Anda di halaman 1dari 20

Perbedaan Regulasi Makanan Online Negara Korea Selatan dan Indonesia

Tugas Mata Kuliah Hukum Keamanan Pangan, Pemakaian Obat dan


Toksikologi

Disusun Oleh Kelompok 4 :


ADINDA EKA RAMADHANI 20.C2.0080
RIFALDI AGUSTIAN G 21.C2.0009
CHALIZA ADNAN 21.C2.0010
CHRISTIAN IGNATIUS ELIM 21.C2.0032
DISEN FAJAR 21.C2.0035
CORY MAUREEN RATU S 21.C2.0038
ALBERTUS NUGRAHA 21.C2.0047

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER HUKUM KESEHATAN


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
OKTOBER 2021
ABSTRAK

Perkembangan dunia teknologi pada saat ini sudah mulai berdampingan dengan setiap
individu di setiap belahan muka bumi, tidak terkecuali di negara berkembang ataupun
negara maju. Perkembangan teknologi itu pun saat ini sudah menjadi hal yang esensial
di segala sector, baik di layanan publik, fasilitas kesehatan, transportasi umum, dan juga
ke dunia kuliner. Semakin maraknya industri kuliner berbasis online, semakin
memudahkan konsumen untuk mendapatkan makanan dengan mudah, selan itu para
pengusaha konsumen juga semakin mudah memasarkan produknya. Namun, hal
tersebut pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran tentang regulasi yang diberlakukan
untuk aturan makanan online tersebut. Namun, di kedua negara yang diambil contoh,
Indonesia dan juga Korea Selatan, keduanya memiliki regulasi yang tujuannya adalah
untuk menajaga serta melindungi konsumen.
Kata kunci : regulasi, pangan online, korea selatan

ABSTRACT
The development of the world of technology at this time has begun to coexist with every
individual in every part of the earth, not least in developing or developed countries. The
development of technology has now become essential in all sectors, both in public
services, health facilities, public transportation, and also in the culinary world. The
more widespread the online-based culinary industry, the easier it is for consumers to
get food easily, in addition to that, it is easier for consumer entrepreneurs to market
their products. However, this ultimately raises concerns about the regulations that
apply to the online food rules. However, in the two countries that are taken as
examples, Indonesia and South Korea, both have regulations whose purpose is to
protect and protect consumers.
Keywords: regulation, online food, south korea

1
DAFTAR ISI

ABSTRAK 1
DAFTAR ISI 2
BAB I - PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Pokok-Pokok Pikiran 6
Tujuan Penulisan 6
BAB II - DESKRIPSI 7
BAB III - PEMBAHASAN 9
BAB IV - PENUTUP16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan dunia teknologi pada saat Ini sudah mulai berdampingan dengan
setiap individu di setiap belahan muka bumi, tidak terkecuali di negara berkembang
ataupun negara maju. Perkembangan teknologi itu pun saat ini sudah menjadi hal yang
esensial di segala sector, baik di layanan publik, fasilitas kesehatan, transportasi umum,
dan juga ke dunia kuliner.

Pemanfaatan yang dirasakan di dunia kuliner saat ini dengan bermunculan


banyak jasa online di bidang makanan, baik yang menggunakan transportasi online,
maupun yang berasal dari jasa restorannya tersebut. Semakin mudahnya kehidupan
yang disebabkan oleh kemajuan teknnologi pada saat ini.

Makanan online pun banyak ragamnya, baik dari industry olahan makanan skala
rumahan atau home industry, maupun skala restoran besar. Kemudahan yang didapatkan
dari pemanfaatan teknologi pada saat ini akhinrya membawa keuntungan bagi banyak
pihak, baik dari pemilik sector usaha, maupun bagi konsumen yang melakukan
pembelian atas jasa makanan tersebut.

Kemudahan dan juga perkembangan teknologi di bidang kuliner pun pada saat
ini juga dibantu karena adanya perkembangan transportasi online, yang membuat para
konsumen tidak perlu repot untuk perlu mengunjungi restoran guna mengambil
makanan. Hanya perlu menggunakan aplikasi, konsumen hanya perlu duduk manis
menunggu makanan tiba. Kemudahan itu pun akhirnya membuat industri makanan
online semakin terbantu.

