Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TAMPONADE JANTUNG

KEGAWATDARURATAN KARDIOPULMONAL

DISUSUN OLEH :

NAINAH RHOZIANA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN

TAMPONADE JANTUNG
A. Definisi

Tamponade merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan

berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel

disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009: 67)

Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada jantung yang disebabkan

oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan

dalam pericardium dari rupture jantung, trauma tembus atau efusi yang progresif

(Dorland, 2002: 2174).

Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250

cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan

cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai kesempatan

untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah

tersebut (Muttaqin, 2009:137).

Tamponade terjadi bila jumlah efusi pericardial menyebabkan hambatan serius

aliran darah ke jantung (gangguan diastolic ventrikel) (Panggabean, 2006 : 1604).

Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh

peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam

pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc

bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan penurunan

pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu

komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat.

Penyebab tersering adalah neoplasma, idiopatik dan uremia. Perdarahan

intraperikard juga dapat terjadi akibat katerisasi jantung intervensi koroner,

pemasangan pacu jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan (Panggabean,

2006:1604).
B. Etiologi

Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan

perikardium. Bila terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan

mekanisme kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi vascular

perifer dan peningkatan volume intravaskular. Bilacepat, maka dalam

beberapa menit bisa fatal.

Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan

tekanan vena jugularis, pulsus paradoksus >10 mmHg, tekanan nadi <30

mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg, dan bunyi jantung yang melemah.

Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan tekanan vena

jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus.

Gambaran klinis tamponade jantung meliputi takikardia, hipotensi,

suara jantung yang redup atau pelan, dan distensi vena leher (yang

menunjukkan peningkatan tekanan vena jugularis). Palsus paroduksus

merupakan gambaran lain yang menandai perubahan yang tidak terduga

tekanan vena. Penurunan tekanan sistolik yang semakin mencolok akan

terjadi pada saat inspirasi. Suara jantung akan terdengar redup karena

adanya cairan yang membungkus jantung sehingga menurunkan hantaran

tonus jantung (Oman, 2008: 269).


C. Patogisiologi

Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium

menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik

ventrikel). Penyebab tersering adalah neoplasma, dan uremi. (Penggabean,

2006: 364). Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara

abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak

terkontrol, yang menyebabakan pembentukan massa (tumor). Hal ini yang

dapat mengakibatnya ruang pada kantong jantung (perikardium) terdesak

sehingga terjadi pergesekan antara kantong jantung (perikardium) dengan

lapisan paling luar jantung (epikardium). Pergesekan ini dapat

menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis sehingga terjadi

penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebakan tamponade

jantung. Uremia jantung (Price, 2005: 954). Dimana orang yang

mengalami uremia, didalam darahnya terdapat toksik metabolik yang

dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada

perikardium).

Selain itu, tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat trauma

tumpul/tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi

perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal

ini mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.


D. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Doppler.

Analisis Doppler terhadap tanda morfologi jantung dapat

membantu dalam menegakkan keakuratan diagnosa klinis dan

mendukung pemeriksaan laboratorium dari pola hemodinamik pada

tamponade. (Nichols, 2006 : 257)

Selain itu pemeriksaan diagnostik lainnya dapat berupa :

a. Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung


b. EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang

P dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya

c. Echocardiografi adanya efusi pleura.

Karakteristik tamponade jantung pada pemeriksaan EKG :

a. Amplitudo rendah pada semua sadapan (terjadi karena cairan akan

meredam curah listrik jantung).

b. Fenomena elektrik alalternans (aksis listrik jantung berubah-ubah

pada setiap denyutan). Tampak di EKG perubahan amplitudo tiap

kompleks QRS, terjadi karena jantung berotasi secara bebas

dalam kantung perikard yang berisi cairan. (Dharma, 2009 : 67)

E. Penatalaksanaan

Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardio sintesis. Sebuah jarum berongga

ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan dibawah prosesus xifoideus dan di arah kan ke

apeks jantung. Jarum tersebut kemudian dihubungkan dengan alat EKG 12 sadapan

melalui klem aligator untuk membantu menentukan apakah jarumnya mengenai

jantung. Defleksi yang tajam akan terlihat pada pola EKG. Perikardio sintesis dapat

disertai dengan denyut jantung false-positive yang signifikan karena klinisi bisa saja

mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel kanan sendiri.

Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah bahwa darah

yang bersal dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku. Yang paling

baik, perikardio sistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk memperbaiki

fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Dibeberapa rumah sakit, lubang atau
jendela pada selaput perikardium dibuat secara darurat diUGD oleh dokter bedah atau

dokter spesialis kardio toraks. (Oman, 2008 : 269).

Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada tingkat EMP-A

memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini merupakan satu dari beberapa

kedaruratan yang harus ditransport dengan sirine dan lampu merah.

Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan

berlebihan ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade pericardium dan

“tension pneumotoraks” tanpa bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati

penderita dan mengingatkan dokter dirumah sakit terhadap kemungkinan tamponade

pericardium.

Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke dokter

rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan

dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntik anephineprin, dengan hanya

menarik penuh semprit yang kosong. Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula

kiri tepat seperti suntikan intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum

selanjutnya. Pemasukan jarum harus dihentikan tepat setelah memasuki kantong

pericardium, sebelum masuk ke ventrikel. Identifikasi lokasi ujung jarum dengan

tepat dapat dibantu dengan menempatkan sadapan V elektrograf ke batang baja.

Jarum ini dengan klem “alligator”. Sewaktu jarum dimasukkan, segera dapat

diketahui arus luka sewaktu ujung jarum menyentuh miokardium. Dengan menarik

mundur sedikit ke kantong pericardium, EMT kemudian dapat mengaspirasi darah

tanpa mencederai myocardium.

150-250 ml darah dikantong pericardium sudah cukup untuk menimbulkan

tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan yang

memungkinkan peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal


dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah)

merupakan tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus

diingat bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara

sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan

perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung dengan

anastesilokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur vaskuler

intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik lainnya

dengan pakaian antisyok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80). Pemberian oksigen

sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien tamponade, agar mencegah terjadinya

hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.

Daftar Pustaka
1. Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed.
Philadelphia: Current Medicine.
2. Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta: EGC.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
3. ArthurC. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC.
4. Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid pertama. Edisi ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius.
5. Moore, Keith. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
6. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.
7. Nichols, David G. dkk. 2006. Critical Heart Disease in Infantand Children. Second Edition.
USA: Elsevier.
8. Oman, K. S. 2000. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Terjemahan Andryhartono.
2008. Jakarta : EGC.
9. Pangga bean M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam. Price, S. A. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol.2. Edisi 6.
Jakarta: EGC
10. Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
11. Smeltzer, C. S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi8.

Anda mungkin juga menyukai