Anda di halaman 1dari 11

ABLASIO RETINA

PENDAHULUAN

Ablasio retina adalah lepasnya lapisan sensorik retina dari lapisan retinal
pigment epithelium ( RPE ). Lapisan sensorik retina adalah derivat dari lapisan
dalam optic cup, sedangkan RPE adalah derivat dari lapisan luar optic cup,
membentuk suatu rongga potensial yang mudah terpisah dan terisi oleh cairan sub
retina.(1,19,22)
Ablasio retina termasuk kasus kedaruratan mata yang harus ditangani
segera. Pertama kali ditemukan pada awal 1700 M oleh de Saint-Yves, diagnosis
klinis baru bisa ditegakkan sejak ditemukannya oftalmoskop oleh Helmholtz pada
tahun 1851. Semua penderita Ablasio Retina akan mengalami kebutaan Sampai
tahun 1920 karena tidak adanya penanganan kasus ini oleh para ahli sampai
akhirnya Jules Gonin menemukan tehnik pengobatan pertama untuk mengatasi
penyakit ini di Lausanne, Switzerland. Dewasa ini pengobatan terhadap Ablasio
Retina telah berkembang dengan pesat seperti, scleral buckling, intravitreal gas,
vitreltomi, sehingga visus penderita dapat dipertahankan.(17,13)
Ablasio retina adalah suatu topik yang luas, untuk memudahkan
pemeriksaan klinik dan pengobatan perlu pembagian yang jelas dari ablasio retina,
Klasifikasi yang sering dipakai adalah ablasio retina regmatogenosa yang ditandai
dengan pemutusan total ( full-thickness ) dari retina sensorik yang diikuti
mengalirnya korpus vitreum cair melalui defek retina sensorik kedalam ruang sub
retina. Tipe berikutnya adalah ablasio retina serosa. Ablasio ini adalah hasil dari
penimbunan cairan dibawah retina sensorik yang terutama disebabkan oleh
penyakit RPE dan Koroid. Pelepasan retina jenis ini berkaitan dengan penyakit
peradangan, tumor. Tipe lainnya adalah ablasio retina akibat traksi terutama
disebabkan oleh retinopati diabetes proliperatif, vitreoretinopati proliperatif dan
trauma pada mata.(3,13,21)
Insiden Ablasio Retina di Amerika Serikat lebih kurang satu dalam lima
belas ribu dengan prevalensi 0,3 %. Umur yang terbanyak menderita Ablasio

1
Retina adalah 40 sampai 70 tahun dan lebih sering terjadi pada pria dari pada
wanita, hal ini mungkin disebabkan seringnya pria mendapat trauma dibanding
wanita. Pada keadaan tertentu ablasio retina sering menyerang kedua mata
terutama pada mata afakia, insiden penyakit ini relatif tinggi pada etnik yahudi
dan relatif rendah pada orang kulit hitam, akan tetapi penyebabnya belum
diketahui.(9,13,14)
Faktor resiko tersering yang berhubungan dengan Ablasio Retina adalah
myopia, afakia, pseodofakia dan trauma, kira-kira 40% disamping adanya
kelainan bawaan penyakit degeneratif maupun penyakit metabolik lainnya
(underlying diseases). 50 % pasien ablasio retina adalah myopia tinggi ( lebih dari
6 dioptri ), 30% sampai 40 % mengalami operasi katarak sebelumnya atau setelah
vitrektomi karena tertinggalnya lensa setelah fakoemulsifikasi (4%). 10 sampai 20
% pernah mendapat trauma mata langsung. Tingginya kasus Ablasio Retina pada
orang muda berhubungan dengan meningkatnya trauma akibat olah raga ( tinju
dan bungee jumping ) akan tetapi hal ini belum bisa dibuktikan secara
epidemiologik.(3,13,14,20)
ANATOMI DAN HISTOLOGI RETINA.
Retina merupakan selembat tipis jaringan syaraf yang semitranparan dan
terdiri atas beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola
mata. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalam sampai keluar seperti terlihat
pada skema berikut ini.(1,15)
Secara embrional epitel pigmen retina dan neurosensorik retina sama-sama
berasal dari derivat tabung optik. Lapisan sebelah dalam dari tabung optik akan
berubah menjadi neurosensorik retina sedangkan lapisan sebelah luar tabung optik
akan berubah menjadi epitel pigmen retina.(1,6.15)
Dengan berkembangnya mata rongga embrional antara lapisan sebelah
dalam dan lapisan sebelah luar ini akan menutup sehingga epitel pigmen retina
menempel pada neurosensorik retina. Pada keadaan tertentu rongga embrional ini
dapat terbuka kembali seperti yang terjadi pada ablasio retina.(1,6.15)
Selain melekat pada neurosensori retina epitel pigmen juga melekat pada
koriokapilaris dimana lamina basalis keduanya akan membentuk membrane
bruch.(1)

