Full
Full
Skripsi
Oleh
LIVIA FLORENCIA ANGELICA
164114038
Skripsi
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL Dl TANAH LADA
KARYA ZIGGY ZEZSYAZEOVIENNAZABRIZKIE:
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
Oleh:
Livia Eiorencia Angelica
NIM: 164114038
':t
j)
elah disetujui oleh 1;0
~<!'
Yt=lKP.~
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
KONFLIK HATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI TANAH LADA
KARYA ZIGGY ZEZSYAZEOVIENNAZABRIZKIE:
KA~PSIKOLOGISASTRA
.~
Sekretaris Dr. Yoseph Yapi Taum.
Anggota Drs.B. Rahmanto M.Hum.
S.E. Pem Adji S.S., M.Hum
.. ~~?
Dr. Yoseph Yapi Taum
r·~G
iii
••
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Penulis
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Livia Florencia Angelica
NIM : 164114038
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang beIjudul "Konflik Batin Tokoh
Utama dalam Novel Di Tanah Lada Karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie: Kajian
Psikologi Sastra" beserta perangkat yang diperlukan (hila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di
internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin
dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kekuatan, rahmat, berkat, serta kasih-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Papa dan Mama, Lie Tek Njan dan Tjhin Lie Kian, serta kedua adik lelakiku,
Albert Hansen dan Steven Nelsen yang sudah sangat banyak memberikan
dorongan semangat, doa dan dukungan kepadaku selama penulisan skripsi.
S. E. Peni Adji, S.S., M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran membimbing peneliti selama proses penulisan skripsi ini
hingga selesai.
Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A. selaku dosen pembimbing akademik
yang juga dengan penuh kesabaran membimbing peneliti selama proses
kegiatan belajar di Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
Staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
pelayanan peminjaman buku bagi peneliti sebagai kebutuhan penyusunan
skripsi.
Sahabat-sahabat Geng Cantik, Theresia Alexa Charintha Guru (Alex), Marta
Kaka Daha (Marde), Ria Violetta (Ria), dan Juwita Purba (Juju) yang tetap
berjuang bersama-sama di sisiku. Menjadi sahabat di saat suka dan duka,
bahkan di saat diriku mengalami saat-saat tersulit dan dimusuhi berbagai
pihak.
Kekasihku, Tian Nuriandha, yang mendapat ucapan terima kasih paling
banyak dariku atas cintanya dan berbagai pengorbanannya terhadapku. Aku
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI TANAH LADA
KARYA ZIGGY ZEZSYAZEOVIENNAZABRIZKIE:
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
Livia Florencia Angelica
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini mengkaji konflik batin yang dialami oleh tokoh Ava yang
merupakan tokoh utama dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy
Zezsyazeoviennazabrizkie. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
tokoh dan penokohan serta latar yang terjalin dalam membentuk konflik batin, serta
analisis konflik batin itu sendiri yang dialami tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada
karya Ziggy Z. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
objektif dan pendekatan psikologis. Pendekatan objektif digunakan untuk
mendeskripsikan tokoh dan penokohan serta latar sehingga membentuk konflik batin
tokoh Ava. Pendekatan psikologis digunakan untuk mendeskripsikan konflik-konflik
batin yang terjadi pada tokoh Ava. Melalui pendekatan psikologis, peneliti
menganalisis kebutuhan-kebutuhan dasar yang tak terpenuhi pada tokoh Ava
sehingga menimbulkan terjadinya konflik batin.
Hasil analisis tokoh dan penokohan pada novel Di Tanah Lada menunjukkan
bahwa tokoh utama pada novel ini adalah tokoh Ava yang masih berumur 6 tahun.
Sedangkan tokoh tambahan yang dianalisis oleh peneliti terdiri dari tokoh Pepper,
Mama Ava, Papa Ava, Kakek Kia, Kak Suri, dan Mas Alri. Latar dalam penelitian
ini meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam novel ini
meliputi latar Jakarta dan Bandar Lampung. Latar waktu dalam novel ini meliputi
Rabu, 26 Juni 2013 dan Kamis, 4 Juli 2013. Terakhir, latar sosial dalam novel ini
meliputi kehidupan masyarakat metropolitan Jakarta.
Hasil analisis psikologis menunjukkan bahwa tokoh Ava mengalami
ketidakterpenuhinya beberapa kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar tersebut terdiri dari
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-
dimiliki dan akan kasih sayang, serta kebutuhan akan penghargaan.
Ketidakterpenuhinya kebutuhan dasar tersebut mengakibatkan terjadinya konflik
batin pada diri Ava. Konflik batin pada diri Ava juga dibagi ke dalam beberapa jenis,
yaitu konflik mendekat-mendekat, konflik menjauh-menjauh, dan konflik mendekat-
menjauh. Di atas jenis-jenis konflik batin tersebut, peneliti menemukan bahwa Ava
sebagai tokoh utama kadangkala mengalami konflik batin yang disebabkan oleh
harapan yang berbeda dengan kenyataan. Konflik-konflik batin yang dialami Ava
terbentuk karena ketidakterpenuhinya beberapa kebutuhan dasar.
ketidakterpenuhinya kebutuhan dasar tersebut menciptakan sebuah ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan pada diri tokoh Ava. Perasaan itu terbentuk seringkali
karena disebabkan hal-hal kecil yang dapat dianggap remeh oleh orang-orang
dewasa, namun tidak oleh tokoh Ava yang masih berumur 6 tahun.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE INTERNAL CONFLICT OF THE MAIN CHARACTER IN DI TANAH
LADA’S NOVEL BY ZIGGY ZEZSYAZEOVIENNAZABRIZKIE:
PSYCHOLOGY OF LITERATURE STUDY
Livia Florencia Angelica
Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research discusses the internal conflict that happens to Ava, the main
character in Di Tanah Lada's novel by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. The main
purpose of this research is to describe the character and characterization and the
background that involved to create the internal conflict, and then an analysis of the
internal conflict that happens to Ava in Di Tanah Lada’s novel by Ziggy Z. The
approach that used in this research is an objective approach and a psychological
approach. The objective approach is used to describe the character and
characterization and the background that makes the internal conflict to Ava. Then,
the psychological approach is used to describe the internal conflicts that happen to
Ava. The psychological approach is used to analyze the basic needs that don’t fulfill
in Ava that makes the internal conflict on herself begin.
The analysis result of the character and characterization in Di Tanah
Lada’s novel shows that the main character in this novel is Ava, the 6 years old kid.
Then the figure character that analyzed by the researcher is Pepper, Mama Ava, Papa
Ava, Kakek Kia, Kak Suri, and Mas Alri. The background analysis result is consists
of a background scene, time setting, and social background. The background scene in
this novel is consists of Jakarta and Bandar Lampung. The time setting on this novel
is consists of Wednesday, 26th June 2013 and Thursday, 4th July 2013. And the last,
the social background in this novel is telling about the life of Jakarta’s metropolitan
society.
The psychological analysis result shows that Ava has some basic needs that
don’t fulfill. That basic need is consists of physiological needs, safety needs, love
and belongingness needs, and esteem needs. The basic needs that don’t fulfill in Ava
make the internal conflict on herself begin. The internal conflict in Ava is consists of
several types, there are approach-approach conflict, avoidance-avoidance conflict,
and approach-avoidance conflict. Besides that internal conflict types, the researcher
finds that Ava as the main character sometimes has an internal conflict caused by a
different expectation from reality. The internal conflicts that experienced by Ava are
formed because she has some basic needs that don’t fulfill. The basic needs that
don’t fulfill create the fear, worry, and sadness in Ava. This feeling happens often
because of some little things that underestimated by adults, but not to Ava that still a
6 years old kid.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .............................................................................. 5
1.5 Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 5
1.6 Landasan Teori ........................................................................................... 12
1.6.1 Teori Struktur ............................................................................................ 12
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan ............................................................................... 12
1.6.1.2 Latar .......................................................................................................... 18
1.6.2 Teori Psikologi ........................................................................................... 20
1.6.2.1 Kebutuhan Dasar Menurut Abraham Maslow ........................................... 20
1.6.2.2 Konflik Batin .............................................................................................. 24
1.7 Metodologi Penelitian ................................................................................ 27
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 129
4.2 Saran ......................................................................................................... 143
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata
śās-, dalam kata kerja turunan berarti ‘mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk
atau instruksi’. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu, sastra
dapat berarti ‘alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran’
(Teeuw, 1984:23).
Novel merupakan salah satu dari sekian banyak jenis karya sastra. Minderop
(2010:1) menyebutkan bahwa dalam novel, para tokoh rekaan buatan sang penulis
menampilkan berbagai watak dan perilaku yang terkait dengan kejiwaan dan
Z). Objek formal yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah konflik psikologis
atau konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Di Tanah Lada, yakni
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ava. Alasan pemilihan topik penelitian ini adalah karena peneliti hendak
mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh tokoh Ava. Konflik batin tersebut
akan dikaji dalam pendekatan psikologi sastra menurut teori kebutuhan dasar
manusia oleh Abraham Maslow. Pembentukan konflik batin sangat tergantung dari
penokohan dan latar. Maka dari itu, penelitian ini juga mengkaji kedua unsur tersebut
tokoh Ava, gadis kecil berumur 6 tahun yang tinggal dalam keluarga yang broken
home. Tokoh Ava mengalami banyak konflik batin yang sebagian besarnya
disebabkan oleh ayahnya yang kerap kali melakukan kekerasan terhadap ia dan
ibunya. Konflik batin pada diri Ava sering terjadi saat ayahnya yang temperamental
keluarga Ava di Rusun Nero, Ava bertemu dengan Pepper, anak lelaki berumur 10
tahun, yang senasib dengannya. Dikatakan senasib karena ayah Pepper juga kerap
kali melakukan penyiksaan terhadapnya. Karena itu, mereka menjadi teman baik.
Konflik batin kembali terjadi pada Ava saat ibunya ingin bercerai dari ayahnya dan
hendak pindah dari Rusun Nero. Konflik batin itu terjadi karena Ava mengerti bahwa
dengan kepindahan ia dan ibunya dari Rusun Nero, ia akan berpisah dari Pepper.
Suatu hari, Ava kabur dari ibunya dan kembali ke Rusun Nero untuk bertemu dengan
Pepper. Ketika Ava ingin tidur bersama Pepper, Ava menyaksikan langsung
penyiksaan Ayah Pepper terhadap temannya. Sekali lagi, pertentangan batin terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada diri Ava. Setelah Pepper dilarikan ke rumah sakit dan pulih, mereka berdua
memutuskan untuk melarikan diri. Pelarian mereka didasarkan dari sebuah keputusan
setelah ada pertentangan batin di antara mereka, bahwa mereka perlu menghindar
dari ayah mereka yang jahat demi untuk mencari kedamaian. Dari Jakarta, mereka
hendak menuju rumah Nenek Isma, nenek dari Ava, yang ada di Bandar Lampung.
Tokoh yang memegang peranan penting dalam berjalannya alur cerita disebut
sebagai tokoh utama. Tokoh utama juga dapat disebut sebagai tokoh sentral karena
memegang kendali penuh dalam pusat sorotan cerita. Dalam novel Di Tanah Lada,
tokoh yang memegang peran sebagai tokoh utama adalah tokoh Ava. Selain sebagai
tokoh yang mengalami konflik batin, keseluruhan alur dengan konflik-konflik yang
Konflik batin atau pertentangan batin terjadi jika seseorang mengalami dua
macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan
Seseorang akan mengalami konflik batin yang berat jika konflik tersebut tidak
menemui jalan keluar. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya gangguan jiwa bahkan
dan penokohan serta latar dalam sebuah karya sastra. Maka, sebelum merumuskan
Novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z ini ditulis dengan tokoh dan penokohan
serta latar yang memicu banyak persoalan di kehidupan tokoh Ava sehingga banyak
menimbulkan konfik dan persoalan batin pada diri Ava. Dengan begitu, peneliti
termotivasi untuk meneliti persoalan kondisi psikologis yang dialami oleh tokoh
Ava. Di sisi lain, belum banyak diadakannya penelitian terhadap objek material ini,
terutama yang mengkaji persoalan konflik batin pada diri tokoh utama.
berikut.
1) Bagaimana tokoh dan penokohan serta latar yang terjalin sehingga membentuk
konflik batin pada tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z?
2) Bagaimana konflik batin tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z?
1) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan serta latar yang terjalin dalam membentuk
konflik batin pada tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z.
2) Mendeskripsikan konflik batin tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy
Z.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini menghasilkan sebuah deskripsi yang berisi tentang tokoh dan
penokohan serta latar yang terjalin dalam membentuk konflik batin, dan juga
deskripsi tentang konflik batin yang dialami oleh tokoh Ava dalam novel Di Tanah
Selain itu, manfaat hasil penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini memberikan
ilmu dan pengetahuan baru terhadap bidang psikologi sastra berkaitan dengan konflik
Di sisi lain, manfaat secara praktis dalam hasil penelitian ini adalah hasil
penelitian dapat dijadikan acuan terhadap penelitian lebih lanjut, khususnya bidang
psikologi perihal konflik batin yang terdapat dalam suatu karya sastra.
batin dalam psikologi sastra. Penulis menemukan lima penelitian tersebut yang
“Unsur-unsur Pembentuk Konflik Batin Tokoh Lasih dalam Novel Belantik Karya
Ahmad Tohari (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra)” ini membahas unsur tokoh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penokohan serta latar yang membentuk konflik batin serta deskripsi konflik batin
yang dialami tokoh Lasi dalam novel Belantik karya Tohari. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini terdiri dari deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Lasi, latar
cerita yang dialami tokoh Lasi, ketidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia oleh
tokoh Lasi, serta konflik batin yang dialami tokoh Lasi. Hasil penelitian ini adalah
deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Lasi yang adalah tokoh berwatak lugu,
sederhana, bersikap pasrah, penurut, nrimo, memiliki sifat tegas dalam memegang
komitmen pada kesetiaan, sangat menjaga harga dirinya, tidak tega melihat orang
lain kesulitan, seorang beragama, beriman pada Tuhan serta bermoral luhur,
latar tempat yang digambarkan ialah Jakarta, Singapura, Karangsoga, dan Surabaya.
Serta latar sosial masyarakat Jawa. Tiga kebutuhan dasar yang tak dimiliki tokoh
Lasi ialah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki-dimiliki dan kasih
sayang, serta kebutuhan akan penghargaan. Konflik batin terjadi dalam hal
pertentangan keinginan hati dan realitas yang dihadapi sehingga menyebabkan rasa
cemas, takut, dan pikiran yang kalut. Adapun konflik batin berupa kebingungan
antara dua pilihan yang berbeda sehingga mengakibatkan rasa bimbang dan rasa
takut dalam memilih pilihan yang salah. Pendekatan yang digunakan dalam
dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Teknik pengumpulan data yang
Batin Tokoh Sokrasana dalam Novel Di Batas Angin Karya Yanusa Nugroho
Tinjauan Psikologi Sastra” ini membahas penyebab konflik batin Sokrasana dalam
novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini terdiri dari penyebab konflik batin tokoh Sokrasana versi Maslow dan
versi Freud, serta perbedaan teori Maslow dan Freud. Hasil penelitian ini adalah dari
dasar yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, dan
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan rasa kasih sayang. Dari sudut
pandang Freud, konflik batin tokoh Sokrasana terjadi saat (1) ditinggal pergi
Sumantri, (2) diterkam harimau, (3) konflik batin dengan orang lain saat di
perkampungan, (4) Sumantri menolak diajak pulang, dan (5) mengalami kematian.
Dalam perbedaan teori Maslow dan Freud, Maslow menciptakan teori lima
kebutuhan dasar yaitu, kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan rasa dimiliki-memiliki dan kasih sayang, serta kebutuhan
manusia, yaitu id¸ ego, dan super ego. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan psikologi sastra. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Batin Tokoh Kabul dalam Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari Sebuah
Pendekatan Psikologi Sastra” ini membahas tokoh dan penokohan, latar, serta konflik
batin yang dialami tokoh Kabul dalam Novel Orang-orang Proyek karya Ahmad
Tohari. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari deskripsi tokoh dan
penokohan tokoh Kabul, latar cerita yang dialami tokoh Kabul, serta konflik batin
yang dialami tokoh Kabul. Hasil penelitian ini adalah deskripsi tokoh dan penokohan
tokoh Kabul yang dilukiskan sebagai insinyur muda yang jujur, bertanggung jawab,
tegar, idealis, dan setia kawan. Adapun latar tempat yang digambarkan adalah di
daerah perbatasan desa, sungai Cibawor, lokasi proyek, perkemahan pekerja, warung
makan, dan rumah-rumah penduduk. Latar sosial dibangun dengan masyarakat yang
terbiasa dengan perilaku edan dan sering merugikan pelaksanaan proyek. Kadar
animisme para masyarakat juga tinggi. Konflik batin yang dialami tokoh Kabul
disebabkan oleh: (1) karena berada dalam lingkungan proyek yang korup dan curang,
(2) karena diajak korup, (3) karena tekanan, (4) karena tuduhan pelaksanaan proyek
memakai tumbal, (6) karena harus memendam cinta terhadap Wati, dan (7) karena
keluar dari proyek. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan secara psikologi dan sastra. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Penelitian keempat dilakukan oleh Wati (2007) dengan judul “Konflik Batin
Tokoh Midah dalam Novel Midah Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta
Toer (Suatu Pendekatan Psikologis Sastra)” ini membahas hubungan unsur tokoh dan
penokohan dan latar, serta konflik batin yang dialami Midah dalam novel Midah
Simanis Bergigi Emas. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari
deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Midah, latar cerita yang dialami tokoh Midah,
ketidak terpenuhinya kebutuhan dasar tokoh Midah, serta konflik batin yang dialami
tokoh Midah. Hasil penelitian ini adalah deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Midah
yang bersifat kuat, tegar, tidak memegang komitmen pada kesetiaan, sangat menjaga
harga dirinya, tahu diri, dan tak dapat melupakan masa lalunya. Adapun latar tempat
yang digambarkan ada pada daerah Jakarta yang meliputi Kampung Duri, restoran-
waktunya menggambarkan era 50-an. Serta latar sosialnya yang terlihat pada status
keluarga Midah yang adalah keluarga kaya dan terpandang, serta taat beragama.
Kebutuhan dasar yang tak dialami oleh tokoh Midah adalah kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, serta kebutuhan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang.
Konflik batin yang dialami tokoh Midah adalah perasaan bimbang dan takut karena
mengalami ketidakadilan saat berada di Jakarta karena harus mencari nafkah untuk
kebutuhan dan calon anaknya setelah lari meninggalkan suaminya. Tokoh Midah
mampu melewati ini semua dengan ketegaran. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan secara psikologi dan sastra. Metode penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
Batin Tokoh Tris dalam Novel Tikungan Karya Achmad Munif Suatu Tinjauan
Psikologi Sastra” ini membahas unsur tokoh dan penokohan dan latar yang
berbagai konflik batin yang dialaminya dalam novel Tikungan karya Achmad Munif.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari deskripsi tokoh dan
penokohan tokoh Tris, latar cerita yang dialami tokoh Tris, konflik batin yang
dialami tokoh Tris, serta empat mekanisme pertahanan yang diciptakan oleh tokoh
Tris dalam menghadapi konflik batinnya. Hasil penelitian ini adalah deskripsi tokoh
dan penokohan tokoh Tris merupakan orang yang rajin dan semangat bekerja, suka
mawas diri, mempunyai rasa marah, serba salah, memiliki loyalitas tinggi, ramah,
mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama, tidak mudah putus asa, mengalami
tekanan batin, cerdas, dan suka membaca. Adapun latar tempat yang digambarkan
masyarakatnya dengan sifat sosial yang menurun, gaya hidup praktis, budaya
refresing, kehidupan berorganisasi, dan sifat kritis. Konflik batin yang dialami oleh
tokoh Tris terjadi: (1) karena Gepeng adalah seorang pencopet, (2) karena gagal
dalam kehidupan rumah tangga, (3) karena Den Mas Soro mendambakan Surti, (4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
karena desakan Ibramsyah, Pakdhe Nugroho, dan Busro untuk menolak peraturan
kecemasan, gangguan jiwa yang dialami Kang Tris adalah sentimentil, trauma, putus
asa, dan rendah diri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan psikologi sastra. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
Keseluruhan penelitian di atas membahas konflik batin yang terjadi pada diri
tokoh dan penokohan tokoh Lasi, latar cerita yang dialami tokoh Lasi, ketidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia oleh tokoh Lasi, serta konflik batin yang
dialami tokoh Lasi. Dalam penelitian Kristiawan (2006), hasil penelitiannya berupa
penyebab konflik batin tokoh Sokrasana versi Maslow dan versi Freud, serta
perbedaan teori Maslow dan Freud. Dalam penelitian Ngadiyono (2006), hasil
penelitiannya berupa deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Kabul, latar cerita yang
dialami tokoh Kabul, serta konflik batin yang dialami tokoh Kabul. Dalam penelitian
Wati (2007), hasil penelitiannya berupa deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Midah,
latar cerita yang dialami tokoh Midah, ketidak terpenuhinya kebutuhan dasar tokoh
Midah, serta konflik batin yang dialami tokoh Midah. Kemudian penelitian Rumpaka
(2005), hasil penelitiannya berupa deskripsi tokoh dan penokohan tokoh Tris, latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
cerita yang dialami tokoh Tris, konflik batin yang dialami tokoh Tris, serta empat
mekanisme pertahanan yang diciptakan oleh tokoh Tris dalam menghadapi konflik
batinnya. Kelima penelitian ini membahas konflik batin yang terjadi pada tokoh-
tokoh di dalam suatu karya sastra. Untuk itu, penelitian-penelitian ini akan dijadikan
acuan oleh peneliti untuk mengkaji tokoh dan penokohan serta latar yang
menyebabkan konflik batin, serta konflik-konflik batin yang terjadi pada tokoh Ava
serta keakuratan data. Dengan demikian, teori yang akan digunakan adalah (1) teori
dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada
kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan sering juga disamakan artinya dengan
watak tertentu dalam sebuah cerita. Seperti yang dijelaskan oleh Jones yang dikutip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Karakter menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-
tokoh yang cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan,
emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut (Stanton dalam
Nurgiyantoro, 1995:165).
166) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Seorang
tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan pembaca. Dalam
“tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita,
sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca
(Nurgiyantoro, 1995:166).
para tokoh, namun juga cara pelukisan kehadiran dan penghadirannya secara tepat
14
pelukisan tokoh dibedakan ke dalam dua teknik, yaitu teknik ekspositori dan teknik
a. Teknik Ekspositori
teknik analitis, yang merupakan teknik pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan
dihadirkan secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai
deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau
b. Teknik Dramatik
yaitu dilakukan secara tak langsung. Pengarang tak mendeskripsikan secara eksplisit
sifat dan sikap para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui
berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal
lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa (Nurgiyantoro,
1995:198).
Biasanya pengarang menggunakan berbagai teknik itu secara bergantian dan saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penjabarannya.
1) Teknik Cakapan
tokoh. Namun, percakapan yang baik, efektif, dan lebih fungsional mampu
pelakunya.
Teknik ini menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang
dilakukan orang dalam tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi,
Keadaan pikiran dan perasaan yang dirasakan oleh tokoh dalam banyak hal
akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan, tingkah laku pikiran dan
perasaan yang kemudian diejawentahkan menjadi tingkah laku verbal dan non-verbal
itu. Perbuatan dan kata-kata merupakan perwujudan tingkah laku pikiran dan
perasaan. Di samping itu, dalam bertingkah laku secara fisik atau verbal, orang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
berpura-pura. Namun, orang tak mungkin dapat berlaku pura-pura terhadap pikiran
Teknik arus kesadaran berkaitan erat dengan teknik pikiran dan perasaan.
Keduanya tak dapat dibedakan secara pilah, bahkan mungkin dianggap sama karena
menggambarkan tingkah laku batin tokoh. Dalam fiksi modern, arus kesadaran
yaitu percakapan yang hanya terjadi pada diri sendiri. Penggunaan teknik arus
kesadaran atau monolog batin ini dianggap sebagai usaha untuk mengungkapkan
Teknik reaksi tokoh adalah reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah,
keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa
“rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Reaksi tokoh terhadap hal
tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-
sifat kediriannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain
terhadap tokoh utama berupa pandangan, pendapat, sikap, dan lain-lain. Penilaian
kedirian tokoh utama oleh tokoh-tokoh lain. Tokoh lain pada hakekatnya melakukan
Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya.
Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh. Keadaan
itu. Pelukisan keadaan fisik tokoh terasa penting terutama jika ia memiliki bentuk
tokoh yang telah dilukiskan dengan teknik lain (Meredith & Fitzgerald dalam
Nugiyantoro, 1995:210). Jadi, pelukisan wujud fisik tokoh berfungsi untuk lebih
18
1.6.1.2 Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, merujuk pada
bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang
akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca
cerita fiksi.
