LP Syok Kardiogenik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK KARDIOGENIK

1. Definisi Syok Kardiogenik


Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba tidak mampu
memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini merupakan
kegawatdaruratan medis dan memerlukan penanganan secara cepat. Penyebab paling umum syok
kardiogenik adalah kerusakan otot jantung akibat serangan jantung. Namun, tidak semua pasien
dengan serangan jantung akan mengalami syok kardiogenik. Rata-rata, sekitar 7% pasien dengan
serangan jantung akan mengalami kondisi ini (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
Syok merupakan sindroma klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan
dengan manifestasi hemodinamika yang bervariasi, tetapi petunjuk yang umum adalah tidak
memadainya perfusi jaringan ketika ketidakmampuan jantung untuk memompa darah mengalami
kerusakan (Muttaqin, 2010).
Syok kardiogenik adalah suatu sindroma yang diakibatkan oleh gangguan sirkulasi, akibat
utama dari aktivitas pompa jantung yang lemah. Biasanya terjadi secara tiba-tiba dan
mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap organ-organ vital (Eliastam et al., 1998 dalam
Muttaqin 2010).
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang menuntut
penatalaksanaan cepat dan tepat. Syok ini dapat timbul akibat infak miokard akut (IMA) atau sebagai
fase terminal beberapa penyakit jantung lainnya. Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer
yang mengakibatkan perfusi jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-bahan makanan dan
pengambilan sisa-sisa metabolik tubuh. Darisegi hemodinamik ayok kardiogenik adalah kelainan
jantung primer yang mengakibatkan hal-hal berikut:
a. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak 60 mmHg dibaah
tekanan basal (hipotensi relatif).
b. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun, vasokonstriksi perifer,
oliguria (urine < 30 ml/jam).
c. Tidak adanya gangguan pre-load atau proses non-miokardial sebagai etiologi syok (artimia,
asidosid atau antidepresan jantung secara farmakologik maupun fisiologik).
Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik (Bakta dan Suastika, 1999
dalam Mayoclinic, 2014).

2. Klasifikasi Syok Kardiogenik


Menurut Muttaqin (2010), syok dapat dibagi dalam 3 tahap (yang semakin lama semakin berat):
a. Tahap I
Syok terkompensasi (non-progresif), ditandai engan resnpons kompensatorik, dapat
menstabilkan sirkulasi, mencegah meunduran lebih lanjut.
b. Tahap II
Merupakan tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan
kemunduran fungsi organ.
c. Tahap III
Refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat dan tidak dapat lagi dihindari,
yang akhirnya menuju kematian.

3. Etiologi dan Faktor Resiko Syok Kardiogenik


Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung atau akibat
penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis, syok kradiogenik timbul karena
gangguan mekanik atai miopatik. Etiologi syok kardiogenik adalah (Bakta dan Suastika, 1999 dalam
Mayoclinic, 2014):
a. Infark miokard akut
Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran darah ke jantung sehingga akan
menyebabkan sumbatan.
b. Miokarditis akut
c. Tamponade jantung akut
d. Endokarditis infektif
e. Trauma jantung
f. Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA_
g. Ruptur korda tendinea spontan
h. Kardiomiopati tingkat akhir
i. Stenosis valvular berat
j. Regurgitasi valvular akut
k. Miksoma atrium kiri
l. Komplikasi bedah jantung

4. Faktor Risiko Syok Kardiogenik


Faktor risiko paling utama timbulnya syok kardiogenik adalah serangan jantung. Jika pasien pernah
mengalami serangan jantung, faktor yang dapar meningkatkan risiko terjadinya syok kardiogenik
antara lain:
a. Umur yang relative lebih tua > 60 tahun : dengan bertambah umur produksi hormone, enzim dan
daya imun biasanya juga menurun.
b. Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
c. Adanya infark yang lama ataupun baru
d. IMA yang meluas secara progresif
e. Komplikasi IMA : septum sobek, disenergi ventrikel
f. Gangguan irama jantung
g. Factor factor ekstramiokardial : obat obatan yang menyebabkan hipotensi atau hipovolemi .

