Anda di halaman 1dari 10

Dx. Medis/Kasus : Ca.

Colon dan Anemia Prodi Profesi Ners


Stikes Bhakti Al-Qodiri

LAPORAN PENDAHULUAN
CA. COLON DAN ANEMIA
I. A.) Definisi
Menurut WHO (2017), kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal diluar
batas normal yang dapat menyerang atau menyebar ke organ lain tubuh manusia (Ningrum, 2020).
Penyakit kanker adalah penyakit yang tidak menular yang ditandai dengan adanya jaringan abnormal yang
bersifat ganas dan dapat menyebar ke organ lain pada tubuh penderita (Kemenkes RI, 2019).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi
jaringan sekitarnya. Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel
DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon atau usus besar (Brunner and Suddarth, 2001).
Anemia adalah penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah rentang nilai yang berlaku
untuk orang sehat (Santoso, 2015). Kanker kolon (usus besar) bisa menimbulkan gejala anemia, kondisi ini
ditunjukkan dengan jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari biasanya.
Anemia bisa jadi akibat langsung dari radiasi dan kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker
(Makarim, 2021).

B.) Etiologi
1. Makanan yang mengandung zat kimia
Makanan tersebut menyebabkan kanker pada usus besar juga mengurangi waktu peredaran pada
perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak
terutama lemak hewan dari daging merah menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, sehingga
menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar. 
2. Kelainan kolon
 Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma
 Familial poliposis : polip di usus menjadi degenerasi maligna karsinoma
 Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai
risiko terkena
karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orang tua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi lebih
banyak akan mengalami karsinoma kolon juga, dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.

1
C.) Patofisiologi
Polip adalah pertumbuhan jaringan yang benigna pada mukosa kolon, yang diperkirakan akan
menjadi permaligna. Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu dari dua acara. Didalam sekum dan
kolon asenden, lesi cenderung untuk berkembang sebagai polip yang tumbuh sebagai masa yag
menyerupai kembang kol menuju kedalam lumen kolon. Lesi tersebut dapat mengalami ulsersi sehingga
lesi-lesi tersebut menembus dinding kolon dan menyebar ke jaringan sekitarnya.
Didalam desenden, terutama bagian rektosigmoid yang lebih sering terjadi suatu lesi. Lesi
tersebut mula-mula berupa masa polypoid yang kecil yang menjadi seperti plak. Plak ini tumbuh secara
melingkar, menyebabkan peyempitan lumen. Obstruksi dapat terjadi pula akibat terbentuknya feses
pada samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang meyempit. Lesi-lesi ini juga suatu saat dapat
menembus dinding kolon dan meluas ke jaringan sekitarnya.
Kanker kolon dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui sistem limfatik atau
sirkulasi dan organ liver merupakan organ utama yang terkena metastasis, karena pembuluh darah dari
kolon mengalir ke dalam vena porta menuju liver.

D.) Pathway
Makanan yang mengandung zat kimia Makanan tinggi lemak

Mengurangi waktu peredaran dalam Menyebabkan sekresi asam dan bakteri


perut anaerob

Saluran usus menjadi lama Risiko Infeksi

Peristaltik usus meningkat

Terkikis mukosa kolon

Lesi

Nyeri Kronis Menjadi polip Tumbuh masa menyerupai kembang kol

Plak Lesi mengalami ulserasi

2
Penyempitan lumen Menembus kolon

Obtruksi Menyebar ke jaringan


Konstipasi

Menembus dinding kolon Kanker kolon ascending

Menyebar ke jaringan sekitar

Kanker kolon descending

Gangguan Mobilitas Fisik

 Gambar Anatomi dari Saluran Pencernaan

Mulut – Laring – Esophagus (kerongkongan) – Gaster – Duodenum (usus dua belas jari) – Jejunum
(usus kosong) – Ileum (usus penyerapan) – Asenden (kolon menanjak) – Transversal (kolon melintang)
– Desenden (kolon menurun) – Sigmoid – Colon (usus besar) – Rektum – Anus

 Fisiologi Colon

1. Mulut : mengunyah makanan menjadi lebih halus agar mudah dicerna

2. Laring :membuka dan menutup trakea

3. Esophagus : menyalurkan makanan dan minuman dari mulut kedalam lambung


3
4. Gaster : alat untuk mencerna makanan secara mekanik dan kimiawi

5. Duodenum : melanjutkan proses pemecahan makanan yang sebelumnya yang sudah terjadi di organ
lambung

6. Jejunum : menyerap gula, asam amino, dan asam lemak

7. Ileum : melanjutkan proses penyerapan nutrisi kedalam darah

8. Asenden : menyerap air maupun nutrisi yang sebelumnya terlewatkan oleh usus halus

9. Transversal : membawa sisa makanan ke sisi kiri

10. Desenden : menampung feses sementara sebelum diteruskan ke bagian rektum

11. Sigmoid : terjadinya kontraksi yang kuat agar feses dari kolon desenden bisa dikeluarkan melalui
anus

12. Colon : mengeluarkan zat sisa dari makanan yang dicerna

13. Rektum : menerima dan menyimpan limbah dari kolon hingga saatnya dikeluarkan oleh tubuh
melalui anus

14. Anus : mengeluarkan feses dari saluran pencernaan

E.) Tanda dan Gejala


1. Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan, cenderung tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan
menimbulkan obstruksi, karena lumen usus besar dan feses masih encer dan anemia akibat
perdarahan sering terjadi

2. Kanker kolon kiri


Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar,
sering timbul gangguan obstruksi

F.) Pemeriksaan Penunjang


1) Endoskopi
2) Radiologis
3) Computer Tomografi (CT)
4) Histopatologi

4
5) Laboratorium
6) Ultrasonografi (USG)

