Anda di halaman 1dari 4

Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

progresif dan irreversible yang mengarah pada penyakit tahap akhir dan

kematian, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

dan kesimbangan cairan serta elektrolit (Muttaqin, 2011).

Menurut Kidney International Organization (2009), Gagal ginjal kronik

merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan mengenai 5-10% populasi

dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah

penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

sebelumnya.

Di Amerika Serikat, Prevalensi gagal ginjal kronik menurut United States

Renal Data System (USRDS) mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2013

sekitar 650.000 kasus, dan pada tahun 2014 sekitar 651.000 kasus. Sedangkan di

Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronik menurut Indonesian Renal Registry
(IRR) meningkat dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 sebanyak 14.833

orang, pada tahun 2011 sebanyak 22.304 orang, dan meningkat pada tahun 2012

sebanyak 28.782 orang.

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi

gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi tertinggi di Sulawesi

Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masingmasing 0,4%. Sementara Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung,

Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3%

(RISKESDAS, 2013).

Dukungan sosial dapat membantu individu untuk beradaptasi dengan segala

situasi dan peristiwa yang berkaitan dengan kondisi fisik maupun kondisi

piskologis yang tidak signifkan Bootzin,dkk (dalam Puspita, 2013). Menurut

Taylor (2006) mengatakan dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang
apabila diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan yang signifikan

dengan individu yang bersangkutan, dengan kata lain, dukungan tersebut

diperoleh dari keluarga seperti orang tua, pasangan (suami atau istri) anak, dan

kerabat keluarga lainnya, dimana diharapkan adanya dukungan dari keluarga

menjadikan pasien GGK lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dari stresor

lingkungan dari pada individu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.

Menurut Ratna (2010) dukungan dari keluarga merupakan faktor penting

seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan) dan sebagai strategi preventif

untuk mengurangi stress dan pandangan hidup. Dukungan keluarga sangat

diperlukan dalam perawatan pasien, dapat membantu menurunkan kecemasan

pasien, meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani

pengobatan (Ratna, 2010).

Bentuk dukungan tersebut dapat berupa perilaku melayani yang dilakukan


oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang,

empati), dukungan penghargaan (menghargai, memberikan umpan balik),

dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan

instrumental (bantuan tenaga,dana dan waktu).

Anda mungkin juga menyukai