Semakin maraknya industri pangan online, pada saat ini pun akhirnya membuat
masyarakat semakin diuntungkan. Namun, di satu sisi hal tersebut juga muncul
keresahan di masyarakat. Hal tersebut karena dengan semakin maraknya dan juga
semakin bebasnya penjualan makanan online, hal tersebut membuat orang semakin

3
bebas untuk dapat mendirikan usaha, namun sayangnya belum tentu semua pelaku
usaha mengetahui dan juga memahami regulasi makanan yang diatur oleh
pemerintahnya sendiri.

Dapat diambil contohnya di Indonesia, dengan mayoritas masyarakatnya


beragama muslim, label halal dari sebuah makanan adalah hal yang menjadi konsentrasi
paling utama. Dengan diberikan label halal pada sebuah makanan, hal tersebut membuat
masyarakat menjadi tenang untuk mengonsumsi hidangan tersebut.

Terkait regulasi halal dari Lembaga MUI tersebut, sayangnya belum semua
pihak pelaku industry makanan paham dan juga mengerti cara mendapatkannya.
Bahkan, banyak pelaku industri online yang mengacuhkan hal tersebut. Padahal, dalam
kenyataannya, pemerintah Indonesia sudah mengatur terkait peraturan mengenai
penyematan label halal pada makanan.

Penyematan label halal yang terdapat pada makanan, pada realitanya sudah
diatur dalam UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Pada Undang-
Undang tersebut, menyebutkan bahwa adanya kewajiban bagi makanan atau obat yang
harus menyematkan label tidak halal, jika salah satu kandungan dari makanan tersebut
ada hal yang tidak masuk ke dalam kategori bahan makanan halal. 1

Selain dari penyematan label halal dan tidak halal, semua industri makanan di
Indonesia, baik skala besar maupun skala UMKM, juga diatur oleh BPOM / Badan
Pengawas Obat dan Makanan. BPOM sendiri memiliki fungsi untuk pengawasan
terhadap makanan serta obat-obatan yang beredar di masyarakat, karena tidak dapat
dipungkiri, masih banyak pengusaha industry makanan ataupun obat-obatan yang masih
nekat untuk “bermain” guna meraup keuntungan yang maksimal. Dampaknya yaitu
dapat membahayakan kesehatan masyarakat dalam jangka waktu pendek ataupun
jangka waktu yang lama. 2

Adapun tujuan dari pengawasan yang dilakukan BPOM terkait perkembangan


industry pangan di Indonesia, baik skala offline ataupun online, yaitu untuk memastikan
bahwa masyarakat menerima produk yang aman untuk dikonsumsi. Selain itu, regulasi
1
[ CITATION BAD \l 2057 ]
2
[ CITATION BAD \l 2057 ]

4
pengawasan terhadap industry pangan online pun juga bertujuan untuk membangkitkan
perekonomian dari segi UMKM dan juga makanan di Indonesia.

Dominasi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam dengan


mengedepankan label halal pada regulasi makananya, hal tersebut pun pada akhirnya
mempengaruhi negara lainnya yang dimana masyarakat muslimnya menjadi minoritas
di negara tersebut. Salah satunya adalah Korea Selatan. Seperti yang diketahui, agama
Islam bukanlah menjadi agama mayoritas di Korea Selatan, dan pada realitanya
penyematan label halal sebagai salah satu regulasi pangan di Korea Selatan tidak terlalu
signifikan.

Namun, Korea Selatan pada akhirnya menyadari bahwa banyak turis dan bahkan
mahasiswa luarnya yang berasal dari negara Indonesia, dan hal demikian membuat
negara Korea Selatan pun membuat serta mengatur regulasi pangan yang dapat diterima
oleh turis dari Indonesia. Salah satu implementasi regulasi tersebut adalah dengan tidak
mencapurkan kawasan makanan halal dengan kawasan makanann non halal.

