oleh Syaifudin
57216113974
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya
satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-
Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya,
tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah,
ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).
Dari penjelasan kedua istilah tersebut (ibadah dan muamalah), terlihat jelas perbedaan
ruang lingkup antara ibadah dan muamalah, karena memang pada dasarnya kedua istilah tersebut
merupakan istilah untuk dua ruang lingkup yang berbeda. Namun, kedua istilah tersebut
memiliki hikmah apabila kita melaksanakannya sesuai dengan aturan Islam yang telah ada.
Hikmah beribadah tentu saja yang paling utama adalah mendapatkan pahala dari Allah
SWT. Selain itu, dengan beribadah, sesungguhnya membuat kita jauh dari perbuatan keji dan
mungkar. Beribadah juga melatih hawa nafsu kita, untuk senantiasa menyadari bahwa kita
sebagai manusia tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan Allah SWT. Beribadah disini tidak
hanya beribadah dalam hal shalat, membaca Al-Quran, ataupun bersedekah saja. Pada
dasarnya ,segala sesuatu yang baik dan berguna, apabila dijalani atas nama Allah SWT
merupakan ibadah juga.
Dari hal ini kemudian bias kita kaitkan kepada muamalah. Dalam hal bersyerikat dan
bersosialisasi, tentu saja akan terdapat perbedaan pendapat dan terjadi tegangan. Namun, apabila
semua dijalankan dengan kepala dingin dan tidak berdasarkan hawa nafsu saja, setelah dilatih
oleh ibadah, tentu proses muamalah akan semakin afdol dan mengarah menuju kebaikan. Sikap
jujur, tawaddu, ramah, pemaaf, dan pemikiran yang rasional sudah sepatutnya menjadi tolak ukur
kita dalam mengamalkan nilai-nilai muamalah kedalam kehidupan sosial kita sehari-hari.
Dengan muamalah yang saling tenggang rasa, saling menghargai, dan saling membantu
satu sama lain, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan “ibadah” karena kita
melaksanakan sesuatu yang baik, dan berdasarkan nama Allah SWT. Namun perlu diingat bahwa
ibadah wajib tetap wajib hukumnya dilaksanakan. Karena dengan menegakkan tiang agama
dengan menunaikan shalat, bertilawah Al-Quran, menunaikan zakat dan bersedekah,
sesungguhnya hikmah utama yang kita akan raih adalah hati yang bersih dan jauh dari perbuatan
keji dan mungkar.