaan usahatani (Puslitbangtan, x 40 cm) berpengaruh terhadap tinggi
2013). tanaman dibandingkan sistem tandur jajar
Sementara itu, tinggi letak tongkol (70 x 40 cm). Yulisma (2011) menyatakan
dari seluruh perlakuan menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung juga akan
perbedaan yang tidak signifikan. Jarak berbeda antar varietas.
tanam berpengaruh terhadap tinggi Keragaan hasil tanaman jagung
tanaman. Semakin luas lorong jarak antar Hasil pengukuran terhadap
baris tanaman maka tanaman juga komponen hasil tanaman jagung ketiga
semakin tinggi, karena sinar matahari varietas yang diuji dengan sistem tanam
dapat diperoleh tanaman secara merata berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
dan mempermudah pemeliharaan
Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran komponen hasil tanaman jagung pada masing-masing
perlakuan.
Jumlah
Jumlah
Diameter baris Bobot
Panjang biji/
Perlakuan Tongkol biji/ 100 biji
Tongkol (cm) tongkol
(cm) tongkol (gr)
(butir)
(baris)
Bima 19 Uri + 31,21 ab
16,64ab 4,34a 15,24 a 533.12 ab
Legowo Tumpangsari
Bima 19 Uri + 32,65 a
17,67a 4,52a 15,87 a 545,89 a
Legowo Monokultur
Bima 19 Uri + Tegel 31,18 ab
16,46ab 4,55a 14,46 ab 532,25 ab
Monokultur
Nasa 29 + Legowo 31,98 ab
17,17a 4,27ab 15,17a 525,25 ab
Tumpangsari
Nasa 29 + Legowo 32,75 a
18,27a 4,73a 16,27a 548,00 a
Monokultur
Nasa 29 + Tegel 30,96ab
16,28ab 4,10ab 14,18ab 527,57 ab
Monokultur
NK 6172 + Legowo 30,12 ab
15.68 ab 4.17ab 14.24ab 515.23b
Tumpangsari
NK 6172 + Legowo 29,87b
16.28ab 4.23ab 14.45ab 521.12 ab
Monokultur
NK 6172 + Tegel 28,16b
16.89ab 4.06ab 14.65ab 508.29b
Monokultur
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada setiap kolom tidak menunjukkan
perbedaan nyata (signifikan) dengan P<0.005.

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanam berpengaruh nyata terhadap


kombinasi perlakuan varietas dan jarak jumlah biji/tongkol dan bobot 100 biji.

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA


SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 87
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Panjang tongkol dan berat 100 biji jagung yang berarti bahwa kedua varietas
hibrida varietas NK 6172 yang sudah tersebut adaptif di lokasi penelitian.
biasa ditanam petani di lokasi penelitian Hasil tanaman jagung dan kedelai
tidak berbeda nyata apabila dibandingkan Hasil tanaman jagung dan kedelai
dengan varietas Bima 19 Uri dan Nasa diperoleh dari ubinan saat panen masing-
yang dilepas Badan Litbang Pertanian masing perlakuan (Tabel 3).
Tabel 3. Rata-rata hasil tanaman pada masing-masing perlakuan.
Produktivitas
Produktivitas kedelai
Perlakuan jagung pipil
(t/ha)
kering (t/ha)
Bima 19 Uri + Legowo Tumpangsari 12.97ab 0,59ab
Bima 19 Uri + Legowo Monokultur 13.22a
Bima 19 Uri + Tegel Monokultur 12,33 ab
Nasa 29 + Legowo Tumpangsari 12.75ab 0,53ab
Nasa 29 + Legowo Monokultur 14,36a
Nasa 29 + Tegel Monokultur 12,10 ab
NK 6172 + Legowo Tumpangsari 12.92 ab 0,63a
NK 6172 + Legowo Monokultur 11.47b
NK 6172 + Tegel Monokultur 11.09b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada setiap kolom tidak menunjukkan
perbedaan nyata (signifikan) dengan P<0.005.

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil dibandingkan dengan jarak tanam 70 x 20


jagung lebih tinggi pada sistem tanam cm. Lorong tanaman pada sistem tanam
jajar legowo dengan dan tanpa kedelai legowo menyebabkan pertumbuhan
dibandingkan dengan sistem tanam tegel vegetatif lebih baik yang mengakibatkan
jagung pada seluruh varietas. Hal ini pertumbuhan generatif (panjang tongkol
sesuai dengan hasil penelitian Erawati dan berat 100 butir) juga baik (Budiastuti,
dan Hipi (2016) bahwa jarak tanam 2000).
double row jagung (80 – 50 x 40 cm) Peningkatan berat tongkol
menghasilkan produktivitas lebih tinggi berhubungan erat dengan jumlah
dibandingkan sistem tanam tanpa legowo fotosintat yang disalurkan ke bagian
(70 x 40 cm). tongkol. Semakin tinggi fotosintat pada
Penggunaan jarak tanam yang batang dan daun yang disalurkan ke
tepat akan meningkatkan hasil (Williams tongkol maka tongkol juga akan semakin
dan Yoseph, 1970). Penerapan sistem besar (Probowati et al., 2014).
tanam jajar legowo dapat meningkatkan
produktivitas jagung sebesar 30% pada
perlakuan jarak tanam 100 – 50 x 40 cm