Selain itu, bentuk implementasi regulasi tersebut pun dengan bentuk adanya
pariwisata halal yang mulai berkembang pada saat ini. Trend pariwisata halal tersebut
dibuat regulasi oleh pemerintah Korea Selatan dengan menetapkan wilayahnya yaitu
Hongdae, Cheongdam, dan Gangnam, yang menjadi kawasan ramah Muslim. 3

Selain dari adanya trend pariwisata halal yang dikembangkan oleh pemerintah
Korea Selatan, namun ada juga regulasi lainnya yang berkaitan dengan industry pangan.
Salah satu diantaranya yaitu regulasi untuk penyematan ELF (Eco Labeled Food),
dimana sertifikasi tersebut justru dapat menjadikan makanan tersebut yang memiliki
nilai tambah.4

Selain itu, regulasi lainnya yaitu dengan upaya memiliki sertifikasi lainnya
seperti ISO, HACCP, GAP, yang membuat para konsumen makanan di Korea Selatan
memiliki standard keamanan pangannya sendiri. Dengan demikian, hal tersebut

3
[CITATION Dem17 \l 2057 ]
4
[ CITATION Jan19 \l 2057 ]

5
membuat masyarakat atau konsumen akan lebih merasa terlindungi dari produk yang
tidak layak konsumsi. 5

Regulasi tersebut pun pada akhirnya akan berkembang ke dalam sektor industri
pangan online, dimana bagi masyarakat yang memiliki agama Islam, kemudian dapat
dengan tenang untuk membeli dan juga memesan makanan di Korea Selatan, baik sector
online ataupun offline.

Pokok-Pokok Pikiran

Hal yang menjadi pokok-pokok pikiran dalam penulisan kali ini yaitu tentang
aturan regulasi apa saja yang terdapat di negara Indonesia dan juga negara Korea
Selatan. Mengingat adanya perbedaan budaya dan juga mayoritas agama yang dianut di
kedua belahan negara tersebut. Sehingga dengan demikian, ada perbedaan-perbedaan
yang mendasari dibuatnya regulasi dari pemerintah terkait aturan pangan online yang
diberlakukan di Indonesia maupun di Korea Selatan

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kali ini yaitu untuk mengetahui perbedaan regulasi yang
terdapat di Korea Selatan maupun di Indonesia, mengingat hal tersebut terdapat
perbedaan kebudayaan di kedua negara, dan juga perbedaan mayortas agama yang
diyakini oleh masyarakatnya.

5
[ CITATION Jan19 \l 2057 ]

6
BAB II

DESKRIPSI

Mayoritas agama yang dimiliki negara Indonesia, dengan mayoritas


masyarakatnya menganut agama Islam, membuat pemerintah memiliki regulasi yang
ketat terhadap industry makanan, baik secara offline maupun online. Pemerintahan di
Indonesia mengutamakan label halal yang dikeluarkan oleh MUI untuk menjaga
keamanan dan juga menjaga keyakinan apa yang dianut oleh agama Islam terkait
makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi pada agama Islam.

Selain itu, regulasi lainnya yang dilakuakn pemerintah Indonesia yaitu dengan
diberlakukannya pengawasan yng dilakukan oleh BPOM. Sehingga tidak hanya
makanan yang diawasi, namun juga obat-obatan yang tersebar luas di masyarakat yang
diawasi. Tujuannya agar masyarakat mendapatkan jaminan produk yang aman dan juga
tidak membahayakan bagi tubuh mereka.

Berbeda lagi dengan negara Korea Selatan. Dalam regulasi terkait industri
makanannya, Korea Selatan lebih mengutamakan tentang regulasi yang berkaitan
dengan sertifikasi. Sertifikasi staandar internasional dan juga beberapa sertifikasi
lainnya yang harus dimiliki oleh para pelaku industri makanan. Dengan demikian
konsumen dapat mengetahui dan memiliki acuan untuk dapat memilih produk makanan
yang aman.

Di Korea Selatan, regulasi terkait makanan pun lebih mengutamakan pada


keamanan lingkungannya, sehingga ada beberapa regulasi agrarian yang diberlakukan
untuk pengusaha pelaku industri makanan dan juga pihak supplier yang harus berlaku
sesuai dengan standard regulasi tersebut.