Tahap awal suatu karya pada umumnya berupa pengenalan, pelukisan, atau
penunjukkan latar agar pijakan cerita dapat semakin konkret dan jelas. Hal ini
tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca dipermudah untuk
a. Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat
dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.
dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
realistis penting untuk memberi kesan pembaca seolah-olah hal yang diceritakan
sungguh-sungguh ada dan terjadi. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas,
b. Latar Waktu
peristiwa dalam karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan
waktu faktual yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
Unsur waktu dapat mempengaruhi perkembangan plot dan cerita. Dengan demikian,
c. Latar Sosial
tempat dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat yang kompleks
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, padangan hidup, cara
berpikir dan bersikap, serta status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, atau atas. Latar sosial memiliki peranan yang cukup menonjol. Latar
sosial menentukan apakah sebuah latar tempat menjadi khas dan tipikal atau bersifat
netral. Dengan kata lain, untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tempat harus disertai deskripsi latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat
manusia dapat diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi serta
kehidupan sosial. Sebagian besar hasrat dan dorongan pada seseorang saling
oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak
kebutuhan-kebutuhan dasar yang tersusun atas lima jenis kebutuhan, yaitu (1)
kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan rasa
memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang, (4) kebutuhan akan penghargaan, dan (5)
21
a. Kebutuhan Fisiologis
tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Seseorang yang mengalami kekurangan
makanan, harga diri, dan cinta akan memburu makanan terlebih dahulu. Ia akan
tidak dipuaskan. Namun, kebutuhan-kebutuhan yang lain dan yang lebih tinggi akan
lain yang lebih tinggi lagi setelah kebutuhan ini terpuaskan. Selama hidupnya praktis,
manusia selalu mendambakan sesuatu dan jarang mencapai taraf kepuasan yang
kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan jenis ini dapat diamati pada anak-anak atau
dunia yang dapat diramalkan, konsistensi, dan kerutinan sampai batas-batas tertentu.
Jika unsur-unsur ini tidak ditemukan, ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman.
Orang-orang dewasa neurotik bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman. Ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
akan bertingkah laku seakan-akan dalam keadaan terancam bencana besar dan
darurat. Ia akan memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan
dan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, muncullah kebutuhan akan
cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki-dimiliki. Carl Rogers yang dikutip oleh Goble
seseorang merasa ingin dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh
Cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang,
termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati, tidak akan ada rasa
takut. Di sisi lain, Maslow mengatakan bahwa cinta meliputi cinta yang memberi dan
cinta yang menerima. Orang-orang harus memahami cinta. Karena jika tidak, dunia
23
Kebutuhan ini menurut Maslow dibagi menjadi dua kategori, yaitu harga diri
dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan
menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki harga diri akan merasa percaya diri,
lebih mampu dan juga produktif. Sebaliknya, jika harga dirinya kurang ia kan diliputi
rasa rendah diri, tidak berdaya, dapat menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku
yang dibayar dengan lenyapnya rasa aman, melainkan kemerdekaan yang tumbuh
dari rasa aman) tidak akan dengan sukarela membiarkan kemerdekaannya itu
kemampuannya. Terdapat hasrat pada diri seseorang untuk semakin menjadi apa saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang serta kebutuhan akan penghargaan terpenuhi
secara memadai.
tersebut dapat berupa dua kekuatan yang beradu, pertentangan dalam diri satu tokoh,
adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan
yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga memengaruhi tingkah laku.
Konflik batin atau pertentangan batin menurut Daradjat (1986:26) terjadi jika
seseorang mengalami dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau
bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang
bersamaan. Seseorang akan mengalami konflik batin yang berat jika konflik tersebut
tidak menemui jalan keluar. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya gangguan jiwa
Menurut Maslow yang dikutip dari Minderop (2010:48), konflik batin terjadi
pada mulanya disebabkan karena manusia berusaha untuk memenuhi potensi dan
bakatnya yang kerap kali terhambat oleh masyarakat yang menghambatnya. Kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini membuat seseorang menyangkal keberadaan dirinya untuk mencapai real self
suatu terapi agar dapat mengekspresikan dirinya secara bebas dan berupaya
Adalah jenis konflik yang timbul apabila seseorang menghadapi dua motif atau
lebih yang sama-sama bernilai positif bagi seseorang yang bersangkutan. Seseorang
tersebut harus memilih salah satu di antara motif-motif yang ada. Misalnya saja ada
seorang anak perempuan yang ditawari kedua jenis makanan yang disukai anak
tersebut oleh ibunya. Makanan pertama yang ditawarkan adalah es krim, sementara
makanan lain ialah permen lolipop. Anak tersebut diminta untuk memilih satu saja
jenis makanan yang akan dimakan. Pernyataan di atas adalah contoh konflik
sama-sama bernilai positif bagi dirinya. Ia diminta untuk memilih es krim atau
26
Adalah jenis konflik yang timbul apabila seseorang menghadapi dua motif atau
lebih yang sama-sama bernilai negatif bagi seseorang yang bersangkutan. Seseorang
tersebut juga tidak boleh menolak keduanya, dan harus memilih salah satu di antara
motif-motif yang ada. Misalnya saja ada seorang remaja yang dijadwalkan pergi ke
tempat kursus belajar. Karena saat itu ia terserang oleh rasa malas, anak tersebut
bimbang oleh dua pilihan. Pilihan pertama adalah tetap pergi ke tempat kursus dan
bertahan melewati jam-jam yang membosankan dalam pelajaran, atau tetap bertahan
di rumah dan tidak pergi ke mana-mana dengan resiko dimarahi oleh kedua orang
tersebut menghadapi dua macam motif yang sama-sama bernilai negatif bagi
dirinya. Ia harus memilih di antara pilihan untuk tetap pergi ke tempat kursus yang
membosankan, atau tetap diam di rumah dengan resiko dimarahi oleh kedua orang
tuanya.
Adalah jenis konflik yang timbul apabila seseorang menghadapi motif yang
mengandung nilai positif, namun juga mengandung nilai negatif. Motif ini dapat
seorang pria bersepeda motor yang tiba-tiba diguyur hujan. Ia bimbang antara dua
pilihan. Pilihan pertama adalah berhenti sebentar di sebuah teras toko untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menghadapi dua macam motif yang bernilai positif dan negatif. Pilihan untuk
berteduh sebentar adalah pilihan yang bernilai positif bagi dirinya, sementara pilihan
untuk tetap melanjutkan perjalanan karena sudah kepalang basah adalah pilihan
yaitu (a) pendekatan, (b) metode dan teknik pengumpulan data, (c) metode dan
teknik analisis data, dan (d) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Berikut
penjelasannya.
1.7.1 Pendekatan
pendekatan yang dilakukan dengan bertumpu di atas karya sastra itu sendiri.
antar unsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dan latar yang terjalin sehingga membentuk konflik batin pada tokoh Ava di dalam
novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z. Unsur-unsur intrinsik ini akan menjelaskan
tentang apa yang terjadi pada tokoh Ava sehingga ia bisa memiliki pertentangan
sekitarnya, serta latar-latar yang terbentuk di sekitar tokoh Ava dalam novel Di
Tanah Lada.
suatu pendekatan yang berfungsi untuk mengkaji suatu karya sastra dengan
berdasarkan pada segi psikologi. Kondisi batin tokoh-tokoh yang terdapat pada karya
sastra tergambar dari tingkah lakunya. Kondisi batin tersebut maupun faktor-faktor
psikologi.
konflik batin yang terjadi pada tokoh Ava di dalam novel Di Tanah Lada karya
dasar yang tak terpenuhi pada tokoh Ava sehingga menimbulkan terjadinya konflik
batin. Konflik batin yang terjadi pada diri Ava sebagian besar disebabkan oleh
kekerasan fisik maupun verbal dari sosok ayahnya. Hal itu menyebabkan Ava
melarikan diri bersama Pepper guna menghindari ayahnya yang dianggap jahat
seperti setan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pustaka (library research). Data-data yang didapatkan berasal dari buku dan artikel
proses penelitian berlangsung. Teknik catat adalah pencatatan yang dilakukan pada
kartu data yang telah disediakan atau akan disediakan. Teknik ini diterapkan
Melalui teknik catat, peneliti mendata seluruh data konkret yang ditemukan dalam
novel Di Tanah Lada dan buku-buku acuan lain yang berkaitan terhadap penelitian
ini.
Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode
analisis isi. Menurut Ratna (2004:48), metode analisis isi adalah metode yang
menganalisis isi karya sastra, seperti pesan-pesan yang sesuai dengan hakikat sastra.
Dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan.
Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah
30
merupakan metode untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari novel Di Tanah
Cetakan : Pertama
dalam penelitian, rumusan masalah yang berupa pertanyaan yang akan dibahas dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bagian pembahasan, tujuan penelitian yang hendak dicapai, manfaat hasil penelitian,
tinjauan pustaka yang berisi penelitian terdahulu berkaitan dengan objek penelitian
yang sama, landasan teori, metodologi penelitian, sumber data, dan sistematika
penyajian.
Bab kedua berisi analisis penokohan dan latar yang terjalin dalam membentuk
konflik batin pada tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z.
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia serta konflik batin itu sendiri yang terjadi pada
Bab keempat atau terakhir berisi kesimpulan dan saran penelitian yang
BAB II
2.1 Pengantar
Pada bab ini, peneliti akan menganalisis unsur-unsur intrinsik berupa tokoh
penokohan dan latar yang memiliki keterkaitan langsung dalam membentuk konflik
batin pada tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada. Terkait dengan landasan teori
yang sudah dijelaskan pada bab pertama, permasalahan dalam penelitian ini akan
berfokus pada dua sudut, yaitu sudut sastra dan juga sudut psikologi. Untuk sudut
sastra, penelitian berfokus pada penokohan dan latar yang terjalin dalam membentuk
konflik batin pada tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada. Sedangkan untuk sudut
psikologi, penelitian berfokus pada teori kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
tokoh Ava dengan berbagai macam pertentangan batin. Konflik batin yang
dialaminya sebagian besar disebabkan oleh kondisi keluarganya yang broken home.
Kondisi broken home dalam keluarganya terjadi karena tindak kekerasan yang
dilakukan oleh ayahnya kepada tokoh Ava dan ibunya. Karena banyaknya kekerasan
yang dilakukan oleh ayahnya, ada suatu gagasan yang dipercayai oleh Ava (terbentuk
oleh pola pikiran khas anak kecil berumur 6 tahun) bahwa seluruh ayah di
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dunia ini memiliki sifat yang jahat. Salah satu pertentangan batin yang dialaminya
adalah sebenci apapun Ava terhadap ayahnya yang seperti iblis, bagaimana pun
Untuk menjawab berbagai macam permasalahan di atas, peneliti pada bab ini
akan menganalisis sikap ataupun penokohan yang digambarkan oleh pengarang, yang
latar, dan analisis konflik batin yang dialami tokoh dan penokohan Ava dalam novel
Penokohan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu tokoh protagonis dan tokoh
antagonis. Tokoh protagonis atau biasa disebut sebagai tokoh utama atau sentral
adalah jenis tokoh yang mendukung jalannya cerita, sedangkan tokoh antagonis
adalah tokoh yang berpotensi memicu konflik dengan tokoh protagonis (Waluyo,
1994:168).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada memegang peranan sebagai tokoh
yang paling banyak diceritakan oleh pengarang. Oleh karena itu, tokoh protagonis
atau tokoh sentral dalam novel ini adalah tokoh Ava. Sebagai tokoh sentral, tokoh
Ava bertindak sebagai pelaku kejadian di sepanjang alur cerita dan juga mengalami
berbagai konflik. Berikut adalah beberapa kutipan yang mendukung tokoh Ava
pertama sebagai tokoh Ava. Secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa tokoh sentral
dalam novel Di Tanah Lada adalah tokoh Ava. Di sisi lain, kutipan ini menunjukkan
betapa sukanya Ava terhadap kehidupan di sekolah. Salah satu dari alasan sukanya
(1) Hari ini, aku bangun pagi-pagi sekali. Biasanya, aku bangun pagi karena
harus pergi ke sekolah. Tapi hari ini aku bangun pagi meskipun aku tidak
harus sekolah. Karena, aku suka sekolah. Kata Bu Guru, aku anak baik. Dan
kata Bu Guru, aku anak pintar. Aku punya banyak teman di sekolah. Dan, di
sekolah, tidak ada Papa. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:9)
sosok ayah dalam imajinasi Ava. Perlu dilihat bahwa imajinasinya tentang sosok
ayahnya sangat menyeramkan sehingga hal itu menjadi sebuah konflik batin
35
Kurasa Mama tidak akan senang kalau aku bilang Papa mirip hantu. Tapi
kurasa Mama tidak akan senang kalau aku bicara bohong. Jadi, kurasa lebih
baik aku jujur.
Menurutku, Papa mirip hantu. Papa mirip hantu karena aku takut hantu, dan
aku tahu Mama takut hantu. Dan aku takut Papa. Dan aku tahu kalau Mama
juga takut Papa. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:2)
Pada bagian tengah cerita, peneliti melihat bahwa tokoh Ava semakin
tokoh Ava memanglah tokoh yang berperan sebagai tokoh sentral. Keberadaan tokoh
Ava sebagai tokoh sentral dibuktikan dari kutipan berikut yang menceritakan Ava
yang sudah cukup mengenal P atau Pepper. Ava melakukan percakapan di telepon
(3) Kubuka mataku dan membaca layar ponsel. Cuma ada dua nama yang
kusimpan dalam ponselku: Mama, dan P Si Anak Pengamen. Aku dihubungi
P Si Anak Pengamen.
“Halo,” sapaku, lewat telepon.
“Halo,” balasnya. “Kamu di mana?”
“Tidak tahu,” kataku pelan. Aku mengusap mata. “Di atas tempat tidur. Hei,
kamu benar. Aku dapat kasur baru hari ini.” (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:76)
36
Pada akhir cerita, Ava sebagai tokoh sentral pelaku kejadian semakin
diperkuat dari kutipan berikut. Di mana Ava dan Pepper sudah berenang-renang di
(5) Badanku terbawa arus, terapung ke atas. Tapi aku tidak mau ke atas.
Kupandang P di sampingku. Dia juga memandangiku. Kami sama-sama tidak
mau ke atas. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:237)
utama dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z ini. Sebagai seorang tokoh utama,
Ava mengambil banyak peranan sebagai pelaku kejadian dalam cerita maupun peran
yang dikenai banyak kejadian. Tokoh Ava mengalami berbagai konflik batin dari
Selain itu, teknik pelukisan tokoh Ava oleh pengarang dibagi ke dalam dua
teknik, yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik. Teknik ekspositori adalah teknik
pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau
adalah teknik penggambaran tokoh secara tidak langsung mengenai sifat dan sikap
ekspositori, namun terkadang juga menggunakan teknik dramatik. Oleh karena itu,
peneliti akan mendeskripsikan kedirian tokoh utama yang dibagi ke dalam kedua
teknik tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Sebagai seorang anak kecil, Ava digambarkan kediriannya sebagai anak yang
banyaknya ide-ide atau gagasan yang bermunculan di kepalanya. Hal ini dapat
dunia, suhu di rumahnya, boneka penguin yang dimilikinya selama 6 tahun, serta
wujud hantu berbadan besar yang disebutnya sebagai Papa. Pengarang juga
kutipan berikut.
(6) Aku harus bertanya berkali-kali pada Mama kenapa dia menyiksa tanaman-
tanaman tertentu dengan cairan yang baunya seperti tahi kerbau. Aku tahu
bau tahi kerbau karena Mama pernah membawaku ke tempat Nenek Isma,
dan Nenek Isma tinggal di dekat kandang kerbau. Kerbau dalam kandang
kerbau itu milik Nenek Isma. Nenek Isma punya kerbau.
Aku meracau lagi. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:4)
sangat suka berbahasa Indonesia. Bentuk cintanya pada Bahasa Indonesia dibuktikan
dari perbuatannya yang selalu membawa kamusnya kemana pun ia pergi di dalam tas
ranselnya. Ava akan membolak-balikkan setiap lembaran dalam kamus jika ada
menyimpulkan bahwa Ava adalah anak yang teliti. Ia tidak ingin keliru dalam
menafsirkan sebuah kata. Sehingga setiap ada kata yang tak dimengerti, ia akan
langsung mencari definisinya di dalam kamus. Hal ini dibuktikan pada kutipan
dengan teknik ekspositori dan dramatik berikut. (Pada kutipan no 8, definisi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kamus yang ditulis dengan font Courier New tetap dipertahankan seperti yang tertulis
dalam novel).
(7) Aku diam saja. Aku memang membawa kamus di dalam tasku. Makanya
tasku berat. Tapi, kamus itu selalu ada bersamaku. Itu hadiah dari kakek Kia.
Katanya, karena aku anak baik yang bertutur kata manis, dia mau aku belajar
bahasa dengan baik. Kakek Kia suka mengajariku bahasa yang baik. Aku jadi
suka belajar bahasa. Makanya, aku selalu membawa kamus dan selalu
mencari kata di dalam kamus. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:44)
(8) Aku tidak mengerti kenapa Papa bilang Mama berbuat tolol. Aku mencari
dua kata itu di buku kamus punya Mama dan menemukan ini :
Lalu karena aku tidak yakin apa arti ‘bebal’, aku cari lagi, dan menemukan
ini:
4. Bebal (ks.): sukar mengerti; tidak cepat menanggapi
sesuatu; bodoh.
Jadi, kurasa ‘berbuat tolol’ berarti: mengerjakan sesuatu yang sangat tidak
mudah dimengerti. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:3)
disebabkan oleh sang ayah yang selalu memarahi atau memaki Ava sesudah memberi
(9) Aku, sebenarnya, mau makan sate. Tapi itu tidak ditawarkan. Jadi, aku tidak
berani bilang. Soalnya, kalau aku bilang aku mau sesuatu ke Papa, Papa akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mulai marah-marah dan bilang kalau ‘si cecodot culun itu harus diajari
supaya berhenti kurang ajar’. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:159)
Karena apapun yang dilakukan Ava selalu salah di mata sang ayah, ia pun
menjadi anak yang sangat tidak menyukai ayahnya sendiri. Dengan teknik
Keluarga Ava yang baru saja menerima warisan dari Kakek Kia. Hal itu membuat
tersebut bisa ia pakai untuk bersenang-senang, seperti membeli banyak permen dan
es krim. Ia juga akan senang untuk memiliki banyak ibu meskipun tidak akan senang
menyimpulkan beberapa sifat atau pun penokohan yang dimiliki oleh tokoh Ava
pada novel Di Tanah Lada. Ava adalah anak kecil yang sangat suka berpikiran
meracau. Segala ide-ide atau gagasan yang menarik banyak bermunculan di dalam
kepalanya. Ava juga digambarkan sebagai anak kecil yang sangat suka berbahasa
Indonesia. Bentuk rasa sukanya itu ditunjukkan dari buku kamus yang selalu
dibawanya kemana-mana. Ava juga adalah seorang anak yang sangat takut
yang selalu memarahinya setiap kali Ava meminta sesuatu. Terakhir, Ava pun
menjadi seorang anak yang sangat tidak menyukai ayahnya. Ketidaksukaannya pada
sang ayah terjadi karena tindakan atau keberadaan Ava selalu salah di mata ayahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dramatik yang digunakan Ziggy Z mencakup teknik pikiran dan perasaan, teknik
tingkah laku, dan teknik cakapan. Menurut Nurgiyantoro (1995:198), teknik tingkah
laku adalah tindakan nonverbal atau fisik yang dapat dipandang sebagai cerminan
Ziggy Z melukiskan tokoh Ava sebagai anak yang masih berumur enam
tahun. Penggambaran ini oleh penulis dibuat dengan teknik dramatik berupa teknik
cakapan. Berikut kutipannya. (Pada kutipan no 10, kutipan langsung yang ditulis
dengan huruf kapital tetap dipertahankan seperti yang tertulis dalam novel).
(10) Mama langsung melompat berdiri dan balik berteriak, “MASIH INGAT KAU
PUNYA ANAK!? MASIH INGAT?!”
Papa balik berteriak lagi, “MASIH INGAT! KARENA KERJAAN DIA CUMA
MALAS-MALASAN MENGHABISKAN UANGKU! COBA KAU DIDIK DIA
UNTUK BEKERJA! BUKAN UNTUK JADI PEMALAS SEPERTIMU!”
“KAU MAU MENYURUH ANAK KITA BEKERJA!? DIA ENAM TAHUN!”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:16)
anak yang penuh rasa ingin tahu. Apa pun yang tidak dimengerti, akan langsung
ditanyakan pada orang dewasa atau siapa pun yang berada di sekitarnya.
Penggambaran ini juga dibuat dengan teknik dramatik berupa teknik cakapan.
Berikut kutipannya.
41
(12) Mas Alri sudah meninggalkan kami. Jadi, aku dan Pepper diam saja di pintu
masuk. Berpegangan tangan. Bengong.
“Kenapa, sih, Mas Alri bilang kamu nggak pernah ketemu orang normal?”
tanyaku kepada Pepper. “Kamu kan ketemu aku dan Mama. Kamu juga
ketemu Papa. Orang jahat itu normal, kan? Kan, ada banyak orang jahat.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:101)
Selain penuh rasa ingin tahu, pikiran khas anak umur enam tahun yang masih
murni membuat Ava selalu berkata jujur dan apa adanya. Apa pun yang terlintas
dalam benaknya maupun bentuk kekaguman apa pun yang dirasakannya akan selalu
ia utarakan. Penggambaran tokoh Ava ini sekali lagi menggunakan teknik dramatik
berupa teknik cakapan. Penokohan ini dapat dibuktikan pada halaman 97-98 di mana
Ava sedang berbincang-bincang dengan Mas Alri yang baru saja dikenalnya. Apapun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pertanyaan yang diutarakan oleh Mas Alri akan dijawab secara jujur dan apa adanya
oleh Ava. Kedirian penokohan ini juga dapat dilihat pada kutipan berikut.
tokoh Ava yang lain, yaitu penurut akan segala nasihat dari orang tua. Tokoh Ava
digambarkan dengan kedirian yang sangat menuruti nasihat atau pun perintah dari
sang ibu dan kakeknya. Nasihat-nasihat kecil apapun yang diucapkan tak pernah ia
lupakan. Penokohan ini digambarkan dengan menggunakan teknik tingkah laku oleh
(15) Aku agak kesal lagi. Tapi karena dia baru menghidupkan lampu, jadi tidak
apa-apa. Aku menutup pintu, karena kata Mama, kalau sedang tidak ada dia,
aku harus selalu menutup pintu. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:42-43)
(16) “Terima kasih,” aku mengoreksinya. “Kata Kakek Kia, harus bilang begitu.
Katanya, ‘makasih’ itu bukan kata yang bagus.” (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:43)
(17) “Itu bintang, ya?” tanyaku pelan-pelan. Mama bilang, kalau sudah gelap,
tidak boleh bicara keras-keras. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:123)
Sejak kecil Ava didik oleh Kakek Kia untuk selalu berbicara dengan Bahasa
Indonesia yang baik. Nasihat tersebut pun dituruti oleh Ava. Penokohan ini dapat
dilihat pada halaman 24 ketika Pepper menganggap Ava seperti orang aneh karena
terus-terusan berbicara dengan bahasa yang baik seperti orang dewasa. Ava justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebaliknya mengatakan bahwa ia harus berbicara seperti ini atas suruhan Kakek Kia
dan sang ibu. Pada halaman 66, Ava kemudian bertemu dengan Kak Suri di Rusun
Nero. Di sana, ia diajari untuk berbicara Bahasa Indonesia dengan tepat kepada
bicara dengan lawan bicaranya. Penokohan ini diceritakan oleh pengarang dengan
Nama Ava adalah nama panggilan dari nama Salva. Ketika masih kecil, sang
ayah ingin memberikan Ava dengan nama ‘saliva’ yang berarti ludah. Namun, sang
ibu kemudian diam-diam menggantinya dengan nama ‘salva’. Dari sini peneliti
melihat bahwa sedari kelahirannya, Ava memang tak pernah dicintai oleh ayahnya.
Kelahirannya sangat tidak diharapkan, dianggap sampah dan tak berguna. Penokohan
ini sekali lagi digambarkan dengan menggunakan teknik dramatik yang mencakup
teknik cakapan. Berikut kutipannya. (Pada kutipan no 18, kutipan langsung yang
ditulis dengan huruf kapital tetap dipertahankan seperti yang tertulis dalam novel).
(18) Aku mengangguk.”Nama lengkap aku Salva. Mama yang beri nama. Soalnya,
kata Papa, tadinya Papa mau memberiku nama ‘saliva’ yang artinya ludah.