5. Patofisiologi Syok Kardiogenik


(Terlampir)

6. Manifestasi Klinis Syok Kardiogenik


Timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark miokard akut dapat dikategorikan
dalam:
a. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masif atau ruptur
dinding ventrikel kiri.
b. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark yang berulang.
c. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising mitral sistolik, ruptur
septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini daoat disertai atau tanpa nyeri dada, tapi
sering disertai dengan sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti ditekan,
diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan punggung,
nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat.
Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakit
dasarnya (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin 2010).

Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan menimbulkan tnda dan
gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah ini biasanya timbul dua atau lebih ttanda
gejala, yaitu:
a. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
b. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
c. Diaforesis
d. Kulit pucat
e. Nadi lemah
f. Napas cepat
g. Penurunan atau tidak ada produksi urin
h. Tangan dan kaki dingin (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)

Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan


1) Keluhan Pokok
• Oliguri (urin < 20 mL/jam).
• Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
• Nyeri substernal seperti IMA.
2) Tanda Penting
• Tensi turun < 80-90 mmHg
• Takipneu dan dalam
• Takikardi
• Nadi cepat
• Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
• Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
• Sianosis
• Diaforesis (mandi keringat)
• Ekstremitas dingin
• Perubahan mental
3) Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
• Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
• Produksi urin < 20 mL/jam.
• Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
• Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi (Mubin, 2010).

7. Pemeriksaan Diagnostik Syok Kardiogenik


Menurut Bakta dan Suastika (1999) dalam Mayoclinic (2014), sebagai pegangan diagnosis syok
kardiogenik adalah:
a. Hipotenssi
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau 60 mmHg dibaah tekanan darah yang biasa
sebelumnya.
b. Gejala hipoperfusi jaringan:
1) Kulit (gejala vasokonstriksi perifer)  pucat, basah, dingin, sianosis, vena-vena pad punggung
tangan dan kaki kolaps.
2) Ginjal  oliguria, prosukdi urine < 30 ml/jam.
3) Otak  gangguan fungsi mental, gelisah, berontak, apatis, bingung, penurunan kesadaran
hingga koma.
4) Seluruh tubuh  asidosis metabolik.
c. Tanpa penyebab hipotensi lainnya (misalnya aritmia jantung primer atau bradikardia berat,
berkurangnya volume intravaskuler, nyeri hebat, hipoksemia, asidosis, efek toksik obat-obatan
seperti vasodilator antihipertensi atau obat anti-arithmia).
d. Sindrom syok menetap setelah:
1) Aritmia diatasi
2) Rasa nyeri dihilangkan
3) Pemberian oksigen
4) Trial of c\volume expansion

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan (Bakta dan Suastika, 1999) (National Heart, Lung, and
Blood Institute, 2011):
Langkah pertama dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah dengan mengidentifikasi
apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu tersbut, penatalaksanaan
emergensi harus segera dilakukan. Kemduian diidentifikasi penyebab syok tersebut. Jika penyebab
terjadinya syok karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, berarti diagnosisnya
merupakan syok kardiogenik. Prosedur untuk mendiagnosa yok dan penyebabnya adalah:
a. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
b. Foto toraks
 Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
 Edema paru intersisial/alveolar
 Mugnkin ditemukan efusi pleural
c. Elektrokardiogram
 Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa gelombang Q
 Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan tamponade jantung
d. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuha gambaran jantung.
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk jantung dan bagaimana
kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
 Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark miokard)
 Efusi perikardial
 Katup mitral dan aorta
 Ruptur septum
e. Kateterisasi jantung
 Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh darah
koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas krooner atau angioplastu
koroner transluminal perkutan.
 Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitrala kiabat
disfungsi atau ruptur otot papilaris.
f. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan mengelurakan enzim ke
darah. Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah
jantung mengalami kerusakan.
g. Tes darah
 Pemeriksaan gas darah arteri  pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen, karbon dioksida,
dan pH dalam darah.
 Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan hati. Jika organ-
organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin menunjukkan bahwa organ terebut
tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang
tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.