Perbedaan regulasi yang dimiliki antar dua belah negara dengan perbedaannya
masing-masing membuat hal tersebut pada akhirnya membangun asimilasi. Dalam hal
tersebut, implementasinya yaitu dengan adanya trend kawasan makanan halal bagi
wisatawan Muslim yang berkunjung ke negara Korea Selatan. Tujuannya adalah untuk

7
menjamin para wisatawan Muslim yang sedang berpergian ke Korea Selatan agar tidak
mengingkari apa yang selama ini dianut oleh Muslim.6

Dengan trend tersebut, diyakini dapat membuat angka industri pariwisata di


Korea Selatan pun meningkat. Serta membuat wisatawan Muslim tidak perlu khawatir
lgi untuk memperoleh makanan halal di Korea Selatan.

6
[ CITATION Min18 \l 2057 ]

8
BAB III

PEMBAHASAN

Seperti kita ketahui bersama bahwa pangan merupakan sesuatu yang tidak bisa
kita pisahkan dari kehidupan sehari-hari. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia.
Secara harfiah, pangan adalah makanan atau minuman hasil olahan dengan metode
tertentu. Dimasa pandemi seperti sekarang ini, usaha pengolahan makanan semakin
berkembang. Berbagai macam faktor membuat usaha makanan ini semakin
berkembang, banyaknya karyawan kantor yang “dirumahkan” membuat banyak
karyawan beralih profesi menjadi penjual makanan atau pangan olahan. Kondisi
tersebut membuat karyawan berfikir cara bertahan hidup dan memutuskan untuk
melakukan usaha berjualan makanan.

Berbagai macam makanan ditawarkan kepada calon pembeli. Mulai dari


makanan tradisional sampai dengan makanan modern baik dari Indonesia sampai manca
negara banyak ditawarkan. Karyawan yang beralih profesi ini banyak belajar secara
otodidak dimana mereka belajar dari platform youtube. Sangat mudah dan banyak sekali
video yang memberikan pembelajaran cara memasak dengan mudah dan menggunakan
bahan-bahan yang mudah didapatkan dipasar tradisional dan pasar modern.

Langkah awal yang dilakukan adalah memasarkan panganan tersebut dengan


cara daring. Pemasaran dimulai dengan memberikan cicip rasa kepada orang terdekat.
Selain itu membuat akun penjualan diberbagai platform digital. Kemudahan membuat
platform digital sangat mendukung perkembangan penjualan secara daring ini.
Persaingan yang ketat tidak menghalangi para pengusaha baru untuk melakukan
penjualan secara daring.

Seiring berjalannya waktu, banyak kendala yang dialami Ketika melakukan


penjualan makanan secara daring. Selain seperti disebutkan tadi dimana persaingan
yang ketat, kendala lama nya pengiriman sampai kepada konsumen dan banyaknya
penipuan menjadi kendala yang tidak dapat dihindari. Sebagai contoh, ada salah satu

9
penjual makanan yang digugat oleh konsumennya karena menjual makanan tidak sesuai
dengan gambar yang ditampilkan pada iklan penjualannya.

Untuk menghidari masalah tersebut maka, perlu dibuatkan regulasi keamanan


penjualan makanan secara daring. Regulasi ini dibuat agar penjual dan pembeli dapat
dilindungi dari hal yang tidak kita inginkan. Regulasi ini tentu tentu saja berbeda
disetiap negara. Maka dapat kita bedah perbedaan regulasi keamanan pangan di
Indonesia dengan negara lainnya sperti korea selatan. Keamanan pangan atau makanan
ini mulai dari kemasan, tingkat keamanan saat makanan dikirimkan maupun kehalalan
makanan tersebut.

Regulasi keamanan panganan daring ini melibatkan berbagai pihak. Pihak yang
terlibat diantaranya konsumen, penjual makanan, penyedia jasa pengiriman, serta
pemerintah. Konsumen dapat berupa seseorang yang membeli produk makanan,
maupun konsumen ini dapat berupa penjual yang menggunakan jasa layanan
pengiriman.