Soalnya, waktu aku lahir, aku kelihatan seperti berlumuran ludah. Tapi,
Mama bilang, Mama tidak mau anaknya diberi nama ‘ludah’. Jadi, waktu
mendaftarkan namaku, dia diam-diam menggantinya. Mama dan Papa
bertengkar soal namaku setidak-tidaknya satu kali setiap tahun. Kata Papa,
‘HARUSNYA BIAR SAJA KITA NAMAI DIA LUDAH! MEMANG
BEGITU KAN DIA?! TIDAK BERGUNA SEPERTI LUDAH!’, dan Mama
akan bilang, ‘HANYA ORANG SINTING TIDAK BERHATI YANG
MENAMAI ANAKNYA LUDAH!’” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:64)
(19) “.... Papa bukan orang tua yang baik, jadi dia mencoba menamaiku ‘ludah’.
Dia memperlakukan aku seperti ‘ludah’ karena menurut dia, namaku ‘ludah’
dan dia mendoakan agar aku hidup seperti ludah. Tapi Mama mencoba jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menyimpulkan beberapa sifat atau pun penokohan yang dimiliki oleh tokoh Ava
pada novel Di Tanah Lada. Ava adalah anak kecil yang masih berumur enam tahun.
Selain itu, kedirian Ava juga digambarkan sebagai anak yang penuh rasa ingin tahu.
Apa pun yang tidak dimengerti, akan langsung ditanyakan pada orang dewasa atau
siapa pun yang berada di sekitarnya. Kedirian Ava juga digambarkan dengan selalu
berkata jujur dan apa adanya. Apa pun yang terlintas dalam benaknya maupun
bentuk kekaguman apa pun yang dirasakannya akan selalu ia utarakan. Ava adalah
anak yang penurut. Ia sangat menuruti nasihat atau pun perintah dari sang ibu dan
kakeknya. Di sisi lain, Ava dididik untuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik oleh Kakek Kia. Lalu kemudian juga dididik untuk berbicara dengan
Bahasa Indonesia yang tepat oleh Kak Suri. Terakhir, sejak dulu kelahiran Ava tidak
diharapkan oleh sang ayah. Hal itu terlihat dari nama yang dulu ingin diberikan sang
ayah kepada dirinya, yaitu ‘saliva’ yang berarti ludah. Ava dianggap seperti sampah
45
ekspositori dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan juga mencakup
mata yang berwarna coklat. Pepper juga berperawakan kurus dan membawa-bawa
gitar. Fisik Pepper memiliki kemiripan dengan fisik Mas Alri. Berikut kutipannya.
(20) Sebenarnya, kalau dilihat-lihat, Mas Alri dan Pepper mirip sekali. Soalnya,
rambut dan mata mereka sama-sama agak berwarna cokelat. Terus, mereka
juga sama-sama kurus dan membawa gitar. Mungkin, kalau Pepper sudah
besar, dia akan kelihatan seperti Mas Alri. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:95)
yang dimiliki oleh tokoh Pepper pada novel Di Tanah Lada. Pepper memiliki bentuk
fisik yang hampir-hampir mirip dengan Mas Alri. Pepper berambut dan bermata
menggambarkan kedirian lain dari tokoh Pepper. Pepper memiliki nama asli dengan
satu abjad saja, yaitu P. Dengan teknik dramatik yang mencakup teknik cakapan,
pengarang menggambarkan hal tersebut seperti pada halaman 60-61. Pada halaman
tersebut, Ava menanyakan nama asli Pepper yang kemudian dijawab olehnya bahwa
46
Pepper jugalah anak kecil yang masih berumur 10 tahun. Penokohan ini juga
kutipannya.
Meski masih kecil, Pepper adalah anak yang terkadang berprasangka buruk
kepada orang lain maupun dirinya yang di masa depan. Ia dilukis dengan sikap yang
skeptis dan pesimis. Dengan teknik dramatik yang mencakup teknik cakapan, penulis
(22) “Nggak akan ketahuan,” katanya. “Kalau sudah main judi, orang nggak ingat
apa-apa lagi. Tadi juga, Mama kamu pergi dari Papa kamu, tapi Papa kamu
nggak sadar. Berarti, dia bisa pergi dari Papa kamu dari tadi. Kalau kata aku
sih, Mama kamu aja yang lupa sama kamu.” (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:37)
(23) “Aku nggak tahu kenapa, kalau begitu.” Dia berpikir-pikir sebentar.
“Mungkin karena nanti aku juga akan jadi papa. Kalau aku jadi papa, kan,
aku juga jadi jahat. Tapi, kalau sudah jadi papa, nggak ada yang bisa
menghukum aku. Makanya, Papa menghukum aku dari sekarang. Mumpung
masih bisa.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:160)
Di sisi lain, Pepper adalah anak yang cukup di kenal di Rusun Nero. Banyak
orang-orang dewasa yang menyukainya dan senang akan kehadirannya. Keadaan ini
digambarkan dengan teknik dramatik yang mencakup teknik tingkah laku dan teknik
cakapan. Pada halaman 25, Pepper dikenal oleh Mbak-mbak Penjaga Rumah Makan
pada halaman 25. Dikenal oleh salah seorang ibu di Rusun Nero pada halaman 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dikenal oleh beberapa orang di tempat perjudian dekat Rusun Nero pada halaman
35. Juga dikenal oleh Bapak dan Ibu Penjaga Rusun pada halaman 40
Sama seperti Ava, Pepper juga tumbuh menjadi anak yang tidak pernah
merasakan cinta kasih sang ayah. Hal itu digambarkan pengarang dengan teknik
(24) “Kenapa kamu tidak boleh masuk ke kamar kalau ada Papa kamu?”
“Soalnya, nanti dia marah.”
“Kenapa? Kamu berisik, ya?”
Si Anak Pengamen menggeleng. “Nggak, kok. Papa kesal aja kalau lihat
aku.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:39)
(25) “Kok, Papa kamu suka pukul, sih? Pakai setrikaan, lagi,” tanyaku. “Papa aku
juga jahat. Tapi nggak pakai setrikaan pukulnya.”
“Soalnya, Papa nggak sayang aku.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:160)
Ketiadaan cinta kasih sang ayah kepada Pepper dibuktikan dari perlakuan
menggunakan teknik dramatik yang mencakup teknik cakapan dan tingkah laku pada
halaman 130-132. Di mana pada halaman tersebut, Ava menyaksikan dengan mata
Selain tidak dicintai dan sering mendapat perlakuan kasar, Pepper yang masih
kecil bahkan juga dipaksa untuk menjadi tulang punggung bagi dirinya dan ayahnya.
Ia membeli sendiri sepeda dan ponselnya, bahkan membayar biaya sewa rusun yang
seharusnya menjadi kewajiban ayahnya. Kedirian ini dilukis dengan teknik dramatik
48
Penderitaan yang dialami Pepper tidak hanya selesai sampai di situ. Sejak
kecil, Pepper sudah ditinggalkan begitu saja oleh ibunya. Ibunya melarikan diri dari
perlakuan kejam sang ayah dan meninggalkan Pepper yang masih kecil. Dengan
(26) “Soalnya, buku ini dari Mama aku,” kata Pepper. “Cuma ini yang dia kasih
untuk aku sebelum dia pergi.”
“Mama kamu pergi? Ke mana?”
“Nggak tahu. Tapi dia nggak pernah balik lagi.” (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:128)
Di atas segala yang pernah terjadi, Pepper tetap kuat dan tegar menghadapi
segala cobaan dalam hidupnya. Ia tumbuh menjadi anak yang tahan banting terhadap
berbagai masalah meskipun hal itu pedih bagi dirinya. Kedirian ini dilukiskan oleh
pengarang dengan teknik dramatik yang mencakup teknik cakapan dan teknik
(28) Mas Alri mengangkat bahu. “Di Belanda, ada dinding yang, di sana, tertulis
puisi ini. Puisi ini secantik itu, sampai bangsa lain menuliskannya di tanah
mereka,” katanya. “Sedih. Penuh penderitaan. Tapi, tegar. Persis seperti
kamu.”
Dia menepuk bahu Pepper. “Baca,” katanya. “Nanti kamu paham, betapa
kuatnya kamu selama ini.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:185)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Pepper pada novel Di Tanah Lada. Pepper
memiliki nama asli dengan satu abjad saja, yaitu P. Selain itu, Pepper jugalah anak
kecil yang masih berumur 10 tahun. Meskipun Pepper merupakan anak yang masih
kecil, ia tumbuh menjadi anak yang berprasangka buruk. Di sisi lain, Pepper adalah
anak yang cukup di kenal di Rusun Nero. Banyak orang-orang dewasa yang
menyukainya dan senang akan kehadirannya. Sama seperti Ava, Pepper juga tidak
pernah merasakan cinta kasih sang ayah. Bahkan, ketiadaan cinta kasih sang ayah
kepada Pepper dibuktikan dari perlakuan kasar yang seringkali dirasakan Pepper.
Selain tidak dicintai dan sering mendapat perlakuan kasar, Pepper yang masih kecil
juga dipaksa untuk menjadi tulang punggung bagi dirinya dan ayahnya. Di sisi lain,
Pepper sudah ditinggalkan begitu saja oleh ibunya sejak masih kecil. Di atas segala
yang pernah terjadi, Pepper tetap kuat, tegar, dan tahan banting menghadapi segala
ekspositori dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan juga mencakup
selalu mengalah terhadap suami. Setiap keputusan apa pun yang dilontarkan sang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menyimpulkan bahwa Mama Ava adalah sosok yang sedikit pengecut. Ia tak
perbuatan yang salah. Ia bahkan memilih untuk tak melakukan apapun. Berikut
kutipannya.
(29) Tapi Mama bilang kalau Papa tidak pernah mau terima kalau dia salah. Dan,
biasanya, Mama tidak melakukan apa-apa. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:11)
menuruti apa pun yang diperintahkan oleh sang suami. Ia menjadi sosok yang sangat
(30) Kurasa, sebenarnya, bukan aku yang penurut, tapi Mama. Kuharap Mama
tidak terlalu penurut, jadi dia tidak menuruti Papa terus. Papa tidak boleh
dituruti. Kata Kakek Kia, tidak boleh menuruti setan. Papa kan setan.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:79)
Karena selalu mengalah dan menuruti apa pun keputusan sang suami, Mama
Ava pun seringkali menangis. Di mata Ava, sang ibu menangis karena memang
dibuat begitu oleh sang suami. Namun, penulis justru menyimpulkan bahwa Mama
Ava seringkali menangis bukan karena disebabkan oleh sang suami. Ia justru
menangis karena luka batin di dalam perasaannya akibat tidak mampu menolak
apapun kehendak sang suami, serta tak mampu melakukan apa-apa untuk melindungi
dirinya dan Ava dari perlakuan kasar suaminya. Dengan teknik ekspositori dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(32) Sebelum aku menoleh, aku bisa melihat Mama mulai menangis.
“Mama kamu nangis ya, tadi?” kata Si Anak Pengamen.
“Iya. Papa sering membuat Mama menangis.” (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:37)
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Mama Ava pada novel Di Tanah Lada. Mama
Ava memiliki penokohan yang selalu mengalah terhadap suami. Keputusan apapun
tak berani ia tentang. Ketidakberanian tersebut membuat Mama Ava pun menjadi
tokoh yang selalu menuruti apa pun kehendak suaminya. Segala hal itu pun
oleh sang suami maupun luka batinnya karena tak mampu menolak apapun kehendak
sang suami, serta tak mampu melakukan apa-apa untuk melindungi dirinya dan Ava
menggambarkan kedirian lain dari tokoh Mama Ava. Dengan teknik cakapan dan
tingkah laku, Mama Ava dilukis dengan sifat yang sangat menyayangi Ava. Hal itu
dapat dibuktikan pada halaman 6-9. Di mana Mama Ava memiliki kebiasaan untuk
selalu mengantarkan Ava ke tempat tidur setiap malam, menjawab setiap pertanyaan
anaknya yang penuh rasa ingin tahu, mengecup kening anaknya untuk ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
cinta, dan bahkan menyambut anaknya di pagi hari dengan senyuman, kecupan, dan
kedirian tersebut. Di mana saat itu Ava sedang berbicara kepada ibunya untuk
berhenti berbicara menggunakan tata bahasa yang bagus seperti orang besar dan akan
belajar bilang “nggak”. Setelah mendengar hal itu, sang ibu menyetujui keputusan
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Mama Ava pada novel Di Tanah Lada. Mama
Ava memiliki sifat yang sangat menyayangi Ava. Bentuk cintanya dilihat dari
anaknya. Mama Ava juga digambarkan kediriannya sebagai tokoh yang selalu
ekspositori dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan juga mencakup
53
Dengan teknik ekspositori, Papa Ava diimajinasikan oleh Ava seperti sosok
hantu, monster, dan setan. Hal ini dapat dibuktikan pada halaman 2-3. Di mana Ava
seperti monster karena bertampang seram, bersikap seperti monster dan sangat kuat.
Pada halaman 33 dan 79, pengarang juga menggambarkan kedirian Papa Ava seperti
Seperti hantu, monster, dan setan, Papa Ava juga digambarkan sebagai tokoh
yang suka berbuat jahat dan membuat menangis. Dengan teknik ekspositori, kedirian
(33) Namanya sama seperti Papa. Dan, seperti Papa, dia juga jahat. Suka membuat
orang menangis. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:9)
perjudian. Dengan teknik ekspositori dan teknik dramatik yang mencakup teknik
(34) Papa sih, sudah pasti akan ada di sana. karena dia tidak baik. Jadi, dia akan
berbuat segala hal yang tidak baik, termasuk judi. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:33)
orang yang suka memaksakan kehendak. Segala hal yang ia inginkan harus dituruti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Jika tak dituruti, dirinya akan mengamuk dan mencelakai orang lain. Kedirian ini
(36) Atau, kalau ada Mama, itu pasti karena Mama terpaksa menemani Papa. Papa
suka memaksa Mama menemani Papa. Bahkan, meskipun Mama tidak mau.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:33)
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Papa Ava pada novel Di Tanah Lada. Tokoh
Papa Ava diimajinasikan oleh Ava seperti hantu, monster, dan setan. Imajinasi
monster, sangat kuat, dan senang berjudi. Seperti tokoh jahat, Papa Ava dilukis
dengan kedirian yang jahat dan suka membuat orang menangis. Tokoh ini juga
perjudian. Terakhir, Papa Ava adalah orang yang suka memaksanakan kehendak.
menggambarkan kedirian lain dari tokoh Papa Ava. Tokoh ini digambarkan
penokohannya sebagai seseorang yang pemarah. Ia tidak hanya marah pada hal-hal
besar, tapi juga pada hal-hal yang kecil. Pelukisan sifat ini menggunakan teknik
(37) Itu pernah terjadi sekali, dan Papa marah sekali. Dia membanting meja dan
semua makanan di piring kami jadi berantakan. Jadinya, tidak ada yang
makan pada malam itu. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Selain pemarah, Papa Ava juga tidak bisa menghargai orang lain dengan baik.
Hal ini dibuktikan oleh pengarang dengan teknik dramatik berupa teknik cakapan
(38) “Misalnya, dulu, Om Ari kerja siang-malam untuk Papa, tapi Papa hanya
memberinya uang sedikit sekali. Harusnya tidak boleh begitu.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:8)
Karena tidak pernah menghargai orang lain, lontaran pernyataan kasar dapat
begitu saja keluar dari mulutnya. Istri maupun anaknya tak pernah luput dari caci
dramatik berupa teknik cakapan. Berikut kutipannya. (Pada kutipan no 39 dan 40,
kutipan langsung yang ditulis dengan huruf kapital tetap dipertahankan seperti yang
(41) “Hei! Anak sialan itu masih di pintu! Menguping, dia! Itulah hasil
didikanmu!” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:17)
Sifat Papa Ava yang tak pernah menghargai orang lain membuatnya selalu
memutuskan sesuatu yang melibatkan orang lain secara mendadak tanpa berdiskusi
dengan orang tersebut. Hal ini dapat dibuktikan pada halaman 10-11. Di mana Papa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Ava yang telah menerima warisan membuat keputusan mendadak untuk pindah
apakah keputusannya tersebut berdampak buruk pada istri dan anaknya. Di halaman
sudah menjual rumah lamanya dan akan tinggal di Rusun Nero yang berlokasi dekat
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Papa Ava pada novel Di Tanah Lada. Papa Ava
adalah tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang pemarah. Ia mudah marah
bahkan pada hal-hal kecil sekalipun. Ia juga bukanlah seseorang yang menghargai
orang lain. Tidak menghargai orang lain membuat Papa Ava juga sering
mengucapkan perkataan kasar bahkan caci maki kepada istri dan anaknya. Terakhir,
sifatnya yang tak menghargai orang lain juga membuatnya sering membuat
orang tersebut. Ia tak pernah peduli bahkan jika keputusan tersebut membawa
ekspositori dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan juga mencakup
57
kediriannya sebagai orangtua dari pihak Papa Ava. Bagi Ava, Kakek Kia justru
(42) Kakek Kia adalah papanya Papa. Dia baik, tidak seperti Papa.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:5)
Kakek Kia adalah tokoh yang pintar di mata Ava. Karena hal itu, Kakek Kia
menjadi sosok idola bagi Ava. Ia mengagumi Kakek Kia karena kepintarannya.
kutipan berikut.
(43) Udara malam hari sudah terasa dingin. Kalau di Jakarta, itu artinya, sudah
sekitar tengah malam. Aku tahu itu dari Kakek Kia. Soalnya, kata Kakek Kia,
dia bisa mengetahui saat itu jam berapa dari seberapa dingin udaranya. Aku
sih melihat jam saja, kadang masih tidak bisa tahu saat itu jam berapa. Kakek
Kia pintar sekali. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:168)
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Kakek Kia pada novel Di Tanah Lada. Kakek
Kia adalah ayah dari pihak Papa Ava. Menurut Ava, Kakek Kia adalah orang yang
baik padanya, tidak seperti ayahnya. Selain itu, tokoh ini memiliki penokohan yang
sangat pintar di mata Ava. Karena itu, Ava menganggapnya seperti idola. Ava
menggambarkan kedirian lain dari tokoh Kakek Kia. Tokoh ini digambarkan
58
dimengerti oleh Ava. Dengan teknik dramatik berupa teknik tingkah laku, pengarang
menggambarkan penokohan ini seperti pada halaman 2, 5, dan 19. Di mana Ava
mengingat setiap ajaran Kakek Kia tentang ‘terang yang menandakan panas’, ‘ambil
bagian’ yang berarti ‘turut serta dalam suatu kejadian’, dan juga ‘butuh angin’ yang
Selain mengajari Ava tentang kosakata ataupun pribahasa, Ava juga diajari
untuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menurut
Kakek Kia, berbicara dengan baik artinya berbicara dengan sopan. Dengan teknik
(44) “Mama dan Kakek Kia selalu menyuruhku bicara seperti ini. Katanya aku
tidak boleh bicara seperti anak-anak di sekolah, karena cara bicara mereka
kurang baik.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:24)
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Kakek Kia pada novel Di Tanah Lada. Bagi
Ava, Kakek Kia adalah sosok pengajar pribadi yang selalu mengajarkan Bahasa
kosakata maupun pribahasa Bahasa Indonesia. Selain itu, Kakek Kia juga
59
ekspositori dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan hanya berupa
teknik cakapan.
gamblang oleh pengarang. Hal ini dapat dibuktikan pada halaman 63 dan 69. Di
mana Kak Suri memiliki rambut hitam yang panjang dan berponi, berparas cantik,
dan berkulit putih dengan mata yang menyipit saat sedang tersenyum. Selain
gambaran fisik, pengarang juga menggambarkan karakteristik lain pada tokoh Kak
Suri, yaitu bahwa ia pintar berbahasa Inggris, mengajari Pepper Bahasa Inggris setiap
yang dimiliki oleh tokoh Kak Suri pada novel Di Tanah Lada. Kak Suri memiliki
fisik dengan rambut hitam panjang dan berponi, berparas cantik, berkulit putih
dengan mata yang menyipit saat tersenyum. Ia juga pintar berbahasa Inggris,
mengajari Pepper Bahasa Inggris setiap Jumat, tidak bisa memasak, dan masih
kuliah.
menggambarkan kedirian lain dari tokoh Kak Suri. Tokoh ini kemudian menjadi
seorang yang mengajari Ava untuk berbicara Bahasa Indonesia dengan tepat. Dengan
teknik dramatik berupa teknik cakapan, pengarang membuktikan hal ini pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
halaman 66. Menurutnya, Ava harus berbicara dengan menyesuaikan cara bicara
lawan bicara. Ava tidak harus menggunakan tata bahasa yang benar karena tidak
semua orang bisa mengikuti tata bahasa yang benar. Itulah yang disebut-sebut Kak
Tokoh Kak Suri juga adalah sosok yang digambarkan sangat peduli pada
Pepper. Ia peka dan mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada diri
Pepper. Hal ini dapat dibuktikan di halaman 67-68. Dengan menggunakan teknik
dramatik berupa teknik cakapan, Kak Suri menyadari bahwa Pepper sudah
menggunakan perekat luka baru. Di sana, Kak Suri terus mendesak Pepper untuk
menceritakan apa yang terjadi sehingga ia bisa mendapat luka. Dari penokohan
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan Kak Suri tersebut merupakan salah
Di sisi lain, Kak Suri juga adalah seorang anak muda yang memiliki serta
terlibat dalam pergaulan bebas. Ia bahkan melakukan seks bebas bersama laki-laki
teknik dramatik berupa teknik cakapan dan teknik tingkah laku. Berikut kutipannya.
(45) “Kamu mana bisa membesarkan anak sementara kerjaan kamu setiap hari
gonta-ganti teman tidur!” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:138)
(46) “Siapa, nih?” Ada seorang laki-laki yang keluar dari kamar Kak Suri. Aku
tidak pernah melihatnya. Dan, dari tampangnya, sepertinya Pepper juga tidak
mengenalnya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:133)
adalah ibu kandung Pepper yang sebenarnya. Hal ini dibuktikan oleh pengarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan seperti pada kutipan
berikut.
(47) Sekarang P memandangku lagi. Dia bilang, “Mama aku Kak Suri.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:220)
(48) “Kata Mas Alri, Kak Suri ngelahirin aku waktu dia 17 tahun,” katanya.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:220)
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Kak Suri pada novel Di Tanah Lada. Kak Suri
Indonesia secara tepat. Maksudnya, Ava harus berbicara dengan menyesuaikan cara
bicara lawan bicara. Selain itu, Kak Suri memiliki penokohan yang sangat peduli
kepada kondisi P. Ia peka dan mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi
pada diri Pepper. Di sisi lain, Kak Suri juga digambarkan kediriannya sebagai orang
yang memiliki pergaulan yang sangat bebas. Ia bahkan melakukan seks bebas
bersama laki-laki yang berlainan. Di akhir cerita, diketahui sebuah fakta mengejutkan
bahwa sebenarnya Kak Suri adalah ibu kandung Pepper yang sebenarnya. Ia
ekspositori dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan hanya berupa
teknik cakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
gamblang oleh pengarang. Hal ini dapat dibuktikan pada halaman 95. Di mana Mas
Alri digambarkan kedirinnya sebagai seseorang yang kurus, tinggi, bermata dan
punggungnya.
sosok yang baik dan disukai Ava. Menurut Ava, permainan gitar yang dimainkan
juga bagus didengar. Dengan teknik ekspositori, hal ini dibuktikan pada kutipan
berikut.
(49) Aku suka sekali dengan Mas Alri. Dia baik, dan dia tidak punya nama
pasangan dengan Pepper. Main gitarnya juga bagus sekali. Aku tidak bisa
main gitar, sih, tapi kurasa dia mainnya bagus. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:98)
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Mas Alri pada novel Di Tanah Lada. Mas Alri
adalah seseorang dengan fisik yang kurus, tinggi, bermata dan berambut coklat yang
berantakan. Seperti Pepper, ia juga membawa gitar di punggungnya. Di sisi lain, Mas
Alri adalah tokoh yang baik dan disukai Ava. Permainan gitar yang dimainkan juga
bagus didengar.
menggambarkan kedirian lain dari tokoh Mas Alri. Mas Alri adalah orang yang
kepedulian pada Pepper. Hal ini dapat dilihat penokohannya dengan teknik dramatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
berupa teknik cakapan pada halaman 25. Di mana Mas Alri sudah menitipkan uang
kepada Mbak-mbak Penjaga Rumah Makan sebagai bayaran atas makan siang
Pepper. Jadi, Pepper yang sudah makan di rumah makan itu tidak perlu membayar
makanannya sendiri.