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA


SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 88
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
KESIMPULAN Erawati, B.T.R dan A. Hipi.2016.
Pengaruh Jarak Tanam terhadap
Penelitian ini menyimpulkan Pertumbuhan dan Hasil
bahwa sistem tanam legowo jagung yang BeberapaVarietas Jagung Hibrida
di Kawasan Pengembangan
tumpangsari dengan kedelai Jagung Kabupaten Sumbawa.
menunjukkan komponen pertumbuhan Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian
dan hasil yang lebih baik dan berbeda Banjarbaru, 20 Juli 2016. Hal 608
signifikan dibandingkan dengan sistem – 616.
Erwidodo, Hermanto dan H. Pudjihastuti.
tanam tegel monokultur. Sistem tanam 2003. Impor Jagung : Perlukah
legowo jagung yang di tumpangsari Tarif Impor di Perlukan ? Jawaban
Analisis Simulasi. Jurnal Agro
dengan kedelai juga lebih layak Ekonomi Vol. 21(2). 175-195p.
diusahakan dibandingkan dengan sistem Gardner, F. P. Pearce. R. B. and Michell.
R. L. 1996. Physiology of crop
tanam tegel monokultur. Tidak ada plant. Terjemahan Herawati,
perbedaan secara teknis antara varietas Susilo, dan Subiyanto. UI Pres,
Jakarta. p. 61-68; 343.
jagung hibrida Bima Uri 19 dan Nasa Gaspersz. V., 1994. Metode Perancangan
yang dilepas Badan Litbang Pertanian Percobaan, Armico, Bandung.
Gomez. K. A., and A. A. Gomez. 1995.
dengan NK 6172 sehingga kedua varietas Prosedur Statistika Untuk
tersebut adaptif di lokasi penelitian. Penelitian Pertanian. Ed. II. UI
Press (terjemahan).
UCAPAN TERIMAKASIH Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah.
Universitas Sumatra Utara,
Penulis mengucapkan terima Fakulta Pertanian. Medan.
Irfan, M. 1999. Respons tanaman jagung
kasih kepada BPTP Balitbangtan (Zea mays L.) terhadap
Bengkulu atas dukungan pembiayaan pengelolaan tanah dan kerapatan
tanam pada tanah Andisol. Tesis
melalui DIPA TA. 2018 dan Kepala Program Pasca Sarjana USU,
BPTP Balitbangtan Bengkulu Dr. Ir. Medan. P. 13-74
Pioneer. 2006. Petunjuk Penanaman
Darkam Musaddad, M.Si yang telah Jagung Hibrida Pioneer. Brand
memberikan arahan dan masukan, serta Products. Hal:3-10.
Probowati R.A., B. Guritno dan T.
semua pihak yang telah membantu dalam Sumarni, 2014. Pengaruh
pelaksanaan pengkajian ini. Tanaman Penutup Tanah dan Jarak
Tanam Pada Gulma dan Hasil
DAFTAR PUSTAKA Tanaman Jagung. J. Produksi
Tanaman. 2(8): 639–647.
Badan Pusat Statistik. 2017. Provinsi Puslitbang Tanaman Pangan. 2013.
Bengkulu Dalam Angka. Deskripsi Tanaman Jagung. Badan
Bengkulu. Litbangtan Kementerian
Budiastuti, M. S. 2000. Penggunaan Pertanian.
Triakontanol Dan Jarak Tanam Wibawa, W. 2011. Laporan Akhir Tahun
Pada Tanaman Kacang Hijau kegiatan Pendampingan SL-PTT.
(Paseolus radiantus 1). Badan Litbang Pertanian. BPTP
http://www.iptek.net.id Bengkulu.

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA


SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 89
Edisi 1 Vol 1 November Tahun 2019
Williams, C. N., dan K. T. Joseph. 1970. Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil
Climate, Soil and Crop Production Beberapa Varietas Jagung pada
in The Humid Tropics. Oxford Berbagai Jarak Tanam.Penelitian
University Press. Kuala Lumpur. Pertanian Tanaman Pangan.Vol.3
177p. No.2.

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA


SISTEM TANAM BERBEDA DI KABUPATEN BENGKULU SELATANYartiwi, Yahumri, Jhon
Firison dan Darkam Musaddad 90

Anda mungkin juga menyukai