Konsumen pada dasarnya akan selalu menuntut untuk mendapatkan sesuatu


yang menurutnya sempurna. Kesempurnaan dituntut konsumen karena konsumen
merasa sudah meluangkan waktu dan mengeluarkan uang. Konsumen yang membeli
makanan secara daring, akan menuntut makanan yang dibelinya tiba dengan rasa yang
masih fresh, kemasan baik dan menggugah selera makan serta yang terpenting tiba tepat
waktu. Konsumen yang kurang puas, akan dengan mudah menceritakan pengalaman
yang dialaminya dengan melakukan unggahan di sosial media. Berbeda dengan tahun
sebelumnya yang mana apabila konsumen kurang puas hanya menceritakan pengalaman
dari mulut ke mulut.

Akhir akhir ini, konsumen semakin memilih bahan makanan yang akan
dikonsumsi. Banyak pengaruh dari para influencer dan berbagai macam kampanye
untuk melakukan pola hidup sehat. Berbeda dengan negara lain, Indonesia merupakan
negara dengan penduduk yang mayoritas beragama islam. Makanan selain harus fresh
juga harus memiliki kehalalan yang terjamin. Dengan katalain, regulasi penjualan
makanan di Indonesia lebih kompleks bila dibandingkan dengan negara lain. Negara

10
lain khususnya korea selatan, regulasi pemesanan makanan tidaklah seketat regulasi di
Indonesia.

Namun, Korea Selatan sedang melakukan pembenahan regulasi mengenai


penjualan makanan secara daring. Korea selatan sedang berupaya menggaet wisatawan
dari negara lain dimana salah satunya wisatawan dari Indonesia. Korea Selatan sedang
menggalakan wisata halal. Korea Selatan membidik wisatawan dari Indonesia karena
selain negara dengan populasi warga negara yang besar, Indonesia memiliki penggemar
artis korea.

Film dan music dari Korea Selatan sedang menggema di Indonesa. Banyak
penggemar dari artis maupun penyanyi Korea Selatan yang berasal dari Indonesia ingin
mengunjungi negara asal dari idolanya. Potensi besar wisatawan ini tidak dapat
dipandang sebelah mata oleh pemerintah korea dalam membuat regulasi makanan halal.
Wisatawan yang datang ke Korea Selatan, tidak selamanya melakukan kegiatan makan
di restaurant. Di Korea Selatan, wisatawan juga bisa menggunakan cara pemesanan
makanan secara daring. Maka konsumen yang memesan makanan tersebut perlu
mendapatkan keamanan mendapatkan makanan halal khususnya bagi wisatawan
muslim.

Dari sisi lain, kosumen pengguna jasa layanan pengiriman, mereka


mengharapkan pengiriman yang cepat dan tepat waktu. Sebab dengan tiba tepat waktu
maka dapat menjaga makanan tiba dengan kondisi masih fresh dan dapat memuaskan
konsumen yang memesan makanan. Konsumen pengguna jasa layanan pengiriman
mengaharapkan dapat melakukan pelacakan lokasi terkini dari makanan yang
dikirimkan.

Pihak lainnya yang terkait dengan penjualan daring ini adalah penjual makanan.
Penjual makanan ini idealnya memiliki kualifikasi khusus. Kualifikasi khusus ini
semisal standar bahan baku yang digunakan serta sertifikasi halal. Sertifikasi ini
diperlukan agar terjadi persaingan sehat antar penjual makanan secara daring. Penjual
makanan secara daring ini hendaknya memberikan informasi secara jelas mengenai
spesifikasi bahan baku, jenis makanan, serta harga yang dicantumkan di media

11
penjualan daring. WHO mengatakan bahwa mendapatkan makanan dengan gizi yang
cukup dan aman adalah hak setiap manusia.

Untuk itu penjual makanan selain menggunakan bahan baku yang baik, penjual
makanan perlu melakukan standar yang baik ketika melakukan proses pegolahan
makanan. Keamanan pangan saat produksi merupakan tanggung jawab penjual. Akan
tetapi, banyak penjual dalam jasa pesan antar makanan merupakan usaha mikro
informal seperti pedagang kaki lima dan pengusaha rumah tangga. Mereka cenderung
memiliki pengetahuan yang minim dan mengaplikasikan praktik penanganan yang
buruk. Penjual makanan yang belum mengggunakan standar pengolahan makanan yang
baik biasanya masih menggunakan bahan Styrofoam. Bahan ini kurang baik bila
digunakan untuk melakukan pengemasan makanan. Styrofoam mengandung bahan
kasinogen penyebab kanker. 7

Pengemasan makanan di Korea Selatan jauh lebih baik apabila dibandingkan


dengan di Indonesia. Di Korea Selatan, penjual makanan sudah meninggalkan bahan
pengemasan yang tidak sehat. Penjual makanan di Korea Selatan sudah sadar akan
pentingnya kesehatan. Konsumsi kemasan tidak sehat sudah dilarang penggunaannya.
Pengolahan makanan dikorea sendiri sudah menggunakan standar yang tinggi.