G.) Penatalaksanaan
1) Pembedahan (operasi)
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Kemotherapy
4) Kolostomi

II. Diagnosa Keperawatan


A.) Pengkajian
1) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
2) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien
3) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien
4) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya
olahraga pada klien
5) Pengkajian pola persepsi kognitif
6) Pengkajian pola tidur dan istirahat
7) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit

B.) Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri kronis b.d gangguan fungsi metabolik d.d tampak meringis
2) Gangguan mobilitas fisik b.d perubahan metabolisme d.d fisik lemah
3) Konstipasi b.d fisiologis (kelemahan otot abdomen) d.d penurunan defekasi
4) Risiko infeksi b.d gangguan peristaltik

III. Intervensi Keperawatan dan Rasional


1) Nyeri kronis b.d gangguan fungsi metabolik d.d tampak meringis
TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka nyeri kronis menurun
KH : Keluhan nyeri menurun (5)
Meringis menurun (5)
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : Objektif :
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Merasa depresi (tertekan) 2. Gelisah
5
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif : Objektif :
1. Merasa takut mengalami cedera berulang 1. Bersikap protektif
2. Waspada
INTERVENSI : Manajemen Nyeri
1. Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Rasional : mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan, faktor pencetus,
berat ringannya nyeri dirasakan
 Identifikasi skala nyeri
Rasional : sebagai tolak ukur nyeri pada pasien, seberapa parah tingkat nyeri yang
dialami oleh pasien
 Identifikasi nyeri non verbal
Rasional : mengetahui keadaan tidak menyenangkan pasien yang tidak sempat dan tidak
bisa digambarkan oleh pasien
2. Teraupetik
 Berikan tekhnik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Rasional :mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Rasional :mencegah pasien mengalami stres yang dapat meningkatkan tingkatan nyeri yang
dialami
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional :dengan beristirahat pasien tidak beraktifitas yang berat, yang dapat meningkatkan
nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Rasional : memberikan pengetahuan kepada pasien untuk mengetahui tentang nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
Rasional : memberikan pengetahuan kepada pasien untuk meredakan tentang nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : zat aktif yang terdapat pada obat analgetik dapat menghambat mediator kimia
dengan menghasilkan endorphin yang berfungsi menghambat mediator nyeri

6
2) Gangguan mobilitas fisik b.d perubahan metabolisme d.d fisik lemah
TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka mobilitas fisik
meningkat
KH : Pergerakan ekstermitas meningkat (5)
Kekuatan otot meningkat (5)
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : Objektif :
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas 1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif : Objektif :
1. Nyeri saat bergerak 1. Sendi kaku
2. Enggan melakukan pergerakan 2. fisik lemah
INTERVENSI : Dukungan Ambulasi
1. Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Rasional :mengetahui nyeri tambahan pada pasien
 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Rasional : mengetahui kondisi umum pasien
2. Teraupetik
 Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat bantu
Rasional : memfasilitasi fisik pasien
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Rasional : keluarga mengetahui tentang peningkatan ambulasi
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Rasional : mengetahui tujuan ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
Rasional : mencegah terjadinya masalah pada pasien
4. Kolaborasi : -

3. ) Konstipasi b.d fisiologis (kelemahan otot abdomen) d.d penurunan defekasi


TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka konstipasi membaik
KH : konsistensi feses membaik (5)
Frekuensi BAB membaik (5)
7
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : Objektif :
1. Defekasi kurang dari 2 kali seminggu 1. Feses keras
2. Pengeluaran feses lama dan sulit 2. Peristaltik usus menurun
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif : Objektif :
1. Mengejan saat defekasi 1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
INTERVENSI : Manajemen Eliminasi Fekal
1. Observasi
 Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
Rasional : mengetahui penggunaan obat dalam penanganan eliminasi fekal
 Monitor buang air besar
Rasional : memantau perkembangan buang air besar pasien
2. Teraupetik
 Berikan air hangat
Rasional : membantu mengurangi rasa nyeri pada pasien terutama bagian abdomen
 Sediakan makanan tinggi serat
Rasional : membantu mengurangi buang air besar berlebihan pada pasien
3. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan peristaltik usus
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dalam mengatur pola makan yang sehat
 Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses
Rasional : mengetahui perkembangan buang air besar pada pasien
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu
Rasional : menunjang kesembuhan pada pasien

4.) Risiko infeksi b.d gangguan peristaltik


TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka risiko infeksi
menurun
KH : Demam menurun (5)
Kemerahan menurun (5)

8
INTERVENSI : Tingkat Nyeri
1. Observasi
 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Rasional : mengetahui penyakit terdahulu supaya tidak salah dalam pemberian obat
 Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
Rasional : mengetahui pemberian dosis obat yang tepat terhadap pasien
2. Teraupetik
 Berikan suntikan pada bagian paha anterolateral
Rasional : memberikan pengobatan berupa injeksi pada bagian yang tepat
 Dokumentasi informasi vaksinasi
Rasional : mengetahui perkembangan setelah dilakukan Tindakan vaksinasi
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal dan efek samping
Rasional : memberikan pengarahan terhadap pasien maupun keluarga pasien dalam
pemberian obat
 Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
Rasional : mengetahui penyakit khusus apa saja dalam pemberian vaksinasi
4. Kolaborasi : -

9
IV. Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan).
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Ningrum, S.R 2020. Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat darurat Pada Ny L Dengan Diagnosa
Medis Kanker Gaster di Ruang IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Karya
Ilmiah Akhir. Program Studi Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang.
Kemenkes RI, 2019. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. www.p2ptm.kemkes.go.id diakses pada 06
Desember 2021.

10

Anda mungkin juga menyukai