2
Perlekatan epitel pigmen retina ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya mukopolisakarida yang dihasilkan epitel pigmen, adanya tekanan oleh
cairan intra okuler, atau pengaruh vitreus yang bertindak sebagai tampon.(1,6)
PATOGENESIS ABLASIO RETINA
Pada ablasio retina terjadi pemisahan retina sensorik yaitu lapisan
fotoreseptor dengan lapisan epitel pigmen retina dibawahnya. Terdapat tiga jenis
utama ablasio retina yang masing-masing mempunyai patogenesis yang berbeda
yaitu : (8,11,12,14,17,22,25)
Ablasio Retina Regmatogenosa
Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina dengan karakteristik
pemutusan total (full-thickness) berbentuk tapal kuda lubang atropi bundar atau
robekan sirkumferensial anterior (dialisis retina). Berasal dari bahasa Yunani
“regma” yang berarti robek. Robekan retina pada ablasio retina jenis ini
disebabkan pengaruh antara traksi antara vitreo retina dan retina perifer yang
dipredisposisi oleh faktor degenerasi.
Predisposisi degenerasi retina perifer :
1. Lattice degeneration
Ditemukan pada 40% penderita ablasio retina dengan myopia tinggi usia
muda , sinroma marfan, stickies synd, Ehlers-Danlos synd yang semuanya
merupakan faktor resiko terjadinya ablasio retina
2. Snail track degeneration
3. Degenerasi retinoskisis
4. White-without pressure
Dinamika traksi vitreoretina yang terjadi berupa sinkisis liquefaction dari vitreus
gel. Beberapa mata dengan sinkisis berkembang menjadi lubang pada bagian tipis
kortek posterior yang menutupi fovea. Cairan sinkisis berasal tengah vitreous
yang lewat melalui defek menuju ruang retrohyaloid yang baru terbentuk. Proses
ini menyebabkan tertariknya vitreus posterior dan membrana limitan interna retina
sejauh batas posterior vitreous base. Sisa vitreus gel mengendap ke bawah dan
ruangan retrohyaloid akan diisi sepenuhnya oleh cairan sinkitik.

3
Ablasio Retina Traksi
Ablasio retina akibat traksi adalah jenis tersering kedua yang terutama disebabkan
oleh beberapa kelainan seperti
 Retinopati diabetik proliferatif
 Retinopati prematuriti
 Trauma tembus segmen posterior
Kelainan diatas menyebabkan adanya gaya-gaya traksi yang secara aktif menarik
retina sensorik menjauhi epitel pigmen dibawhnya disebabkan oleh adanya
membran vitreosa, epiretina atau subretina yang terdiri dari fibroblas sel glia atau
sel epitel pigmen retina. Traksi ini menyebabkan terlepasnya lapisan sensorik
retina dengan RPE. Pada awalnya pelepasan mungkin terbatas di sepanjang
arkade-arkade vaskular, tetapi dapat terjadi perkembangan sehingga kelainan
melibatkan retina mid perifer dan macula

Ablasio retinopati eksudatif


Ablasio retina eksudatif paling jarang terjadi dibandingkan Ablasio Retina
Traksi dan regmatogenosa. Penyebabnya adalah gangguan pada pigmen epitel
retina sehingga cairan dari koroid masuk ke dalam ruang sub retina. Ablasio jenis
ini dapat terjadi walaupun tidak ada pemutusan retina atau traksi vitreo retina. Hal
ini disebabkan berbagai keadaan seperti tumor koroid (melanoma, haemangioma)
dan metastasenya, inflamasi intraokuler seperti penyakit Harada dan Skleritis
posterior, iatrogenik termasuk operasi pada ablasio retina sebelumnya,
fotokoagulasi pan retinal. Neovaskuler subretinal yang berhubungan dengan
retinal telangiektasi dan neovaskuler koroid bisa juga menyebabkan kelainan pada
RPE.