Selain itu, Mas Alri juga mempunyai pekerjaan sebagai penyanyi lokal. Ia
tempat makan ataupun hotel. Dengan teknik dramatik berupa teknik cakapan,
Di tengah cerita, Ava dan Pepper yang sedang melalang buana di area stasiun
pun ditemukan oleh Mas Alri. Secara tidak langsung, Mas Alri merupakan tokoh
yang digambarkan kediriannya sebagai sosok “penyelamat” bagi Ava dan Pepper
disadari oleh Mas Alri karena tidak ingin membiarkan mereka yang masih kecil
melakukan perjalanan menyebrang pulau hanya berdua saja. Akhirnya, Mas Alri
memutuskan untuk mengantarkan Ava dan Pepper menuju rumah Nenek Isma.
Pelukisan penokohan ini dibuktikan dengan teknik dramatik berupa teknik cakapan
adalah ayah kandung yang sebenarnya dari Pepper. Hal ini dibuktikan oleh
pengarang dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan seperti pada
kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
penokohan yang dimiliki oleh tokoh Mas Alri pada novel Di Tanah Lada. Mas Alri
adalah orang yang menyayangi Pepper. Sikap dan tindakannya mencerminkan rasa
sayangnya. Selain itu, Mas Alri adalah seorang penyanyi lokal. Ia melakukan
pekerjaannya di rumah makan ataupun di hotel yang mengundangnya. Tokoh ini juga
merupakan sosok “penyelamat” bagi Ava dan Pepper yang hendak melakukan
perjalanan yang berbahaya. Ava dan Pepper yang hendak menuju rumah Nenek Isma
pun diantarkan oleh Mas Alri. Di akhir cerita, diketahui sebuah fakta mengejutkan
bahwa sebenarnya Mas Alri adalah ayah kandung Pepper yang sebenarnya
Kehadiran para tokoh tambahan dalam novel Di Tanah Lada ini sebagian
besar menyebabkan terjadinya konflik batin pada diri tokoh utama. Untuk itu,
menganalisis apa saja penokohan pada kedirian tokoh tambahan tersebut yang
2.4 Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, merujuk pada
65
awal suatu karya pada umumnya berupa pengenalan, pelukisan, atau penunjukkan
latar agar pijakan cerita dapat semakin konkret dan jelas. Hal ini membuat pembaca
pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan
sosial merujuk pada perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat dalam
karya fiksi.
Latar tempat yang mendominasi cerita sekaligus yang berkaitan pada diri
tokoh utama terdiri dari dua, yaitu latar Jakarta dan Bandar Lampung.
a. Latar Jakarta
Latar Jakarta yang dilalui oleh tokoh Ava terdiri Rusun Nero, Tempat Judi,
Hotel Kristal, Rumah Sakit, Rumah Bapak dan Ibu Tukang Sate, Stasiun Dekat
66
1) Rusun Nero
mengerikan. Hal itu dikarenakan memang terdapat banyak hal-hal buruk di Rusun
(51) Tante Lisa bilang, seharusnya aku senang, karena Rusun Nero mengerikan.
Ada banyak hantu, orang jahat (termasuk Papa), dan serigala di Rusun Nero.
Rusun Nero bisa roboh kapan saja. Rusun Nero kotor dan bikin sakit.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:92)
(52) Kami kembali ke Rusun Nero. Aku tak percaya betapa mengerikannya tempat
ini. Sepertinya, setiap retakan di dinding itu mengeluarkan kutu. Selokan bau
di pinggirnya, tumpukan sampah di sana-sini, lalat yang berdenging...
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:101)
Rusun Nero juga digambarkan oleh pengarang sebagai tempat tinggal yang
akan dihuni oleh Ava sekeluarga setelah menerima warisan dari kematian kakeknya.
Sang ayah menyeret secara paksa istrinya dan Ava untuk tinggal di Rusun Nero.
Alasan yang membuat sang ayah ingin tiba-tiba tinggal di tempat ini hanyalah karena
lokasinya yang dekat dengan kasino atau tempat perjudian. Pengarang melukiskan
Selain itu, Rusun Nero juga merupakan tempat di mana Ava sering
ditinggalkan sendirian oleh kedua orangtuanya. Papa Ava biasanya memaksa Mama
Ava untuk menemaninya ke mana pun ia pergi. Tentunya Papa Ava hanya ingin
ditemani oleh istrinya saja, tidak dengan Ava. Karena ketidak kuasaan Mama Ava
untuk menolak paksaan sang suami, Ava pun akhirnya selalu sendirian di Rusun
Nero. Pada halaman 27-28, Ava yang baru saja pulang dari mencari makan siang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menemukan pintu kamarnya sudah terkunci dan tidak ada Mama Ava yang
menemani suaminya di tempat judi. Pada halaman 57, Papa Ava kembali memaksa
Mama Ava untuk menemaninya mencari makan. Ava sekali lagi ditinggalkan begitu
saja.
Karena beberapa kali ditinggalkan sendirian, Rusun Nero juga menjadi saksi
bisu dari pertemuan pertama Ava dan Pepper. Pertemuan pertama itu dimulai di
rumah makan yang terletak persis di sebelah Rusun Nero. Ava yang saat itu sedang
makan bertemu dengan Pepper yang kala itu juga ingin makan. Ava tidak bisa
daging ayam dan tulangnya. Pepper yang kemudian menyadari hal itu pun
Rusun Nero juga disebut-sebut oleh Mas Alri sebagai tempat di mana orang-
orang tak waras berkumpul. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut.
Terakhir, Rusun Nero juga menjadi tempat di mana Ava melihat dengan mata
kepalanya sendiri penyiksaan ayah Pepper kepada diri Pepper. Pepper saat itu disiksa
oleh ayahnya dengan menggunakan setrika panas. Setelah itu, Ava dan Pepper
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan cepat melarikan diri ke kamar Kak Suri. Ava bersama Kak Suri, kemudian
Nero sebagai tempat mengerikan karena memang terdapat banyak hal-hal buruk di
sana. seperti hantu, orang jahat, serigala, berpotensi roboh, kotor dan membuat sakit,
retakan dinding yang mengeluarkan kutu, selokan bau, tumpukan sampah di sana-
sini, serta lalat-lalat yang berdenging di sekitar tempat itu. Rusun Nero juga
merupakan tempat tinggal yang akan dihuni oleh Ava sekeluarga setelah menerima
warisan dari kematian kakeknya. Selain itu, Rusun Nero juga merupakan tempat di
mana Ava sering ditinggalkan sendirian oleh kedua orangtuanya. Karena beberapa
kali ditinggalkan sendirian, Rusun Nero juga menjadi saksi bisu dari pertemuan
pertama Ava dan Pepper. Rusun Nero juga disebut-sebut oleh Mas Alri sebagai
tempat di mana orang-orang tak waras berkumpul. Terakhir, Rusun Nero juga
menjadi tempat di mana Ava melihat dengan mata kepalanya sendiri penyiksaan
2) Tempat Judi
perjudian di mana orang-orang melakukan dua jenis permainan, yaitu judi kartu dan
judi ayam. Pengarang menggambarkan hal ini seperti pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(54) “Tergantung kamu mau main yang mana. Bisa pakai ayam. Seringnya sih
pakai kartu. Kalau jam segini, biasanya mereka lagi main yang pakai ayam,
tuh. Kalau yang pakai kartu, biasanya malam-malam banget mainnya.”
“Oh ya? Kalau pakai ayam, bagaimana mainnya?”
“Kamu nggak main, sih. Cuma ngeliatin ayam berantem saja.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:31)
Selain itu, Tempat Judi adalah tempat di mana Ava menemukan ayah dan
ibunya. Saat itu, Ava tidak dapat menemukan orangtuanya di Rusun Nero (hlm 27-
28), sehingga Pepper mengusulkan untuk mencari kedua orangtua Ava di Tempat
Judi. Di sana, Ava menemukan ayahnya yang sedang asyik berjudi dan ibunya yang
Ava mengatakan bahwa ia tidak bisa meninggalkan Papa Ava. Karena jika Mama
Ava meninggalkan suaminya begitu saja di Tempat Judi, Papa Ava akan mengamuk
dan memukul mereka berdua. Ava pun diminta untuk menunggu di Rusun Nero
sampai kedua orangtuanya kembali. Ava menurut dan pulang kembali ke Rusun Nero
bersama Pepper. Latar ini digambarkan oleh pengarang pada halaman 34-37.
sebagai tempat perjudian di mana orang-orang melakukan dua jenis permainan, yaitu
judi kartu dan judi ayam. Selain itu, Tempat Judi adalah tempat di mana Ava
70
3) Hotel Kristal
Hotel Kristal dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat di mana Ava
dan ibunya melarikan diri dari ayahnya di Rusun Nero. Pengarang menggambarkan
(55) Aku bertanya lagi pada Pak Koki yang Sedang Masak Telur (ada banyak
sekali telur yang harus dia masak hari itu). Pak Koki menjawab, “Ini Hotel
Kristal.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:86).
Selain itu menjadi tempat tujuan Ava dan Mama Ava setelah melarikan diri
dari Papa Ava, Hotel Kristal juga menjadi tempat di mana Ava dan ibunya bertemu
dengan Tante Lisa dan Om Ari. Tante Lisa adalah kakak dari Papa Ava, sementara
Om Ari adalah adik dari Mama Ava. Ava mendengar bahwa Tante Lisa dan Om Ari
menyarankan Mama Ava untuk menceraikan Papa Ava saja. Ketika Ava
di mana posisinya pada Pepper, serta memutuskan untuk memanggil nama Pepper
dengan “Pepper”. Ketika Mama Ava sedang tidur siang, Ava keluar kamar diam-
diam untuk turun ke lobi hotel. Di sana, ia bertemu dengan Pepper dan Mas Alri
yang datang mengunjunginya. Ketika Pepper akan kembali ke Rusun Nero, Ava
mengalami pertentangan batin melihat ia akan berpisah dari Pepper. Ava ingin
bermain bersama Pepper, tapi ia tidak bisa meninggalkan ibunya begitu saja.
Akhirnya, Ava memutuskan untuk ikut Pepper pulang ke Rusun Nero. Setelah
memberitahu ke mana ia akan pergi lewat SMS, Ava meninggalkan Mama Ava di
Hotel Kristal. Latar ini digambarkan oleh pengarang pada halaman 75-99.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tempat di mana Ava dan ibunya melarikan diri dari ayahnya di Rusun Nero. Selain
itu, Hotel Kristal merupakan tempat di mana Ava bertemu dengan Tante Lisa dan
Om Ari, juga bertemu dengan Pepper dan Mas Alri. Ava mengalami konflik batin
karena harus memilih untuk mengikuti Pepper atau tetap bersama ibunya di hotel.
Akhirnya, Ava memutuskan untuk ikut pulang bersama Pepper ke Rusun Nero
4) Rumah Sakit
Rumah Sakit dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat tujuan Ava dan
Kak Suri untuk mendapat pengobatan bagi Pepper setelah disiksa oleh ayahnya.
Pepper yang mengalami luka bakar akibat tangannya disetrika oleh ayahnya langsung
dilarikan ke Rumah Sakit oleh Ava dan Kak Suri. Pengarang menggambarkan hal ini
(56) Taksi datang sekitar satu jam kemudian. Kami berangkat ke rumah sakit.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:136)
(57) Aku tidak boleh masuk UGD. Katanya, hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk. Karena aku bukan dokter dan perawat, aku tidak boleh masuk.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:137)
pertengkaran Mas Alri dan Kak Suri. Mereka memperdebatkan apa yang terjadi pada
72
Pepper yang sudah mendapatan perawatan mengajak Ava pergi ke kantin rumah sakit
meninggalkan Mas Alri dan Kak Suri. Di kantin, Ava diberitahu oleh Pepper bahwa
ia tidak akan pernah lagi kembali ke Rusun Nero. Pepper akan melakukan perjalanan
tersebut, Pepper akan menjual ponselnya. Setelah mendengar hal itu, Ava merasakan
sebuah pertentangan batin. Ava harus kembali menemui ibunya, tapi ia juga tidak
mau berpisah dengan Pepper. Apalagi Pepper akan semakin susah dicari setelah
menjual ponselnya. Ava pun akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Pepper
menuju rumah Nenek Isma di Bandar Lampung. Mereka pergi ke rumah Nenek Isma
karena di sana terdapat banyak bintang yang bisa mengabulkan harapan. Latar ini
tempat tujuan Ava dan Kak Suri untuk mendapat pengobatan bagi Pepper setelah
disiksa oleh ayahnya. Selain itu, Ava kemudian menyaksikan pertengkaran Mas Alri
dan Kak Suri mengenai diri Pepper. Pepper yang sudah mendapat perawatan
mengajak Ava ke kantin rumah sakit. Di sana, Ava dan Pepper memutuskan untuk
73
Rumah Pak dan Bu Tukang Sate dalam novel Di Tanah Lada merupakan
tempat peristirahatan pertama Ava dan Pepper setelah melarikan diri bersama dari
rumah sakit. Rumah tersebut memiliki dua kamar. Satu kamar untuk ditinggali Pak
dan Bu Tukang Sate, satunya lagi untuk kamar tamu. Berikut kutipannya.
(58) Sepanjang jalan, dia menceritakan soal rumahnya. Katanya, rumahnya tidak
besar, tapi nyaman. Kamarnya ada dua. Satu ditempati Pak dan Bu Tukang
Sate. Satunya untuk anak mereka. Tapi, karena anak mereka sudah tidak
tinggal bersama mereka lagi, sekarang kamar itu dipakai untuk kamar tamu.
Sekarang, tidak ada tamu. Jadi, kamarnya kosong.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:165)
Pak dan Bu Tukang Sate melihat bahwa Ava dan Pepper hendak tidur di
masjid. Maka, Pak dan Bu Tukang Sate menawarkan tempat untuk tidur bagi mereka.
(59) “Suruh tidur di rumah saja, Bu,” saran Pak Tukang Sate.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:163)
(60) Kami, akhirnya, masuk ke dalam rumah. Aku baru sadar kalau aku
kedinginan. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:168)
Dini hari setelah tidur, Pepper memberitahu Ava bahwa ia mendengar Pak
dan Bu Tukang Sate akan melaporkan Ava dan Pepper kepada polisi. Karena takut
dimasukkan ke penjara, Ava dan Pepper memutuskan untuk kembali melarikan diri
pada jam 6 pagi saat Ibu berangkat ke pasar. Pengarang menggambarkan latar
(61) “Mungkin,” kata Pepper pelan. “Tapi, kayaknya kita nggak bakal bisa ke
rumah Nenek Isma.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
“Kenapa?”
“Soalnya, si Ibu mau melapor ke polisi,” kata Pepper. “Kalau kita dilaporkan
ke polisi, berarti kita harus masuk penjara.” (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:169)
(62) “Kita bisa pergi nanti,” kata Pepper, buru-buru. Sepertinya, dia tahu kalau
aku mengantuk. “Nanti, sekitar jam 6, waktu Ibu pergi ke pasar, kita kabur.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:171)
Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Rumah Pak dan Bu Tukang
Sate merupakan tempat peristirahatan pertama Ava dan Pepper setelah melarikan diri
bersama dari rumah sakit. Rumah tersebut memiliki dua kamar. Kamar pertama
ditinggali Pak dan Bu Tukang Sate, sementara kamar lain dipakai sebagai kamar
tamu. Rumah Pak dan Bu Tukang Sate juga menjadi tempat penawaran dari mereka
untuk ditinggali satu malam oleh Ava dan Pepper. Kemudian, Pepper dan Ava
ketakutan untuk dimasukkan ke penjara oleh polisi karena Pak dan Bu Tukang Sate
akan melaporkan mereka. Untuk itu, mereka melarikan diri dari rumah tersebut pada
Stasiun Dekat Monas dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat tujuan
Ava dan Pepper setelah melarikan diri dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate. Di sana,
(63) Kami masuk ke dalam stasiun. Sepertinya, Pepper sudah tahu betul jalan di
dalamnya. Soalnya, dia langsung ke tempat penjualan tiket.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:177)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Selain itu, Stasiun Dekat Monas juga merupakan tempat di mana Mas Alri
(64) Kami berdua mengangkat kepala. Di belakang kami, Mas Alri berdiri.
Kelihatan menjulang. Wajahnya merah. Seperti Pepper, waktu kecapekan
mengayuh sepeda. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:179)
Stasiun Dekat Monas juga merupakan tempat di mana Mas Alri melarang
Ava dan Pepper melanjutkan perjalanan. Tiket yang sudah dibeli oleh Pepper pun
dikembalikan oleh Mas Alri. Pada mulanya, Mas Alri mengatakan akan
mengantarkan Ava ke rumah Om Ari. Mas Alri juga mendesak Pepper untuk tinggal
bersama-sama dengannya di Bandung. Ada pertentangan batin yang terjadi pada diri
Ava setelah mendengar hal itu. Ava merasa sedih karena ia akhirnya akan berpisah
dengan Pepper, namun ia juga merasa senang karena Pepper akan tinggal bersama
Mas Alri yang akan menjaganya dengan baik. Meski begitu, Pepper menolak tawaran
Mas Alri karena dirinya masih ingin ke rumah Nenek Isma menemani Ava agar
dapat melihat bintang yang dapat mengabulkan permohonan. Mendengar hal itu, Mas
Alri pun setuju untuk mengantarkan mereka berdua ke rumah Nenek Isma.
Penggambaran kejadian pada latar ini dapat dibuktikan pada halaman 180-183.
Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Stasiun Dekat Monas adalah
tempat tujuan Ava dan Pepper setelah melarikan diri dari rumah Pak dan Bu Tukang
Sate. Di tempat yang sama, Mas Alri menemukan Ava dan Pepper. Stasiun Dekat
Monas juga adalah tempat di mana Mas Alri melarang Ava dan Pepper melanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
perjalanan. Mas Alri akan mengantar Ava ke rumah Om Ari sementara Pepper akan
dibawanya untuk tinggal bersama di Bandung. Pepper menolak hal itu karena ia
masih ingin menemani Ava ke rumah Nenek Isma. Akhirnya, Mas Alri pun setuju
7) Kapal
Kapal dalam novel Di Tanah Lada adalah kendaraan yang digunakan oleh
Ava, Pepper, dan Mas Alri menuju rumah Nenek Isma. Pengarang menggambarkan
Setelah Mas Alri tertidur dalam kapal, Ava dan Pepper ke lantai atas. Lantai
atas hanya diisi ruangan yang digunakan sebagai mushola. Di sana, Ava dan Pepper
bersama-sama mengartikan makna dari puisi Aku karya Chairil Anwar. Pemahaman
makna puisi dibantu oleh kamus Bahasa Indonesia milik Ava. Penggambaran kondisi
dengan Mas Alri yang sudah terbangun. Ava mengajak Mas Alri untuk mencari
nama sungguhan yang dapat disandang sebagai nama Pepper kelak. Pengarang
(66) “Mas Alri,” kataku, “kita cari nama untuk Pepper, yuk.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dia tersenyum, mengangguk, dan menhabiskan sisa waktu sisa waktu kami
mengapung-ngapung di atas lautan sambil membaca buku kamus untuk
mencari nama. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:200)
Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Kapal adalah kendaraan yang
digunakan oleh Ava, Pepper, dan Mas Alri menuju rumah Nenek Isma. Di kapal,
Ava dan Pepper sempat bersama-sama mengartikan makna dari puisi Aku karya
Chairil Anwar. Pemahaman makna puisi dibantu oleh kamus Bahasa Indonesia milik
Ava. Setelah Pepper tertidur, Ava selanjutnya mengajak Mas Alri untuk mencari
Latar Bandar Lampung merupakan tempat tujuan akhir dari perjalanan Ava,
Pepper, dan Mas Alri. Latar Bandar Lampung hanya meliputi latar Pantai Kiluan.
1) Pantai Kiluan
Pantai Kiluan dalam novel Di Tanah Lada adalah tempat pertama yang dituju
oleh Ava, Pepper dan Mas Alri di Bandar Lampung, sekaligus menjadi latar terakhir
(67) Sesuai janji, Mas Alri berhenti sekitar 1-2 jam kemudian. Saat itu, sudah sore.
Kami berhenti di pantai, dan Mas Alri mengajak kami turun.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:210)
Selain itu, Pantai Kiluan digambarkan sebagai pantai yang sangat indah. Ada
berbagai macam orang yang berwisata di pantai tersebut, mulai dari turis lokal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sampai turis asing. Ava terpana melihat semua hal itu. Pengarang menggambarkan
(68) Pantai itu indah sekali. Ada banyak orang di sana. Mereka semua memakai
kaos, celana pendek, dan sandal jepit. Anak-anak seusiaku naik sepeda.
Mereka telanjang kaki. Telapak kaki mereka dipenuhi pasir. Ada banyak
orang bule juga. Aku terbengong-bengong melihat rambut mereka yang
sewarna pasir. Ada juga yang rambutnya cokelat, seperti Mas Alri dan
Pepper. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:210-211)
dibuatnya khusus untuk Pepper. Pengarang menggambarkan keadaan ini seperti pada
kutipan berikut.
Selain itu, dermaga Pantai Kiluan juga menjadi tempat di mana Ava
diberitahu fakta yang mengejutkan dari Pepper. Yaitu bahwa ayah dan ibu kandung
Pepper yang sebenarnya adalah Mas Alri dan Kak Suri. Setelah mengetahui fakta
tersebut, ada konflik batin yang terjadi pada diri Ava. Ia berpikir bahwa seharusnya
Mas Alri memberitahu hal ini pada Pepper lebih cepat agar Pepper tidak terlantar
sedemikian lama. Tapi, jika Mas Alri memberitahu hal ini lebih cepat, Ava mungkin
tidak akan pernah bertemu dan berteman dengan Pepper di Rusun Nero. Kondisi ini
Akhir dari cerita ini ditutup di latar yang sama di mana Ava dan Pepper ingin
79
berada di bawah kaki mereka karena lautan pun berisi bintik-bintik yang
pantulan bintang yang dingin, gelap, dan hitam. Ending cerita ini digambarkan oleh
(70) Aku memandang ke bawah. Lautan yang tadi sore berwarna biru, sekarang
berwarna hitam. Ada bintik-bintik putih yang bersinar. Pantulan bintang.
Lautan tampak seperti langit cair (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:234)
(71) Jadi, aku mengambil tangan yang dia ulurkan. Aku tersenyum. Mengangguk
balik. Bergandengan tangan, kami berdua menjejakkan kaki dan melompat
meninggalkan ujung jembatan kayu yang mengubungkan kami dengan tanah
itu.
Kupejamkan mataku. Langit yang memantul di permukaan laut menelanku
bulat-bulat. Dingin. Hitam. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:236-237)
(72) Gelap. Di sini dingin dan gelap. Tapi kami masih berpegangan tangan.
Mengarungi langit di dasar laut bersama.
Sehidup semati. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:240)
pertama yang dituju oleh Ava, Pepper dan Mas Alri di Bandar Lampung. Ava
melihat bahwa Pantai Kiluan adalah pantai yang sangat indah. Ada berbagai macam
orang yang berwisata di pantai tersebut, mulai dari turis lokal sampai turis asing. Ava
terpana melihat semua hal itu. Pantai Kiluan juga adalah tempat di mana Ava
memberikan nama sungguhan yang telah dibuatnya khusus untuk Pepper. Selain itu,
dermaga Pantai Kiluan juga menjadi tempat di mana Ava diberitahu fakta yang
mengejutkan dari Pepper. Yaitu bahwa ayah dan ibu kandung Pepper yang
sebenarnya adalah Mas Alri dan Kak Suri. Akhir dari cerita ini ditutup di latar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sama di mana Ava dan Pepper ingin bersama-sama menuju bintang di langit. Mereka
melompat menuju lautan pantulan bintang yang dingin, gelap, dan hitam.
Latar waktu yang berkaitan pada diri tokoh utama terdiri dari dua, yaitu Rabu,
Latar waktu ini adalah momen di mana Kakek Kia meninggal dunia. Ava
melihat bahwa Mama Ava menangis karena berita duka ini. Berikut kutipannya.
(73) Tapi hari ini Mama tidak menangis dengan sembunyi-sembunyi. Dia
menangis di depan banyak orang hari ini. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:4)
(74) Mama menangis karena banyak hal. Biasanya, karena Papa. Tapi, hari ini, dia
menangis karena kami mendengar berita menyedihkan: Kakek Kia
meninggal. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:5)
Latar waktu ini juga adalah momen di mana kematian Kakek Kia membuat
sibuk banyak orang. Ava dioper ke sana-kemari karena Mama Ava tidak sempat
mengurusinya. Papa Ava juga memarahi lebih banyak orang. Ketika prosesi
pemakaman, Ava ditinggal di rumah. Pengarang melukis kondisi ini seperti pada
kutipan berikut.