Penyedia layanan penjualan makanan secara daring di Indonesia lebih unggul


dari penyedia jasa layanan serupa di Korea Selatan. Penyedia jasa layanan di Indonesia
lebih bersahabat dengan penggunaa yang tidak bisa berbahasa Indonesia karena
memiliki fitur bahasa asing. Hal ini membantu wisatawan asing yang memesan
makanan secara daring kepada penjual makanan. Penyedia jasa penjualan makanan
secara daring di korea, hanya dapat digunakan menggunakan Bahasa korea saja.
Wisatawan harus menterjemahkan terlebih dahulu untuk melakukan pesanan makanan.
Selain itu fitur pembayaran secara digital tidak terdapat dipenyedia jasa penjualan
makana daring asal korea. Pengguna, harus melakukan pengunduhan aplikasi
pendukung untuk menunjang layanan tersebut. Penyedia jasa layanan penjualan
makanan secara daring dari Indonesia sudah memiliki keunggulan berupa fitur
pembayaran digital sehingga tidak perlu melakukan pengunduhan aplikasi pendukung.
7
Ariyanti & Hadita, 2017

12
Untuk menarik minat pembeli, penyedia jasa layanan penjualan makanan daring
baik dari Indonesia maupun dari Korea Selatan memberikan berbagai macam bonus.
Bonus berupa cashback mapun point diberikan kepada pengguna layananan. Bonus
yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan pembelian dilain waktu. Penyedia
jasa layanan penjualan daring ini selalu memberikan perbaikan layanan. Perbaikan ini
berupa perbaikan aplikasi dan selalu memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Penyedia jasa layanan ini memberikan kemudahan kepada para penjual
untuk melakukan pendaftaran bagi penjual baru.

Pemerintah memegang peranan penting dalam membuat kebijakan mengenai


penjualan daring. Di Indonesia, kebijakan pemerintah belum sepenuhnya menjangkau
penjualan daring. Kebijakan ini dapat membuat konsumen maupun penjual merasa
belum terlindungi. Kebijakan pemerintah perlu dibuat agar konsumen dan penjual
merasa terlindungi.

Pembeli terlindungi dari penipuan dimana makanan yang dijual tidak sesuai
dengan apa yang ditawarkan sedangkan penjual terlindungi dari adanya pemesanan
palsu. Pemerintah Korea Selatan sudah sedikit lebih baik dengan adanya kebijakan
mengenai perlindungan ini. Selain perlindungan dari keamanan transaksi secara daring,
penjualan makanan secara daring ini dapat meningkatkan potensi sampah dari kemasan
saat pengiriman. Mengenai potensi sampah ini kebijakan pemerintah Korea Selatan
sedikit lebih baik dengan adanya kebijakan pay as your trash.

Kebijakan Pay as Your Trash ini membuat masyarakat Korea Selatan lebih
berhati-hati terhadap sampah makanannya dan kebijakan ini diawasi khusus oleh
petugas keamanan pemerintah. Berbeda dengan pemerintah Korea Selatan, pemerintah
Indonesia belum mengatur mengenai kebijakan mengenai sampah serupa dengan
pemerintah Korea Selatan.

Selain faktor yang telah disebutkan diatas, faktor yang tidak kalah penting
adalah kekuatan media sosial. Faktor sosial media ini dapat menentukan penjualan
makanan secara daring. Promosi menggunakan media sosial ini, terbilang sangat efektif
untuk meningkatkan penjualan. Tidak hanya berlaku di Indonesia, di Korea Selatan pun

13
sama. Hampir setiap orang memilik akun sosial media. Akun sosial media diakses
secara berkala oleh penggunanya memudahkan para penjual membuat promosi produk
dan mendekatkan diri dengan pelanggannya.