GEJALA KLINIS.
Keluhan yang klasik dan sering dilaporkan adalah photopsia dan floaters
sebesar 60 % setelah beberapa saat penderita mengeluh kehilangan lapang
pandangan perifer kemudian berlanjut menjadi kehilangan penglihatan sentral.
(9,13,21,22,23,24)

1. Photopsia.

4
Adalah: sensasi subjektif yang dikeluhkan penderita sebagai kilatan
cahaya, hal ini disebabkan oleh tarikan pada vitreo retina di daerah perifer.
2. Floaters.
Adalah : Gerakan kekeruhan vitreous yang memberikan bayangan pada
retina, ada tiga bentuk floaters yang sering dijumpai yakni :
a. Lingkaran besar ( Weiss ring )
b. Cobwebs
c. Bintik-bintik kecil.
3. Defek Lapang Pandangan.
Hilangnya lapangan pandang disebabkan oleh: menyebarnya cairan sub
retina ke daerah ekuator, defek ini kadang menghilang pada saat bangun
pagi dan timbul lagi sesudah bekerja atau jalan pada siang hari
4. Penurunan visus
Pada pasien ablasio yang belum mengenai makula visus pasien bisa
normal. Akan tetapi lama kelamaan akan mengalami penurunan sampai
akhirnya visus menurun total (O) pada ablasio retina total.
5. Metamorfopsia.
Adalah terjadinnya distorsi bergelombang dari objek yang dilihat pasien,
yang terjadi apabila Ablasio Retina sudah mengenai makula.

Diagnosis
Diagnosis ablasio retina bisa ditegakkan dengan anamnesis yang baik
mengenai keluhan pasien, perjalanan penyakit, faktor-faktor pencetus penyakit
diikuti pemeriksaan mata mulai dari visus , lapangan pandangan, pemerilsaan
warna, pemeriksaan segmen depan mata, segmen belakang mata dengan
oftalmoskop dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti laboratorium, radiologis,
imaging dll.
Anamnesis
Sebagian besar pasien datang dengan keluhan melihat bayangan berupa
photopsi, floater pada awal penyakit, diikuti dengan penyempitan lapangan
pandangan perifer kemudian bila proses berlanjut pasien akan kehilangan
lapangan penglihatan sentral. Pada pasien ablasio retina regmatogenosa perlu pula

5
ditanyakan adanya riwayat operasi mata seperti ektraksi katarak, afakia, myopia,
trauma tumpul dll. Kelainan sistemik pada pasien berupa hipertensi berat,
eklampsia, atau gagal ginjal sering terjadi pada pasien dengan ablasio retina
eksudatifa. Diabetes mellitus, retinopati prematuritas dan trauma tembus perlu
juga dicari pada ablasio retina traksional.(13,25)
Pemeriksaan visus atau tajam penglihatan
Pada pasien ablasio retina tanpa kelainan makula penglihatan sentral
pasien tidak terganggu sehingga visus pasien bisa normal.(13,25)
Pemeriksaan lapangan pandang
Kelainan pada lapangan pandangan bisa terjadi pada ablasio yang telah
lanjut. Pemeriksaan ini bisa juga mendeteksi lokasi dari ablasio retina. Apabila
ablasio retina terjadi pada posterior ekuator bisanya keluhan penyempitan pada
lapangan pandangan belum ditemukan sampai terjadi defek pada kutup posterior
dan makula. Ablasio retina yang terjadi pada bagian anterior retina tidak bisa
ditentukan dengan pemeriksaan lapangan pandangan. Pasien dengan defek
lapangan pandangan pada bagian superior menandakan ablasio pada bagian
inferior retina, akan tetapi pemeriksaan ini lebih bermakna menentukan diagnosis
dan lokasi ablasio pada kelainan yang sudah lanjut.(13,22,23,24)
Pemeriksaan segmen depan mata
Pemeriksaan ini dimulai dengan inspeksi mata pasien apakah ada tanda-
tanda trauma pada segmen depan mata yang bisa dijadikan petunjuk adanya
kemungkinan kelainan yang berhubungan dengan trauma yamg mencetuskan
ablasio retina. Pemeriksaan selanjutnya dapat digunakan slit lamp. Segmen depan
mata biasanya normal biasanya normal. Pemeriksaan tekanan intra okuler
menurun pada ablasio retina regmatogenosa, normal pada ablasio retina traksional
dan bervariasi pada ablasio retina eksudativa.(13,22,24)
Pemeriksaan pada segmen posterior mata
Kelainan pada segmen posterior berupa kelainan vitreus dan retina dapat
dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop direk atau oftalmoskop indirek,
Three mirror dll.
Kelainan yang bisa ditemukan pada vitreous berupa : (13,22,24)