(75) Sejak hari Rabu itu, ada banyak hal yang dikerjakan Mama dan Papa. Rumah
kami mendadak dikelilingi banyak orang. Aku dioper ke sana-kemari karena
Mama terlalu sibuk untuk mengurusiku. Papa memarahi lebih banyak orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa latar waktu ini menceritakan
tentang momen di mana tokoh Kakek Kia sudah meninggal dunia. Karena berita
duka ini, Ava melihat bahwa Mama Ava menangis di depan banyak orang. Latar
waktu ini juga menceritakan tentang momen di mana kematian Kakek Kia membuat
sibuk banyak orang. Ava dioper ke sana-kemari dan bahkan ditinggal di rumah
Latar waktu ini adalah momen di mana Ava sekeluarga berpindah dari rumah
lamanya menuju Rusun Nero. Mereka pertama-tama keluar dari bandara, lalu
bangunan tinggi dan suram dengan papan nama berbunyi “Rusun Nero”. Ada konflik
batin yang terjadi pada diri Ava saat melihat isi kamar yang akan menjadi rumah
mereka di Rusun Nero. Ava tidak menyukai Rusun Nero, namun ia tak berani
Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa latar waktu ini menceritakan
tentang momen di mana Ava sekeluarga berpindah dari rumah lamanya menuju
Rusun Nero. Ava mengalami konflik batin saat melihat isi kamar yang akan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
rumah mereka di Rusun Nero. Ava tidak menyukai Rusun Nero, namun ia tak berani
tempat dalam karya fiksi. Latar sosial yang terdapat dalam novel Di Tanah Lada
tertinggi di Indonesia. Karena itu, kemacetan di jalan raya merupakan hal yang
(76) Rasanya lama sekali kami di dalam mobil. Ada kemacetan hebat di jalan. aku
tidur lama sekali, dan begitu terbangun, kami belum juga sampai. Papa mulai
marah-marah dan mencoba merenggut setir dari Pak Sopir Taksi. Pak Sopir
Taksi mulai balas membentak. Mama tampak hampir menangis.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:12)
Latar sosial lain yang terjadi dalam novel ini adalah masih terjadinya budaya
berjudi dalam sebagian masyarakat. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di
sekitar Rusun Nero yang masih ikut dalam permainan judi di rumah perjudian.
(77) “Tergantung kamu mau main yang mana. Bisa pakai ayam. Seringnya sih
pakai kartu. Kalau jam segini, biasanya mereka lagi main yang pakai ayam,
tuh. Kalau yang pakai kartu, biasanya malam-malam banget mainnya.”
“Oh ya? Kalau pakai ayam, bagaimana mainnya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(78) Kami berjalan sedikit lebih jauh lagi. Aku sudah bisa melihat cahaya lampu
redup menyala-nyala beberapa langkah dari tempatku sekarang. Ada banyak
sekali orang di sana. Dan berisik sekali. Aku juga bisa mendengar suara
ayam.
“Itu tempatnya.”
Kami berdiri beberapa jauh dari kerumunan. Ada banyak sekali bapak-bapak
kerempeng berkerumun di sana. hanya mengenakan celana pendek atau
sarung atau celana panjang kedodoran yang warnanya sudah pudar.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:34)
Selain itu, melihat apa yang dilakukan tokoh Papa Ava dan Papa Pepper,
peneliti melihat bahwa masih saja terdapat tindakan KDRT yang terjadi pada istri
teknik dramatik berupa teknik cakapan dan tingkah laku seperti pada kutipan berikut.
(79) Papa berusaha menutup koper sementara aku masih terbaring di dalamnya,
tapi Mama terus-terusan berusaha mendorongnya. Papa mendorong Mama
sebagai balasan. Mama terjatuh di lantai. Papa menamparnya, lalu berusaha
menutup koperku lagi. Mama menarik-narik kaki Papa sambil menangis
keras-keras. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:75)
(80) Lalu, kulihat itu: luka bakar mengerikan di lengan Pepper. Luka itu tidak ada
ketika kami berada di dalam kamar kardus. Berarti, si Tangan Gorila yang
melakukannya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:132)
Tidak hanya KDRT, kota metropolitan Jakarta juga sarat akan pergaulan
bebas di antara kehidupan remaja. Hal inilah yang terjadi pada tokoh Kak Suri yang
ini dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan dan teknik tingkah
84
(81) “Kamu mana bisa membesarkan anak sementara kerjaan kamu setiap hari
gonta-ganti teman tidur!” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:138)
(82) “Siapa, nih?” Ada seorang laki-laki yang keluar dari kamar Kak Suri. Aku
tidak pernah melihatnya. Dan, dari tampangnya, sepertinya Pepper juga tidak
mengenalnya. (hlm. Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:133)
kemudian lahir dari hubungan di luar pernikahan. Anak-anak hasil hubungan di luar
pernikahan pun tak jarang ditelantarkan dan tak terurus. Hal ini tergambar dari
pengakuan Mas Alri terhadap Pepper di akhir cerita, yaitu bahwa ayah dan ibu
kandung Pepper yang sebenarnya adalah Mas Alri dan Kak Suri. Pengakuan yang
terlambat dari Mas Alri ini membuktikan bahwa Pepper adalah anak di luar
hubungan nikah Mas Alri dan Kak Suri, serta bukti penelantaran mereka terhadap
(83) “Kata Mas Alri, Kak Suri ngelahirin aku waktu dia 17 tahun,” katanya.
“Terus, aku dibawa kakaknya Kak Suri yang sudah menikah sama Papa aku.
Tapi, terus, kakaknya Kak Suri kabur dari Papa aku.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:220)
antar sesama. Kesulitan apa pun yang terjadi pada Ava dan Pepper, selalu akan ada
bala bantuan yang datang. Dalam novel Di Tanah Lada rasa kepedulian itu
ditunjukkan oleh beberapa tokoh, yaitu Mama Ava, Mas Alri, Bapak dan Ibu Penjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Rusun, masyarakat penghuni Rusun Nero, dan Pak dan Bu Tukang Sate. Berikut
kutipannya.
(86) Sekali lagi, Mas Alri menghela napas. Tapi, kali ini, dia mengangguk.
“Mas antar kalian sampai ke rumah Nenek Isma,” katanya. “Dengan begitu,
seenggaknya, Mas tahu kamu selamat. Mas nggak perlu bertanya-tanya kamu
mati di mana.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:183)
(87) Jadi, kami memutuskan untuk makan pindang ikan Ibu Penjaga Rusun. Dia
memberi kami nasi dan minum air putih juga. Ibu Penjaga Rusun
menyuapiku, dan Si Anak Pengamen makan sendiri pakai tangan.
Kami berdua diperbolehkan nonton televisi dulu sebelum pulang. Ketika
adzan Isya, kami berdua baru keluar dari rumah Bapak dan Ibu Penjaga
Rusun. Mereka bilang, kalau aku terkunci di luar lagi, aku boleh datang
kapan saja. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:41-42)
(88) Banyak orang yang memperhatikan keributan yang dibuat Mama dan Papa.
Ada juga yang berusaha melerai keduanya. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:57)
(90) “Suruh tidur di rumah saja, Bu,” saran Pak Tukang Sate. “Nanti besok pagi,
Bapak antar ke pasar buat beli sepeda.”
“Ya sudah,” katanya. “Kalian berdua habiskan makanannya. Nanti, Ibu antar
ke rumah. Rumah Ibu ‘ndak jauh, kok. Tangan kamu ‘ndak apa-apa, Dek?
Mau Ibu suapinin aja?” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:163)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
yang mendominasi cerita pada novel Di Tanah Lada adalah kehidupan masyarakat
metropolitan Jakarta. Kota Jakarta memiliki predikat sebagai kota dengan kepadatan
penduduk tertinggi di Indonesia. Karena itu, kemacetan di jalan raya merupakan hal
yang umum. Selain itu, masih terjadinya budaya berjudi dalam sebagian masyarakat.
Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar Rusun Nero yang masih ikut
dalam permainan judi di rumah perjudian. Selain berjudi, tindakan KDRT juga masih
terjadi pada istri maupun anak-anak. Tidak hanya KDRT, kota metropolitan Jakarta
juga sarat akan pergaulan bebas di antara kehidupan remaja. Hal inilah yang terjadi
pada tokoh Kak Suri yang sering tidur bersama lelaki yang berlainan. Akibat dari
menjamurnya budaya pergaulan bebas, banyak anak-anak yang kemudian lahir dari
hubungan di luar pernikahan. Anak-anak hasil hubungan di luar pernikahan pun tak
jarang ditelantarkan dan tak terurus. Pepper adalah anak di luar hubungan nikah Mas
Alri dan Kak Suri, serta bukti penelantaran mereka terhadap Pepper. Di atas itu
Kesulitan apa pun yang terjadi pada Ava dan Pepper, selalu akan ada bala bantuan
yang datang.
2.5 Rangkuman
dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z bernama Salva atau yang biasa dipanggil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ava. Sebagai seorang tokoh utama, Ava mengambil banyak peranan sebagai pelaku
kejadian dalam cerita maupun peran yang dikenai banyak kejadian. Tokoh Ava
tokoh dengan menggunakan dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik ekspositori dan
yang dimiliki oleh tokoh Ava. Ava adalah anak kecil yang sangat suka berpikiran
meracau. Segala ide-ide atau gagasan yang menarik banyak bermunculan di dalam
kepalanya. Ava juga digambarkan sebagai anak kecil yang sangat suka berbahasa
Indonesia. Bentuk rasa sukanya itu ditunjukkan dari buku kamus yang selalu
dibawanya kemana-mana. Ava juga adalah seorang anak yang sangat takut
yang selalu memarahinya setiap kali Ava meminta sesuatu. Terakhir, Ava pun
menjadi seorang anak yang sangat tidak menyukai ayahnya. Ketidaksukaannya pada
sang ayah terjadi karena tindakan atau keberadaan Ava selalu salah di mata ayahnya.
anak kecil yang masih berumur enam tahun. Selain itu, kedirian Ava juga
digambarkan sebagai anak yang penuh rasa ingin tahu. Apa pun yang tidak
dimengerti, akan langsung ditanyakan pada orang dewasa atau siapa pun yang berada
di sekitarnya. Kedirian Ava juga digambarkan dengan selalu berkata jujur dan apa
adanya. Apa pun yang terlintas dalam benaknya maupun bentuk kekaguman apa pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
yang dirasakannya akan selalu ia utarakan. Ava adalah anak yang penurut. Ia sangat
menuruti nasihat atau pun perintah dari sang ibu dan kakeknya. Di sisi lain, Ava
dididik untuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik oleh Kakek Kia.
Lalu kemudian juga dididik untuk berbicara dengan Bahasa Indonesia yang tepat
oleh Kak Suri. Terakhir, sejak dulu kelahiran Ava tidak diharapkan oleh sang ayah.
Hal itu terlihat dari nama yang dulu ingin diberikan sang ayah kepada dirinya, yaitu
‘saliva’ yang berarti ludah. Ava dianggap seperti sampah dan tidak berguna.
ekspositori dan juga teknik dramatik. Tokoh-tokoh tambahan tersebut terdiri dari
Pepper, Mama Ava, Papa Ava, Kakek Kia, Kak Suri, dan Mas Alri,
yang memiliki bentuk fisik mirip dengan Mas Alri. Pepper berambut dan bermata
teknik dramatik, Pepper dilukiskan sebagai tokoh yang memiliki nama asli dengan
satu abjad saja, yaitu P. Selain itu, Pepper jugalah anak kecil yang masih berumur 10
tahun. Meskipun Pepper merupakan anak yang masih kecil, ia tumbuh menjadi anak
yang berprasangka buruk. Di sisi lain, Pepper adalah anak yang cukup di kenal di
Rusun Nero. Banyak orang-orang dewasa yang menyukainya dan senang akan
kehadirannya. Sama seperti Ava, Pepper juga tidak pernah merasakan cinta kasih
sang ayah. Bahkan, ketiadaan cinta kasih sang ayah kepada Pepper dibuktikan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
perlakuan kasar yang seringkali dirasakan Pepper. Selain tidak dicintai dan sering
mendapat perlakuan kasar, Pepper yang masih kecil juga dipaksa untuk menjadi
tulang punggung bagi dirinya dan ayahnya. Di sisi lain, Pepper sudah ditinggalkan
begitu saja oleh ibunya sejak masih kecil. Di atas segala yang pernah terjadi, Pepper
tetap kuat, tegar, dan tahan banting menghadapi segala cobaan dalam hidupnya.
sosok yang selalu mengalah terhadap suami. Keputusan apapun tak berani ia tentang.
Ketidakberanian tersebut membuat Mama Ava pun menjadi tokoh yang selalu
menuruti apa pun kehendak suaminya. Segala hal itu pun menjadikannya tokoh yang
selalu menangis. Sebagian besar tangisannya disebabkan oleh sang suami maupun
luka batinnya karena tak mampu menolak apapun kehendak sang suami, serta tak
mampu melakukan apa-apa untuk melindungi dirinya dan Ava dari perlakuan kasar
sifat yang sangat menyayangi Ava. Bentuk cintanya dilihat dari tingkah lakunya
kepada Ava selayaknya bagaimana seorang ibu memperlakukan anaknya. Mama Ava
anaknya.
sosok yang diimajinasikan oleh Ava seperti hantu, monster, dan setan. Imajinasi
monster, sangat kuat, dan senang berjudi. Seperti tokoh jahat, Papa Ava dilukis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dengan kedirian yang jahat dan suka membuat orang menangis. Tokoh ini juga
perjudian. Terakhir, Papa Ava adalah orang yang suka memaksanakan kehendak.
dengan teknik dramatik, Papa Ava dilukiskan sebagai sosok yang pemarah. Ia mudah
marah bahkan pada hal-hal kecil sekalipun. Ia juga bukanlah seseorang yang
menghargai orang lain. Tidak menghargai orang lain membuat Papa Ava juga sering
mengucapkan perkataan kasar bahkan caci maki kepada istri dan anaknya. Terakhir,
sifatnya yang tak menghargai orang lain juga membuatnya sering membuat
orang tersebut. Ia tak pernah peduli bahkan jika keputusan tersebut membawa
ayah dari pihak Papa Ava. Menurut Ava, Kakek Kia adalah orang yang baik
padanya, tidak seperti ayahnya. Selain itu, tokoh ini memiliki penokohan yang sangat
pintar di mata Ava. Karena itu, Ava menganggapnya seperti idola. Ava mengagumi
Kakek Kia karena kepintarannya. Sedangkan dengan teknik dramatik, Kakek Kia
kosakata maupun pribahasa Bahasa Indonesia. Selain itu, Kakek Kia juga adalah
orang yang selalu mengajari Ava untuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
yang baik dan benar. Menurutnya, berbicara dengan baik artinya berbicara dengan
sopan.
tokoh yang memiliki fisik dengan rambut hitam panjang dan berponi, berparas
cantik, berkulit putih dengan mata yang menyipit saat tersenyum. Ia juga pintar
berbahasa Inggris, mengajari Pepper Bahasa Inggris setiap Jumat, tidak bisa
memasak, dan masih kuliah. Sedangkan dengan teknik dramatik, Kak Suri dilukiskan
Indonesia secara tepat. Maksudnya, Ava harus berbicara dengan menyesuaikan cara
bicara lawan bicara. Selain itu, Kak Suri adalah tokoh yang sangat peduli kepada
kondisi P. Ia peka dan mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada diri
Pepper. Di sisi lain, Kak Suri juga digambarkan sebagai orang yang memiliki
pergaulan yang sangat bebas. Ia bahkan melakukan seks bebas bersama laki-laki
sebenarnya Kak Suri adalah ibu kandung Pepper yang sebenarnya. Ia melahirkan
fisik yang kurus, tinggi, bermata dan berambut coklat yang berantakan. Seperti
Pepper, ia juga membawa gitar di punggungnya. Di sisi lain, Mas Alri adalah tokoh
yang baik dan disukai Ava. Permainan gitar yang dimainkan juga bagus didengar.
Sedangkan dengan teknik dramatik, Mas Alri dilukiskan sebagai tokoh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
itu, Mas Alri adalah seorang penyanyi lokal. Ia melakukan pekerjaannya di rumah
makan ataupun di hotel yang mengundangnya. Tokoh ini juga merupakan sosok
“penyelamat” bagi Ava dan Pepper yang hendak melakukan perjalanan yang
berbahaya. Ava dan Pepper yang hendak menuju rumah Nenek Isma pun diantarkan
oleh Mas Alri. Di akhir cerita, diketahui sebuah fakta mengejutkan bahwa
terdapat latar tempat, latar waktu, dan latar sosial yang dialami oleh tokoh Ava.
Dalam latar tempat, peneliti pun membaginya ke dalam latar Jakarta dan latar Bandar
Lampung. Latar Jakarta pun kembali di bagi ke dalam beberapa tempat, yaitu Rusun
Nero, Tempat Judi, Hotel Kristal, Rumah Sakit, Rumah Pak dan Bu Tukang Sate,
Stasiun Dekat Monas, dan Kapal. Rusun Nero merupakan tempat tinggal yang akan
dihuni oleh Ava sekeluarga setelah menerima warisan dari kematian kakeknya.
Rusun Nero juga menjadi saksi bisu dari pertemuan pertama Ava dan Pepper.
Tempat Judi merupakan tempat di mana Ava menemukan ayah dan ibunya yang
pergi meninggalkan Ava sendirian. Hotel Kristal merupakan tempat di mana Ava dan
ibunya melarikan diri dari ayahnya di Rusun Nero. Hotel ini juga merupakan tempat
di mana Ava memutuskan untuk ikut pulang bersama Pepper ke Rusun Nero
meninggalkan Mama Ava di hotel. Selain itu, terdapat Rumah Sakit di mana Ava dan
Kak Suri mencari pengobatan bagi Pepper setelah disiksa oleh ayahnya. Di sana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
jugalah tempat di mana Ava dan Pepper bersama-sama melarikan diri demi
menempuh perjalanan ke rumah Nenek Isma. Rumah Pak dan Bu Tukang Sate
merupakan tempat peristirahatan pertama Ava dan Pepper setelah melarikan diri
bersama dari rumah sakit. Stasiun Dekat Monas merupakan tempat di mana Mas Alri
menemukan Ava dan Pepper. Dari sana, Mas Alri pun setuju untuk mengantarkan
mereka berdua ke rumah Nenek Isma. Kapal merupakan kendaraan yang digunakan
oleh Ava, Pepper, dan Mas Alri menuju rumah Nenek Isma. Itulah latar yang dilalui
Sedangkan untuk latar Bandar Lampung, tokoh Ava hanya sampai kepada
latar Pantai Kiluan. Pantai Kiluan adalah tempat di mana Ava memberikan nama
sungguhan yang telah dibuatnya khusus untuk Pepper. Selain itu, dermaga Pantai
Kiluan juga menjadi tempat di mana Ava diberitahu fakta yang mengejutkan dari
Pepper. Yaitu bahwa ayah dan ibu kandung Pepper yang sebenarnya adalah Mas Alri
dan Kak Suri. Akhir dari cerita ini ditutup di latar yang sama di mana Ava dan
Untuk latar waktu, peneliti membaginya ke dalam Rabu, 26 Juni 2013 dan
Kamis, 4 Juli 2013. Rabu, 26 Juni 2013 adalah momen di mana Kakek Kia sudah
meninggal dunia. Latar waktu ini juga menceritakan tentang momen di mana
kematian Kakek Kia membuat sibuk banyak orang. Ava dioper ke sana-kemari dan
bahkan ditinggal di rumah ketika prosesi pemakaman. Sedangkan pada Kamis, 4 Juli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2013 adalah momen di mana Ava sekeluarga berpindah dari rumah lamanya menuju
Rusun Nero.
masyarakat metropolitan Jakarta. Kota Jakarta memiliki predikat sebagai kota dengan
merupakan hal yang umum. Selain itu, masih terjadinya budaya berjudi dalam
sebagian masyarakat. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar Rusun
Nero yang masih ikut dalam permainan judi di rumah perjudian. Selain berjudi,
tindakan KDRT juga masih terjadi pada istri maupun anak-anak. Tidak hanya
KDRT, kota metropolitan Jakarta juga sarat akan pergaulan bebas di antara
kehidupan remaja. Hal inilah yang terjadi pada tokoh Kak Suri yang sering tidur
bersama lelaki yang berlainan. Akibat dari menjamurnya budaya pergaulan bebas,
banyak anak-anak yang kemudian lahir dari hubungan di luar pernikahan. Anak-anak
hasil hubungan di luar pernikahan pun tak jarang ditelantarkan dan tak terurus.
Pepper adalah anak di luar hubungan nikah Mas Alri dan Kak Suri, serta bukti
penelantaran mereka terhadap Pepper. Di atas itu semua, masyarakat Jakarta masih
mempunyai rasa kepedulian antar sesama. Kesulitan apa pun yang terjadi pada Ava
BAB III
KARYA ZIGGY Z
Pada bab ini, peneliti akan menganalisis konflik batin pada tokoh utama
kebutuhan-kebutuhan dasar yang tersusun atas lima jenis kebutuhan, yaitu (1)
kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan rasa
memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang, (4) kebutuhan akan penghargaan, dan (5)
kebutuhan akan aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan
dasar manusia menurut Maslow yang akan dijabarkan berikut ini adalah kebutuhan
dasar yang tak terpenuhi pada tokoh Ava. Ketidak terpenuhinya kebutuhan dasar
tersebut mengakibatkan konflik batin pada diri Ava. Adapun kebutuhan dasar yang
tak terpenuhi tersebut berupa kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang, serta kebutuhan akan
penghargaan.
Berikut akan dipaparkan hasil analisis dari keempat kebutuhan dasar manusia
yang tidak terpenuhi yang membuat tokoh Ava mengalami konflik batin.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
motivasi manusia dapat diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi
serta kehidupan sosial. Manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang
bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan naluriah. Kebutuhan dasar
tersebut, bersifat psikologis. Dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z, tokoh Ava
kebutuhan dasar. Untuk menjawab permasalahan di atas, peneliti pada bab ini akan
tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Dalam novel Di Tanah Lada, tokoh Ava
makanan, tempat berteduh serta tempat tidur yang layak, juga oksigen. Pada kutipan
berikut, tokoh Ava tidak mendapat makan malam dikarenakan amukan Papa Ava
(91) Itu pernah terjadi sekali, dan Papa marah sekali. Dia membanting meja dan
semua makanan di piring kami jadi berantakan. Jadinya, tidak ada yang
makan pada malam itu. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Selain tidak mendapat makan malam, tokoh Ava juga tidak diberikan makan
siang oleh orang tuanya. Hal itu dikarenakan Ava sekeluarga saat itu tengah terjebak
(92) Soalnya, aku memang lapar. Aku tidak mendapat makan siang tadi, soalnya
kami terjebak kemacetan. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:23)
Adapun kebutuhan fisiologis lain yang tak terpenuhi dengan baik pada tokoh
Ava. Hal itu terdapat pada tempat tinggal Ava sekeluarga yang tidak layak untuk
(93) “Soalnya, tempatnya jelek. Kadang-kadang nggak ada air. Suka mati lampu.
Terus, gelap. Suka ada bau tikus mati juga. Pernah, suatu hari ada tikus mati
yang jatuh dari atap dan masuk ke bak mandi. Pokoknya, jelek, deh. Terus,
ada banyak cerita hantunya, lagi.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:24)
(94) Tante Lisa bilang, seharusnya aku senang, karena Rusun Nero mengerikan.
Ada banyak hantu, orang jahat (termasuk Papa), dan serigala di Rusun Nero.
Rusun Nero bisa roboh kapan saja. Rusun Nero kotor dan bikin sakit.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:92).
Karena tinggal di tempat yang tidak layak, tokoh Ava kemudian juga
mendapat tempat untuk tidur yang sangat tidak layak bagi anak kecil sepertinya.
Dalam novel Di Tanah Lada, tokoh Ava yang belum mendapat kasur terpaksa tidur
(95) Aku bangun di kamar mandi. Aku sudah tahu kalau aku tidak akan berada di
kamarku yang lama karena kami sudah pindah ke Rusun Nero. Tapi aku tidak
tahu aku akan bangun di tempat yang bahkan bukan kamar tidur. Soalnya,
ternyata aku bangun di kamar mandi. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:49)
(96) Aku melepaskan sepatuku dan mencoba tidur di dalam koper. Memang
lumayan muat. “Tapi aku tidak mau tidur di dalam koper,” protesku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
“Ya, cukup, kan, sampai kamu dapat kasur? Daripada kamu harus tidur di
dalam kamar mandi.”
Tapi aku terus memprotes. Soalnya, anak-anak kan tidak seharusnya tidur di
dalam koper. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:71)
bernapas. Karena itu, kebutuhan fisiologis berupa kebutuhan oksigen tidak terpenuhi
(97) Rasanya semakin sulit. Semakin menyakitkan. Tapi tidak apa-apa. Aku
bersamanya. Kututup mulut dan hidungnya. Dia menutup mulut dan
hidungku. Bintang-bintang berputar di depan mataku. Di matanya. Dan langit
di sekeliling kami semakin gelap. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:239)
kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi dengan baik oleh tokoh Ava. Kebutuhan
tersebut berupa makan malam yang tidak dikonsumsi karena amukan sang Papa.