Sosial media berupa video pembahasan mengenai makanan yang beredar di lini
masa youtube juga membantu promosi. Di Korea Selatan dan di Indonesia, para
pembuat video ini membuat video yang menjelaskan rasa, spesifikasi bahan dan cara
melakukan pemesanan secara daring. Para pengikut pembuat video ini merupakan
potensi pasar dalam melakukan penjualan secara daring. Pengikut para pembuat video
ini berjumlah ratusan ribu atau bahkan sampai jutaan orang.

Para penjual makanan ini banyak yang mengalami peningkatan omset dari video
yang dibuat oleh pembuat video. Baik di Indonesia dan Korea Selatan, terjadi simbiosis
mutualisme dimana video ini dapat membatu omset penjualan, yang berakibat membuat
peningkatan penjualan daring. Apabila penjualan daring meningkat maka roda ekonomi
semakin meningkat.

Selain dari hal yang telah disebutkan di atas, bahwa regulasi terkait panganan di
Korea Selatan saja tidak hanya mengenai hal yang berkaitan dengan label halal seperti
upaya pemerintah Korea Selatan dalam upayanya untuk pengembangan trend pariwisata
halal. Namun, juga terkait mengenai regulasi lainnya yaitu dengan adanya aturan
penyematan regulasi eco-labeled food (ELF)

ELF ini merupakan aturan staandar yang tidak hanya berlaku bagi Korea Selatan
saja, namun juga berlaku di China. Regulasi ELF ini berkaaitan dengan upaya
pemerintah untuk pengemabngan indiustri makanan di negaranya, namun juga tetaap
memperhatikan kondisi agrikultur di negaranya tersebut. ELF ini merupakan juga alat
untuk promosi bagi pengusaha atau pemilik usaha kuliner untuk dapat meyakinkan
khalayak bahwa makanan yang diolahnya juga aman untuk lingkungan. 8

Kecenderungan penyematan ELF ini sebenarnya besifat kerelaan bagi pengusaha


industri makanan, karena regulasi ini berkaitan dengan upaya opsional. Tetapi, dengan

8
[ CITATION Jan19 \l 2057 ]

14
memiliki ELF, maka restoran tersebut memiliki nilai tambah yang dapat mereka jual
kepada konsumennya tersebut.

Meskipun demikian, sertifikasi ELF dianggap lebih memiliki nilai jual, karena
sertifikasi ELF, membuat konsumennya dengan mudah melihat keaslian dari sertifikasi
tersebut. Meskipun sebelumnya sudah ada sertifikasi lainnya seperti sertifikasi ISO
(International Standard Organisation) yang lebih berfokus pada usaha industi, dan
juga Agricultural Products Certification, Good Agricultural Practices (GAP)
certification and hazard analysis critical control point (HACCP), namun dengan
sertifikasi ELF, hal itu akan membuat lebih untung bagi vendor/supplier produk dan
juga pemilik industri makanan.9

Selain dari sertifikasi yang diberlakukan di Korea Selatan, negara ini pun
memiliki regulasi lainnya yang menyangkut tentang aturan agrikultur di negaranya
tersebut. Aturan agrarian yang diterapkan pemerintah Korea Selatan ini bertujuan untuk
menjaga serta melindungi pelestarian tanah di Korea Selatan, sehingga para pelaku
usaha makanan dan juga pihak petani atau supplier pun juga harus memperhatikan
aturan mengenai regulasi agrarian tersebut,

9
Svetlana Ivanova, 2018

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari bahasan kali ini adalah penjualan secara daring di korea sedikit
lebih baik dimana penjualan makan secara daring di Korea Selatan sudah
memperhatikan kualitas dan pengemasan yang baik serta pengelolaan sampah lebih
baik. Namun penjualan makanan di Korea Selatan belum menjangkau untuk makanan
halal. Masih sulit menemukan makanan halal dan pemerintah korea mulai
mengakomodir dengan kebijakan menggalakan makanan halal.

Penjualan makanan daring di Indonesia memiliki keunggulan dimana


pengelolaan makanan halal sudah baik dan penyedia jasa penjualan makanan daring
lebih bersahabat kepada pengguna dimana terdapat fitur penggunaan Bahasa asing.