6
 Tobacco dust atau shafer sign yaitu sel berpigmen pada vitreus. Tanda ini
patognomonis terjadi pada sebagian besar kasus robekan retina tanpa
adanya riwayat operasi.
 Membrane pada vitreus terutama pada proliferatif vitreoretinopathy
 Darah didalam vitreous terutama di dalam ruangan retrohyaloid.
Kelainan yang ditemukan pada retina berupa :
 Robekan retina bisa berbentuk tapal kuda bila terdapat pada segmen
superior temporal, dan superior nasal. Lobang pada retina (hole) sering
ditemukan pada kelainan pada segmen superior temporal dan segmen
inferior nasal
 Konfigurasi retina biasanya berbentuk konveks (mencembung), retina
yang lepas berwarna keabu-abuan, pucat, keruh, serta kehilangan
bayangan konfigurasi pembuluh darah koroid. Pembuluh darah retina
sendiri berwarna lebih gelap dibanding retina yang normal sehingga
perbedaan arteri dan vena tidak terlalu kontras, permukaan retina kasar
seperti kulit jeruk (an orange-peel appearance).
 Perpindahan cairan sub retinal terutama dengan perubahan posisi kepala
 Mobilitas retina biasanya bergerak bebas,undulasi (+) kecuali bila sudah
terjadi PVR
 Macular pseudohole berupa keadaan yang terjadi akibat tipisnya retina
pada fovea dimana polus posterior retina terlepas.
Gejala klinis ablasio yang sudah lama (22)
 Retina menjadi tipis
 Terbentuk garis demarkasi sub retinal
 Terjadi PVR
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA
Amsler grid
Pada pemeriksaan amsler grid bisa ditemukan makropsia, mikropsia
ataupun metamorfopsia akan membantu kita dalam menentukan ablasio retina
yang sudah sampai ke makula.(5,13)
Pemeriksaan laboratorium

7
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk menentukan penyakit yang
bisa menyebabkan ablasio retina (underlying diseases) seperti hemoglobin dan
slide darah tepi pada pasien dengan anemia sel sabit, pemeriksaan gula darah
serologis, protein urin dll.(5,7,13)

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radilogis sepert rontgen foto orbita, CT Scan, MRI tidak
mutlak dibutuhkan pada ablasio retina tetapi bisa digunakan untuk membedakan
ablasio retina dengan defek pada retina yang disebabkan oleh benda asing atau
tumor. Atau menentukan kelainan radiologis pada underlying diseases. Seperti
rontgen ekstremitas pada beberapa kelainan bawaan yang bisa menyebabkan
ablasio retina. Pemeriksaan radiologis lainnya yang sering digunakan adalah
ultrasonografi (USG). Apabila retina tidak bisa dilihat karena adanya defek pada
kornea seperti sikatrik, kekeruhan pada lensa (katarak) ataupun kekeruhan pada
vitreus akibat adanya sel-sel radang ataupun membran(uveitis) dan perdarahan
vitreus maka USG bisa membantu kita dalam menentukan adanya ablasio retina,
jenis ablasio dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya ablasio retina serosa
seperti tumor pada koroid, sub retinal tumor ataupun perdarahan koroid.(5,7,13)

Ada beberapi jenis operasi yang sering dilakukan pada ablasio retina yaitu :
(6,10,13,16,21,25)

1. Scleral Buckling
Ada 2 macam scleral buckle yaitu :
1. inplan dimana material ditempatkan di dalam sklera sehingga
membentuk tonjolan (identasi) sklera ke arah dalam (buckle).
2. Eksplan dimana material dijahitkan langsung pada sklera.
2. Drainase Cairan sub retinal
Cairan subretina yang mendorong retina sehingga terpisah dari
dasarnya akan diabsorbsi oleh karena efek transpor aktif dari pigmen epitel
dan perbedaan tekanan osmotik antara koroid dan celah subretina.
3. Injeksi intravitreal dapat dilakukan dengan:
a. Udara