8. Penatalaksanaan Syok Kardiogenik


Syok kardiogenik merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan memerluka penangan
secara cepat. Kondisi ini akan terdiagnosa setelah pasien masuk rumah sakit karena serangan
jantung. Tujuan utama pertolongan kegawatdaruratan adalah untuk meningkatkan aliran darah
(oksigen dan nutrisi) ke organ tubuh (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
a. Emergency Life Support
Penatalaksanaan emergency life support dibutuhkan pada semua tipe syok. Tindakan ini
akan membantu mengalirkan darah kaya oksigen ke otak, ginjal, dan organ lainnya.
Mempertahankan aliran darah ke organ akan mencegah kerusakan organ jangka panjang.
Tindakan ini meliputi:
 Berikan oksigen pada pasien. Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui
nasal kanul 3-5 L/menit (Muttaqin, 2010)
 Berikan bantuan napas jika diperlukan.
 Berikan cairan melalui IV
b. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan meliputi (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011):
 Obat-obatan yang mencagah pembentukan blood clot
 Obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi otot jantung
berikan dopamin 2-15 µg/kg/m, norepinefrim 2-20 µg/kg/m atau dobutamin 2,5-10 µg/kg/m
untuk meninggikan tekana perfusi srterial dan kontraktilitas (Bakta dan Suastika, 1999 dalam
Mayoclinic, 2014).
 Obat-obatan untuk serangan jantung

Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk meningkatkan aliran datrah ke
jantungg dan meningkatkan daya pompa jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):
 Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan membantu menjaga aliran
darah.
 Agen trombolitik
Ageen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat aliran darah ke jatung.
Semakin cepat pasien mendapatkan agen trombolitik, maka semakin besar pula kesempatan
hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac catheterization tidak tersedia.
 Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya clopidogrel oral, platelet
glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
 Antikoagulan
Oat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya blood clot.
Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang diberikan selama beberapa hari pertama setelah
serangan jantung.
 Agen inotropik

c. Penatalaksanaan dengan Peralatan Medis


 Intra-aortic ballon pump (IABP)
IABP menggunakan counterpilsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan
jantugn dengan cara pengembangan dan penegmpisan balon secara teratur yang diletakkan
di aorta descendens. Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan
aktivtas elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untk menentukan
status sirkulasi pasien selama penggunaan IABP.
Balon dikembangkan selama fase diastole ventrikel dan diempiskan selama sistole
dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole,
yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteri kotronaria dan jantung. IABP dikempiskan
selama sistole, yang akan mengurangi beban ekrja ventrikel kiri (Smeltzer dan Bare, 2001
dalam Muttaqin 2010).

 Left ventricular assist device (LVAD)


Alat ini merupakan pompa yang dioperasikan dengan baterai yang akan menggantikan
fungsi pompa jantung. LVAD membantu jantung memompa darah ke tubuh. Alat ini digunkaan
jika terjadi kerusakan di ventrikle kiri (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

d. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu medis tidak bisa mengatasi
syok kardiogenik. Prosedur bedah akan megembalikan aliran darah dan memperbaiki kerusakan
jantung. Prosedur bedah yang dilakukan dalam 6 jam setelah onset terjadinya tanda gejala syok
akan meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe prosedur bedah yang digunakan antara lain:
 Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan prosedur yang
digunakan untuk membuka arteri koroner yang mengalami obstruksi. Kemudian pada saat itu
juga digunakan stent yang berfungsi untuk menjaga arteri koroner tetap terbuka selama
prosedur PCI.
 Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh lainnya digunakan
untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria. Kemudian akan terbentuk sebuah jalan baru
untuk memberikan perfusi ke jantung.
 Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
 Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar ventrikel)
 Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi seperti ini. Tindakan ini
direkomendasikan jika ini merupakan jalan yang paling baik untuk meningkatkan harapan
hisup pasien (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

Adapun diagram pedoman penatalaksanaan syok kardiogenik (Panja et al., 2010):