Adapun makan siang yang ridak diperoleh Ava karena terjebak kemacetan. Tempat
tinggal berupa Rusun Nero yang tidak layak untuk dihuni bagi Ava sekeluarga.
Karena tinggal di tempat yang tidak layak, tokoh Ava kemudian juga mendapat
tempat untuk tidur yang sangat tidak layak bagi anak kecil sepertinya, yaitu kamar
mandi dan koper. Di akhir cerita, Ava yang menenggelamkan diri bersama Pepper ke
dalam lautan membuatnya kesulitan untuk bernapas. Karena itu, kebutuhan fisiologis
berupa kebutuhan oksigen tidak terpenuhi oleh tokoh Ava dalam penggambaran ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Kebutuhan ini adalah kebutuhan bagi seseorang untuk akan keteraturan dan stabilitas
dan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
mendapat gangguan neurotik, yaitu rasa cemas dan merasa tidak aman. Dalam novel
kebutuhan akan rasa aman. Ketidak terpenuhinya kebutuhan ini acap kali
membuatnya merasa ketakutan, cemas, dan sedih. Pada kutipan berikut, tokoh Ava
pembicaraan orang tuanya. Karena tindakan menguping itu, Ava kerap kali
(98) Kurasa aku akan kena marah Papa begitu pulang nanti. Papa benci aku. Tapi
dia lebih benci lagi kalau aku menguping. Aku sudah berusaha tidak
menguping, tapi ternyata menguping itu asyik. Papa sudah berkali-kali
menangkapku menguping. Setiap kali aku tertangkap, Papa akan menjewer
telingaku dan memukul pantatku dengan sisir. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:19)
Selain itu, tokoh Ava juga mengalami kesiagaan untuk dipukuli ketika
bahwa Ava akan selalu menerima hukuman berupa kekerasan dari sang ayah
sehingga kebutuhan akan rasa aman tidak terpenuhi sama sekali pada diri tokoh Ava.
Berikut kutipannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
(99) (Untungnya, Papa tidak bisa main gitar. Kalau dia bisa main gitar, dia pasti
akan punya gitar. Dan dia akan menggunakannya untuk mementungku).
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:21)
Saking cemasnya akan menerima kekerasan, tokoh Ava bahkan sama sekali
tangisannya tersebut justru akan mengundang kekerasan lain terjadi pada dirinya oleh
(100) Aku tidak suka tikus. Aku juga tidak suka hantu. Aku mau menangis, tapi aku
ingat kalau Papa benci sekali kalau aku menangis. Mungkin, bukan cuma
sisir, aku juga akan dipukul pakai sapu kalau ketahuan menangis.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:24)
Bukti lain dari ketidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada diri
tokoh Ava juga dapat dilihat dari ketakutannya akan dipukul ketika pintu kamar
mandi diketuk oleh seseorang. Ia menangis dan menjerit meminta maaf karena
mengompol, dan bahkan sampai memohon agar jangan dipukul oleh sang ayah.
Berikut kutipannya.
(101) Kukira, Papa yang mengetuk pintu karena dia tahu aku mengompol. Jadi, aku
langsung menangis dan menjerit: “Maaf! Maaf! Aku yang salah! Jangan
pukul aku!” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:49)
Ketakutan dan kecemasan dipukul membuat Ava menjadi pribadi yang tidak
bebas menikmati apa pun. Hal ini terlihat dari kehati-hatian Ava dalam menonton
televisi. Kehati-hatiannya disebabkan karena ketakutan akan dimarahi oleh Papa Ava
jika ia ketahuan menonton televisi. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
(102) Di rumah, aku selalu berhati-hati kalau mau menonton televisi. Soalnya, Papa
bisa masuk dan marah kalau aku ‘membuat mahal biaya listrik’. Jadi, aku
agak takut setiap kali menonton televisi. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:93)
Di sisi lain, kekerasan paling parah juga terjadi pada diri Ava ketika Ava
sedang tertidur di dalam koper. Papa Ava yang mengamuk berusaha menjepit tubuh
Ava dengan menutup koper ketika Ava dalam keadaan masih tertidur di dalam koper.
Kekerasan ini juga membuktikan ketiadaan kebutuhan akan rasa aman yang
seharusnya dimiliki oleh anak sekecil Ava. Peristiwa kekerasan ini dapat dibuktikan
Selain merasa tidak aman dan terancam oleh perbuatan kekerasan sang ayah,
tokoh Ava juga pernah merasa terancam dan ketakutan oleh tindakan kekerasan dari
orang lain. Dalam novel Di Tanah Lada, Ava merasa terancam melihat perlakuan
kasar yang dilakukan oleh Papa Pepper terhadap diri Pepper. Ava yang saat itu
berada di dekat Pepper juga ikut-ikutan merasa cemas dan ketakutan. Berikut
kutipannya.
(103) Kupeluk Pe erat-erat. Biasanya, aku memeluk Mama ketika aku sedang
ketakutan. Tapi, kadang-kadang, Mama tidak ada di dekatku untuk dipeluk.
Kalau Mama sedang tidak ada, aku memeluk Pe. Sekarang Mama tidak ada.
Jadi, aku memeluk Pe. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:131)
kebutuhan akan rasa aman yang tidak terpenuhi dengan baik oleh tokoh Ava.
Kebutuhan tersebut berupa kesiagaan bahwa tokoh Ava akan dimarahi dan dipukuli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
karena menguping pembicaraan orang tuanya. Ava juga berasumsi bahwa ia akan
dipukuli jika ayahnya mempunyai gitar yang akan digunakan untuk mementungnya.
Saking cemasnya akan menerima kekerasan, tokoh Ava bahkan sama sekali tidak
tersebut justru akan mengundang kekerasan lain terjadi pada dirinya oleh Papa Ava.
Ava juga merasa ketakutan akan dipukul ketika pintu kamar mandi diketuk oleh
seseorang. Ia menangis dan menjerit meminta maaf karena mengompol, dan bahkan
sampai memohon agar jangan dipukul oleh sang ayah. Ketakutan dan kecemasan
dipukul membuat Ava menjadi pribadi yang tidak bebas menikmati apa pun. Ava
tidak dapat dengan bebas menonton televisi karena takut akan dimarahi. Di sisi lain,
kekerasan paling parah juga terjadi pada diri Ava ketika Papa Ava berusaha menjepit
tubuh Ava dengan menutup koper ketika Ava masih tertidur di dalam koper. Selain
merasa tidak aman dan terancam oleh perbuatan kekerasan sang ayah, tokoh Ava
juga pernah merasa terancam dan ketakutan oleh tindakan kekerasan dari orang lain.
Ava merasa terancam melihat perlakuan kasar yang dilakukan oleh Papa Pepper
terhadap diri Pepper. Ava yang saat itu berada di dekat Pepper juga ikut-ikutan
103
Sayang
di mana seseorang merasa ingin dimengerti secara mendalam dan diterima dengan
akan terhambat. Dalam novel Di Tanah Lada, tokoh Ava mengalami sejumlah
sayang. Pada kutipan berikut, tokoh Ava menganggap bahwa bentuk kekerasan yang
dilakukan oleh ayahnya merupakan ‘bentuk kasih sayang’ Papa. Karena asumsi itu,
Ava justru tidak ingin merasa disayang oleh ayahnya. Berikut kutipannya.
(104) Tapi Papa kan suka mencari alasan untuk memarahiku. Mungkin itu yang
katanya ‘bentuk kasih sayang’ Papa? Kalau itu benar, aku tidak suka disayang
Papa. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:19-20)
Selain itu, ketiadaan cinta kasih dari ayahnya seringkali membuat tokoh Ava
menangis. Tokoh Ava sering menangis karena mendapat perlakuan kasar dari Papa
(105) “Iya. Papa sering membuat Mama menangis. Aku juga sering dibuat Papa
menangis.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:37)
Perlakuan kasar maupun ketiadaan cinta kasih sang ayah membuat tokoh Ava
(106) Kak Suri merengut. “Kok, Papa kamu mau kasih nama kamu ‘ludah’, sih?”
Aku mengangkat bahu. “Soalnya, Papa benci aku.”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tokoh Ava pun tumbuh menjadi seorang anak yang sangat kekurangan kasih
sayang. Ia sangat ingin disayangi dan membutuhkan perhatian Mama Ava, bahkan
(107) Aku mulai menangis. Aku benar-benar tidak mau tidur di dalam koper. Aku
mau kamar lamaku. Dan aku mau Mama mengantarkan aku tidur.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:71)
Ketiadaan kasih sayang dari Papa Ava juga terlihat dari tindakan sang ayah
yang tidak mau digandeng tangannya oleh Ava. Jika Ava mencoba menggandeng
(108) Kalau aku menggandeng tangan Papa, Papa bilang dia akan meludahi
tanganku kalau tidak melepasnya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:81)
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang yang tidak terpenuhi dengan
baik oleh tokoh Ava. Kebutuhan tersebut berupa tokoh Ava yang menganggap bahwa
bentuk kekerasan yang dilakukan ayahnya merupakan ‘bentuk kasih sayang’ Papa.
Ava pun justru tidak ingin disayang oleh ayahnya. Selain itu, ketiadaan cinta kasih
dari ayahnya seringkali membuat tokoh Ava menangis. Perlakuan kasar maupun
ketiadaan cinta kasih sang ayah juga membuat tokoh Ava menyadari bahwa dirinya
memang dibenci oleh ayahnya. Tokoh Ava pun tumbuh menjadi seorang anak yang
perhatian Mama Ava, bahkan ketika Ava ingin tidur. Terakhir, ketiadaan kasih
sayang dari Papa Ava juga terlihat dari tindakan sang ayah yang tidak mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
digandeng tangannya oleh Ava. Jika Ava mencoba menggandeng tangan ayahnya,
Kebutuhan ini dibagi menjadi harga diri dan penghargaan dari orang lain.
lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan. Dalam novel Di Tanah Lada, tokoh Ava mengalami sejumlah ketidak
Ava yang masih merupakan anak kecil, sama sekali tak diperlakukan dan dihargai
seperti anak kecil pada umumnya. Papa Ava menganggap bahwa Ava yang masih
109, kutipan langsung yang ditulis dengan huruf kapital tetap dipertahankan seperti
(109) Papa balik berteriak lagi, “MASIH INGAT! KARENA KERJAAN DIA CUMA
MALAS-MALASAN MENGHABISKAN UANGKU! COBA KAU DIDIK DIA
UNTUK BEKERJA! BUKAN UNTUK JADI PEMALAS SEPERTIMU!”
“KAU MAU MENYURUH ANAK KITA BEKERJA!? DIA ENAM TAHUN!”
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:16)
memandang rendah harga dirinya sendiri. Ava menganggap bahwa satu-satunya hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kutipannya.
(110) Papa melemparkan sejumlah uang dari dompetnya dan menyuruhku keluar,
mencari makan, karena ‘satu-satunya yang bisa kulakukan hanya
menghabiskan uangnya’. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:17)
Tidak hanya dianggap sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan juga dihargai
sebagai seorang jalang oleh ayahnya sendiri. Hal ini dikarenakan sang ayah melihat
Ava sedang bermain bersama-sama dengan Pepper di dalam kamar. Melihat hal itu,
Papa Ava langsung berkata kasar pada Ava. Berikut kutipannya. (Pada kutipan no
111, kutipan langsung yang ditulis dengan huruf kapital tetap dipertahankan seperti
Selain dicap pemalas dan jalang, tokoh Ava bahkan juga dianggap seperti
sampah, menjijikkan dan tidak berguna oleh ayahnya. Hal ini tercermin dari tingkah
laku Papa Ava yang ingin memberi nama Ava ‘saliva’ yang berarti ludah. Peneliti
karena sedari awal, kelahiran Ava sama sekali tidak diharapkan oleh ayahnya. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dapat dilihat pada kutipan berikut. (Pada kutipan no 112, kutipan langsung yang
ditulis dengan huruf kapital tetap dipertahankan seperti yang tertulis dalam novel).
(112) Soalnya, kata Papa, tadinya Papa mau memberiku nama ‘saliva’ yang artinya
ludah. Soalnya, waktu aku lahir, aku kelihatan seperti berlumuran ludah.
Tapi, Mama bilang, Mama tidak mau anaknya diberi nama ‘ludah’. Jadi,
waktu mendaftarkan namaku, dia diam-diam menggantinya. Mama dan Papa
bertengkar soal namaku setidak-tidaknya satu kali setiap tahun. Kata Papa,
‘HARUSNYA BIAR SAJA KITA NAMAI DIA LUDAH! MEMANG
BEGITU KAN DIA?! TIDAK BERGUNA SEPERTI LUDAH!’, dan Mama
akan bilang, ‘HANYA ORANG SINTING TIDAK BERHATI YANG
MENAMAI ANAKNYA LUDAH!’” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:64)
(113) “Kakek Kia pernah bilang,” kataku, pelan-pelan, “kalau orang-orang di sini
pikir, nama adalah doa. Jadi, orang tua yang baik memikirkan nama dengan
arti yang bagus untuk anak-anak mereka. Papa bukan orang tua yang baik,
jadi dia mencoba menamaiku ‘ludah’ dan dia mendoakan agar aku hidup
seperti ludah. Tapi Mama mencoba jadi orang tua yang baik, makanya
namaku ‘Salva’.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:232)
Ketiadaan kebutuhan akan penghargaan sebagai seorang anak pada diri Ava
semakin diperkuat pada kondisi ketika Ava diabaikan sama sekali oleh ayahnya. Ava
seringkali ditinggal pergi begitu saja oleh kedua orang tuanya. Mama Ava yang tidak
bisa menolak ajakan paksa suaminya terpaksa meninggalkan Ava sendirian di Rusun
(114) Mungkin Mama pergi dan melupakanku. Mungkin Papa membawa Mama
pergi. Mungkin keduanya pulang ke rumah asli kami dan tidak mengajakku
ikut serta. Dan aku harus tinggal di sini, sendirian. Dan tidak ada kunci. Aku
akan tinggal di lorong yang penuh kecoa. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:28)
(115) Lama, tapi akhirnya Mama dan Papa masuk ke dalam bajaj yang lewat dan
pergi entah ke mana diikuti kepulan asap hitam.
Aku tidak tahu harus pergi ke mana setelah Mama dan Papa pergi. Kurasa,
aku seharusnya masuk ke dalam. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:57)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kebutuhan akan penghargaan yang tidak terpenuhi dengan baik oleh tokoh Ava.
Kebutuhan tersebut berupa tokoh Ava yang sama sekali tidak diperlakukan dan
dihargai seperti anak kecil pada umumnya. Selain itu, karena terlalu sering dicap
sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan memandang rendah harga dirinya sendiri dengan
uang orang tuanya. Tidak hanya dianggap sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan juga
dihargai sebagai seorang jalang oleh ayahnya sendiri. Selain dicap pemalas dan
jalang, tokoh Ava juga dianggap seperti sampah, menjijikkan dan tidak berguna. Hal
ini tercermin dari tingkah laku Papa Ava yang ingin memberi nama Ava ‘saliva’
yang berarti ludah. Ava tumbuh menjadi anak yang seringkali diabaikan. Tokoh Ava
jika seseorang mengalami dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau
bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang
bersamaan. Dalam novel Di Tanah Lada, tokoh Ava yang merupakan tokoh utama
mengalami berbagai macam konflik batin. Konflik batin yang terjadi dalam dirinya
sebagian besar disebabkan oleh dua keinginan atau lebih yang bertentangan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
sama lain. Dua keinginan atau lebih pada diri Ava juga terjadi karena tidak
Tokoh Ava kerap kali menerima perlakuan kasar dari sang ayah, terutama
setelah pindah ke Rusun Nero. Di sana, Ava yang masih berumur 6 tahun itu sering
ditinggalkan sendiri di rumah tanpa diberi makan. Ava bahkan tidur di sebuah koper
kepindahannya ke rusun tersebut. Melihat Ava yang sedang tidur di koper, sang ayah
justru murka dan menendang-nendang koper serta menjepit Ava di dalam koper
dengan memaksa menutup koper tersebut. Ava juga sering menerima teriakan
dengan sebutan “anak setan” di depan wajahnya setiap kali sang ayah murka.
sekali tak pernah dicintai oleh sang ayah, bahkan dibenci. Dari begitu banyak
peristiwa yang terjadi pada tokoh Ava, peneliti melihat bahwa teori Maslow
mengenai kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang, serta kebutuhan akan penghargaan tak
pernah dimiliki tokoh Ava. Keempat kebutuhan dasar yang tak terpenuhi tersebut
Konflik batin yang dialami oleh tokoh Ava dikaji oleh peneliti dengan
menggunakan teori Kurt Lewis yang dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu (a) konflik
dua motif atau lebih yang sama-sama bernilai positif, (b) konflik menjauh-menjauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
terjadi pada tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z.
pada diri Ava. Konflik batin ini terjadi ketika tokoh Ava merasa bimbang untuk
menuruti nasehat Mama Ava agar tidak ikut-ikutan pergi bersama orang lain dengan
sembarangan. Sementara di sisi lain, tokoh Ava saat itu tidak tahu lagi harus pergi ke
mana karena Papa dan Mama Ava sedang meninggalkan dirinya sendirian di Rusun
akan penghargaan pada Ava. Tokoh Ava tidak dianggap sebagai anak semata
111
lagi. Lagi pula, Mama dan Papa juga sering membawaku menemui orang
yang tidak kukenal. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:59)
Selain itu, tokoh Ava juga mengalami konflik batin lain yang masih dapat
tokoh Ava ingin cepat-cepat pergi dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate saat hari
masih sangat pagi. Hal itu dilakukan agar dirinya dan Pepper tidak dibawa ke kantor
polisi sekaligus dapat cepat-cepat bertemu dengan Nenek Isma. Sementara di sisi
lain, tokoh Ava masih sangat mengantuk karena terbangun saat waktu masih sangat
pagi bagi dirinya untuk bangun. Konflik batin ini terjadi karena disebabkan
ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Ava merasa ketakutan
ketika mendengar bahwa dirinya dan Pepper akan dibawa ke kantor polisi. Baginya,
dibawa ke kantor polisi berarti ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Hal itu
(117) Beberapa lama kemudian, baru dia bilang: “Kita harus pergi.”
Aku diam. Lalu, pelan-pelan, bilang, “Pergi sekarang?”
“Kan, sepedanya sudah dapat. Ada di teras. Kita pergi ke stasiun sekarang.
Beli tiket. Terus, langsung naik bus ke pelabuhan. Semakin cepat sampai ke
rumah Nenek, semakin baik, kan?”
“Iya, sih,” gumamku. Aku diam saja. Aku tidak mau bilang kalau aku masih
mau tidur. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:170)
mengalami dua macam konflik batin yang dikategorikan sebagai konflik mendekat-
mendekat pada novel Di Tanah Lada. Konflik pertama, tokoh Ava ingin menuruti
nasehat Mama Ava berupa tidak ikut-ikutan pergi bersama orang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
sembarangan. Sementara dirinya tidak tahu harus pergi ke mana lagi karena Papa dan
Mama Ava meninggalkan dirinya sendirian. Konflik ini merupakan perwujudan dari
tokoh Ava ingin cepat-cepat pergi dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate saat hari
masih sangat pagi agar tidak dibawa ke kantor polisi sekaligus cepat bertemu dengan
nenek. Sementara dirinya masih ingin tidur karena ngantuk dan terbangun saat waktu
pada diri Ava. Konflik batin ini terjadi ketika tokoh Ava merasa khawatir bahwa
Mama Ava akan tidak senang pada dirinya yang berkata jujur dengan mengatakan
bahwa Papa Ava mirip hantu. Sementara di sisi lain, Mama Ava akan lebih tidak
senang lagi jika Ava berkata bohong. Konflik batin ini terjadi karena disebabkan
ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Tokoh Ava meyakini
bahwa Papa Ava adalah sosok yang menyeramkan bagi dirinya sehingga
(118) Kurasa Mama tidak akan senang kalau aku bilang Papa mirip hantu. Tapi
kurasa Mama tidak akan senang kalau aku bicara bohong. Jadi, kurasa lebih
baik aku jujur. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Selain itu, terdapat konflik batin lain ketika Ava tiba di rumah barunya di
Rusun Nero. Melihat rumahnya yang baru, Ava langsung merasa tidak suka pada
suasana dan kondisinya yang gelap, kumuh, dan kotor. Sementara di sisi lain, Ava
tidak berani mengatakan apa yang dipikirkannya soal rumah baru tersebut karena
khawatir akan membuat Papa Ava marah. Konflik batin ini juga terjadi karena
disebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Tokoh Ava
tidak berani mengutarakan apapun perasaan dan pikirannya karena sudah tahu bahwa
Adapun konflik batin lain terjadi pada diri Ava ketika secara tiba-tiba,
makanan yang sedang dimakan Ava ditarik oleh Pepper. Ava yang saat itu belum
mengenal Pepper merasa cemas karena berpikir bahwa makanannya telah direbut dan
akan dimakan oleh Pepper. Sementara di sisi lain, Ava tidak berani melawan dan
menentang karena takut terhadap Pepper. Konflik batin ini juga terjadi karena
disebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Tokoh Ava
yang saat itu belum mengenal Pepper tentunya tidak mengetahui sifat Pepper yang
sebenarnya. Sehingga ketika Ava mengalami suatu kejadian tidak terduga, Ava yang
114
(120) Dia menarik piringku. Kupikir, dia mau memakan makananku. Tapi karena
aku takut pada anak pengamen, aku tidak berani menentangnya. Bisa saja dia
memukul kepalaku dengan gitarnya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:21)
Di sisi lain, terdapat konflik batin lain yang terjadi ketika tokoh Ava
diceritakan tentang hal-hal mengerikan yang pernah terjadi di Rusun Nero oleh
Pepper. Ava yang merasa ketakutan dan cemas terhadap cerita tersebut membuatnya
merasakan dorongan ingin menangis. Sementara di sisi lain, Ava memaksa dirinya
agar tidak menangis karena takut dipukul oleh ayahnya. Sang ayah membenci
tangisan yang dikeluarkan oleh Ava, sehingga membuat Ava akan menerima
hukuman jika menangis. Konflik batin ini juga terjadi karena disebabkan
ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Ava merasa ketakutan dan
cemas terhadap sesuatu, tetapi dirinya tidak serta merta dapat mengungkapkan
bentuk ekspresinya lewat tangisan karena tahu bahwa dirinya akan menerima
(121) Aku tidak suka tikus. Aku juga tidak suka hantu. Aku mau menangis, tapi aku
ingat kalau Papa benci sekali kalau aku menangis. Mungkin, bukan cuma
sisir, aku juga akan dipukul pakai sapu kalau ketahuan menangis.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:24)
mengalami empat macam konflik batin yang dikategorikan sebagai konflik menjauh-
menjauh pada novel Di Tanah Lada. Konflik pertama, tokoh Ava khawatir bahwa
Mama Ava tidak akan senang jika Ava berkata jujur tentang ayahnya yang mirip
hantu. Sementara Mama Ava justru lebih tidak senang jika Ava berkata bohong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Konflik kedua, tokoh Ava merasa tidak suka pada kondisi rumah barunya di Rusun
Nero yang gelap, kumuh, dan kotor. Sementara, Ava tidak berani mengutarakan
pikiran dan perasaannya tentang Rusun Nero karena khawatir akan membuat Papa
Ava marah padanya. Konflik ketiga, ketika makanannya ditarik oleh Pepper, tokoh
Ava merasa cemas karena berpikir bahwa makanannya telah direbut dan akan
dimakan oleh Pepper. Sementara, Ava tidak berani melawan dan menentang karena
takut pada Pepper. Konflik terakhir, tokoh Ava yang telah mendengar cerita seram
mengenai Rusun Nero merasakan dorongan ingin menangis karena merasa cemas
dan ketakutan. Sementara, Ava juga menahan diri untuk tidak menangis karena takut
dipukul oleh ayahnya jika ketahuan menangis. Keseluruhan konflik yang terjadi pada
kategori konflik menjauh-menjauh pada tokoh Ava ini merupakan perwujudan dari
pada diri Ava. Konflik batin ini terjadi ketika tokoh Ava mengetahui bahwa dirinya
akan dimarahi dan dijewer karena melakukan perbuatan menguping. Kondisi ini
bernilai negatif pada dirinya. Sementara di sisi lain, tokoh Ava tetap ingin melakukan
perbuatan menguping karena merasa bahwa perbuatan itu terasa menyenangkan bagi
dirinya. Kondisi ini bernilai positif bagi dirinya. Konflik batin ini terjadi karena
disebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Tokoh Ava
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
(122) Kurasa aku akan kena marah Papa begitu pulang nanti. Papa benci aku. Tapi
dia lebih benci lagi kalau aku menguping. Aku sudah berusaha tidak
menguping, tapi ternyata menguping itu asyik. Papa sudah berkali-kali
menangkapku menguping. Setiap kali aku tertangkap, Papa akan menjewer
telingaku dan memukul pantatku dengan sisir. (Zezsyazeoviennazabrizkie,
2015:19)
Selain itu, terdapat konflik batin lain yang terjadi pada tokoh Ava ketika ia
merasa gelisah karena tidak mempunyai tempat yang layak bagi dirinya untuk tidur.