8
Injeksi intravitreal dapat dilakukan dengan gas SF6 biasanya pada
ablasio retina dengan robekan retina di sebelah posterior, robekan
berbentuk mulut ikan, Giant retinal tears, makular hole, lipatan
retinal yang radier hipotoni dll.
b. Balanced Salt Solution (BBS), Ringer Laktat (RL)
Injeksi intravitreal dengan BBS atau RL dapat dilakukan pada
ablasio retina dengan lipatan yang radier atau pada mata dengan
tekanan intra okuler yang rendah.
c. silikon
Injeksi intravitreal dengan silikon dapat dilakukan pada Ablasio
retina dengan robekan yang sangat besar, lubang pada makula dan
PVR D.
4. Vitrektomi
Vitrektomi adalah suatu prosedur operasi mikro yang dilakukan dengan
cara memotong vitreus dan melakukan penghisapan serta pemasukkan
cairan ke dalam intraokuler serta memanipulasi intraokuler lainnya.
Tindakan ini biasanya dilakukan pada ablasio retina karena tarikan, ablasio
retina dengan PVR stadium D dan robekan retina yang lebar.
Post operatif manajemen

Mobilisasi pasien secepat mungkin seperti menyisir rambut sendiri,
mandi, bercukur akan tetapi apabila operasi dilakukan dengan
memasukkan gas atau udara ke dalam vitreus maka pasien harus tirah
baring total.

Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometer aplanasi karena bila
operasi yang digunakan skleral buckling maka rigiditas sclera akan
menurun.

Atropin 1% diberikan 2 kali sehari

Antibiotik-kortikosteroid 3 kali sehari

Analgesik diberikan sesuai dengan ambang nyeri pasien. Ada yang
membutuhkan analgetik oral dosis rendah rendah, tinggi, bahkan
pemberian intramuscular.

9

Pasien dipulangkan setelah 3 atau 4 hari post operatif dan disuruh kontrol
kembali setelah 1 minggu.(2,11,13)
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Beberapa kelainan pada retina ataupun bagian mata lainnya yang menyerupai
ablasio retina adalah : (1,2,6,22)
1. Retinoskisis
Retinoskisis dapat dibedakan dari ablasio retina dengan membandingkan
permukaannya yang rata, biasanya tidak ditemukan perdarahan atau
pigmen di dalam vitreus, selalu muncul dengan skotoma, Biasanya
mengalami perbaikan dengan fotokoagulasi, tidak ada pergerakan cairan
seperti pada ablasio retina.
2. Tumor koroid
Tumor koroid disini termasuk melanoma malignan koroid, metastasis
tumor ganas dari tempat lain, atau hemangioma koroid. Oftalmoskop direk
sukar membedakan dengan ablasio karena adanya elevasi dari
neurosensorik dan epitel pigmen retina. Akan tetapi dengan pemeriksaan
lebih lanjut seperti ultrasonografi oftalmoskop indirek akan terlihat massa
dalam koroid, tidak ditemukan robekan retina.
3. Ablasio koroid
Sering terjadi setelah operasi katarak. Berbeda dengan ablasio retina cairan
pada ablasio koroid ini terus ke anterior melewati ora serata sehingga pars
plana dan ora serata terlihat lebih jelas dari biasanya.
4. perdarahan retrohyaloid massif
Biasanya terdapat pada pasien diabetes mellitus dimana darah akan masuk
ke dalam rongga retrohyaloid membentuk membrane bullosa berwarna
merah sehingga menyerupai retina akan tetapi bila dilihat lebih lanjut akan
terlihat membran ini tidak mempunyai pembuluh darah seperti halnya
retina.
5. Subretinal Cysticerus
Pada subretinal cysticerus terlihat retina berwarna abu-abu, dengan cairan
dalam kista yang menyerupai cairan subretinal akan tetapi di dalam cairan
ini bisa terlihat parasit penyebabnya.

10
6. Oklusi Retina sentralis
Pada funduskopi terlihat retina sangat pucat, putih sehingga menyerupai
ablasio yang berwarna abu-abu, Perlu dicari tanda lain yang tidak terdapat
pada ablasio retina seperti cattle track appearance atau cherry red spot.
PROGNOSIS
Dengan berbagai tehnik yang ada 90-95% ablasio retina dapat diperbaiki
tergantung dari tipe ablasio retinanya, lama terjadinya ablasio dan keterlibatan
makula:(2,10,13)
Prognosis baik ( mendekati 100%) pada :
 Ablasio retina sirkumferensial, llobang,
 Ablasio retina dengan demarcation line
 Ablasio retina dengan cairan subretinal yang minimal
Prognosis agak buruk (antara 85-95%)
 Ablasio retina karena afakia
 Ablasio retina totalis, ablasio retina yang berhubungan dengan epitel
non pigmen di pars plana.
Prognosis buruk (antara 30-50%)

Ablasio retina disertai ablasio koroid

Ablasio retina dengan robekan lebih dari 180o

Ablasio retina dengan proliferasi periretinal yang massive

11

Anda mungkin juga menyukai