9. Komplikasi Syok Kardiogenik
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:
 Gagal ginjal
 Kerusakan hati
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.
Jakarta: Salemba Medika.
Bakta, I M. dan Suastika, I K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Eliastam, M., Sternbach, L. S., dan Bresler, M. J. 1998. Penuntun Kedruratan Medis. Jakarta: EGC.
National Heart, Lung, and Blood Institute. 2011. What is Cardiogenic Shock? (Online)
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/shock (Diakses 26 September 2015).
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Mayoclinic. 2014. Diseases and Conditions: Cardiogenic Shock Treatments and Drugs (Online)
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cardiogenic-shock/basics/treatment/con-
20034247 (Diakses 26 September 2015).
Panja, M., Panja, M., Madal, S., dan Kumar, D. 2010. Cardiogenic shock-management, Medicine Update,
20 (3): 301-308.
1. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Data Biopsikososial-spiritual
Oksigen
Gejala :
 Dispnea tanpa atau dengan kerja
 Paroxymal nocturnal dyspnea
 Pernapasan cheyne stokes
 Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
Tanda :
 Peningkatan frekuensi pernafasan
 Sesak/sulit bernafas
 Tampak pucat, sianosis
 Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Nutrisi
Gejala : mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri abdominal, sangat kehausan.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, perubahan berat badan
Eliminasi
Gejala : Oliguri
Tanda : Produksi urin < 20 mL/jam
Gerak dan aktifitas
Gejala :
 Kelemahan
 Kelelahan
 Pola hidup menetap
Tanda :
 Takikardi
 Dispnea pada istirahat atau aktifitas
Istirahat  dan Tidur
Gejala : insomnia/susah tidur
Tanda : kesulitan saat akan tidur dan sering terbangun saat tidur akibat nyeri dan
sesak napas.
Pengaturan suhu tubuh
Gejala: suhu tubuh rendah, anggota gerak teraba dingin (ektremitas dingin).
Tanda : menggigil.
Kebersihan Diri
Gejala dan tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
Rasa Nyaman
Gejala :
 Gelisah
 Meringis
 Nyeri hebat, berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat.
Lokasi : Biasanya di daerah subternal. Nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan
punggung.
Kualitas : Rasa seperti ditekan, diperas, seperti diikat, rasa seperti dicekik.
Sosialisasi
Gejala :
-    Stress
-    Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS
dan ancaman kematian.
Tanda :
 Kesulitan istirahat dengan tenang
 Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, ketakutan )
 Menarik diri
 Gelisah
 Cemas
Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah.
Tanda :
- Tekanan darah
Penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan
arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg).
- Nadi
Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit, atau bradikardi berat.
- Bunyi jantung
S1 terdengar lembut (soft). Dapat juga terdengar suara jantung abnormal (abnormal
heart sounds), misalnya: S3 gallop, S4, atau murmur dari ruptured papillary muscle,
regurgitasi mitral akut, atau septal rupture.
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur .
- Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin ada
dengan gagal jantung atau ventrikel.
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukosa atau bibir
2.  Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan umum (inspeksi) :
 Pasien tampak pucat, diaforesis (mandi keringat), gelisah akibat aktivitas simpatis
berlebih.
 Pasien tampak sesak/sulit bernapas.
 Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya
stemi.
 Oliguri (urin < 20 mL/jam).
 Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
b. Denyut nadi dan tekanan darah (palpasi):
- Sinus takikardi (> 100 x/menit) terjadi pada sepertiga pasien.
- Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark
- Nadi teraba lemah dan cepat
- Tensi turun < 80-90 mmHg.
c. Pemeriksaan jantung (auskultasi):
- Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan intensitas bunyi jantung pertama
dan split paradoksikal bunyi jantung kedua.
- Dapat ditemukan murmur mid sistolik atau late sistolik apikal bersifat sementara.
- Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
- Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.

2. Pemeriksaan Diagnostik
1) Electrocardiography (elektrokardiografi)
 Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat menunjukkan suatu pola
infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan terapi yang berbeda dari terapi untuk
penyebab–penyebab lainnya dari syok kardiogenik.
 Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure),
gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leads atau left
bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari semua infark
yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global ischemia karena severe left main
stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3 mm) pada multiple leads.
2) Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart failure), yaitu:
- Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.
- Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressures)
meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan adanya
gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis Curley A dan B.
Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan (exuded) ke alveoli,
menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
- Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada penderita
syok kardiogenik:
 Kardiomegali ringan
 Edema paru (pulmonary edema)
 Efusi pleura
 Pulmonary vascular congestion
 Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari infark miokard yang
pertama, namun membesar jika ada riwayat infark miokard sebelumnya.
3) Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
 Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
 Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
 Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
4) Laboratorium
Penemuan laboratorium :
 Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
 Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal, namun blood
urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise progressively).
 Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver hypoperfusion).
 Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion gap
acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level).
 Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.
 Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fractionnya, jelas
meningkat, begitu juga troponins I dan T.
1. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
1. Penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Cardiac care.
curah selama 3x24 jam, terdapat perbaikan 1.1 Auskult