Kondisi ini bernilai negatif bagi dirinya. Sementara di sisi lain, tokoh Ava disarankan
untuk tidur di dalam koper. Sayangnya, Ava tidak ingin tidur di dalamnya.
Keinginannya untuk tidak tidur dalam koper bernilai positif bagi diri Ava. Konflik
Ava. Konflik batin ini disebabkan oleh kondisinya yang tidak mempunyai tempat
(123) Aku melepaskan sepatuku dan mencoba tidur di dalam koper. Memang
lumayan muat. “Tapi aku tidak mau tidur di dalam koper,” protesku.
“Ya, cukup, kan, sampai kamu dapat kasur? Daripada kamu harus tidur di
dalam kamar mandi.”
Tapi aku terus memprotes. Soalnya, anak-anak kan tidak seharusnya tidur di
dalam koper. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:71)
Terakhir, konflik batin ini terjadi ketika Ava mempunyai keinginan untuk
makan makanan sate. Keinginan ini bernilai positif bagi dirinya. Sementara di sisi
lain, Ava tidak berani mengutarakan keinginannya tersebut, karena biasanya Ava
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
akan mendapat amarah dan amukan dari sang ayah jika mengutarakan keinginannya.
Sejak saat itu, Ava terbiasa untuk memendam sendiri dan tidak mengutarakan apa
yang ia inginkan. Kondisi ini bernilai negatif bagi dirinya. Konflik batin ini terjadi
karena disebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Tokoh
Ava telah belajar bahwa ia akan menerima amukan dari Papa Ava jika mengutarakan
keinginannya. Belajar dari hal itu, Ava terpaksa melindungi dirinya sendiri dengan
Berikut kutipannya.
(124) Aku, sebenarnya, mau makan sate. Tapi itu tidak ditawarkan. Jadi, aku tidak
berani bilang. Soalnya, kalau aku bilang aku mau sesuatu ke Papa, Papa akan
mulai marah-marah dan bilang kalau ‘si cecodot culun itu harus diajari
supaya berhenti kurang ajar’. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:159)
mengalami tiga macam konflik batin yang dikategorikan sebagai konflik mendekat-
menjauh pada novel Di Tanah Lada. Konflik pertama, tokoh Ava mengetahui bahwa
Sementara, tokoh Ava tetap ingin melakukan perbuatan menguping karena merasa
bahwa perbuatan itu terasa menyenangkan bagi dirinya. Konflik ini merupakan
perwujudan dari ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Konflik
kedua, tokoh Ava merasa gelisah karena tidak mempunyai tempat yang layak bagi
dirinya untuk tidur. Sementara, tokoh Ava disarankan untuk tidur di dalam koper.
Sayangnya, Ava tidak ingin tidur di dalamnya. Konflik ini merupakan perwujudan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
dari ketidakterpenuhinya kebutuhan fisiologis pada Ava. Konflik ketiga, tokoh Ava
mempunyai keinginan untuk makan makanan sate. Sementara, Ava tidak berani
sang ayah jika mengutarakan keinginannya. Sejak saat itu, Ava terbiasa untuk
memendam sendiri dan tidak mengutarakan apa yang ia inginkan. Konflik ini
Ava.
3.2.4 Konflik yang Disebabkan oleh Harapan yang Berbeda dengan Kenyataan
Selain konflik batin menurut Kurt Lewis yang dialami tokoh Ava, peneliti
juga menemukan bahwa Ava sebagai tokoh utama kadangkala mengalami konflik
batin yang disebabkan oleh harapannya yang berbeda dengan kenyataan. Maka dari
itu, peneliti juga akan menjabarkan secara singkat konflik batin yang dialami oleh
tokoh Ava karena disebabkan oleh harapannya yang berbeda dengan kenyataan.
Tokoh Ava mengalami konflik batin saat ia ingin bertanya tentang keadaan
Pepper yang sedang bersedih pada Pepper sendiri. Sementara di sisi lain, Ava tidak
ingin terus-terusan bertanya pada Pepper karena takut dapat membuat Pepper yang
sedang bersedih menjadi menangis. Ava tak ingin membuat Pepper menangis. Dalam
konflik batin ini, peneliti melihat bahwa ada harapan yang berbeda dengan
kenyataan. Ava memiliki harapan bahwa ia dapat mengetahui keadaan atau pun
kondisi Pepper tanpa membuat Pepper menangis sama sekali. Namun kenyataannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
jika Ava terus-terusan bertanya pada Pepper, hal itu justru bisa membuat Pepper
yang sedih malah menjadi menangis. Hal ini terbukti pada kutipan berikut.
(125) Tapi, aku lebih cemas soal Pepper. Dia kelihatannya ingin menangis.
“Nggak apa-apa?” tanyaku, pelan-pelan. Aku takut. Kalau aku bicara banyak,
mungkin dia akan menangis. Aku tidak mau buat dia menangis.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:181).
Selain itu, tokoh Ava juga mengalami konflik batin lain ketika dirinya
mencari ibunya lalu kemudian menemukan Mama Ava di tempat judi. Di sana, Ava
rumah makan. Ava sebenarnya tidak ingin menunggu di sana. Sementara di sisi lain,
Ava terpaksa menuruti dan patuh terhadap permintaan sang ibu karena tidak ingin
membuat ibunya bersedih. Dalam konflik batin ini, peneliti melihat bahwa ada
harapan yang berbeda dengan kenyataan. Ava memiliki harapan bahwa Mama Ava
akan ikut pulang bersama dirinya ke Rusun Nero sehingga tokoh Ava tidak perlu
bersama dengan Papa Ava di tempat judi, sehingga Ava tetap harus menunggu di
rumah makan agar tak membuat ibunya bersedih. Hal ini terbukti pada kutipan
berikut.
(126) Aku mengangguk patuh. Aku tidak mau menunggu di rumah makan, tapi
kalau aku tidak patuh, mungkin Mama akan jadi lebih sedih lagi. Padahal,
sekarang dia sudah sangat sedih. Dan aku tidak mau membuat Mama sedih.
Itu cukup jadi kerjaannya Papa saja. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Adapun konflik batin lain yang terjadi pada diri Ava ketika dirinya merasa
sangat membuat repot Pepper. Sementara di sisi lain, Ava yang masih sangat kecil
tidak dapat membantu apa-apa. Dalam konflik batin ini, peneliti melihat bahwa ada
harapan yang berbeda dengan kenyataan. Ava memiliki harapan agar dirinya dapat
kenyataannya, Ava tidak bisa melakukan apa-apa. Hal ini terbukti pada kutipan
berikut.
(127) Aku diam saja. Sepertinya, aku sangat merepotkan Pepper. Dia sudah
mengayuh sepeda sampai ke sini, menjual ponselnya, menjagaku dari
ancaman polisi, dan membawaku jauh dari Papa. Sementara, aku tidak
membantu apa-apa. Kerjaannya minta ini-itu terus.
(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:177-178)
Terjadi konflik batin lain terhadap diri Ava ketika dirinya sangat ingin
memakan makanan sate. Sementara di sisi lain, Ava kemudian merasa sedih karena
dirinya tidak bisa memakan sate tanpa disuapi oleh Mama Ava. Ia juga menjadi lebih
sedih karena dirinya yang sudah berpisah dengan Mama Ava, tidak akan pernah bisa
makan sate lagi. Dalam konflik batin ini, peneliti melihat bahwa ada harapan yang
berbeda dengan kenyataan. Ava memiliki harapan bahwa dirinya dapat memakan
sate sekaligus dengan disuapi oleh sang ibu. Namun kenyataannya, Mama Ava
sedang tidak bersama dengan dirinya sehingga tentunya tidak akan ada yang
(128) Aku baru ingat kalau aku tidak bisa makan sate sendiri. Biasanya, aku disuapi
Mama. Aku jadi sedih, karena sepertinya aku tidak akan pernah bisa makan
sate lagi. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:161)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Tokoh Ava kemudian mengalami konflik batin lain ketika dirinya merasa
sedih karena Pepper tidak dapat tinggal bersama-sama dengan Ava di rumah Nenek
Isma. Sementara di sisi lain, Ava berlapang dada dan merelakan Pepper yang akan
tinggal bersama dengan Mas Alri yang baik hati. Dalam konflik batin ini, peneliti
melihat bahwa ada harapan yang berbeda dengan kenyataan. Ava memiliki harapan
bahwa Pepper dapat tinggal bersama dengan dirinya. Namun kenyatannya, Pepper
tidak tinggal bersama dirinya karena akan tinggal bersama dengan Mas Alri. Hal ini
(129) Aku mengangguk. Aku sedih karena Pepper tidak jadi tinggal bersama Nenek
Isma dan aku, tapi tidak apa-apa. Dia tinggal bersama Mas Alri. Dan, Mas
Alri baik. Jadi, tidak apa-apa. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:182)
Terakhir, konflik batin sekali lagi terjadi pada tokoh Ava ketika ia sangat
ingin memakan soto yang beraroma wangi. Sementara di sisi lain, perut Ava sudah
terasa kenyang dan dirinya menjadi sedih karena tidak bisa makan lagi. Dalam
konflik batin ini, peneliti melihat bahwa ada harapan yang berbeda dengan
kenyataan. Ava memiliki harapan bahwa dirinya dapat makan soto beraroma wangi
tersebut. Namun kenyataannya, perutnya yang sudah kenyang tidak dapat lagi
(130) Setelah kami selesai mandi, Mas Alri membawa kami ke warung soto. Aku
masih kenyang, tapi sotonya wangi sekali sehingga aku sedih karena tidak
bisa makan. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:186)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
mengalami enam macam konflik batin yang dikategorikan sebagai konflik yang
disebabkan oleh harapan yang berbeda dengan kenyataan pada novel Di Tanah Lada.
Konflik pertama, Ava ingin bertanya tentang keadaan Pepper yang sedang bersedih
pada Pepper sendiri. Sementara, Ava tidak ingin terus-terusan bertanya pada Pepper
karena takut dapat membuat Pepper yang sedang bersedih menjadi menangis. Ava
tak ingin membuat Pepper menangis. Konflik kedua, Ava diminta untuk pulang
sebenarnya tidak ingin menunggu di sana. Sementara, Ava terpaksa menuruti dan
patuh terhadap permintaan sang ibu karena tidak ingin membuat ibunya bersedih.
Konflik ketiga, Ava merasa sangat membuat repot Pepper. Sementara, Ava yang
masih sangat kecil tidak dapat membantu apa-apa. Konflik keempat, Ava sangat
ingin memakan sate. Sementara, Ava merasa sedih karena tidak bisa memakan sate
tanpa disuapi oleh Mama Ava. Ia juga menjadi lebih sedih karena dirinya yang sudah
berpisah dengan Mama Ava, tidak akan pernah bisa makan sate lagi. Konflik kelima,
Ava merasa sedih karena Pepper tidak dapat tinggal bersama-sama dengannya di
rumah Nenek Isma. Sementara, Ava merelakan Pepper yang akan tinggal bersama
dengan Mas Alri yang baik hati. Konflik terakhir, Ava sangat ingin memakan soto
yang beraroma wangi. Sementara, perut Ava sudah terasa kenyang dan dirinya
123
3.3 Rangkuman
menurut Abraham Maslow pada dirinya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan
sekeluarga tidak mengonsumsi makan malam karena amukan sang Papa. Adapun
makan siang yang ridak diperoleh Ava karena terjebak kemacetan. Tempat tinggal
berupa Rusun Nero yang tidak layak untuk dihuni bagi Ava sekeluarga. Tempat
untuk tidur yang sangat tidak layak bagi anak kecil sepertinya, yaitu kamar mandi
dan koper. Hingga d akhir cerita, Ava yang menenggelamkan diri bersama Pepper ke
dalam lautan membuatnya kesulitan untuk bernapas. Karena itu, kebutuhan fisiologis
berupa kebutuhan oksigen tidak terpenuhi oleh tokoh Ava dalam penggambaran ini.
Ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada tokoh Ava terjadi ketika
dirinya bersiaga akan dimarahi dan dipukuli karena menguping pembicaraan orang
tuanya. Ava juga berasumsi bahwa ia akan dipukuli jika ayahnya mempunyai gitar
kekerasan, tokoh Ava bahkan sama sekali tidak dapat mengungkapkan emosinya
124
kekerasan lain terjadi pada dirinya oleh Papa Ava. Ava juga merasa ketakutan akan
dipukul ketika pintu kamar mandi diketuk oleh seseorang. Ia menangis dan menjerit
meminta maaf karena mengompol, dan bahkan sampai memohon agar jangan
dipukul oleh sang ayah. Ketakutan dan kecemasan dipukul membuat Ava menjadi
pribadi yang tidak bebas menikmati apa pun. Ava tidak dapat dengan bebas
menonton televisi karena takut akan dimarahi. Di sisi lain, kekerasan paling parah
juga terjadi pada diri Ava ketika Papa Ava berusaha menjepit tubuh Ava dengan
menutup koper ketika Ava masih tertidur di dalam koper. Selain merasa tidak aman
dan terancam oleh perbuatan kekerasan sang ayah, tokoh Ava juga pernah merasa
terancam dan ketakutan oleh tindakan kekerasan dari orang lain. Ava merasa
terancam melihat perlakuan kasar yang dilakukan oleh Papa Pepper terhadap diri
Pepper. Ava yang saat itu berada di dekat Pepper juga ikut-ikutan merasa cemas dan
ketakutan.
pada tokoh Ava terjadi ketika ia menganggap bahwa bentuk kekerasan yang
dilakukan ayahnya merupakan ‘bentuk kasih sayang’ Papa. Di situ Ava justru tidak
ingin disayang oleh ayahnya. Selain itu, ketiadaan cinta kasih dari ayahnya seringkali
membuat tokoh Ava menangis. Perlakuan kasar maupun ketiadaan cinta kasih sang
ayah juga membuat tokoh Ava menyadari bahwa dirinya memang dibenci oleh
ayahnya. Tokoh Ava pun tumbuh menjadi seorang anak yang sangat kekurangan
kasih sayang. Ia sangat ingin disayangi dan membutuhkan perhatian Mama Ava,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
bahkan ketika Ava ingin tidur. Terakhir, ketiadaan kasih sayang dari Papa Ava juga
terlihat dari tindakan sang ayah yang tidak mau digandeng tangannya oleh Ava. Jika
ketika ia sama sekali tidak diperlakukan dan dihargai seperti anak kecil pada
umumnya. Selain itu, karena terlalu sering dicap sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan
hal yang bisa dilakukannya adalah menghabiskan uang orang tuanya. Tidak hanya
dianggap sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan juga dihargai sebagai seorang jalang
oleh ayahnya sendiri. Selain dicap pemalas dan jalang, tokoh Ava juga dianggap
seperti sampah, menjijikkan dan tidak berguna. Hal ini tercermin dari tingkah laku
Papa Ava yang ingin memberi nama Ava ‘saliva’ yang berarti ludah. Ava tumbuh
menjadi anak yang seringkali diabaikan. Tokoh Ava pun sering ditinggal pergi begitu
diri Ava, tokoh Ava sering kali mengalami berbagai macam pertentangan yang
terjadi dalam batinnya. Dua pertentangan batin yang terjadi pada diri Ava
tokoh Ava dibagi ke dalam tiga jenis menurut Kurt Lewis, yaitu konflik mendekat-
126
batin. Konflik pertama, tokoh Ava ingin menuruti nasehat Mama Ava berupa tidak
ikut-ikutan pergi bersama orang dengan sembarangan. Sementara dirinya tidak tahu
harus pergi ke mana lagi karena Papa dan Mama Ava meninggalkan dirinya
akan penghargaan pada diri Ava. Konflik kedua, tokoh Ava ingin cepat-cepat pergi
dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate saat hari masih sangat pagi agar tidak dibawa ke
kantor polisi sekaligus cepat bertemu dengan nenek. Sementara dirinya masih ingin
tidur karena ngantuk dan terbangun saat waktu masih sangat pagi. Konflik ini
batin. Konflik pertama, tokoh Ava khawatir bahwa Mama Ava tidak akan senang jika
Ava berkata jujur tentang ayahnya yang mirip hantu. Sementara Mama Ava justru
lebih tidak senang jika Ava berkata bohong. Konflik kedua, tokoh Ava merasa tidak
suka pada kondisi rumah barunya di Rusun Nero yang gelap, kumuh, dan kotor.
Sementara, Ava tidak berani mengutarakan pikiran dan perasaannya tentang Rusun
Nero karena khawatir akan membuat Papa Ava marah padanya. Konflik ketiga,
ketika makanannya ditarik oleh Pepper, tokoh Ava merasa cemas karena berpikir
bahwa makanannya telah direbut dan akan dimakan oleh Pepper. Sementara, Ava
tidak berani melawan dan menentang karena takut pada Pepper. Konflik terakhir,
tokoh Ava yang telah mendengar cerita seram mengenai Rusun Nero merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
dorongan ingin menangis karena merasa cemas dan ketakutan. Sementara, Ava juga
menahan diri untuk tidak menangis karena takut dipukul oleh ayahnya jika ketahuan
pada tokoh Ava ini merupakan perwujudan dari ketidakterpenuhinya kebutuhan akan
rasa aman.
batin. Konflik pertama, tokoh Ava mengetahui bahwa dirinya akan dimarahi dan
dijewer karena melakukan perbuatan menguping. Sementara, tokoh Ava tetap ingin
ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Konflik kedua, tokoh Ava
merasa gelisah karena tidak mempunyai tempat yang layak bagi dirinya untuk tidur.
Sementara, tokoh Ava disarankan untuk tidur di dalam koper. Sayangnya, Ava tidak
kebutuhan fisiologis pada Ava. Konflik ketiga, tokoh Ava mempunyai keinginan
keinginannya tersebut, karena biasanya Ava akan mendapat amarah sang ayah jika
mengutarakan keinginannya. Sejak saat itu, Ava terbiasa untuk memendam sendiri
dan tidak mengutarakan apa yang ia inginkan. Konflik ini merupakan perwujudan
128
Selain konflik batin menurut Kurt Lewis yang dialami tokoh Ava, peneliti
juga menyimpulkan bahwa Ava sebagai tokoh utama kadangkala mengalami konflik
batin yang disebabkan oleh harapannya yang berbeda dengan kenyataan. Pada
konflik ini, tokoh Ava mengalami enam macam konflik batin. Konflik pertama, Ava
ingin bertanya tentang keadaan Pepper yang sedang bersedih pada Pepper sendiri.
Sementara, Ava tidak ingin terus-terusan bertanya pada Pepper karena takut dapat
membuat Pepper yang sedang bersedih menjadi menangis. Ava tak ingin membuat
Pepper menangis. Konflik kedua, Ava diminta untuk pulang kembali dan menunggu
menunggu di sana. Sementara, Ava terpaksa menuruti dan patuh terhadap permintaan
sang ibu karena tidak ingin membuat ibunya bersedih. Konflik ketiga, Ava merasa
sangat membuat repot Pepper. Sementara, Ava yang masih sangat kecil tidak dapat
membantu apa-apa. Konflik keempat, Ava sangat ingin memakan sate. Sementara,
Ava merasa sedih karena tidak bisa memakan sate tanpa disuapi oleh Mama Ava. Ia
juga menjadi lebih sedih karena dirinya yang sudah berpisah dengan Mama Ava,
tidak akan pernah bisa makan sate lagi. Konflik kelima, Ava merasa sedih karena
Sementara, Ava merelakan Pepper yang akan tinggal bersama dengan Mas Alri yang
baik hati. Konflik terakhir, Ava sangat ingin memakan soto yang beraroma wangi.
Sementara, perut Ava sudah terasa kenyang dan dirinya menjadi sedih karena tidak
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
bahwa tokoh utama dalam novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z bernama Salva atau
yang biasa dipanggil Ava. Sebagai seorang tokoh utama, Ava mengambil banyak
peranan sebagai pelaku kejadian dalam cerita maupun peran yang dikenai banyak
kejadian. Tokoh Ava mengalami berbagai konflik batin dari awal hingga akhir cerita.
tokoh dengan menggunakan dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik ekspositori dan
yang dimiliki oleh tokoh Ava. Ava adalah anak kecil yang sangat suka berpikiran
meracau. Segala ide-ide atau gagasan yang menarik banyak bermunculan di dalam
kepalanya. Ava juga digambarkan sebagai anak kecil yang sangat suka berbahasa
Indonesia. Bentuk rasa sukanya itu ditunjukkan dari buku kamus yang selalu
dibawanya kemana-mana. Ava juga adalah seorang anak yang sangat takut
yang selalu memarahinya setiap kali Ava meminta sesuatu. Terakhir, Ava pun
menjadi seorang anak yang sangat tidak menyukai ayahnya. Ketidaksukaannya pada
sang ayah terjadi karena tindakan atau keberadaan Ava selalu salah di mata ayahnya.
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
anak kecil yang masih berumur enam tahun. Selain itu, kedirian Ava juga
digambarkan sebagai anak yang penuh rasa ingin tahu. Apa pun yang tidak
dimengerti, akan langsung ditanyakan pada orang dewasa atau siapa pun yang berada
di sekitarnya. Kedirian Ava juga digambarkan dengan selalu berkata jujur dan apa
adanya. Apa pun yang terlintas dalam benaknya maupun bentuk kekaguman apa pun
yang dirasakannya akan selalu ia utarakan. Ava adalah anak yang penurut. Ia sangat
menuruti nasihat atau pun perintah dari sang ibu dan kakeknya. Di sisi lain, Ava
dididik untuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik oleh Kakek Kia.
Lalu kemudian juga dididik untuk berbicara dengan Bahasa Indonesia yang tepat
oleh Kak Suri. Terakhir, sejak dulu kelahiran Ava tidak diharapkan oleh sang ayah.
Hal itu terlihat dari nama yang dulu ingin diberikan sang ayah kepada dirinya, yaitu
‘saliva’ yang berarti ludah. Ava dianggap seperti sampah dan tidak berguna.
ekspositori dan juga teknik dramatik. Tokoh-tokoh tambahan tersebut terdiri dari
Pepper, Mama Ava, Papa Ava, Kakek Kia, Kak Suri, dan Mas Alri,
yang memiliki bentuk fisik mirip dengan Mas Alri. Pepper berambut dan bermata
teknik dramatik, Pepper dilukiskan sebagai tokoh yang memiliki nama asli dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
satu abjad saja, yaitu P. Selain itu, Pepper jugalah anak kecil yang masih berumur 10
tahun. Meskipun Pepper merupakan anak yang masih kecil, ia tumbuh menjadi anak
yang berprasangka buruk. Di sisi lain, Pepper adalah anak yang cukup di kenal di
Rusun Nero. Banyak orang-orang dewasa yang menyukainya dan senang akan
kehadirannya. Sama seperti Ava, Pepper juga tidak pernah merasakan cinta kasih
sang ayah. Bahkan, ketiadaan cinta kasih sang ayah kepada Pepper dibuktikan dari
perlakuan kasar yang seringkali dirasakan Pepper. Selain tidak dicintai dan sering
mendapat perlakuan kasar, Pepper yang masih kecil juga dipaksa untuk menjadi
tulang punggung bagi dirinya dan ayahnya. Di sisi lain, Pepper sudah ditinggalkan
begitu saja oleh ibunya sejak masih kecil. Di atas segala yang pernah terjadi, Pepper
tetap kuat, tegar, dan tahan banting menghadapi segala cobaan dalam hidupnya.
sosok yang selalu mengalah terhadap suami. Keputusan apapun tak berani ia tentang.
