Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah-nya
kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Ushul Fiqh”. Tidak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan keharibaan
junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, kerabat, dan
pengikut jejak langkah beliau hingga akhir zaman.
Dalam hal ini kami mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada ibu
“Nurul Qoimah, M.Pd.I.” selaku dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqh dan juga
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Disini penulis berupaya dengan kemampuan yang
ada untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi dari makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Ta’arudh ............................................................................................... 3
B. Tarjih ................................................................................................... 6
C. Qawa’idul Fiqhiyah .............................................................................. 7
A. Simpulan .............................................................................................. 13
C. Qawa’idul Fiqhiyah
1. Pengertian Qawa’idul Fiqhiyah
Qawa’idul Fiqhiyah adalah kata majemuk yang terbentuk dari dua kata, yaitu
kata qawaid dan fiqhiyah, yang mana kedua kata itu memiliki pengertian
tersendiri. Secara etimologis kata qaidah, jamaknya qawaid artinya adalah asas,
landasan, dasar atau fondasi baik yang bersifat kongkret maupun abstrak, seperti
kata-kata qawaid al-bait, artinya fondasi rumah, Qawaid al-din, artinya dasar-
dasar agama, dan qawaid al-ilmi, artinya kaidah-kaidah ilmu. Adapun pengertian
dari Qawa’idul Fiqhiyah adalah kaidah atau dasar fikih yang bersifat umum yang
substansi materinya meliputi bagian yang banyak berkaitan dengan hukum-
hukum syara’dan hukum syara’ yang banyak dapat dipahami dari kaidah-kaidah
tersebut.
2. Dasar-dasar pengambilan qaidah fiqhiyah
Dasar pengambilan qaidah fiqhiyah adalah dasar-dasar perumusan qaidah
fiqhiyah, yang meliputi dasar formil dan dasar materiilnya. Dasar formil ialah
apakah yang dijadikan dasar ulama dalam merumuskan qaidah fiqhiyah, jelasnya
nash-nash manakah yang menjadi pegangan ulama sebagai sumber motivasi
penyusunan qawaid fiqhiyah. Sedangkan dasar materiil ialah dari mana materi
qaidah fiqhiyah tersebut dirumuskan.
a. Dasar Formil
Hukum-hukum furu’ yang ada di dalam untaian satu qaidah yang memuat satu
masalah tertentu, ditetapkan atas dasar nash, baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah.
Contohnya seperti di dalam QS. Al-Bayyinah:5
َّ ص ٰلوةَ َويُؤْ تُوا
َالز ٰكوة َّ الديْنَ ەۙ ُحنَف َۤا َء َويُ ِّق ْي ُموا ال
ِّ ُصيْنَ لَه َو َما ٓ ا ُ ِّم ُر ْٓوا ا ََِّّّل ِّليَ ْعبُدُوا ه
ِّ ّٰللاَ ُم ْخ ِّل
َو ٰذلِّكَ ِّديْنُ ْالقَيِّ َم ِّة
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah allah degan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan demikian itulah
agama yang lurus. Hadits Nabi Muhammad Saw:
الضرر يزال
Artinya: “Kemudharatan itu harus dihilangkan”. Qaidah tersebut berasal dari
hadits Rasulullah Muhammad Saw:
ار ِّ ض َر َر َو ََّل
َ ض َر َ ََّل
Artinya: “Tidak boleh membuat mudharat diri sendiri dan tidak boleh
memudharatkan orang lain”. Qaidah dari hadits tersebut berlaku untuk semua
bidang hukum, baik ibadah, muamalah, munakahat maupun jinayat. Dari
qaidah fiqhiyah yang telah dirumuskan dari lafazh hadits tersebut, maka dapat
dipastikan bahwa qaidah fiqhiyah itu hasil dari perumusan ulama.
3. Qaidah Fiqhiyah dan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Qaidah fiqhiyah merupakan qaidah-qaidah yang disimpulkan dari dalil-dalil
Al-qur’an dan Sunnah yang mengenai tentang hukum-hukum fiqih. Selain itu,
qaidah fiqhiyah adalah rumusan dari para ulama setelah mereka melakukan
istiqra’ (observasi) terhadap dalil-dalil Al-Qur’an dan Sunnah mengenai berbagai
hukum fiqih.