Saran

Saran yang dapat diberikan adalah pemerintah membuat kebijakan dimana


pengemasan makanan dan pengelolaan sampah hasil penjualan daring bisa lebih teratur.
Kebijakan pemerintah akan kemudahan pelanggan melakukan complain apabila terjadi
ketidaksesuaian layanan juga perlu ditingkatkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amanta, I. A. (2020). Memajukan Keamanan Pangan pada Layanan Pesan Antar Makanan
Daring di Indonesia. Jakarta: Center for Indonesian Policy Studies.

Aminatuz Zahrah, A. F. (2019). Halal Food di Era Revolusi Industri 4.0: Prospek dan Tantangan.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.3, No.2,.

Ari Mariyana Angriyani, S. S. (2020). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN MUSLIM


DARI PRODUK PANGAN YANG TIDAK BERLABEL HALAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF YANG TERKAIT DI INDONESIA DAN DI KOREA. Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum
Bisnis dan Investasi Volume 12 Nomor 1.

Ariyanti, F.D., & Hadita, S. (2017). Food safety knowledge and practices on food virtual shop.
2017 3rd International Conference on Science in Information Technology, 396–400, doi:
10.1109/ICSITech.2017.8257145.

Demeiati Nur Kusumaningrum, A. M. (2017). TREND PARIWISATA HALAL KOREA SELATAN.


Seminar Nasional dan Gelar Produk.

Dinda Khabibatul Fuadah, K. H. (2021). The Potential of Halal Food Business in Asia and Europe
with Majority of Non muslim Communities. Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan &
Bisnis Syariah Volume 4 No 1.

Fajar Nugraha, Z. A. (2020). DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI TRANSPORTASI ONLINE


TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGEMUDINYA DI KOTA BANDA ACEH. Jurnal
Economica Didactica.

INDONESIA, B. P. (n.d.). PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 9


TAHUN 2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN TAHUN 2020-2024. Retrieved from BPOM :
https://jdih.pom.go.id/download/product/860/9/2020

INDONESIA, P. R. (n.d.). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN


2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN. Retrieved from PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA: file:///C:/Users/metha/Downloads/20150903115142.pdf

Jamaludin, M. P. (2018). A Framework of Halal Industry Support System in non-Muslim


Country: AFocus on South Korea. Journal of Halal Idustry and Services Vol 1 No 1.

Jang-Hwan Jo, J. Y. (2019). Willingness to Pay for Eco-Labeled Food in Forests: Integrated View
from South Korea. Sustainability Volume 11.

Mustika, D. A. (n.d.). 139http://pkm.uika-bogor.ac.id/index.php/prosiding/indexHALAL


PRODUCT GUARANTEE IN INDONESIA ONLINE CONSUMER PROTECTION IS WEAK IN
THE MIDDLE OF THE COVID-19 PANDEMIC. Hasil Penelitian Dosen Universitas Ibn
Khaldun Bogor. Bogor: Universitas Ibn Khaldun.

17
Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M. (n.d.). Ruang Lingkup Pengaturan Pangan dan Kegunaannya. In
Standarisasi dan Legislasi Pangan .

Pujayanti, A. (2017). GASTRODIPLOMASI – UPAYA MEMPERKUAT DIPLOMASI INDONESIA.


Politica Vol. 8 No. 1.

Svetlana Ivanova, A. L. (2018). Sustainable entrepreneurship: agrarian policy in South Korea.


The International Journal ENTREPRENEURSHIP AND SUSTAINABILITY ISSUES Vol 5 No 4.

Cara Memesan Pengiriman Makanan di Korea Menggunakan Aplikasi Seluler -


IVisitKorea

18
LAMPIRAN

sustainability-11-06534-v2.pdf

Ivanova_Sustainable_entrepreneurship_agrarian_policy_in_South_Korea.pdf

View of A framework of Halal Industry Support System in non-Muslim Country: Focusing on


South Korea (hh-publisher.com)

1307-3482-1-PB (2).pdf

9825-Article Text (Without Author Name)-24108-7-10-20190729 (1) (1).pdf

19

Anda mungkin juga menyukai