jantung b.d penurunan curah jantung asi suara jantung


1.2 Pastika
kontraktilitas NOC
n level aktivitas yang tidak mempengaruhi kerja jantung yang berat
miokard 1. Cardiac pump effectiveness
1.3 Tingkat
No Indikator 1 2 3 4 5
kan secara bertahap aktivitas ketika kondisi klien stabil, misal
1 TD
aktivitas ringan yang disertai masa istirahat
1.4 Monitor
2 Kelelahan
TTV secara teratur
1.5 Monitor
3 Sianosis kardiovaskuler status
1.6 Atur
Keterangan Penilaian :
periode aktifitas dengan istirahat untuk menghindari kelelahan.
1 : Severe deviation from normal 1.7 Instrusi
range. kan pasien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan di dada.
2 : Substantial deviation from normal 1.8 Lakuka
range. n penilaian sirkulasi perifer (edema, CRT, warna, temperature dan
3 : Moderate deviation from normal nadi perifer)

range. 1.9 Instrusi

4 : Mild deviation from normal range. kan pasien dan keluarga tentang pembatasan dan progres aktifitas
klien.
5 : No deviation from normal range.
1.10 Kolabo
rasi pada pemeriksaan ulang EKG , foto dada, pemeriksaan data
laboratorium (enzim jantung,GDA,elektrolit).
1.11 Kolabo
rasi dalam pemberian obat antidisritmia sesuai indikasi, dan bila
digunakan bantu pemasangan/mempertahankan pacu jantung.

N
Diagnosa
o Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Keperawatan
Dx
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Ventilation Assistance
pertukaran gas b.d 3x24 jam, terdapat perbaikan oksigenasi 1. Pertahankan kepatenan airway
perubahan jaringan. 2. posisikan klien untuk mengurangi

membrane kapiler dispnea


3. posisikan untuk meringankan respirasi
NOC
klien ( meninggikan bed)
1. Cardiopulmonary Status.
4. monitor efek dari posisi terhadap
2. Respiratory status
saturasi Oksigen
No Indikator 1 2 3 4 5
5. auskultasi suara nafas
1 RR
6. monitor otot bantu nafas.
7. monitor status respirasi dan oksigen
2 Saturasi Oksigen
8. ajarkan teknik pursed lip-breathing
9. ajarkan pola nafas efektif.
3 Tekanandarah
sistole dan diastole

Keterangan Penilaian :
1 : Severe deviation from normal range.
2 : Substantial deviation from normal range.
3 : Moderate deviation from normal range.
4 : Mild deviation from normal range.
5 : No deviation from normal range.

N
Diagnosa
o Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Keperawatan
Dx
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Activity Theraphy
b.d 3x24 jam, kemampuan aktifitas klien membaik 1.1 Monitoring kemampuan pasien untuk

ketidakseimbanga NOC melakukan aktivitas spesifik seperti duduk


di tempat tidur, berjalan, buang air kecil di
n pemenuhan O2 1. activity tolerance
kamar mandi.
terhadap No Indikator 1 2 3 4 5
1 TD 1.2 Bantu pasien dan keluarga
kebutuhan tubuh.
mengidentifikasi ketidakadekuatan
aktifitas.
2 RR
1.3 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi dan berikan pujian.
3 Nadi dengan
aktifitas
2. Energy management
4.
2.1
Kemampuan TTV (nadi, TD, RR) yang
beraktifitas mengindikasikan kelelahan.
2.2
Keterangan Penilaian : aktivitas seperti adanya takikardi,
1 : Severe deviation from normal range. disritmia, gelompang EKG, dispeneu,
2 : Substantial deviation from normal sesak, RR
range.
3 : Moderate deviation from normal range.
4 : Mild deviation from normal range.
5 : No deviation from normal range.

Anda mungkin juga menyukai