Adapun lima qaidah fiqhiyah dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
adalah sebagai berikut:
1. Qaidah pertama:
س ِّيئ
َ ّٰللا َ َ َو َما َرأَى ْال ُم ْس ِّل ُمون،سن
ِّ َّ س ِّيئًا فَ ُه َو ِّع ْن َد َ فَ َما َرأَى ْال ُم ْس ِّل ُمونَ َح
ِّ َّ فَ ُه َو ِّع ْن َد،سنًا
َ ّٰللا َح
Artinya: “Apa saja yang dipandang kaum muslimin merupakan kebaikan maka
ia disisi allah juga merupakan kebaikan. Dan apa saja yang dipandang kaum
muslimin merupakan keburukan maka ia disisi allah juga merupakan
keburukan”.(HR. Ahmad). Karena pada dasarnya Islam sangat menghargai
budaya atau adat yang dianggap baik.
Adapun contoh penerapan qaidah ini dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1) Penetapan masa haid.
2) Sahnya akad jual beli.
3) Kualitas bahan makanan untuk kafarat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara bahasa arudh berarti taqabul dan tamanu’ atau bertentangan dan
sulitnya pertemuan. Ta’arudh dapat diartikan sebagai dalil yang masing-masing
menghendaki hukum diwaktu yang sama terhadap satu kejadian yang menyalahi
hukum yang dikehendaki oleh dalil yang lain. Adapun cara penyelesaian dalam
menghadapi ta’arudh antara dua dalil dapat dilakukan dengan beberapa metode
penyelesaian dari berbagai ulama. Ulama Hanafiah dalam penyelesaian ta’arudh
menggunakan metode nasakh, tarjih, al-jam’u wa al-taufiq dan tasaqut al-
dalilain. Sedangkan ulama syafi’iyah, malikiyah, hanabilah, dan zhahiriyah, jika
terjadi pertentangan antara dua qiyas, maka seorang mujtahid mentarjih salah
satu qiyas, namun apabila terjadi pertentangan antara dua nash, maka seorang
mujtahid wajib melakukan pembahasan dan berijtihad sesuai dengan tahapan
secara tertib, yaitu al-jam’u wa al-taufiq, tarjih, nasakh, dan tatsaqut al-dalilain.
Tarjih adalah menguatkan salah satu dalil dari dua dalil yang bertentangan
terhadap yang lain. Kemudian cara mentarjih dan menguatkan ayat atau hadits
yang berlawanan dapat ditinjau dari segi sanad hadits, matan hadits, dan
kandungan hadits. Qawa’idul Fiqhiyah adalah kaidah fikih yang bersifat umum
yang substansi materinya meliputi bagian yang banyak berkaitan dengan hukum-
hukum syara’. Adapun dasar pengambilan qaidah fiqhiyah, yaitu dasar formil
dan dasar materiil.
Qaidah fiqhiyah merupakan qaidah-qaidah yang disimpulkan dari dalil-dalil
Al-qur’an dan Sunnah yang mengenai tentang hukum-hukum fiqih. Adapun lima
qaidah fiqhiyah, yaitu Setiap perkara bergantung pada niat, Keyakinan tidak bisa
dihilangkan karena adanya keraguan, Kesempitan atau kesulitan akan
mendatangkan kemudahan, Kemudharatan hendaknya dihilangkan, dan Adat
atau kebiasaan dapat dijadikan sebagai landasan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi. Sejarah Hukum Islam, dari Kawasan Jazirah Arab sampai
Indonesia. Bandung: Pustaka setia, 2007.
Syafe’I, Rahmat. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka setia, 1998.
Umar, Mu’in. Ushul Fiqh jilid 1. Jakarta: Depag RI 1985.
https://www.bacaanmadani.com/2016/10/pengertian-tarjih-dan-talfiq.html
http://evendimuhtar.blogspot.com/2014/05/tarjih.html
https://www.scribd.com/document/372606139/Pengertian-Qawaid-Fiqhiyyah
http://menaraislam.com/ushul-fiqih/lima-kaidah-fiqhiyah
https://www.gustani.id/2020/05/5-kaidah-fikih-pokok-dan-contoh.html