Ketidakberanian tersebut membuat Mama Ava pun menjadi tokoh yang selalu
menuruti apa pun kehendak suaminya. Segala hal itu pun menjadikannya tokoh yang
selalu menangis. Sebagian besar tangisannya disebabkan oleh sang suami maupun
luka batinnya karena tak mampu menolak apapun kehendak sang suami, serta tak
mampu melakukan apa-apa untuk melindungi dirinya dan Ava dari perlakuan kasar
sifat yang sangat menyayangi Ava. Bentuk cintanya dilihat dari tingkah lakunya
kepada Ava selayaknya bagaimana seorang ibu memperlakukan anaknya. Mama Ava
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
anaknya.
sosok yang diimajinasikan oleh Ava seperti hantu, monster, dan setan. Imajinasi
monster, sangat kuat, dan senang berjudi. Seperti tokoh jahat, Papa Ava dilukis
dengan kedirian yang jahat dan suka membuat orang menangis. Tokoh ini juga
perjudian. Terakhir, Papa Ava adalah orang yang suka memaksanakan kehendak.
dengan teknik dramatik, Papa Ava dilukiskan sebagai sosok yang pemarah. Ia mudah
marah bahkan pada hal-hal kecil sekalipun. Ia juga bukanlah seseorang yang
menghargai orang lain. Tidak menghargai orang lain membuat Papa Ava juga sering
mengucapkan perkataan kasar bahkan caci maki kepada istri dan anaknya. Terakhir,
sifatnya yang tak menghargai orang lain juga membuatnya sering membuat
orang tersebut. Ia tak pernah peduli bahkan jika keputusan tersebut membawa
ayah dari pihak Papa Ava. Menurut Ava, Kakek Kia adalah orang yang baik
padanya, tidak seperti ayahnya. Selain itu, tokoh ini memiliki penokohan yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
pintar di mata Ava. Karena itu, Ava menganggapnya seperti idola. Ava mengagumi
Kakek Kia karena kepintarannya. Sedangkan dengan teknik dramatik, Kakek Kia
kosakata maupun pribahasa Bahasa Indonesia. Selain itu, Kakek Kia juga adalah
orang yang selalu mengajari Ava untuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Menurutnya, berbicara dengan baik artinya berbicara dengan
sopan.
tokoh yang memiliki fisik dengan rambut hitam panjang dan berponi, berparas
cantik, berkulit putih dengan mata yang menyipit saat tersenyum. Ia juga pintar
berbahasa Inggris, mengajari Pepper Bahasa Inggris setiap Jumat, tidak bisa
memasak, dan masih kuliah. Sedangkan dengan teknik dramatik, Kak Suri dilukiskan
Indonesia secara tepat. Maksudnya, Ava harus berbicara dengan menyesuaikan cara
bicara lawan bicara. Selain itu, Kak Suri adalah tokoh yang sangat peduli kepada
kondisi P. Ia peka dan mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada diri
Pepper. Di sisi lain, Kak Suri juga digambarkan sebagai orang yang memiliki
pergaulan yang sangat bebas. Ia bahkan melakukan seks bebas bersama laki-laki
134
sebenarnya Kak Suri adalah ibu kandung Pepper yang sebenarnya. Ia melahirkan
fisik yang kurus, tinggi, bermata dan berambut coklat yang berantakan. Seperti
Pepper, ia juga membawa gitar di punggungnya. Di sisi lain, Mas Alri adalah tokoh
yang baik dan disukai Ava. Permainan gitar yang dimainkan juga bagus didengar.
Sedangkan dengan teknik dramatik, Mas Alri dilukiskan sebagai tokoh yang
itu, Mas Alri adalah seorang penyanyi lokal. Ia melakukan pekerjaannya di rumah
makan ataupun di hotel yang mengundangnya. Tokoh ini juga merupakan sosok
“penyelamat” bagi Ava dan Pepper yang hendak melakukan perjalanan yang
berbahaya. Ava dan Pepper yang hendak menuju rumah Nenek Isma pun diantarkan
oleh Mas Alri. Di akhir cerita, diketahui sebuah fakta mengejutkan bahwa
terdapat latar tempat, latar waktu, dan latar sosial yang dialami oleh tokoh Ava.
Dalam latar tempat, peneliti pun membaginya ke dalam latar Jakarta dan latar Bandar
Lampung. Latar Jakarta pun kembali di bagi ke dalam beberapa tempat, yaitu Rusun
Nero, Tempat Judi, Hotel Kristal, Rumah Sakit, Rumah Pak dan Bu Tukang Sate,
Stasiun Dekat Monas, dan Kapal. Rusun Nero merupakan tempat tinggal yang akan
dihuni oleh Ava sekeluarga setelah menerima warisan dari kematian kakeknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Rusun Nero juga menjadi saksi bisu dari pertemuan pertama Ava dan Pepper.
Tempat Judi merupakan tempat di mana Ava menemukan ayah dan ibunya yang
pergi meninggalkan Ava sendirian. Hotel Kristal merupakan tempat di mana Ava dan
ibunya melarikan diri dari ayahnya di Rusun Nero. Hotel ini juga merupakan tempat
di mana Ava memutuskan untuk ikut pulang bersama Pepper ke Rusun Nero
meninggalkan Mama Ava di hotel. Selain itu, terdapat Rumah Sakit di mana Ava dan
Kak Suri mencari pengobatan bagi Pepper setelah disiksa oleh ayahnya. Di sana
jugalah tempat di mana Ava dan Pepper bersama-sama melarikan diri demi
menempuh perjalanan ke rumah Nenek Isma. Rumah Pak dan Bu Tukang Sate
merupakan tempat peristirahatan pertama Ava dan Pepper setelah melarikan diri
bersama dari rumah sakit. Stasiun Dekat Monas merupakan tempat di mana Mas Alri
menemukan Ava dan Pepper. Dari sana, Mas Alri pun setuju untuk mengantarkan
mereka berdua ke rumah Nenek Isma. Kapal merupakan kendaraan yang digunakan
oleh Ava, Pepper, dan Mas Alri menuju rumah Nenek Isma. Itulah latar yang dilalui
Sedangkan untuk latar Bandar Lampung, tokoh Ava hanya sampai kepada
latar Pantai Kiluan. Pantai Kiluan adalah tempat di mana Ava memberikan nama
sungguhan yang telah dibuatnya khusus untuk Pepper. Selain itu, dermaga Pantai
Kiluan juga menjadi tempat di mana Ava diberitahu fakta yang mengejutkan dari
Pepper. Yaitu bahwa ayah dan ibu kandung Pepper yang sebenarnya adalah Mas Alri
dan Kak Suri. Akhir dari cerita ini ditutup di latar yang sama di mana Ava dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Untuk latar waktu, peneliti membaginya ke dalam Rabu, 26 Juni 2013 dan
Kamis, 4 Juli 2013. Rabu, 26 Juni 2013 adalah momen di mana Kakek Kia sudah
meninggal dunia. Latar waktu ini juga menceritakan tentang momen di mana
kematian Kakek Kia membuat sibuk banyak orang. Ava dioper ke sana-kemari dan
bahkan ditinggal di rumah ketika prosesi pemakaman. Sedangkan pada Kamis, 4 Juli
2013 adalah momen di mana Ava sekeluarga berpindah dari rumah lamanya menuju
Rusun Nero.
masyarakat metropolitan Jakarta. Kota Jakarta memiliki predikat sebagai kota dengan
merupakan hal yang umum. Selain itu, masih terjadinya budaya berjudi dalam
sebagian masyarakat. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar Rusun
Nero yang masih ikut dalam permainan judi di rumah perjudian. Selain berjudi,
tindakan KDRT juga masih terjadi pada istri maupun anak-anak. Tidak hanya
KDRT, kota metropolitan Jakarta juga sarat akan pergaulan bebas di antara
kehidupan remaja. Hal inilah yang terjadi pada tokoh Kak Suri yang sering tidur
bersama lelaki yang berlainan. Akibat dari menjamurnya budaya pergaulan bebas,
banyak anak-anak yang kemudian lahir dari hubungan di luar pernikahan. Anak-anak
hasil hubungan di luar pernikahan pun tak jarang ditelantarkan dan tak terurus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Pepper adalah anak di luar hubungan nikah Mas Alri dan Kak Suri, serta bukti
penelantaran mereka terhadap Pepper. Di atas itu semua, masyarakat Jakarta masih
mempunyai rasa kepedulian antar sesama. Kesulitan apa pun yang terjadi pada Ava
kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow pada dirinya. Kebutuhan dasar tersebut
berupa kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa
sekeluarga tidak mengonsumsi makan malam karena amukan sang Papa. Adapun
makan siang yang ridak diperoleh Ava karena terjebak kemacetan. Tempat tinggal
berupa Rusun Nero yang tidak layak untuk dihuni bagi Ava sekeluarga. Tempat
untuk tidur yang sangat tidak layak bagi anak kecil sepertinya, yaitu kamar mandi
dan koper. Hingga d akhir cerita, Ava yang menenggelamkan diri bersama Pepper ke
dalam lautan membuatnya kesulitan untuk bernapas. Karena itu, kebutuhan fisiologis
berupa kebutuhan oksigen tidak terpenuhi oleh tokoh Ava dalam penggambaran ini.
Ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada tokoh Ava terjadi ketika
dirinya bersiaga akan dimarahi dan dipukuli karena menguping pembicaraan orang
tuanya. Ava juga berasumsi bahwa ia akan dipukuli jika ayahnya mempunyai gitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
kekerasan, tokoh Ava bahkan sama sekali tidak dapat mengungkapkan emosinya
kekerasan lain terjadi pada dirinya oleh Papa Ava. Ava juga merasa ketakutan akan
dipukul ketika pintu kamar mandi diketuk oleh seseorang. Ia menangis dan menjerit
meminta maaf karena mengompol, dan bahkan sampai memohon agar jangan
dipukul oleh sang ayah. Ketakutan dan kecemasan dipukul membuat Ava menjadi
pribadi yang tidak bebas menikmati apa pun. Ava tidak dapat dengan bebas
menonton televisi karena takut akan dimarahi. Di sisi lain, kekerasan paling parah
juga terjadi pada diri Ava ketika Papa Ava berusaha menjepit tubuh Ava dengan
menutup koper ketika Ava masih tertidur di dalam koper. Selain merasa tidak aman
dan terancam oleh perbuatan kekerasan sang ayah, tokoh Ava juga pernah merasa
terancam dan ketakutan oleh tindakan kekerasan dari orang lain. Ava merasa
terancam melihat perlakuan kasar yang dilakukan oleh Papa Pepper terhadap diri
Pepper. Ava yang saat itu berada di dekat Pepper juga ikut-ikutan merasa cemas dan
ketakutan.
pada tokoh Ava terjadi ketika ia menganggap bahwa bentuk kekerasan yang
dilakukan ayahnya merupakan ‘bentuk kasih sayang’ Papa. Di situ Ava justru tidak
ingin disayang oleh ayahnya. Selain itu, ketiadaan cinta kasih dari ayahnya seringkali
membuat tokoh Ava menangis. Perlakuan kasar maupun ketiadaan cinta kasih sang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
ayah juga membuat tokoh Ava menyadari bahwa dirinya memang dibenci oleh
ayahnya. Tokoh Ava pun tumbuh menjadi seorang anak yang sangat kekurangan
kasih sayang. Ia sangat ingin disayangi dan membutuhkan perhatian Mama Ava,
bahkan ketika Ava ingin tidur. Terakhir, ketiadaan kasih sayang dari Papa Ava juga
terlihat dari tindakan sang ayah yang tidak mau digandeng tangannya oleh Ava. Jika
ketika ia sama sekali tidak diperlakukan dan dihargai seperti anak kecil pada
umumnya. Selain itu, karena terlalu sering dicap sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan
hal yang bisa dilakukannya adalah menghabiskan uang orang tuanya. Tidak hanya
dianggap sebagai pemalas, tokoh Ava bahkan juga dihargai sebagai seorang jalang
oleh ayahnya sendiri. Selain dicap pemalas dan jalang, tokoh Ava juga dianggap
seperti sampah, menjijikkan dan tidak berguna. Hal ini tercermin dari tingkah laku
Papa Ava yang ingin memberi nama Ava ‘saliva’ yang berarti ludah. Ava tumbuh
menjadi anak yang seringkali diabaikan. Tokoh Ava pun sering ditinggal pergi begitu
diri Ava, tokoh Ava sering kali mengalami berbagai macam pertentangan yang
terjadi dalam batinnya. Dua pertentangan batin yang terjadi pada diri Ava
140
tokoh Ava dibagi ke dalam tiga jenis menurut Kurt Lewis, yaitu konflik mendekat-
batin. Konflik pertama, tokoh Ava ingin menuruti nasehat Mama Ava berupa tidak
ikut-ikutan pergi bersama orang dengan sembarangan. Sementara dirinya tidak tahu
harus pergi ke mana lagi karena Papa dan Mama Ava meninggalkan dirinya
akan penghargaan pada diri Ava. Konflik kedua, tokoh Ava ingin cepat-cepat pergi
dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate saat hari masih sangat pagi agar tidak dibawa ke
kantor polisi sekaligus cepat bertemu dengan nenek. Sementara dirinya masih ingin
tidur karena ngantuk dan terbangun saat waktu masih sangat pagi. Konflik ini
batin. Konflik pertama, tokoh Ava khawatir bahwa Mama Ava tidak akan senang jika
Ava berkata jujur tentang ayahnya yang mirip hantu. Sementara Mama Ava justru
lebih tidak senang jika Ava berkata bohong. Konflik kedua, tokoh Ava merasa tidak
suka pada kondisi rumah barunya di Rusun Nero yang gelap, kumuh, dan kotor.
Sementara, Ava tidak berani mengutarakan pikiran dan perasaannya tentang Rusun
Nero karena khawatir akan membuat Papa Ava marah padanya. Konflik ketiga,
ketika makanannya ditarik oleh Pepper, tokoh Ava merasa cemas karena berpikir
bahwa makanannya telah direbut dan akan dimakan oleh Pepper. Sementara, Ava
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
tidak berani melawan dan menentang karena takut pada Pepper. Konflik terakhir,
tokoh Ava yang telah mendengar cerita seram mengenai Rusun Nero merasakan
dorongan ingin menangis karena merasa cemas dan ketakutan. Sementara, Ava juga
menahan diri untuk tidak menangis karena takut dipukul oleh ayahnya jika ketahuan
pada tokoh Ava ini merupakan perwujudan dari ketidakterpenuhinya kebutuhan akan
rasa aman.
batin. Konflik pertama, tokoh Ava mengetahui bahwa dirinya akan dimarahi dan
dijewer karena melakukan perbuatan menguping. Sementara, tokoh Ava tetap ingin
ketidakterpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada Ava. Konflik kedua, tokoh Ava
merasa gelisah karena tidak mempunyai tempat yang layak bagi dirinya untuk tidur.
Sementara, tokoh Ava disarankan untuk tidur di dalam koper. Sayangnya, Ava tidak
kebutuhan fisiologis pada Ava. Konflik ketiga, tokoh Ava mempunyai keinginan
keinginannya tersebut, karena biasanya Ava akan mendapat amarah sang ayah jika
mengutarakan keinginannya. Sejak saat itu, Ava terbiasa untuk memendam sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
dan tidak mengutarakan apa yang ia inginkan. Konflik ini merupakan perwujudan
Selain konflik batin menurut Kurt Lewis yang dialami tokoh Ava, peneliti
juga menyimpulkan bahwa Ava sebagai tokoh utama kadangkala mengalami konflik
batin yang disebabkan oleh harapannya yang berbeda dengan kenyataan. Pada
konflik ini, tokoh Ava mengalami enam macam konflik batin. Konflik pertama, Ava
ingin bertanya tentang keadaan Pepper yang sedang bersedih pada Pepper sendiri.
Sementara, Ava tidak ingin terus-terusan bertanya pada Pepper karena takut dapat
membuat Pepper yang sedang bersedih menjadi menangis. Ava tak ingin membuat
Pepper menangis. Konflik kedua, Ava diminta untuk pulang kembali dan menunggu
menunggu di sana. Sementara, Ava terpaksa menuruti dan patuh terhadap permintaan
sang ibu karena tidak ingin membuat ibunya bersedih. Konflik ketiga, Ava merasa
sangat membuat repot Pepper. Sementara, Ava yang masih sangat kecil tidak dapat
membantu apa-apa. Konflik keempat, Ava sangat ingin memakan sate. Sementara,
Ava merasa sedih karena tidak bisa memakan sate tanpa disuapi oleh Mama Ava. Ia
juga menjadi lebih sedih karena dirinya yang sudah berpisah dengan Mama Ava,
tidak akan pernah bisa makan sate lagi. Konflik kelima, Ava merasa sedih karena
Sementara, Ava merelakan Pepper yang akan tinggal bersama dengan Mas Alri yang
baik hati. Konflik terakhir, Ava sangat ingin memakan soto yang beraroma wangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Sementara, perut Ava sudah terasa kenyang dan dirinya menjadi sedih karena tidak
4.2 Saran
Novel Di Tanah Lada karya Ziggy Z ini merupakan novel yang sangat
menarik untuk dibaca. Hal yang paling menarik bagi peneliti adalah penggunaan
sudut pandang dari tokoh Ava yang masih merupakan anak kecil berumur 6 tahun.
Peneliti menganalisis terbentuknya konflik batin pada tokoh Ava dengan terlebih
dahulu meneliti unsur-unsur intrinsik pada cerita ini seperti penokohan dan latar.
Maka dari itu, konflik batin pada tokoh Ava juga dapat dianalisis kembali pada
ekstrinsik tersebut dapat berupa unsur psikologis para tokoh, maupun unsur
144
DAFTAR PUSTAKA
Kristiawan, Andi. 2006. “Konflik Batin Tokoh Sokrasana dalam Novel Di Batas
Angin Karya Yanusa Nugroho Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi pada
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan
Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Ngadiyono. 2006. “Konflik Batin Tokoh Kabul dalam Novel Orang-orang Proyek
Karya Ahmad Tohari Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Skripsi pada
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Rumpaka, Yohanes Gandar. 2005. “Konflik Batin Tokoh Tris dalam Novel Tikungan
Karya Achmad Munif Suatu Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi pada
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sunendar dkk. 2018. Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Kelima. Jakarta: Balai
Pustaka.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Wati, Linda. 2007. “Konflik Batin Tokoh Midah dalam Novel Midah Simanis
Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer (Suatu Pendekatan Psikologis
Sastra)”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
146
LAMPIRAN
SINOPSIS DI TANAH LADA
Novel ini mengangkat kisah seorang anak kecil berumur 6 tahun yang
bernama Ava. Ava adalah seorang anak yang sangat suka berbahasa Indonesia.
Kecintaannya ini dibuktikan dari tindak tuturnya yang selalu menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Ava bahkan membawa kamus Bahasa Indonesia ke
mana pun ia pergi. Hal itu agar Ava dapat mencari arti dari kata-kata yang tidak ia
mengerti ketika dirinya berbicara dengan orang lain.
Ava hidup dalam keluarga yang mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT). Perlakuan kekerasan yang diterima Ava disebabkan oleh sang ayah. Ava
dan juga ibunya kerap kali mendapat kekerasan fisik dan verbal dari ayahnya.
Perlakuan KDRT ini membuat Ava tumbuh menjadi anak yang takut pada sang ayah.
Ia bahkan menganggap ayahnya seperti hantu dan monster karena menyebarkan
ketakutan dengan sering berteriak-teriak dan mengamuk seperti seekor monster.
Kisah bermula ketika keluarga Ava mendapat kabar kematian Kakek Kia.
Kematian Kakek Kia memberikan sedikit warisan kepada Ava sekeluarga.
Mengetahui bahwa keluarganya mendapat warisan, Ayah Ava semakin dilanda
ketamakan sehingga membuatnya menjual rumah tanpa persetujuan istrinya. Hal itu
dilakukan agar dirinya memiliki lebih banyak uang yang dapat digunakannya untuk
berjudi. Dengan alasan tersebut, Ava dan Mama Ava terpaksa mengikuti paksaan
Papa Ava untuk pindah ke Rusun Nero yang berlokasi dekat dengan kasino atau
rumah judi.
Di Rusun Nero, Ava berkenalan dengan seorang anak lelaki berumur 10
tahun yang bernama P. Ava kemudian memanggilnya dengan sebutan Pepper. Di
Rusun Nero, Ava yang sering ditinggal sendirian oleh kedua orangtuanya
membuatnya sering bermain bersama Pepper. Pepper bahkan juga mengenalkan Ava
pada Kak Suri, seorang gadis yang tinggal di kamar lain di Rusun Nero. Kak Suri
biasanya mengajarkan Bahasa Inggris pada Pepper.
Suatu hari, Papa Ava mengamuk habis-habisan karena menemukan Ava
sedang tertidur dalam koper. Ia berusaha mengunci dan menjepit Ava yang masih di
dalam koper, bahkan memukul istrinya yang telah mencoba menghentikannya.
Setelah kejadian itu, Mama Ava langsung membawa kabur Ava ke sebuah hotel. Di
sana, Ava dan ibunya dikunjungi oleh sanak saudara lain, yaitu Tante Lisa dan Om
Ari. Ava yang saat itu sudah mempunyai ponsel mengabari Pepper bahwa dirinya
sedang berada di hotel. Karena telah mengabari Pepper, Ava pun juga dikunjungi
oleh Pepper yang membawa serta Mas Alri.
Setelah bertemu kembali dengan Pepper di hotel, Ava menjadi tidak ingin
berpisah dengannya. Hal ini pun membuat Ava ikut bersama Pepper dan Mas Alri
kembali ke Rusun Nero tanpa ibunya. Ava dapat pergi tanpa Mama Ava karena saat
itu Mama Ava sedang tertidur di kamar hotel. Di Rusun Nero, Ava dan Pepper
menghabiskan waktu bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Saat malam tiba, Ava ditawarkan untuk menginap di kamar Pepper. Di sana,
Ava melihat bahwa tempat tidur Pepper sangatlah tidak layak. Tanpa kasur, setiap
harinya Pepper hanya tidur beralaskan rumah kardus. Saat mereka berdua sudah
berada di rumah kardus, Papa Pepper kembali ke rumah. Ava melihat bahwa Pepper
juga menjadi sasaran kekerasan dari sang ayah. Tangan Pepper dikenai setrika panas
sampai mendapat luka bakar yang serius. Ava menyelamatkan Pepper dengan
memukul bagian belakang kepala Papa Pepper. Kemudian, mereka bersama-sama
lari menuju kamar Kak Suri. Setelah itu, Pepper pun kemudian dilarikan ke rumah
sakit bersama Ava dan Kak Suri.
Setelah mendapat perawatan, Pepper mengajak Ava untuk makan mie instan
di kantin rumah sakit. Di sana, mereka pun memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya
menghindari ayah mereka yang jahat. Mereka berencana untuk menuju rumah Nenek
Isma, nenek dari Ava yang berada di Bandar Lampung. Setelah Ava memberitahu
ibunya untuk menemui dirinya di rumah Nenek Isma, Ava dan Pepper pun pergi
secara diam-diam dari rumah sakit. Mereka pun langsung menjual ponsel untuk
mendanai perjalanan mereka.
Di tengah perjalanan, Ava dan Pepper makan di sebuah warung makan sate.
Warung sate tersebut dijaga oleh pasangan suami istri. Pasangan suami istri tersebut
menyadari bahwa Ava dan Pepper adalah anak-anak yang minggat dari rumah.
Setelah makan, Ava dan Pepper ditawari untuk tidur di rumah Pak dan Bu Tukang
Sate. Ava dan Pepper dengan senang hati menerima tawaran tersebut.
Esok paginya, Ava dan Pepper kembali melanjutkan perjalanan secara diam-
diam tanpa memberitahu Pak dan Bu Tukang Sate. Dari sana, mereka langsung
menuju Stasiun Dekat Monas. Rencananya, mereka akan memesan tiket bus dan
melakukan perjalanan dengan bis bersama-sama. Setelah memesan tiket dan
menunggu keberangkatan, Ava dan Pepper tiba-tiba ditemukan oleh Mas Alri. Tiket
yang telah dipesan oleh Pepper dengan segera dikembalikan oleh Mas Alri. Mas Alri
pun kemudian memaksa untuk mengantar Ava dan Pepper sampai ke tujuan dengan
selamat, yaitu rumah Nenek Isma di Bandar Lampung. Mereka bertiga pun
melakukan perjalanan bersama-sama menuju pelabuhan menggunakan mobil milik
Mas Alri.
Singkat cerita, Ava, Pepper, dan Mas Alri telah sampai ke pelabuhan dan
menyebrang pulau dengan kapal. Setelah sampai ke daratan, mereka kembali
melanjutkan perjalanan dengan mobil hingga akhirnya sampai ke Pantai Kiluan. Mas
Alri mengatakan bahwa mereka akan menginap di penginapan selama satu malam
sampai esok untuk melanjutkan perjalanan kembali ke rumah Nenek Isma.
Akhir cerita ditutup ketika Ava terbangun di pagi hari dan tidak mendapati
Pepper di sampingnya. Akhirnya, Ava berinisiatif pergi mencari Pepper dan
menemukannya di daerah dermaga. Di sana, Pepper tengah merenungi beberapa hal.
Pepper kemudian memberitahu Ava bahwa ayah dan ibu kandungnya yang
sebenarnya ialah Mas Alri dan Kak Suri. Akhirnya, Ava dan Pepper ingin bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
sama menuju bintang di langit. Mereka melompat menuju lautan pantulan bintang
yang dingin, gelap, dan hitam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Agama : Buddha
Alamat Asal : Jl. Purnama Gg. Purnama Agung 3 Blok N6, Pontianak
Pendidikan